Anda di halaman 1dari 204

SEJARAH PERKEMBANGAN

BAHASA DAN SASTRA MELAYU

Penulis: Dian Islamiati 1710202011


Putri Rindiyani 1710202034
Lita Mela 1720202077
M. Farid Wajdi 1720202080
Nadia Aulia 1720202089
Selpi Nopia Sari 1730202263
Ses Adila 1730202265
Ramadita Aryana 1710202035
Trysha Yulindaputri 1710202042
Yuliana M.A 1710202045
Sugandi Dwi Aji 1730202276
Zakiah Nurjannah 1730202296

Dosen Pembimbing : Halimatussakdiah, S.Ag. M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2019 M/ 1441 H
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur


kehadirat Allah SWT, yang telah
menganugerahi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat terselesainya penulisan buku
yang berjudul “Sejarah Perkembangan
Bahasa dan Sastra Melayu” ini. Shalawat
dan salam tercurahkan kepada junjungan kita
nabi Muhammad SAW., keluarga, dan para
sahabat, serta para kaum muslimin yang telah
berjihad meletakkan sendi-sendi dasar agama
Islam sebagai petunjuk dan pedoman bagi
hidup manusia di muka bumi.
Tak lupa juga ribuan terima kasih
penulis ucapkan kepada buk
Halimatussakdiah, S.Ag. M.Pd.I selaku dosen
pembimbing kami pada mata kuliah Islam
dan Peradaban Melayu yang telah

2
memberikan bimbingan dan arahan dalam
perkuliahan dan pembuatan buku ini.
Semoga do’a, bantuan dan dukungan
yang telah diberikan mendapat pahala dan
hikmah dari Allah Swt. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan modul
ini masih banyak kekurangan dan kelemahan,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat diharapkan.

3
DAFTAR ISI

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra sudah diciptakan orang,
jauh sebelum orang memikirkan apa hakikat
sastra dan apa nilai serta makna yang
terkandung dalam sastra. Sebaliknya,
penelitian terhadap sastra baru dimulai
sesudah orang bertanya apa dan dimana nilai
dan makna karya sastra yang dihadapinya.
Biasanya mereka berusaha menjawab
pertanyaan tersebut berdasarkan apa hakikat
sastra. Sastra sebagai ungkapan Baku dari apa
yang disaksikan orang dalam kehidupan, apa
yang dialami orang tentang kehidupan, apa
yang telah dipermenungkan dan dirasakan
orang mengenai segi-segi kehidupan yang
menarik minat secara langsung.

5
Sastra klasik, sastra lama, atau sastra
tradisional adalah karya sastra yang tercipta
dan berkembang sebelum masuknya unsur-
unsur modernisme ke dalam sastra itu. Karya
sastra Melayu klasik terikat oleh aturan-
aturan yang sifatnya konvensional. Hal ini
dapat kita lihat pada puisi. Puisi-puisi klasik,
seperti pantun dan syair, terikat oleh aturan
suku kata, aturan bunyi, dan jumlah baris.
Demikian pula pada karya-karya prosanya.
Ragam bahasa yang digunakan dalam karya
sastra Melayu klasik belum banyak
dipengaruhi bahasa asing (eropa). Bahasa
Melayu merupakan media pengantar yang
paling dominan.
Bahasa Melayu merupakan bahasa yang
menjadi akar dari bahasa Indonesia.
Meskipun demikian, dalam perjalanan dan
perkembangannya, bahasa Melayu yang

6
sekarang menjadi bahasa Indonesia itu telah
mengalami perubahan dibandingkan dengan
bahasa Melayu yang menjadi akarnya.
Prijana dalam pidatonya pada Kongres
Bahasa Indonesia yang diadakan tahun 1954
di Medan berkata: “Bahasa Indonesia tumbuh
dari bahasa Melayu, tetapi bahasa Indonesia
tidak sama lagi dengan bahasa Melayu.
Bahkan bahasa Indonesia bukan sama, tetapi
bukan pula berlainan juga dengan bahasa
Melayu”1
Selain itu, dalam bahasa Melayu di Selat
panjang juga ditemukan penggunaan
pronomina unik lainnya, yaitu pronomina
persona pertama tunggal. Dalam bahasa
Indonesia, pronomina persona merujuk pada
pronomina persona orang pertama jamak.

1
Ali Murthado, Bahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi, ( Medan: Wal Ashri Publishing,
2012), Hlm 75

7
Akan tetapi, dalam bahasa Melayu di Selat
panjang, pronomina persona digunakan untuk
merujuk pada pronomina persona orang
pertama tunggal. Pada contoh percakapan di
atas terlihat bahwa pronomina persona bukan
menunjuk pada orang ketiga melainkan pada
orang pertama.
Bahasa adalah salah satu bagian
terpenting dari kehidupan manusia. Bahasa
dan manusia ibarat dua sisi mata uang yang
tidak dapat terpisahkan. Dengan bahasa,
manusia dapat menciptakan pesan, tanda,
makna, arti, maksud dan pengertian. Dengan
bahasa juga, manusia dapat berkomunikasi,
berinteraksi dengan masyarakat. Bahasa yang
menjadi media untuk menciptakan sebuah

8
pengertian dan terbangunnya saling
memahami.2
Saat ini bahasa Indonesia merupakan
bahasa Nasional dan bahasa Negara di
Indonesia. Di samping bahasa Indonesia, juga
terdapat banyak bahasa, baik bahasa daerah
maupun bahasa asing yang digunakan sebagai
alat komunikasi. Sebenarnya bahasa Melayu
mempunyai penutur yang relatif sedikit
dibandingkan dengan jumlah penutur bahasa
Jawa dan bahasa Sunda. Walaupun demikian,
ternyata bahasa Melayu terpilih sebagai dasar
bahasa Indonesia. Hal itu berarti bahwa
bahasa Indonesia yang dikenal saat ini
sebenarnya berasal dari bahasa Melayu.3
Dalam makalah ini akan dibahas
Sejarah Bahasa Melayu, Perkembangan

2
Ibid, hlm. 75
3
Ibid

9
Bahasa Melayu, Kedudukan Bahasa Melayu
di Era Modern, Faktor-faktor Bahasa Melayu
diganti Menjadi Bahasa Lain, Sejarah
Perkembangan Sastra Melayu, Bahasa
Melayu dalam Lintasan Sejarah Aceh.
Melalui perantara bahasa, manusia dapat
berkembang satu sama lain baik secara lisan
maupun tulisan. Dengan bahasa manusia
dapat menyampaikan fikiran dengan jelas,
maka ucapannya harus mengandung makna.
Sejarah bahasa itu menerangkan asal usul
kelahiran suatu bahasa dan perkembangan
penulisannya. Penulisan yang tertua dalam
sejarah bahasa ialah bahasa Mesir.
Bahasa melayu bukan bahasa yang statis,
tapi dinamik, senantiasa berkembang
mengikuti arus perkembangan zaman,
terutama dalam penggunaan kata-kata
pinjaman. Abad ke 13 dan 14 merupakan

10
zaman peralihan dengan datangnya agama
islam. Pada zaman peralihan ini terdapat
beberapa batu bersurat yang menun jukan
perubahan bahasa melayu, contohnya
memakai kata-kata arab ( di Pagar Ruyong
1356) ini melihatkan adanya pengaruh bahasa
Arab dalam bahasa Melayu.
Sastra Melayu adalah sastra yang hidup
pada era melayu tradisional, yaitu masyarakat
yang masih sederhana dan terikat oleh adat
istiadat. Pada umunya, Sastra Melayu bersifat
verbalisme, yakni ujaran dari mulut ke mulut.
Hal ini berdampak pada pemaknaan penerima
ujaran tersebut. Banyak versi yang lahir
karena fenomena ini. Sastra Melayu terbagi
atas dua jenis, yaitu sastra melayu klasik dan
sastra melayu modern. Pembeda keduanya
berasal dari segi bahasa yang dipergunakan.
Sastra Melayu klasik masih menggunakan

11
bahasa melayu pasar.4 Berdasarkan uraian di
atas pemakalah akan membahas materi
mengenai Perkembangan Bahasa Melayu dan
Sastra Melayu.
Menyimak tradisi tulis yang sebanding
dengan tradisi tulis bahasa inggris yang
ternama pada masa lalu, dan kemajemukan
masyarakat penutur yang berfikiran maju,
sehingga bahasa melayu salah satu bahasa
yang sangat berpengaruh di Asia Tenggara
dan salah satu dari lima bahasa yang terbesar.
Bahasa melayu merupakan bahasa nasional
satu-satunya dari empat Negara: Brunei,
Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Bahasa melayu merupakan lingua franca
bagi perdagangan dan hubungan politik
dinusantara pada masa pra-kolonial. Bahasa

4
https://fauziteater76.blogspot.com/2013/05/p
erkembangan-melayu.html, di akses pada 06-11-2019,
Pukul 10.20

12
melayu juga dituturkan didaerah Afrika
Selatan, Srilanka, Thailand selatan,
Philiphina selatan, Myanmar selatan,
sebagian kecil Kamboja hingga Papua Nugini
dan Australia.
Ketika dunia persekolahan belum dikenal
masyarakat di wilayah Nusantara ini, orang
dengan latarbelakang etnis lain, pada
mulanya belajar bahasa Melayu sekadar
untuk tujuan praktis, yaitu agar dapat
berkomunikasi, baik dengan penduduk
Melayu sendiri, maupun etnis-etnis lain yang
non-Melayu. Pandangan ini juga disadari
benar oleh orang asing yang datang ke
wilayah Nusantara. Para pedagang dan
missionaris lebih memilih belajar dan
mempelajari bahasa Melayu daripada bahasa
daerah lain, mengingat bahasa Melayu
sebagai lingua francasudah dikenal luas

13
penduduk dan menyebar ke berbagai pelosok
Nusantara. Sejumlah prasasti dan bukti lain
yang menyatakan hal tersebut dengan mudah
dapat kita sebutkan.5

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah, Varian-Varian,
Perkembangan Bahasa Melayu di era
Modern ini, dan Peran dari Bahasa
Melayu ?
2. Bagaimana Pengertian, Ciri-ciri,
Macam-macam, dan Peran dari sastra
Melayu ?

5
Harimurti Kridalaksana, Pengantar tentang
Pendekatan Historis dalam Kajian Bahasa Melayu
dan Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius,
1991).hlm 7.

14
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sastra Melayu


Sastra merupakan tulisan dalam arti
yang luas. Umumnya sastra berupa teks
rekaan, baik puisi maupun prosa yang
nilainya tergantung pada kedalaman pikiran
dan ekspresi jiwa.6 Sastra berasal dari kata
“castra” berarti tulisan. Dari makna asalnya
dulu, sastra meliputi segala bentuk dan
macam tulisan yang ditulis oleh manusia,
seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab
suci, surat-surat, undang-undang dan
sebagainya.
Sastra dalam arti khusus yang kita
gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah

6
Abdul Rozak Zaidan, Kamus Istilah Sastra,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2004), hlm. 181.

15
ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi,
pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat
diartikan sebagai bentuk upaya manusia
untuk mengungkapkan gagasannya melalui
bahasa yang lahir dari perasaan dan
pemikirannya.
Dalam perkembangan berikut kata
sastra sering dikombinasikan dengan awalan
“su” sehingga menjadi susastra, yang
diartikan sebagai hasil ciptaan yang baik dan
indah. sastra adalah segala ungkapan yang
dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun
tertulis. Dalam hal ini pengertian "sastra"
diambil dalam arti yang luas, yang tidak
terbatas pada susastra.
Dalam konteks kesenian,kesustraan
adalah salah satu bentuk atau cabang
kesenian,yang menggunakan media bahasa
sebagai alat pengungkapan gagasan dan

16
perasaan senimannya, sehingga sastra juga
disamakan dengan cabang seni lain seperti
seni tari,seni lukis, dan sebagainya.
Masa sesudah Islam merupakan zaman
dimana sastra Melayu berkembang begitu
pesat karena pada masa itu banyak tokoh
Islam yang mengembangkan sastra Melayu.
Catatan tertulis pertama dalam bahasa
Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi,
dan tercantum pada beberapa prasasti
peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian
selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di
beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini
menggunakan aksara Pallawa Selanjutnya,
bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai
tempat, meskipun dokumen terbanyak
kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.7

7
Ibid., hlm. 182.

17
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa sastra melayu adalah
hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk
upaya manusia untuk mengungkapkan
gagasannya melalui bahasa melayu yang lahir
dari perasaan dan pemikirannya bisa
berbentuk lisan maupun tulisan.

B. Perkembangan Bahasa Melayu


Bahasa Melayu termasuk kedalam
bahasa Melayu Polinesia di bawah rumpun
bahasa Austronesia. Menurut statistik
penggunaan bahasa di dunia penutur bahasa
Melayu diperkirakan mencapai lebih kurang
250 juta jiwa yang merupakan bahasa

18
keempat dalam urutan jumlah penutur
terpenting bagi bahasa di dunia.8
Ahli bahasa membagi perkembangan
bahasa Melayu kedalam tiga tahap utama
yaitu:
1. Bahasa Melayu Kuno (abad ke-7 sampai
abad ke-14)
Catatan tertulis pertama dalam bahasa
melayu kuno berasal dari abad ke-7
masehi dan tercantum pada beberapa
prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya
dibagian selatan Sumatera dan Wangsa
Syailendra di beberapa tempat di Jawa
Tengah, tulisan ini menggunakan aksara
Pallawa.
Bahasa Melayu kuno masih digunakan
untuk prasasti dan batu nisan sampai abad ke-

8
James T. Collins, Bahasa Melayu Bahasa
Dunia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm.
12.

19
14. Batu nisan orang Islam ditemukan pada
masa kerajaan Perlak, dengan adanya hal itu
maka memperkuat pendapat bahwa
penyebaran Islam di dunia pertuturan bahasa
Melayu.
2. Bahasa Melayu Klasik
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang
dianggap sebagai bahasa Melayu klasik.
Bentuk ini dipakai oleh kesultanan Malaka
yang perkembangannya kelak disebut sebagai
bahasa Melayu tinggi, penggunaannya
terbatas dikalangan keluarga kerajaan.
Disekitar Sumatera, Jawa, dan di
Semenanjung Malaya. Ciri yang paling
menonjol dalam berbagai ragam sejarah ini
adalah melalui masuknya kata-kata dari
bahasa Arab dan bahasa Parsi, sebagai akibat
dari penyebaran agama Islam yang mulai
masuk sejak abad ke-12.

20
3. Bahasa Melayu Modern (sejak abad ke-
20)
Bermula pada abad ke-19. Hasil
karangan Munsyi Abdullah dianggap
sebagai permulaan zaman bahasa Melayu
modern. Sebelum penjajahan Inggris,
bahasa Melayu mencapai kedudukan yang
tinggi, berfungsi sebagai bahasa
perantaraan, pentadbiran, kesusasteraan,
dan bahasa pengantar di pusat pendidikan
Islam. Selepas Perang Dunia Kedua,
Inggris merubah dasar menjadikan bahasa
Inggris sebagai pengantar dalam sistem
pendidikan. Semasa Malaysia mencapai
kemerdekaan, Perlembagaan Persekutuan
Perkara 152 menetapkan bahasa Melayu
sebagai bahasa kebangsaan.9

9
Muchtar Lutfi, dkk, Sejarah Riau, (Pekanbaru:
Biro Bina Sosial Setwilda TK 1 Riau, 1996), hlm. 802.

21
Akta Bahasa Kebangsaan 1963 atau
1967 menetapkan bahasa Melayu sebagai
bahasa rasmi negara. Laporan Razak 1956
mencadangkan bahasa Melayu sebagai
pengantar dalam sistem pendidikan negara.
Walaupun demikian, tidak ada bukti bahwa
ketiga bentuk bahasa Melayu tersebut saling
bersinambung. Selain itu, penggunaan yang
meluas di berbagai tempat memunculkan
berbagai dialek bahasa Melayu, baik karena
penyebaran penduduk dan isolasi, maupun
melalui kreolisasi.
Selepas masa Sriwijaya, catatan tertulis
tentang dan dalam bahasa Melayu baru
muncul semenjak masa Kesultanan Malaka
(abad ke-15). Laporan Portugis dari abad ke-
16 menyebut-nyebut mengenai perlunya
penguasaan bahasa Melayu untuk
bertransaksi perdagangan.

22
Seiring dengan runtuhnya kekuasaan
Portugis di Malaka, dan bermunculannya
berbagai kesultanan di pesisir Semenanjung
Malaya, Sumatera, Kalimantan, serta Selatan
Filipina, dokumen-dokumen tertulis di kertas
dalam bahasa Melayu mulai ditemukan.
Surat-menyurat antar pemimpin kerajaan
pada abad ke-16 juga diketahui telah
menggunakan bahasa Melayu. Karena bukan
penutur asli bahasa Melayu, mereka
menggunakan bahasa Melayu yang
“disederhanakan” dan mengalami
percampuran dengan bahasa setempat, yang
lebih populer sebagai bahasa Melayu Pasar
(Bazaar Malay). Tulisan pada masa ini telah
menggunakan huruf Arab (kelak dikenal

23
sebagai huruf Jawi) atau juga menggunakan
huruf setempat, seperti hanacaraka.10
Rintisan kearah bahasa Melayu modern
dimulai ketika Raja Ali Haji, sastrawan istana
dari kesultanan Riau Lingga secara sistematis
menyusun kamus eka bahasa melayu (kitab
pengetahuan bahasa yaitu kamus logat
Melayu-Johor-Pahang-Riau Lingga yang
pertama) pada pertengahan abad ke-19
sehingga berhasil menjadi bahasa yang
dominan, dan zaman pembinaan bahasa
melayu.
Perkembangan berikutnya terjadi ketika
sarjana-sarjana Eropa (khususnya Belanda
dan Inggris) mulai mempelajari bahasa ini
secara sistematis. Bahasa Melayu modern
didirikan dengan penggunaan alfabel latin
dan masuknya banyak kata-kata Eropa.

10
Ibid., hlm. 803.

24
Pengajaran bahasa melayu di sekolah-sekolah
sejak awal abad ke-20 semakin membuat
populer bahasa ini.11
Dalam masa 20 tahun berikutnya,
“bahasa Melayu van Ophuijsen” ini
kemudian dikenal luas di kalangan orang-
orang pribumi dan mulai dianggap menjadi
identitas kebangsaan Indonesia. Puncaknya
adalah ketika dalam Kongres Pemuda II (28
Oktober 1928) dengan jelas dinyatakan,
“menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”. Sejak saat itulah bahasa Melayu
diangkat menjadi bahasa kebangsaan.
Introduksi varian kebangsaan ini
mendesak bentuk-bentuk bahasa Melayu lain,
termasuk bahasa Melayu Tionghoa, sebagai
bentuk cabang dari bahasa Melayu Pasar,
yang telah populer dipakai sebagai bahasa

11
Ibid, hlm. 804.

25
surat kabar dan berbagai karya fiksi di
dekade-dekade akhir abad ke-19. Bentuk-
bentuk bahasa Melayu selain varian
kebangsaan dianggap bentuk yang “kurang
mulia” dan penggunaannya berangsur-angsur
melemah. Pemeliharaan bahasa Melayu baku
(bahasa Melayu Riau) terjaga akibat
meluasnya penggunaan bahasa ini dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap orang Belanda
yang pada waktu itu tidak suka apabila orang
pribumi menggunakan bahasa Belanda juga
menyebabkan bahasa Melayu menjadi
semakin populer.

C. Peran dan fungsi dari bahasa Melayu


Jauh sebelum bangsa Belanda datang ke
wilayah Nusantara, bahasa Melayu sudah
dipergunakan sebagai bahasa penghubung
dan bahasa perniagaan yang penyebarannya

26
telah melewati wilayah Nusantara. Bahkan,
orang-orang Portugis yang hendak berniaga,
menekankan pentingnya pengetahuan bahasa.
Melayu jika ingin mencapai hasil yang
baik dalam perniagaannya. Bahasa Melayu
yang disebutnya sebagai bahasa Latin dari
Timur, digunakan untuk kepentingan praktis,
yaitu menyampaikan missi agama,
perdagangan dan niaga, dan pendidikan yang
berhubungan dengan itu.
Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa
pengantar dan ditempatkan sebagai mata
pelajaran penting di sekolah-sekolah. Hal itu
tidak hanya mengukuhkan keberadaan bahasa
Melayu dalam dunia pendidikan pribumi,
tetapi juga membawa bahasa Melayu sebagai
bahasa pergaulan sehari-hari di kalangan elite
pribumi dan bangsa Eropa, terutama Belanda.

27
Mengenai dampak ditetapkannya bahasa
Melayu di sekolah-sekolah gubernemen.
Penempatan bahasa Melayu-Riau sebagai
mata pelajaran dalam dunia pendidikan telah
dilakukan jauh sebelum itu, yaitu ketika
bahasa Melayu diajarkan di sekolah-sekolah.
Penegasan kembali pemakaian bahasa
Melayu Riau itu, semata-mata karena adanya
perkembangan bahasa Melayu pasar atau
Melayu rendah yang banyak digunakan
dalam surat-surat kabar dan dalam pergaulan
sehari-hari. Untuk menghindari terjadinya
kekacauan, terutama dalam penulisan huruf
dan ejaan, maka diperlukan acuan bahasa
Melayu yang baik dan standard yang justru
masih terpelihara dalam bahasa Melayu Riau.
Penulisan kata Melajoe, misalnya, kadang
kala ditulis Melaijoe, Malajoe atau Malaijoe.

28
Keadaan itu tentu saja dapat
menimbulkan kesalahpahaman yang tidak
perlu. Oleh karena itu, sebagai usaha untuk
memudahkan pembacaan dan penulisan
bahasa Melayu serta agar tidak terjadi
kesalahpahaman, maka pada tahun 1897,
A.A. Fokker mengusulkan penyeragaman
bahasa Melayu dengan huruf Latin.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat
disimpulkan peran dan fungsi bahasa melayu
Bahasa Melayu digunakan untuk kepentingan
praktis, yaitu menyampaikan missi agama,
perdagangan dan niaga, dan pendidikan yang
berhubungan dengan itu.
Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa
pengantar dan ditempatkan sebagai mata
pelajaran penting di sekolah-sekolah.
Penempatan bahasa Melayu-Riau sebagai
mata pelajaran dalam dunia pendidikan telah

29
dilakukan jauh sebelum itu, yaitu ketika
bahasa Melayu diajarkan di sekolah-sekolah.

D. Varian-Varian Bahasa Melayu


Bahasa melayu sangat bervariasi,
penyebab utama adalah tidak adanya instruksi
yang memiliki kekuatan untuk mengatur
pembakuannya. Sebagaimana beberapa
bahasa dinusantara tidak ada batas tegas
antara satu varian dengan varian lain yang
penuturnya bersebelahan secara geografis,
perubahan dialek seringkali bersifat bertahap
untuk kemudian biasanya dilakukan
pengelompokan varian tersebut:
1. Bahasa Melayu Tempatan (lokal)
Bahasa melayu tempatan/lokal
merupakan bahasa yang berasal dari
daerah orang melayu sendiri seperti
disemenanjung malaka, kepulauan Riau

30
Lingga, sebagian pesisir timur Sumatra
dan pesisir barat Kalimantan.
2. Bahasa Melayu Kerabat (paramelayu,
Paramalay=melayu tidak penuh)
a) Bahasa Melayu Kerabat adalah bahasa
lain yang serupa dengan bahasa
melayu, namun terdapat perbedaan
diantaranya: Bahasa minangkabau
b) Bahasa Banjar
c) Bahasa Jambi
d) Bahasa Kerinci.
3. Bahasa Melayu Kreol (bukan
suku/penduduk Melayu)
Bahasa melayu sudah lama dikenal
sebagai bahasa antar suku bangsa
khususnya diindonesia. Dalam
perkembangannya terutama kawasan
berpenduduk bukan Melayu dan
mempunyai bahasa masing-masing,

31
bahasa melayu mengalami proses
kreoliasi.Dipulau Jawa, terutama
diJakarta, bahasa melayu mengalami
proses kreolisasi yang unsur dasar bahasa
Melayu pasar dicampur dengan berbagai
bahasa disekelilingnya.
Bermula pada abad ke-19. Hasil
karangan Munsyi Abdullah dianggap
sebagai permulaan zaman bahasa Melayu
modern. Sebelum penjajahan Inggris,
bahasa Melayu mencapai kedudukan yang
tinggi, berfungsi sebagai bahasa
perantaraan, pentadbiran, kesusasteraan,
dan bahasa pengantar di pusat pendidikan
Islam.
Selepas Perang Dunia Kedua, Inggris
merubah dasar menjadikan bahasa Inggris
sebagai pengantar dalam sistem
pendidikan. Semasa Malaysia mencapai

32
kemerdekaan, Perlembagaan Persekutuan
Perkara 152 menetapkan bahasa Melayu
sebagai bahasa kebangsaan.
Akta Bahasa Kebangsaan 1963 atau
1967 menetapkan bahasa Melayu sebagai
bahasa rasmi negara. Laporan Razak 1956
mencadangkan bahasa Melayu sebagai
pengantar dalam sistem pendidikan
negara.
Walaupun demikian, tidak ada bukti
bahwa ketiga bentuk bahasa Melayu
tersebut saling bersinambung. Selain itu,
penggunaan yang meluas di berbagai
tempat memunculkan berbagai dialek
bahasa Melayu, baik karena penyebaran
penduduk dan isolasi, maupun melalui
kreolisasi.
Selepas masa Sriwijaya, catatan tertulis
tentang dan dalam bahasa Melayu baru

33
muncul semenjak masa Kesultanan
Malaka (abad ke-15).12
Laporan Portugis dari abad ke-16
menyebut-nyebut mengenai perlunya
penguasaan bahasa Melayu untuk
bertransaksi perdagangan. Seiring dengan
runtuhnya kekuasaan Portugis di Malaka,
dan bermunculannya berbagai kesultanan
di pesisir Semenanjung Malaya, Sumatera,
Kalimantan, serta Selatan Filipina,
dokumen-dokumen tertulis di kertas dalam
bahasa Melayu mulai ditemukan. Surat-
menyurat antar pemimpin kerajaan pada
abad ke-16 juga diketahui telah
menggunakan bahasa Melayu. Karena
bukan penutur asli bahasa Melayu, mereka
menggunakan bahasa Melayu yang
“disederhanakan” dan mengalami

12
Ibid, hlm 804

34
percampuran dengan bahasa setempat,
yang lebih populer sebagai bahasa Melayu
Pasar (Bazaar Malay).
Tulisan pada masa ini telah
menggunakan huruf Arab (kelak dikenal
sebagai huruf Jawi) atau juga
menggunakan huruf setempat, seperti
hanacaraka.

E. Ciri-ciri Sastra Melayu


Sastra melayu lama sering juga
disebut sastra melayu klasik, sastra melayu
kuno atau sastra melayu purba. Yang
digolongkan karya sastra melayu lama
adalah karya sastra yang muncul sejak
masa purba sampaai tahun 1920-an.
Contohnya antara lain Sejarah Melayu,
Taman Raja-Raja dan Hikayat Hang Tuah.

35
Berikut merupakan ciri sastra melayu
lama yaitu:13
1. Statis, maksudnya terikat dalam
aturan-aturan yang ketat.
2. Milik bersama karena tidak diketahui
pengarangnya (anonym).
3. Isi berkisar seputar kerajaan.
4. Banyak menggunakan kata-kata klise
misalnya konon atau sebermula.
5. Disampaikan secara lisan dari mulut
ke mulut.
6. Banyak dipengaruhi budaya melayu
dan arab
7. Berbahasa melayu kuno
8. Berisi ajaran hidup
9. Bersifat khayalan misalnya ada
manusia bisa berubah wujud.

13
Engkos Kosasih, Cerdas Berbahasa
Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 19

36
Karya sastra melayu klasik sangat
jauh berbeda dengan karya sastra modern,
untuk mengenal apakah sebuah karya
sastra merupakan karya melayu klasik atau
karya sastra modern, ciri-cirinya adalah
sebagai berikut:14
1. Anonim
Anonim dalam artian tidak
diketahui siapa pengarangnya, ini
disebabkan karena tempo dulu tidak
banyak orang yang mengejar
popularitas sehingga pengarangnya
lebih fokus untuk menyajikan maha
karya yang menitikberatkan pada
fungsi cerita.
Beberapa contoh dari karya
sastra melayu klasik pada umumnya
terdapat di setiap cerita-cerita klasik,

14
Ibid., hlm 22.

37
seperti “Hikayat Hang Tuah”, Hikayat
Raja Indra”, “Hikayat Indra
Bangsawan”, “Hikayat Malim
Demam”.
2. Kurang dinamis
Dipandang dari masyarakat
kekinian, perubahan yang terjadi
dalam sastra Melayu klasik sangat
lamban.
3. Pralogis.
Cerita-cerita yang termasuk
sastra Melayu klasik banyak diwarnai
oleh hal-hal gaib dan tidak masuk
akal.
4. Menggunakan bahasa Melayu klasik
Karya-karya sastra Melayu
klasik banyak menggunakan bahasa
Melayu klasik seperti konon, alkisah,
sahibul hikayat, dan lain sebagainya

38
5. Bertema Istana Sentris
Jenis ceritanya berlatar
belakang istana. Tokohnya biasanya
raja atau pangeran yang sakti dan
kisahnya mengenai percintaan. Akhir
cerita selalu bahagia.
6. Komunal.
Cerita-cerita yang dikisahkan
dalam sastra Melayu klasik
merupakan milik bersama.
7. Bernilai Budaya Lokal
Ciri yang ketika dari karya
sastra melayu klasik adalah
penciptaan karya sastra melayu klasik
biasanya mengusung budaya lokal,
sehingga dari Cerita kaya sastra
melayu klasik pembaca bisa mendapat
gambaran moral masyarakat yang
hidup pada jaman dulu.

39
8. Disebar Secara Lisan
Ciri yang terakhir ialah
disebarkan secara lisan. penyebab
utamanya adalah pergerakan zaman
dahulu sangatlah lambat jika
dibandingkan dengan konvoi
masyarakat di zaman modern ini.
Selain itu, melalui budaya
lisan, masyarakat juga mampu lebih
intens memberikan nilai-nilai positif
nan terdapat di dalam cerita sehingga
pesan moral yang terdapat di
dalamnya akan sampai kepada
pendengar dengan lebih cepat dan
efektif.
9. Didaktis
Memberikan pesan mendidik
kepada masyarakat baik pesan moral

40
maupun pesan keagamaan atau
religius.
10. Tradisional
Mempertahankan kebiasaan
masyarakat jaman dulu atau adat
istiadat.
11. Simbolis
Peristiwa-peristiwa dalam
berbagai karya sastra Melayu klasik
disajikan dalam bentuk lambang.
12. Klasik Imitatif
Sastra Melayu klasik bersifat
imitatif atau meniru yang diwariskan
secara turun temurun.
13. Universal
Dapat berlaku dimana saja,
kapan saja, siapa saja. Dalam artian
sastra Melayu klasik berlaku kapan
pun, dimanapun, dan bagi siapa pun.

41
Biasanya hal ini terkait dengan isi
pesan yang ingin disampaikan.

F. Kedudukan Bahasa Melayu di Era


Modern
Bahasa merupakan salah satu alat
komunikasi yang digunakan oleh manusia.
Malaysia menggunakan bahasa Melayu
sebagai bahasa pengantaraan. Melayu pula
didefinisikan sebagai nama asal bangsa yang
mendiami seluruh daerah Nusantara di Asia
Tenggara serta bahasanya ataupun nama suku
bangsa terutama sekali di Semenanjung
Tanah Melayu.
Bahasa digunakan sebagai alat
perhubungan untuk berkomunikasi sesama
manusia sama ada dalam bentuk lisan mahu
pun tulisan. Bahasa Melayu ialah bahasa
yang dituturkan sebagai alat komunikasi

42
masyarakat atau asal bangsa yang menduduki
Kepulauan Melayu.15
Bahasa Melayu merupakan salah satu
bahasa yang digunakan dalam 200 bahasa
yang terdapat dalam Kepulauan Melayu.
Bahasa Melayu ini juga menjadi bahasa
kebangsaan kepada negara Malaysia,
Singapura, Brunei dan Indonesia. Selepas
kemerdekaan Malaysia pada tahun 1957,
bahasa Melayu dijadikan bahasa kebangsaan
Malaysia.
Terdapat berbagai faktor yang
menyebabkan bahasa Melayu dipilih untuk
dijadikan bahasa kebangsaan. Faktor yang
pertama ialah peratusan penutur bahasa
Melayu di semenanjung Malaysia pada masa
itu. Peratusan sebanyak 49.78 bagi

15
Ismail Hussein, Antara Dunia Melayu dengan
Dunia Indonesia, (Malaysia: Syarikat-Syarikat Esso,
1988), hlm. 5.

43
masyarakat Melayu menjadikan masyarakat
melayu merupakan penutur bahasa yang
paling banyak di Malaysia berbanding
dengan masyrakat Cina 37.1 dan masyarakat
India 11.0.16
Selain itu, bahasa Melayu merupakan
bersifat pribumi. Sifat ini menjadi faktor yang
membolehkan bahasa Melayu dipilih menjadi
bahasa kebangsaan. Bersifat pribumi nii
dapat melahirkan jati diri yang tinggi ke
dalam setiap rakyat Malaysia.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai
alat komunikasi di Malaysia telah digunakan
sejak sekian lama, ia digunakan dalam
pelbagai situasi sama ada menyampaikan
maklumat, memberi nasihat, malahan untuk
urusan perdagangan juga telah menggunakan
bahasa melayu. Faktor yang terakhir bahasa

16
Ibid.,

44
Melayu digunakan sebagai bahasa
kebangsaan ialah bahasa Melayu telah
menjadi bahasa pentadbiran sejak di Zaman
Melayu Melaka lagi. Semasa ini bahasa
Melayu menjadi Lingua Franca yang
menjadi bahasa perdagangan di antara
Kerajaan Melayu Melaka dan kerajaan negara
luar.17
Bahasa Melayu mempunyai berbagai
peranan dan fungsi kepada diri dan
masyarakat Malaysia. Bahasa Melayu
berperanan sebagai bahasa kebangsaan.
Setiap negara perlulah mempunyai bahasa
negara itu sendiri bagi menunjukkan identitas
negara tersebut. Bahasa Melayu telah dipilih
menjadi bahasa kebangsaan yang
menunjukkan identitas Malaysia sendiri
kepada seluruh dunia. Peratusan penutur

17
Ibid.,

45
bahasa Melayu yang banyak menyebabkan
bahasa ini dopilih sebagai bahasa
kebangsaan. Bahasa Melayu telah digunakan
oleh semua masyarakat dan menunjukkan
keseragaman rakyat Malaysia.18
Bahasa Melayu juga menjadi asas
pembinaan negara dan kebudayaan
masyarakat. Asas pembinaan negara
berlandaskan perlembagaan negara Malaysia
dalam perkara 152 yang mengatakan bahawa
bahasa Melayu merupakan bahasa
kebangsaan bagi Malaysia.
Satu bahasa yang dipahami oleh
semua lapisan masyarakat dapat diselaras dan
diseragamkan dan menjadi asas
pembangunan sesuatu masyarakat. Dengan
termaktubnya Perkara 152 dalam
Perlembagaan Malaysia menunjukkan bahwa

18
Ibid, hlm. 6

46
Malaysia mempunyai asas yang kukuh dalam
pembinaan negara dan kebudayaan
masyarakat di masa akan datang.19
Bahasa Melayu berfungsi sebagai
bahasa perpaduan yang dapat digunakan dan
dipahami oleh semua kaum di Malaysia.
Inilah keunikan yang terdapat di Malaysia di
mana satu bahasa menggabungkan satu
negara. Dipahami dan diwarisi sejak zaman
nenek moyang kita yang mengekalkan bahasa
Melayu sebagai bahasa perpaduan di
Malaysia.
Selain itu, bahasa Melayu juga
menjadi bahasa pengantar ilmu pengetahuan.
Sistem pendidikan di Malaysia telah memilih
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di
sekolah dan di institusi-institusi pendidikan.
Bahasa Melayu telah digunakan sejak 90-an

19
Ibid.,

47
lagi sebagai bahasa ilmu. Bahasa Melayu
digunakan oleh guru-guru di sekolah semasa
menyampaikan ilmu. Bahasa Melayu
digunakan adalah bagi menyelaraskan
penggunaan bahasa yang digunakan sekolah
dan mudah dipahami oleh semua kaum.
Bahasa Melayu ini juga memudahkan guru
untuk berkomunikasi dengan murid dan dapat
mencapai objektif pengajaran dengan baik.20
Bahasa Melayu juga merupakan
bahasa resmi di Malaysia. Bahasa resmi
adalah bahasa yang digunakan dalam situasi
resmi, yaitu dalam urusan pemerintahan dan
pentadbiran, sistem pendidikan Negara,
urusan perdagangan dan perusahaan, upacara
resmi, kehakiman dan sebagainya. Oleh
sebab itu, bahasa Melayu telah dipilih untuk
menjadi bahasa resmi kepada Malaysia.

20
Ibid.,

48
Bahasa resmi ini bukanlah ingin
menunjukkan mengenai semangat negara,
tetapi fungsi bahasa resmi itu sendiri untuk
mempermudahkan sesuatu urusan untuk
dijalankan dalam berbagai situasi.
Kedudukan dan taraf bahasa Melayu
ini telah termaktub dalam perlembagaan
Malaysia dalam Perkara 152, Akta Bahasa
kebangsaan dan Akta Pendidikan 1961.
Perkara 152 (1) telah termaktub mengatakan
bahwa Bahasa Kebangsaan ialah bahasa
Melayu dan hendaklah ditulis dalam apa-apa
tulisan sebagaimana yang diperuntukan
dengan undang-undang oleh parlemen.
Terdapat syarat yang telah ditetapkan
dalam Perkara 152 ini bahwa tidak siapa pun
boleh dilarang atau ditahan daripada
menggunakan (bagi apa-apa maksud, lain
daripada maksud resmi), atau daripada

49
mengajar atau belajar, apa-apa bahasa lain.
Walaupun dalam memartabatkan bahasa
Melayu itu sendiri, perlembagaan juga ingin
menjaga keharmonian masyarakat Malaysia
yang berbilang kaum dengan memberi
keistimewaan kepada bahasa Melayu sebagai
bahasa kebangsaan tetapi tidak menghalang
penggunaan bahasa kaum lain.21
Selain dalam Perkara 152, dalam Akta
Bahasa kebangsaan juga telah mengatakan
bahasa Melayu sebagai Bahasa Kebangsaan
Malaysia. Dalam Akta Bahasa Kebangsaan
1967, bahasa kebangsaan mestilah digunakan
bagi maksud-maksud resmi, kecuali dalam
beberapa kes tertentu seperti undang-undang
yang sedia ditulis dalam bahasa Inggeris, dan
berhubungan dengan negara luar.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa

21
Ibid, hlm. 7.

50
pengantar awal di sekolah bermula di sekolah
rendah, diikuti 1958 di sekolah menengah
dan 1983 di universitas-universitas yang
menjadikan bahasa Melayu digunakan
sepenuhnya sebagai bahasa pengantar di
institusi pendidikan.
Akta Pendidikan 1961 juga
mengatakan bahwa bahasa kebangsaan
digunakan di semua sekolah yaitu bahasa
Melayu. Keputusan ini dibuat atas
pelaksanaan bahasa Kebangsaan yang
mengatakan bahawa peruntukan selanjutnya
adalah dikehendaki untuk menentukan agar
dasar dilaksanakan secara berkesan, termasuk
khususnya peruntukan bagi perkembangan
yang progresif bagi suatu sistem pelajaran

51
dalam mana Bahasa Kebangsaan adalah
menjadi bahasa pengantar utama.22

G. Faktor-faktor Bahasa Melayu


diganti Menjadi Bahasa Lain
Dalam kajian disiplin ilmu linguistik
bahasa Indonesia merupakan salah satu dari
sekian banyak ragam bahasa Melayu dan
dasar yang digunakan adalah bahasa Melayu
Riau diabad ke-19. Berdasarkan
pengelompokan bahasa dalam dalam rumpun
Austronesia, bahasa Indonesia termasuk
dalam kelompok Polenesia Barat. Dalam
kelompok tersebut terdapat 175 bahasa. Salah
satunya bahasa Indonesia, yang termasuk
Melayu Polenesia Barat adalah Melayu
Polenesia Filipina dan Indonesia Barat.23

22
Ibid.,
23
James T. Collins, Ibid, hlm. 14.

52
Ada empat faktor yang menyebabkan
bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa
Indonesia, yaitu :
1. Bahasa Melayu merupakan lingua franca
di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah
dipelajari karena dalam bahasa ini tidak
dikenal tingkatan bahasa seperti
tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa
(ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa
kasar dan halus seperti dalam bahasa
Sunda (kasar, halus).
3. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku
yang lain dengan suka rela menerima
bahasa Melayu sebagai bahasa Nasional.

53
4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan
untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.24
Beberapa faktor lain yang
menyebabkan bahasa Melayu terpilih
menjadi dasar bahasa Indonesia, yakni :25
1. Faktor Intralinguistik
Faktor intralinguistik adalah
faktor yang ada di dalam bahasa itu
sendiri, dalam hal ini bahasa Melayu.
Kelebihan bahasa Melayu
dibandingkan dengan bahasa daerah
lain, misalnya bahasa Jawa, bahasa
Sunda, bahasa Madura, dan bahasa
Bali ditinjau dari faktor intralinguistik
tampak dalam hal tingakatn bahasa.

24
Ibid
25
Ibid

54
Bahkan dapat dikatakan bahasa
Melayu tanpa tingkatan bahasa.
Kelebihan bahasa Melayu, yaitu
sedikit atau tanpa tingkatan bahasa
tentu akan mempermudah penutur
menggunakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal itu terjadi karena
dengan penguasaan kosakata yang
terbatas dimungkinkan terjadi
komunikasi antara berbagai lapisan.
Sebaliknya di dalam bahasa daerah
yang lain, seperti bahasa Jawa, bahasa
Sunda, bahasa Bali pemilihan
kosakata dalam komunikasi
cenderung dipengaruhi oleh tuntutan
tingkatan bahasa yang dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut, dapat
dipahami bahwa penggunaan bahasa
Melayu ternyata tidak serumit bahasa

55
daerah lain yang memiliki tingkatan
bahasa.
2. Faktor Ekstralinguistik
Faktor yang berada di luar bahasa
Melayu. Faktor diluar bahasa Melayu
ini meliputi latar belakang sosial
budaya. Kelebihan bahasa Melayu
dibandingkan dengan bahasa daerah
lain dilihat dari faktor ekstralinguistik
tampak dalam dua hal. Pertama,
bahasa Melayu telah tersebar luas di
wilayah Nusantara. Hal itu
disebabkan oleh penuturnya yang
cenderung berwatak perantau. Penutur
bahasa Melayu merantau karena
kebanyakan diantara mereka
berprofesi sebagai pedagang. Kedua,
pada zaman kerajaan Sriwijaya
bahasa Melayu telah diangkat sebagai

56
bahasa kebudayaan dan bahasa ilmu
pengetahuan, terutama pada sekolah
tinggi pusat agama Budha. Disamping
itu, bahasa Melayu juga telah menjadi
lingua franca (bahasa perhubungan).

H. Islamiasasi dan Kesusastraan


Melayu di Indonesia
1. Aceh dan Samudra Pasai
Aceh, adalah kesultanan Islam
yang terletak di ujung utara pulau
Sumatera, telah berkembang menjadi
pusat pengkajian Islam sejak awal abad
XVI. Hal tersebut terjadi karena para
sultannya punya minat yang tinggi
terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Para penguasa Aceh
banyak mendorong para cendekiawan
asing untuk menetap, memperdalam dan

57
mengembangkan ilmu agama Islam di
sana. Maka lahirlah di sana ulama-ulama
terkenal seperti Abdul Rauf Singkel,
Nuruddin al-Raniri, Syamsuddin al-
Sumatrani, Hamzah al-Fansuri, Bukhari
al-Jauhari dan lain-lain.
Menurut Naquib al-Attas, pada
masa itu Hamzah Fanzuri telah
mempergunakan bahasa Melayu dengan
benar dan baik dalam setiap tulisannya.
Dia telah mampu mempergunakan bahasa
Melayu untuk menulis tentang masalah-
masalah filsafat. Karena itu menurut
alAttas, Hamzah Fansuri telah diakui
sebagai perintis kesusastraan Melayu –
Indonesia modern.26 Nuruddin al-Raniri,
seorang ulama besar kesultanan Aceh,

26
Al-Attas, Islam dalam Sejarah dan
Kebudayaan Melayu, (Kuala Lumpur: UKM, 1972),
Hlm. 47-48

58
disamping mengarang 14 buah karya
keagamaan dia juga mengarang buku
yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan
judul "Bustan al-Salatin" (Taman Raja-
raja). Buku yang bercorak kesusastraan –
sejarah dan ketatanegaraan ini dikarang
oleh al-Raniri atas perintah Sultan
Iskandar Sani pada tahun 1638 M.
Demikian pula Bukhari alJauhari. Dia
adalah pujangga Islam di Aceh yang pada
tahun 1603 M. telah menulis buku yang
berjudul "Taj al-Salatin" (Mahkota
Rajaraja). Buku yang berisi
ketatanegaraan ini, judulnya memang
mempergunakan bahasa Arab tetapi
isinya ditulis dalam bahasa Melayu yang
baik dan mudah dipahami. Kemudian,
buku yang menurut Agus Salim, isinya
merupakan saduran dari tulisan orang

59
Persia ini, oleh para Raja-raja yang
memerintah di sana, telah dijadikan
pedoman dan panduan dalam
menjalankan pemerintahannya.27
Ulama Aceh masa itu yang juga
sangat produktif mengarang kitab-kitab
agama adalah Abd al-Rauf Singkel.
Beliau, menurut Ismail Hamid dalam
bukunya "Kesusastraan Indonesia lama
bercorak Islam". Di samping karya-karya
ilmu agama yang ditulisnya, juga telah
menggubah sebuah karya sastra Melayu
dalam bentuk puisi yang berjudul "Syair
Ma'rifah".
Pada zaman awal pertumbuhan
Islam di Nusantara, kerajaan Islam
Samudra Pasai telah berperan sebagai

27
Agus Salim, Tokoh yang Kukuh, (Singapura:
Pustaka Nasional, 1966), Hlm. 61-63

60
pusat kebudayaan Melayu Islam. Ibu
kotanya menjadi tempat pertemuan para
cendekiawan Islam dari berbagai ilmu
agama Islam, termasuk para
sastrawannya. Ibnu Bathuthah, seorang
pelancong Arab yang pernah singgah di
Pasai tahun 1336 M., dalam laporannya ia
menulis tentang pertemuannya dengan
para ulama Islam di sana. Ia melaporkan
bahwa di sana pernah bertemu dengan
Amir Dawlasa dari Delhi dengan Qadhi
Amir Said dari Shiraz, dan dengan
seorang ahli hukum dari Isfahan bernama
Tajuddin. Disebutkan dalam catatannya,
bahwa Sultan Pasai itu mempunyai minat
yang sangat besar untuk membicarakan
masalah agama dengan para ulama. Dia
melakukan pembicaraan tentang agama

61
Islam tersebut dengan didampingi para
petinggi negara di dalam Istananya.28
Dalam buku sejarah Melayu karya
Shellabear disebutkan bahwa Abu Ishak,
seorang ulama dari Makkah, telah
menulis buku "Dar al-Mazlum" yang
ditulis dalam bahasa Arab, dihadiahkan
pada Sultan Manshur Syah di Malaka.
Untuk memudahkan pemahaman atas isi
kitab tersebut, Sultan Manshur Syah
memerintahkan agar dibawa ke Pasai
untuk diterjemahkan ke dalam bahasa
Melayu oleh para ulama di sana. Di Pasai
juga dijumpai sebuah karya sastra yang
mengisahkan sejarah Pasai dengan judul
"Hikayat Raja-raja Pasai". Dengan
demikian maka Pasai dapat dianggap

28
Ibnu Bathuthah, Rihlah IV, (Paris, 1893),
Hlm. 230

62
sebagai pusat kebudayaan Melayu awal di
Nusantara.
I. Bahasa Melayu dalam Lintasan
Sejarah Aceh
1. Bahasa Melayu dan Masyarakat
Pemakainya
Wilayah Indonesia yang
membentang sepertujuh lingkaran
ekuador, yang terdiri atas gugusan
pulau-pulau besar dan kecil dari
bermacam-macam suku bangsa adat
dan tradisi bahasa dan dialek
walaupun demikian sebagian besar
bahasa dan dialek yang tersebar dan
disalurkan ke wilayah kepulauan
Indonesia termasuk dalam suatu
rumpun bahasa, yaitu Rumpun Bahasa

63
Melayu Astronesia Dan Bahasa
Melayu Kepulauan Selatan.29
Dunia Melayu adalah suatu
konsep tentang manusia dan
kebudayaannya, manusia yang
dimaksud disini pada dasarnya berasal
dari ras yang sama yaitu Indo-
Mongoloid, dan berasal dari daerah
yang sama yaitu Campa, berbicara
dalam bahasa besar persamaannya
yaitu bahasa Melayu, mempunyai
kesamaan yang sama yaitu Islam dan
juga persamaan dari segi adat istiadat,
yaitu adat istiadat Melayu dan juga
persamaan disegi kesenian, walaupun
sejarah perkembangan politik dan
ekonomi bangsa-bangsa di Nusantara
itu berbeda, namun dalam hubungan

29
Badrika, Op.Cit, hlm. 25

64
bahasa, agama, adat istiadat dan
kesenian mereka telah membuat
manusia Melayu tergolong ke dalam
satu rumpun yang mempunyai ciri
khas dan kepribadian tersendiri yaitu
dunia Melayu.30
Penduduk Melayu di Sumatera
Timur adalah berasal dari berbagai
suku bangsa seperti Batak, Aceh,
Minagkabau, Siak, Mandailing, Bugis
dan semenanjung tanah Melayu.
Mereka diikat bukan oleh faktor
geneologis (turunan darah), tetapi
oleh ikatan kultur (budaya). Para
sarjana dan pemerintah kolonial
Inggris, Belanda dan portugis
memberikan definisi tentang orang

30
Darwis A Soelaiman, dkk, Warisan Budaya
Melayu Aceh, Cet I, (Banda Aceh: Pusat Studi Melayu
Aceh, 2003), hlm. 112

65
Melayu adalah: “A Malay is one who
is a Muslim, who habitually speaks
Malay, who practices Malay Adat,
and who fulfills certain residence
Require ments.” Orang Melayu
adalah seorang yang beragama Islam,
yang sehari-hari berbahasa Melayu
yang menganut adat budaya Melayu,
dan yang memenuhi syarat tempatan
tertentu.31
Bahasa Melayu merupakan bahasa
budaya sejak dulu di kepulauan
Nusantara, sebuah bahasa yang
dipergunakan baik oleh pedagang-
pedagang muslim dan penyebar
agama Islam, kemudian oleh
kompeni-kompeni dagang Eropa
Barat dan pada masa kita sekarang

31
Ibid

66
telah menjadi bahasa nasional
Indonesia dan Malaysia. Pada abad
ketujuh belas di Aceh kita jumpai
pusat literatur Melayu, pada abad
kedelapan belas juga dijumpai pusat
serupa di Palembang, dan pada abad
kesembilan belas juga dijumpai di
Riau. Pada masa dulu telah dijumpai
berbagai-bagai bentuk bahasa Melayu
seperti bahasa Melayu Sumatera
(bahasa Melayu Aceh), bahasa
Melayu Maluku, bahasa Melayu
Jakarta, bahasa Melayu Palembang
dan bahasa Melayu Riau dan
sebagainya, semua itu berbentuk
regional yang masing-masing
mempunyai hak hidup sendiri. Bentuk
bahasa Melayu tersebut dapat
berkembang dengan mudah karena

67
tidak ada lagi kerajaan Melayu yang
berkuasa yang menetapkan bahasa
Melayu sebagai bahasa standar,
sementara dalam perjalanan
sejarahnya bahasa Melayu telah
tersebar jauh kedaerah-daerah di
sekitarnya.32
Dalam penggunaan bahasa
Melayu Sumatera atau bahasa Melayu
Aceh pada sekitar tahun dua puluhan,
di Aceh masih banyak terdapat orang-
orang yang membaca hikayat-hikayat
maupaun tulis menulis surat-surat
dalam menggunakan huruf Arab/
Melayu atau huruf Jawoe, sehingga
berdasarkan ini pula orang Aceh dapat
dianggap bebas dari buta huruf,
sedangkan dalam penggunaan huruf

32
Ibid

68
latin pada masa itu belum populer di
kalangan orang-orang Aceh.33
2. Perkembangan Bahasa Melayu
dari Masa Kerajaan Pasai sampai
dengan Kerajaan Aceh
Darussalam
Sejak awal abad pertama masehi,
pulau Sumatera karena letak
geografisnya, telah menjadi tumpuan
perdagangan antar bangsa dan
pedagang-pedagang yang datang ke
Sumatera, antara lain dari negeri-
negeri Arab, anak benua India, dan
negeri Cina. Sebelum bandar-bandar
niaga yang besar terbentuk di sekitar
Selat Malaka, Sriwijaya sejak abad
ke-7 menjadi pusat perdagangan,

33
Mohammad Said, Aceh Sepanjang Abad,
(Medan: PT. Harian Waspada, 1981), hlm. 15

69
pelayaran, dan pusat agama Budha di
nusantara.34
Setelah bandar-bandar niaga yang
besar terbentuk di sekitar selat Malaka
seperti Pasai pada abad ke-14, Malaka
abad ke-15, Aceh abad ke-16,
”Bahasa Melayu yang juga dikenal
dengan nama “Bahasa Jawi”
berkembang dengan pesat terutama
setelah penduduk-penduduk sekitar
selat Malaka itu memeluk agama
Islam. Dengan kedatangan agama
Islam maka bahasa Melayu muncul
sebagai bahasa pengantar bahkan
sebagai bahasa sarjana dan para
cendikiawan yang terkemuka dan

34
Abdurahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat
Di Nusantara Sejarah dan Perkembangannya Hingga
Abad Ke-19, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan
Pustaka, 1990), hlm. 56

70
bahasa Jawapun terpaksa tunduk
kepada kekuatan Melayu sehingga
cerita-cerita panji diterjemahkan ke
dalam bahasa Melayu untuk
menyebarkan kebudayaan Jawa.35
Bahasa Melayu yang disebut
bahasa Jawi atau Jawo itu tetap
digunakan sebagaimana halnya
dikerajaan Samudera Pasai sehingga
mampu menterjemahkan kitab-kitab
tasawuf dan juga digunakan dalam
penulisan surat-menyurat, buku-buku
kesusasteraan yang ada sekarang dan
juga dijadikan sebagai bahasa
pengantar antara berbagai daerah
Indonesia dengan kerajaan Aceh dan
bahasa pengantar di pesantren-
pesantren bahasa Jawilah yang

35
Darwis A Soelaiman, dkk, Op.Cit, hlm. 135

71
dipergunakan terutama di pesantren-
pesantren besar yang dikunjungi oleh
murid-murid dari berbagai daerah
Indonesia dan Malaya.36
Perkembangan bahasa Melayu di
Aceh bermula dari bahasa Melayu-
Pasai (Jawi-Pasai/Jawoe) ke bahasa
Melayu Aceh Darussalam sedangkan
pengenalan dengan bahasa dan huruf
Arab sejak Islam masuk ke Aceh,
yaitu sekitar abad ketujuh Masehi.
Ketika kerajaan Samudra Pasai
ditaklukkan oleh kerajaan Aceh pada
tahun 1524, kerajaan Melayu Pasai
berpindah ke Bandar Aceh
Darussalam, Ibukota kerajaan Aceh,
dan semakin memperkuat kedudukan

36
Zakaria Ahmad, Sekitar Kebudayan Aceh
Dalam Tahun 1520-1675, (Medan: Manora, 1972),
hlm. 109

72
bahasa Jawi dalam kerajaan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan
berkembangnya karya sastra pada
masa kerajaan Aceh Darussalam, dan
bahasa Melayu menjadi bahasa resmi
kerajaan Aceh Darussalam pada masa
itu, sehingga segala peraturan negara
seperti undang-undang yang terkenal
dengan “Adat Bak Potemoreuhom”
ditulis dalam bahasa Melayu.37
Pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda mahkota alam Aceh
kembali manyatukan lebih banyak
lagi negeri-negeri di sepanjang pesisir
Timur dan Barat Sumatera, Kedah,
Perak, Johor dan Pahang. Pada masa
Sultan Iskandar Muda mulailah terjadi

37
Adnan Hanafiah, dkk, Naskah Aceh Bahasa
Dan Sastra, (Daerah Istimewa Aceh: Museum Negeri
Daerah Istimewa Aceh, 1993), hlm. 29

73
perkembangan bahasa dan budaya
Melayu Aceh. Dengan bersatunya
negeri-negeri Melayu sepanjang selat
Malaka dan laut Cina Selatan masa
Sultan Iskandar Muda itu maka
bahasa Melayu yang menjadi Lingua
Franca di nusantara itu tentu saja
menjadi bahasa resmi kerajaan Aceh
Darussalam.38
Bahasa Melayu menjadi bahasa
kedua dan bahasa istana setelah
bahasa Aceh, karena pada masa itu di
dalam kerajaan Aceh Darussalam
digunakan dua bahasa yaitu Aceh dan
bahasa Melayu. Demikianlah juga
dalam kerajaan pasai bahasa Melayu
sangat populer pada masa itu
pengucapan dan penulisan

38
Ibid

74
kesusasteraan Aceh dilakukan dalam
dua bahasa tersebut karena bahasa
Aceh juga termasuk sebagai bahasa
resmi kerajaan Aceh Darussalam di
samping bahasa Arab yang juga
dipelajari secara umum sebagai
bahasa agama, sehingga dalam
karangan-karangan karya sastra dan
karya ilmiah ketiga bahasa bercampur
baur menjadi satu.39
Banyak kitab agama Islam bahasa
Arab dan Persia diterjemahkan dalam
bahasa Melayu di Aceh dan
disebarkan keseluruh nusantara. Pada
masa itu pula masuknya pengaruh
Aceh ke negeri-negeri Melayu.
Peresmian negeri raja-raja Melayu
disebut dalam “Sarakata” dengan Cap

39
Ibid

75
Sikureung (Cap Sembilan)40 dan
Regalia Pedang Bawar. Di pusat
kerajaan Melayu ini sangat banyak

40
Cap Sikureung dari Sri Paduka Sultanah Tajul
‘Alam Sri Safiatuddin Syah (cap) berdaulat Zilu’llahi
Fi’l Alam Sultan permpuan pertama kerajaan Aceh
dan Sultan ke XIII ( 1641-1675), Putri Sultan Iskandar
Muda, istri sultan Iskandar Sani. Cap Sikureueng atau
segel para sultan /sultanah kerajaan Aceh adalah Cap
Resmi dari raja yang memerintah. Penamaan cap ini
didasarkan pada bentuk cap yang mencantumkan
sembilan nama sultan. Nama sultan yang memerintah
berada di tengah-tengah. Membacanya selalu dimulai
dari bawah ke atas (searah jarum jam). Dalam Cap
Sikureung berturut-turut dicantumkan nama: As Sultan
Raja Iskandar Muda, As Sultan Johan Berdaulat, Ibnu
As Sultan Ali Riayat Syah, Ibnu Sultan Alaidin Riayat
Syah, Ibnu As Sultan Firman Syah, Ibnu As Sultan
Muzaffar Syah, Ibnu As Sultan ’Inayat Syah dan di
tengah-tengah Paduka Sri Sultanah Tajul ‘Alam
Safiatuddin Syah Berdaulat Zilu’llahi fi’l Alam. Cap
sikureueng yang dipergunakan dikerajaan Aceh
kemungkinan meniru cap yang serupa yang
dipergunakan di kerajaan Mogul Besar di Hindustan.
Lazimnya tiga nama sultan yang dicantumkan adalah
raja-raja yang memerintah dari dinasti sebelumnya,
sedangkan yang lima lagi adalah raja-raja dari
keluarga sendiri, dan satu dari yang lima adalah
pendiri dinasti. (Ismail Sofyan, dkk, Perang Kolonial
Belanda Di Aceh. Banda Aceh: Pusat Dokumentasi
dan Informasi Aceh, 1990), hlm. 22

76
dihasilkan karya-karya tulis baik
dalam bahasa Melayu maupun bahasa
Arab, antara lain kitab Tajussalatin
atau mahkota segala raja-raja yang
dikarang oleh Bukhari Al-Jauhari
pada tahun 1603.41
Teuku Iskandar dalam buku
Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah
karangan Teungku Ibrahim Alfian
mengemukakan bahwa kesusasteraan
Melayu berkembang di Pasai
dilanjutkan di Bandar Aceh
Darussalam, beliau mengatakan juga
kesusasteraan bahasa Melayu yang
dimulai di Kerajaan Pasai dan
dilanjutkan di kerajaan Aceh

41
Ibid

77
berkembang selama lebih dari 650
tahun.42
Dari uraian di atas dapat
dikemukakan bahwa bahasa Melayu
telah diangkat menjadi bahasa ilmu
pengetahuan dalam arti luas, termasuk
di dalamnya ilmu agama, filsafat
hukum, dan sastra sehingga menjadi
bahasa kebudayaan. Bahasa Melayu
yang menjelma inilah yang diangkat
oleh pemimpin pergerakan Nasional
menjadi bahasa Indonesia yang
akhirnya setelah proklamasi
kemerdekaan menjadi bahasa negara
Indonesia.
3. Peranan Bahasa Melayu pada
Masa Kerajaan Aceh

42
Teungku Ibrahim Alfian, Wajah Aceh Dalam
Lintasan Sejarah, Cet. Pertama, (Banda Aceh: Pusat
Dokumentasi dan Informasi Aceh, 1999), hlm. 63

78
Bahasa Melayu telah
dipergunakan oleh kerajaan Pasai dan
Aceh untuk kepentingan penyebaran
agama dan kebudayaan Islam. Dalam
penyebaran bahasa Melayu sebagai
media penyampaian agama, filsafat
dan kesusasteraan, tidak perlu
diragukan lagi bahwa Pasai
memegang peranan penting sampai
kepada pusat kerajaan.43
Bahasa Melayu memiliki peranan
yang cukup besar dalam
pengembangan budaya Melayu di
dunia Melayu di Aceh terutama pada
abad ke-17 bahasa Melayu
dipergunakan sebagai bahasa resmi
istana, bahasa sarakata, bahasa ilmu

43
Ibrahim Kaoy, dkk, Bunga Rampai Temu
Budaya PKA-3, (Banda Aceh: Syiah Kuala Press,
1988), hlm. 567

79
pengetahuan, bahasa pengantar
pengajaran, bahasa pengucapan
perasaan, bahasa perhubungan antar
wilayah kerajaan, bahasa surat
menyurat44 dan bahasa Diplomasi.
Bahasa Melayu juga dipergunakan
oleh kerajaan-kerajaan Pasai dan
kerajaan Aceh untuk kepentingan
penyebaran agama dan kebudayaan
Islam. Bahasa resmi yang digunakan
dalam kerajaan Aceh pada abad ke-16
adalah bahasa Aceh, Melayu dan
Arab, ketiga bahasa tersebut telah

44
Pada masa pemerintahan dulu dalam menulis
surat-menyurat dengan menggunakan bahasa Melayu
seperti surat Teungku Mahidin alias Teungku Chi'
Mayet, yang ditujukan kepada Tuwanku Raja
Keumala, ipar Panglima Polem dan kaum muslimin di
Samalanga, antara lain mengenai berkecamuknya
peperangan di Pidie dan syahidnya Teungku di
Tungkob…" Lihat Ismail Sofyan dkk, Perang
Kolonial Belanda Di Aceh,1990, hlm. 143

80
menjadi alat komunikasi yang
digunakan secara luas, baik dengan
orang Aceh sendiri yang memiliki
beberapa dialek yang berbeda-beda
seperti Gayo, Tamiang, Kluet,
Simeulu dan lain-lain, maupun
dengan dunia antar bangsa seperti
dengan Arab, Persia, Turki, Cina,
India dan semenanjung Melayu.45
Salah satu fenomena kebudayaan
yang penting secara langsung
disebabkan oleh pengaruh
kebudayaan Islam dan yang terutama
mempengaruhi kedua dari proses
Islamisasi adalah penyebaran dan
pengembangan bahasa Melayu
sebagai alat, yang tidak hanya untuk
menulis karya satra seperti Epos,

45
Ibid

81
Roman dan Babad, tetapi juga di
bidang filsafat. Hal ini dapat kita lihat
sejak zaman Pasai dan lebih
dipertegas lagi pada masa kerajaan
samudra pasai yang dimulai dari
Hamzah Fansuri.46
Hamzah Fansuri telah memainkan
peranannya yang cukup besar dalam
penyebaran paham tasawuf, dia
dianggap orang utama yang
meletakkan semua aspek-aspek dasar
46
Hamzah Fansuri adalah pelopor sastra sufi
Melayu, seorang ahli tasauf, sahid dan mistik yang
mencari penyatuan dengan Khalik. Pada masa Sultan
Alauddin Riayat Syah memerintah di kerajaan Aceh
Darussalam tahun 1588-1604 Hamzah Fansuri telah
hidup dan di waktu itu tasauf sedang berkembang di
Aceh. Hamzah Fansuri sebagai seorang ulama yang
berpendidikan tinggi banyak membuat karya tulis yang
bermutu tinggi baik berupa buku-buku yang memuat
syair-syair dan prosa maupun kitab-kitab dan semua
karangan tekanannya pada ajaran tasauf yang
dianutnya yaitu Wahdatul Wujud atau Wujudiyah…
Lihat M.Yusuf USA, Zinatul Muwahhidin Karya
Hamzah Fansuri, 2005, hlm. 10-11

82
ajaran sufi di dalam bahasa Melayu.
Pengaruh ajaran tasawuf dari Hamzah
Fansuri tersebar sampai kepulau Jawa,
begitu juga dengan kitab-kitab yang
ditulisnya.47 Karya karya Hamzah
Fansuri ditulis dalam bahasa Melayu
yang demikian tinggi nilainya,
sehingga pada zamannya bukan saja
belum ada orang yang menandingi
dalam kesusastraan, tetapi juga karya-
karya yang memberi pengaruh yang
besar kepada perkembangan bahasa
dan kesusastraan Menurut Wan
Salleh;
“Bahasa Melayu telah menjadi
bahasa peradaban pada masa lampau
karena peranannya yang besar
sebagai bahasa agama, bahasa ilmu,

47
Ibrahim Kaoy, dkk, Op.Cit, hlm. 567

83
bahasa kesusastraan, bahasa undang-
undang dan pentadbiran, bahasa
istana, bahasa adab, bahasa istiadat
dan kebudayaan, bahasa
perdagangan dan bahasa teknologi
pada masa itu”.48
Melihat perkembangannya yang
luas dan nilainya yang begitu tinggi
dari segi kesusatraan Melayu di Aceh
pada masa lampau, maka faktor yang
menyebabkan demikian adalah karena
pengaruh yang besar dari ulama Aceh.
Mereka menulis sastra dan kitab-kitab
yang bermutu tinggi dan cepat
menjadi bahan bacaan umum di
kalangan penduduk di Nusantara.49

48
Ibid
49
Ibid

84
Bahasa Melayu sudah dipakai
oleh rakyat Aceh sejak zaman dulu
dan merupakan bahasa tulisan di
Aceh. Berbagai buku-buku penting
ditulis dengan aksara Jawi berbahasa
Melayu tinggi seperti Hikayat Aceh,
Adat Bandar Aceh, Majelis Aceh,
Bustanul Salatin dan berbagai kitab
mengenai hukum Islam seperti
Miratul Tullab yang dikarang Syekh
Abdurrauf As Singkili. Di dalam
bahasa Aceh sendiri banyak sekali
pengaruh bahasa Melayu meskipun
diucapkan dengan logat Aceh. Banyak
peninggalan orang Aceh dulu ditulis
dalam bahasa Melayu dan sangat
sedikit yang ditulis dalam bahasa
Aceh. Hal ini dapat dilihat tulisan
pada batu nisan Nurul A’la di

85
Minyeuk Tujuh. Nisan raja-raja Aceh
setelah itupun ditulis dalam bahasa
Melayu termasuk surat-surat raja dan
tulisan-tulisan lain.50
Berdasarkan uraian di atas, bahwa
bahasa Melayu mempunyai peranan
penting yang digunakan sebagai
bahasa resmi kerajaan Aceh pada
masa dulu dan juga dijadikan sebagai
bahasa penghubung, bahasa sastra dan
bahasa ilmu pengetahuan.
2. Malaka
Kerajaan Malaka terkenal sebagai
pusat pengkajian Islam, juga merupakan
pusat kebudayaan Melayu Islam yang
sangat penting. Menurut Liaw Yock Fang
dalam buku Kesusastraan Melayu Klasik,
dua orang wali Islam dari Jawa, yaitu

50
Ibid

86
Sunan Bonang dan Sunan Giri, pernah
datang ke Malaka untuk mendalami ilmu
pengetahuan Islam.51 Bahkan sultan
Mahmud Syah pernah beranggapan
bahwa Malaka adalah sebuah pusat
penyiaran Islam di Nusantara.52 Dari
Malaka ini Islam disebarkan ke Pahang,
seluruh Semenanjung Malaya, Kampar,
Indragiri, Sia, Pulau Jawa dan seluruh
kepulauan Nusantara.53
Sebagai pusat penyiaran Islam,
maka diyakini penulisan tentang ilmu-
ilmu agama Islam maupun karya-karya
yang bercorak Islam telah dihasilkan di
sana. Pada zaman itu telah terbit buku

51
Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan
Melayu Klasik, (Singapura: Pustaka Nasional, 1975),
Hlm. 130
52
Winstedt, History Of Classical of Malay,
(Kuala Lumpur: OUP, 1972), hlm. 85
53
Ibid, hlm. 34

87
"Sejarah Melayu" yang terkenal sampai
sekarang dan menjadi sumber acuan bagi
tulisan tentang sejarah dan sastra Melayu.
Dengan demikian, Malaka tidak dapat
dilepaskan peranannya dalam dunia
sastra Melayu masa klasik.

3. Johor-Riau
Pusat kebudayaan dan
kesusastraan Melayu-Islam lain yang
sangat penting adalah Johor-Riau. Karena
minat yang besar raja-raja Riau kepada
ilmu pengetahuan Islam, di Bandar
Penyengat telah tumbuh lembaga
pendidikan Islam dan kegiatan penulisan
karya-karya sastra Melayu. Dari sana
telah banyak terbit berbagai buku agama
dan kesusastraan Melayu. Raja Ahmad,
ayah dari Raja Ali Haji, yang ilmu

88
agamanya yang dalam, adalah seorang
ulama. Beliau telah menyusun sebuah
karya puisi syair tentang Pelayaran
Tengku Putri dari Pulau Riau ke Pulau
Lingga pada tahun 1831 M.
Atas usaha Raja Ali Haji,
Penyengat, sebuah kota kerajaan telah
berubah menjadi pusat pengkajian Islam
dan kesusastraan Melayu. Raja Ali Haji
juga telah menulis beberapa buku tentang
bahasa dan sastra Melayu seperti kitab
pengetahuan bahasa, kitab silsilah Melayu
dan Bugis termasuk Raja-rajanya, Tuhfat
al-Nafis adalah sebuah buku tata bahasa
Melayu yang ditulis berdasarkan sistem
Nahwu Arab. Kerajaan Johor-Riau
terkenal sebagai daerah pengembangan
intelektual Islam dan kesusastraan
Melayu. Demikian pula kota Penyengat,

89
sebagai ibu kota negerinya telah menjadi
pusat pengkajian dan peradaban Melayu.
J. Sejarah Perkembangan Sastra
Melayu
Di Indonesia banyak karya sastra
berbahasa Melayu, di antaranya seperti
Hikayat Raja Pasai, Sejarah Melayu,
Hikayat Hasanudin, dan lain-lain. Sejak
itu penguasaan dan pemakaian bahasa
Melayu menyebar ke seluruh pelosok
kepulauan Indonesia, tidak hanya di
daerah pantai atau pelabuhan tetapi juga
di pedalaman dan memberikan wilayah
yang heterogen itu suatu kesan
kebersatuan kepada pihak luar. Tetapi ada
juga kesatuan yang lebih mendalam yang
mengikat bersama sebagian besar suku
bangsa dan orang Indonesia. Kesatuan ini

90
muncul dari unsur-unsur dasar yang
umum dari peradaban mereka.54
Hollander membagi sastra Melayu
menjadi dua periode, yaitu:
1. Periode pertama, sebagai periode
sastra Melayu kuno mulai pada
pertengahan abad ke-14 hingga
kedatangan bangsa Barat (akhir
abad ke-16).
2. Periode kedua, akhir abad ke-16
hingga sekarang. (Hollander,
1984: 228-229).55
Kebudayaan Melayu, sebagaimana
kebudayaan Jawa, memperoleh pengaruh
yang sangat kuat dari India sejak abad

54
Rahmad Hidayat Nasution, Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi, (Medan: Wal Ashri
Publishing, 2012), hlm. 89
55
Asdi S Dipodjojo, Kesusasteraan Indonesia
Lama pada Zaman Pengaruh Islam, (Yogyakarta :
Percetakan Lukman, 1986), hlm. 32

91
ke-5 M hingga abad ke-14 M. Namun
pencapaian keduanya cenderung
berbeda. Kebudayaan Jawa telah
menorehkan prestasi menonjol dalam
bidang seni ukir seperti candi, patung
dan relief, sedangkan pencapaian
terbesar kebudayaan Melayu terletak di
bidang kesusasteraan.56
Keberadaan aksara, alat tulis serta
kemahiran menulis saja tidak cukup.
Karya-karya sastra tertulis yang muncul
pada masa integrasi Melayu dengan
Hindu-Buddha sangat sukar ditemukan,
kecuali karya-karya yang dituliskan pada
material yang tidak rentan dengan
perubahan cuaca, seperti pada prasasti
atau nisan.57

56
Ibid
57
Ibid

92
Beberapa periodisasi sastra Indonesia,
antara lain sebagai berikut:
1. Kesusastraan Melayu Klasik
Sastra Melayu klasik tidak dapat
digolongkan berdasarkan jangka
waktu tertentu karena hasil karyanya
tidak memperlihatkan waktu. Semua
karya berupa milik bersama. Karena
itu, penggolongan biasanya
berdasarkan atas: bentuk, isi, dan
pengaruh asing.58
a. Kesusastraan Rakyat
(Kesusastraan Melayu Asli)59
Kesusastraan
rakyat/kesusastraan Melayu asli,
hidup ditengah-tengah
masyarakat. Cerita itu diturunkan

58
Zaidan Hendy, Pelajaran Sastra 1, (Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1991), hlm. 103
59
Ibid

93
dari orang tua kapada anaknya,
dari nenek mamak kepada
cucunya, dari pencerita kepada
pendengar. Penceritaan ini dikenal
sebagai sastra lisan (oral
literature). Kesusastraan yang
tumbuh tidak terlepas dari
kebudayaan yang ada pada waktu
itu. Pada masa Purba (sebelum
kedatangan agama Hindu, Budha
dan Islam) kepercayan yang dianut
masyarakat adalah animisme dan
dinamisme. Karena itu, cerita
mereka berhubungan dengan
kepercayaan kepada roh-roh halus
dan kekuatan gaib yang
dimilikinya. Misalnya:
1) Cerita Asal-usul
2) Cerita Binatang

94
3) Cerita Jenaka
4) Cerita Pelipur Lara
Contoh :
Mantra Memasuki Hutan Rimba
Hai, si Gempar Alam
Gegap gempita
Jarum besi akan romaku
Ular tembaga akan romaku
Ular bisa akan janggutku
Buaya akar tongkat mulutku
Harimau menderam di pengeriku
Gajah mendering bunyi suaraku
Suaraku seperti bunyi halilintar
Bibir terkatup, gigi terkunci
Jikalau bergerak bumi dan langit
Bergeraklah hati engkau
Hendak marah atau hendak
membiasakan aku.

95
b. Pengaruh Hindu-Budha dalam
Kesusastraan Melayu
Pengaruh Hindu-Budha di
Nusantara sudah sejak lama.
Menurut J.C. Leur yang
menyebarkan agama Hindu di
Melayu adalah para Brahmana.
Mereka diundang oleh raja untuk
meresmikan yang menjadi ksatria.
Kemudian dengan munculnya
agama Budha di India maka
pengaruh India terhadap bangsa
Melayu semakin besar. Apalagi
agama Budha tidak mengenal
kasta, sehingga mudah beradaptasi
dengan masyarakat Melayu. Epos

96
India dalam kesusastraan
Melayu.60
1) Ramayana, cerita
Ramayana sudah dikenal
lama di Nusantara. Pada
zaman pemerintahan Raja
Daksa (910-919) cerita
Rama diperlihatkan di
relief-relief Candi Loro
Jonggrang. Pada tahun 925
seorang penyair telah
menyalin cerita Rama ke
dalam bentuk puisi Jawa
yaitu Kakawin Ramayana.
Lima ratus tahun
kemudian cerita Rama
dipahat lagi sebagai relief

60
Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan
Melayu Klasik Jilid 1, (Jakarta : Erlangga, 1991), hlm.
50

97
Candi Penataran. Dalam
bahasa melayu cerita
Rama dikenal dengan
nama Hikayat Sri Rama
yang terdiri atas 2 versi
yaitu Roorda van Eysinga
(1843) dan W.G.
Shelabear.61
2) Mahabarata, bukan hanya
sekedar epos tetapi sudah
menjadi kitab suci agama
Hindu. Dalam sastra
melayu Mahabarata
dikenal dengan nama
Hikayat Pandawa. Dalam
sastra jawa pengaruh

61
Ibid

98
Mahabarata paling tampak
dari cerita wayang.62
c. Kesusastraan Zaman Peralihan
Hindu-Islam dan pengaruh
Islam
Sastra zaman peralihan adalah
sastra yang lahir dari pertemuan
sastra yang berunsur Hindu
dengan sastra yang berunsur Islam
di dalamnya. Contoh karya-karya
sastra yang masuk dalam masa ini
adalah Hikayat Puspa Raja,
Hikayat Parung Punting, Hikayat
Lang-lang Buana, dan sebagainya.
Sastra pengaruh Islam adalah
karya sastra yang isinya tentang
ajaran agama Islam yang harus
dilakukan oleh penganut agama

62
Ibid

99
Islam. Contoh karya yaitu Hikayat
Nur Muhammad, Hikayat Bulan
Berbelah, Hikayat Iskandar
Zulkarnaen, dan sebagainya.63
d. Kesusastraan Masa Peralihan:
Perkembangan dari Melayu
Klasik ke Melayu Modern
Pada masa ini perkembangan
antara kesusastraan Melayu Klasik
dan kesusastraan Melayu Modern
peralihannya dilihat dari sudut isi
dan bahasa yang digunakan oleh
pengarangnya. Dua orang tokoh
yang dikenal dalam masa
peralihan ini adalah Raja Ali Haji
dari pulau Penyengat, Kepulauan
Riau, dan Abdullah bin Abdul
Kadir Munsyi dari Malaka.

63
Asdi S Dipodjojo, Op.Cit, hlm. 40

100
Contoh karya Abdullah yaitu
Hikayat Abdullah, Syair
Singapura dimakan Api, ia juga
menerjemahkan Injil ke dalam
bahasa melayu. Berikut contoh
Gurindam Raja Ali Haji.64
Gurindam pasal pertama
Barang siapa tidak memegang agama
Sekali-kali tidakkan boleh di bilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Ia itulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat

64
Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan
Melayu Klasik Jilid 2, (Jakarta : Erlangga, 1993), hlm.
58

101
Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kelah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna.
2. Kesusastraan Indonesia Modern
Jika menggunakan analogi “Sastra
ada setelah bahasa ada” maka
kesusastraan Indonesia baru ada mulai
tahun 1928. Karena nama “bahasa
Indonesia” secara politis baru ada
setelah bahasa Melayu di diikrarkan
sebagai bahasa persatuan pada tanggal
28 Oktober 1928 yang dikenal dengan
Sumpah Pemuda. Menurut Ayip
Rosidi dan A. Teeuw, Kesusastraan

102
Indonesia Modern ditandai dengan
rasa kebangsaan pada karya sastra.
Contohnya seperti Moh. Yamin,
Sanusi Pane, Muh. Hatta yang
mengumumkan sajak-sajak mereka
pada majalah Yong Sumatera sebelum
tahun 1928.65
a. Masa Kebangkitan (1920-
1945)66
1) Periode 1920 (Angkatan
Balai Pustaka)
Contoh : Puisi M. Yamin
Bahasa, Bangsa
Selagi kecil usia muda
Tidur si anak di pangkuan bunda
Ibu bernyanyi lagu dan dendang
memuji si anak banyaknya sedang

65
Ibid
66
Ibid

103
berbuai sayang malam dan siang
buaian tergantung di tanah moyang
….
1922
2) Periode 1933 (Angkatan
Pujangga Baru)
Penamaan periode ini
didasarkan pada munculnya
majalah “Pujangga Baru” yang
dikelola oleh S.T.
Alisyahbana, Armin Pane dan
Amir Hamzah. Contoh : Puisi
Amir Hamzah.
Datanglah engkau wahai maut
Lepaskan aku dari nestapa
Engkau lagi tempatku berpaut
Diwaktu ini gelap gulita
(Buah Rindu II)

104
3) Periode 1942 (Angkatan
45)
Chairil Anwar pelopor
angkatan 45, nama lain pada
masa ini seperti Idrus, Mochtar
Lubis dan Pramoedya A T.
Contoh Sajak Chairil :
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati
Beta kirim datudatu!
Beta Pattirajaaawane, penjaga hutan pala
Beta api dipantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.
b. Masa Perkembangan (1945 –
sekarang)67
1) Periode 1945 (Angkatan
45 : 1942-1953)

67
Ibid, hlm. 59

105
Beberapa sastrawan
dimasa ini antara lain Chairil
Anwar (Deru Campur Debu,
Mochtar Lubis (Jalan Tak Ada
Ujung), Pramoedya Ananta
Toer (Keluarga Gerilya).
2) Periode 1950 (Angkatan
50 dimulai tahun 1953)
Dimasa ini ada Nugroho
Notosusanto pengarang Hujan
Kepagian, AA Navis
pengarang Robohnya Surau
Kami, Trisnoyuwono
pengarang laki-laki dan mesiu,
penyair Toto Sudarto Bachtiar,
WS Rendra (juga ada yang
menggolongkan ke angkatan
70).
3) Angkatan 66

106
Pada tanggal 6-9 Mei 1966
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia bersama dengan
KAMI dan KAPPI
menyelenggarakan simposium
berjudul: “Kebangkitan
Semangat 1966 : Menjelajah
Tracee Baru Lekra dan
Neolekranisme”. Dominasi
kebudayaan oleh politik, tegas-
tegas ditolak. Inilah mulai
dinamakannya angkatan 66.
Dari kelompok ini, majalah
bulanan baru, Horison, segera
terbit sebagai suara sastranya.
4) Angkatan 70
Tahun 1970-1990 ada
beberapa sastrawan yang
terkenal misalnya : Sutardji

107
Calzoum Bachri, Abdul Hadi
W.M., Putu Wijaya. Contoh
Sajak Abdul Hadi WM :
Tawangmangu
kalau kehijauan yang bangkit dari bukti-bukti
dan air terjun, dimana aku pernah lewat dan
menghirup
kesegaran pagi dan kuntum melur, sekarang
aku batu
yang kau angkat dari tepi sungai dan
kaubiarkan abadi
seperti nyawa sekarat mengeliat, mengeliat
mungkin kau
sedang menghiasku dengan retakan-retakan
air hujan
dan keharuan waktu yang beragam
(dalam Tergantung pada Angin)
3. Contoh Karya Sastra
Cendekiawan Melayu

108
a. Hamzah Fansuri
Hamzah al-Fansuri atau
dikenal juga sebagai Hamzah
Fansuri adalah seorang ulama sufi
dan sastrawan yang hidup pada
abad ke-16. Ia berasal dari Barus
(sekarang berada di provinsi
Sumatera Utara) ada pula sarjana
yang berpendapat ia lahir di
Ayutthaya, ibukota lama kerajaan
Siam Nama 'al-Fansuri' sendiri
berasal dari arabisasi kata Pancur,
sebuah kota kecil di pesisir Barat
Tapanuli Tengah dekat kota
bersejarah Barus. Dalam zaman
Kerajaan Aceh Darussalam,
kampung Fansur itu terkenal
sebagai pusat pendidikan Islam di
bagian Aceh Selatan.

109
Karya-karyanya :
1) Puisi
a) Syair Burung Unggas
b) Syair Dagang
c) Syair Perahu
d) Syair Si Burung pipit
e) Syair Si Burung
Pungguk
f) Syair Sidang Fakir
2) Prosa
a) Asrar al-Arifin
b) Sharab al-Asyikin
c) Kitab Al-Muntahi /
Zinat al-Muwahidin68
b. Raja Ali Haji
Raja Ali Haji, pujangga dan
sejarawan keturunan Bugis

68
Orman Zuber, Kesusastraan Lama Indonesia,
(Jakarta: Gunung Agung, 1963), hlm. 345

110
Melayu, adalah tokoh utama
perkembangan Bahasa Melayu
pada masa Kesultanan Riau. Ia
meletak dasar-dasar tata bahasa
Melayu yang tertuang dalam
Kitab Pengetahuan Bahasa.
Kamus eka bahasa Melayu yang
disusunnya juga menjadi cikal
bakal bahasa Indonesia. Raja Ali
Haji juga menulis tema ilmu
pengetahuan lain, seperti sejarah,
hukum, tata negara, sastra, dan
ilmu bahasa.
Karya-karyanya antara lain
yaitu Gurindam 12, Syair Abdul
Muluk, Bustan Al Katibin, Kitab
Pengetahuan Bahasa, Silsilah
Melayu Bugis Beserta Para
Rajanya, dan Tuhfat An Nafis.

111
Gurindam 12 yang menjadi ikon
Pulau Penyengat merupakan syair
pantun yang wajib dengan
hikmah, keteladanan, pemahaman,
dan pendidikan dalam tuntunan
Islam.69
c. Soeman Hs
Soeman Hs, salah seorang
sastrawan kelahiran Bengkalis ini,
hadir dengan cerita-cerita
pendeknya yang paling pendek.
Cerpen yang dihasilkan Soeman
Hs, hanya satu halaman, bahkan
setengah halaman juga ada. Selain
ceritanya tak sampai satu
halaman, Soeman Hs juga
‘mengisi’ karya sastranya dengan
cerita-cerita yang unik. Kebiasaan

69
Ibid

112
orang Melayu kampung, menjadi
kekuatan karya-karya Soeman Hs.
Dalam cerpennya, Soeman Hs
mengajak pembaca mengembara
ke peristiwa-peristiwa alam
Melayu dengan cara yang humor
dan satir.70

I. Macam-macam Sastra Melayu


dan fungsinya
1. Gurindam
Gurindam adalah satu bentuk puisi
Melayu lama yang terdiri dari dua baris
kalimat dengan irama akhiryang sama,
yang merupakan satu kesatuan yang
utuh. Baris pertama berisikan semacam
soal, masalah atau perjanjian dan baris
kedua berisikan jawabannya atau akibat

70
Ibid

113
dari masalah atau perjanjian padabaris
pertama tadi. Contoh :Pabila banyak
mencela orangItulah tanda dirinya
kurangDengan ibu hendaknya hormat
71
Supaya badan dapat selamat
2. Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk
sastra prosa yang berisikan tentang kisah,
cerita, dongeng maupun sejarah. Kata
hikayat berasal dari bahasa Arab yang
artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang
panjang yang sebagian isinya mungkin
terjadi sungguh-sungguh, tetapi di
dalamnya banyak terdapat hal-hal
yangtidak masuk akal, penuh keajaiban.
Dick hartoko dan B. Rahmanto
memberikan definisi hikayat sebagai

71
http://inprisasi-
wahanapendiddikan.blogspot.Com/2019/10/sastra-
melayu-klasik-sastra-indonesia

114
jenis prosa cerita Melayu Lama yang
mengisahkan kebesaran dan
kepahlawanan orang-orang ternama, para
raja atau para orang suci disekitar istana
dengan segala kesaktian, keanehan dan
muzizat tokoh utamanya, kadang mirip
cerita sejarah atau berbentuk riwayat
hidup.72 Salah satu contoh hikayat sastra
Melayu klasik yang dipublikasikan pada
tulisan ini adalah hikayat tentang Hang
Tuah, yaitu sebuah karya sastra Melayu
yang paling tersohor dan bercerita tetang
HangTuah dalam kemakmuran
Kesultanan Malaka. Hang Tuah
merupakan seorang laksamana yang
amat termasyur. Hang Tuah lahir dari Ibu

72
Edwar Djamis, Menggali Khazanah Sastra
Melayu kKasik Sastra Indonesia Lama (Jakarta:Proyek
Penerbitan Buku Sastra Indonesia Dan Daerah,1984),
hlm 102

115
yang bernama Dang Merduwati,
sementara Ayahnya bernama Hang
Mahmud.Karena kesulitan hidupnya,
mereka pindah ke Pulau Bintan, tempat
raja bersemayam, dengan
harapanmendapat rezeki di situ. Mereka
membuka warung dan hidup sangat
sederhana.Semua sahabat Hang Tuah
berani. Mereka itu adalah Hang Jebat,
Hang Kesturi, Hang Lekir, dan
HangLekiu. Pernah suatu ketika mereka
berlima pergi berlayar.
Di tengah lautan dihadang oleh
gerombolan perampok yang banyak
sekali. Hang Tuah menggunakan taktik,
membawa mereka ke darat. Di
sanamereka melakukan
perlawanan.Sepuluh perampok mereka
tewaskan, sedangkan yang lain melarikan

116
diri. Dari beberapa orang yang dapat
ditawan, mereka mengaku dari daerah
Siantan dan Jemaja atas perintah Gajah
Mada diMajapahit.Sebenarnya mereka
diperintahkan untuk menyerang
Palembang tetapi angin kencang
membawa mereka tersesat di Melaka.
Akhirnya, keberanian Hang Tuah dan
kawan-kawannya sampai juga kepadaraja
sehingga raja berkenan kepada mereka.
Suatu ketika ada orang yang mengamuk
di pasar. Orang-orang lari ketakutan.
Hang Tuah jugalah yang dapat
membunuh orang itu.Hang Tuah lalu
diangkat menjadi biduan istana (pelayan
raja). Saat itu dia diminta menyerang ke
Palembang yang diduduki orang Siantan
dan Jemala. Hang Tuah sukses, lalu dia
diangkat menjadiLaksamana. Berkali-

117
kali Hang Tuah diutus ke luar negeri; ke
Tiongkok, Rum, Majapahit, dan dia
pernahpula naik haji. Akhir hayatnya,
Hang Tuah berkhalwat di Tanjung
Jingara
3. Karmina
Karmina atau dikenal dengan nama
pantun kilat adalah pantun yang terdiri
dari dua baris. Baris pertamamerupakan
sampiran dan baris kedua adalah isi.
Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya
digunakan untuk menyampaikan sindiran
ataupun ungkapan secara langsung.
Contoh :
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu masih bertanya pula
Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati
4. Pantun

118
Pantun ialah jenis puisi lama yang
terdiri dari empat baris yang bersajak a-
b-a-b, a-b-b-a, a-a-b-b dua baris pertama
sampiran dan dua baris terakhi isi dari
tujuan pantun tersebut .Ciri-ciri pantun
yaitu:
1. Pantun terdiri dari sejumlah baris
yang selalu genap yang
merupakan satu kesatuan yang
disebut bait/kuplet
2. Setiap baris terdiri dari empat kata
yang dibentuk dari 8-12 suku kata
(umumnya 10 sukukata).
3. Separoh bait pertama merupakan
sampiran (persiapan memasuki isi
pantun), separoh baitberikutnya
merupakan isi (yang mau
disampaikan). Baitu pertama yang
umumnya tentang alam (floradan

119
fauna); dua baris terakhir
merupakan isi, yang merupakan
tujuan dari pantun tersebut.
4. Persajakan antara sampiran dan isi
selalu paralel (ab-ab atau abc-abc
atau abcd-abcd atau aa-aa)
Berdasarkan bentuk/jumlah baris
tiap bait, pantun dibedakan menjadi
1) Pantun biasa, yaitu pantun
yang terdiri dari empat baris
tiap bait.
2) Pantun kilat/karmina, yiatu
pantun yang hanya tersusun
atas dua baris.
3) Pantun berkait, yiatu pantun
yang tersusun secara
berangkai, saling mengkait
antara baitpertama dan bait
berikutnya.

120
Berdasarkan isinya, pantun
dibedakan menjadi :
a. Pantun anak-anak teridiri dari
pantun bersuka cita dan
pantun berduka cita
b. Pantun muda terdiri dari
pantun perkenalan, pantun
berkasih-kasihan, pantun
perceraian,pantun beriba hati,
dan pantun dagang
c. Pantun tua terdiri dari pantun
nasehat, pantun adat, pantun
agama.
Contoh pantun:
Pergi belanja kepasar wisahan
Tidak lupa membeli
kedondong masam
Jagalah selalu kebersihan
lingkungan

121
Agar hidup sehat dan tentram
5. Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi
Melayu Klasik, berisikan pepetah
maupun perumpamaan yang
mengandung senda gurau, sindiran
bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat
baris memakai bentuk pantun atau syair,
terkadang dapat juga ditemui seloka yang
ditulis lebih dari empat baris.
Contoh seloka 4 baris:
anak pak dolah makan lepat
makan lepat sambil melompat
nak hantar kad raya dah tak sempat
pakai sms pun ok wat
Contoh seloka lebih dari 4 baris:
Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan

122
Anak pulangkelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera dihutan disusui
6. Syair
Kata syair berasal dari bahasa
Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair
timbul setelah terjadinya pengaruh
kebudayaan islam. Puisi ini terdiri dari
empat baris sebait, berisi nasehat,
dongeng, dansebagian besar berisi cerita.
Syair sering hanya mengutamakan isi.
Ciri-ciri syair yaitu :
1. Terdiri dari empat baris
2. Tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12
suku kata)
3. Persamaan bunyi atau sajak akhir
sama dan sempurna
4. Tidak ada sampiran, keempatnya
merupakan isi

123
5. Terdiri dari beberapa bait, tiap bait
berhubungan
6. Biasanya berisi cerita atau berita.
Contoh Syair:
Diriku lemah anggota layu
Rasakan cinta bertalu-talu
Kalau begini datangnya selalu
Tentulah Kakanda berpulang dahulu
7. Talibun
Talibun adalah pantun yang
susunannya terdiri dari empat, enam,
delapan atau sepuluh baris.Pembagian
baitnya sama dengan pantun biasa, yakni
terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun
itu enam baris maka tiga baris pertama
merupakan sampiran, sedangkan tiga
baris berikutnya merupakan isi.Berirama
abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan
seterusnya.

124
Contoh Talibun :
Kalau anak pergi ke pekan
Yuk beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari Induk semang cari
dahulu.
K. Pembagian Kesusastraan Melayu
1. Menurut Bentuknya
a. Puisi
Melayu telah menerima dan
mengadopsi kebudayaan Islam.
Secara umum pengaruh Islam
terhadap kesusastraan Melayu dapat
di jelaskan bahwa puisi atau syair
sebagai salah satu cabang dari
kesusastraan Melayu itu berasal dari
tradisi sastra Arab. Dapat dideteksi
bahwa bentuk dan nama-nama dalam

125
puisi Arab seperti: syair, ruba'i, qit'ah,
gazal, bait, nazam, masnawi, qasidah
dan lain-lain itu juga pernah
dipergunakan sebagai nama dalam
puisi Melayu.
Asal usul syair Melayu sudah
banyak dibahas oleh para
cendekiawan. Dalam tulisan yang
paling tua tentang kebudayaan
Melayu, "Sejarah Melayu" karya Tun
Seri Lanang, syair telah dibahas dan
yang dimaksud dengan sejenis puisi
Arab.73 Dalam buku "Taj al-Salatin"
juga disebut istilah syair, tetapi yang
terkandung dalam buku itu adalah
bentuk-bentuk puisi Persia seperti :

73
Shellabear, Sejarah Melayu Singapura,
(Singapura: Malay Publising House, 1950), Hlm. 177

126
ruba'i, gazal, Masnawi, dll.74 S.M.
Naquib al-attas juga mengemukakan
bahwa puisi Arab dan Persia itu telah
diperkenalkan ke Nusantara melalui
kesusastraan mistik. Karena Aceh
pada abad ke-XIV sudah mulai
menjadi pusat pengkajian Islam di
Nusantara maka ia telah menjadi jalur
bagi perkembangan pengaruh Islam
kedalam puisi Indonesia.75 Karya
sastra klasik dalam bentuk puisi juga
memiliki berbagai macam jenis.
Diantaranya adalah:76
1) Mantra
Mantra adalah rangkaian kata
yang mengandung rima danirama
74
Hasyim Taib, Sheer Yatim Mustafa, (Kuala
Lumpur: Utama Melayu, 1968), hlm. 2
75
Al-Attas, The Origin Of Malay Shair, (Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1968), hlm. 15
76
Ibid., hlm. 17

127
yang dianggap mengandung
kekuatan gaib, biasanya
diucapkan oleh seorang dukun
atau pawang untuk melawan atau
menandingi kekuatan gaib
lainnya. Namun, hakikat mantra
itu sendiri adalah doa yang
diucapkan oleh seorang pawang
dalam keadaan trance ‘kerasukan’.
Di dalam mantra yang penting
bukan makna kata demi kata,
melainkan kekuatan bunyi yang
bersifat sugestif.
Contoh Mantra :
Pulanglah engkau pada rimba
sekampung
Pulanglah engkau pada rimba
yang besar

128
Pulanglah engkau pada gunung
guntung
Pulanglah engkau kepada sungai
yang tiada berhulu
Pulanglah engkau kepada kolam
yang tiada berorang
Pulanglah engkau kepada mata
air yang tiada kering jikalau kau
tiada mau kembali matilah engkau

2) Bidal
Bidal adalah kalimat singkat
yang mengandung pengertian atau
kiasan dan sindiran.
Contoh bidal ungkapan:
a) Tangan panjang artinya suka
mencuri
b) Ringan tangan artinya suka
membantu

129
c) Besar kepala artinya
sombong
Contoh bidal pepatah:
a) Anjing menyalak tidak
menggigit artinya mulut
besar tetapi penakut
b) Besar pasak daripada tiang
artinya besar pengeluaran
dari pendapatan.
Contoh bidal Perumpamaan:
a) Bagai durian dengan
mentimun artinya orang kecil
melawan orang besar pasti
akan kalah
b) Seperti kerbau di cocok
hidung artinya orang yang
bodoh selalu menurut
perintah orang lain.
Contoh Bidal Tamzil

130
a) Ada ubi ada talas, ada budi
ada balas
Contoh Bidal Ibarat
a) Bagai kerakap tumbuh di
batu, hidup segan mati tak
hendak
b) Ibarat bunga, segar dipakai
layu dibuang
Contoh Bidal Kata arif
a) Senangkanlah hatimu dengan
menyenangkan hati orang
lain.
Contoh Bidal Pameo
a) Sekali merdeka tetap
merdeka.

3) Talibun
Talibun adalah sejenis puisi
lama seperti pantun yang

131
mempunyai sampiran dan isi,
tetapi lebih dari 4 baris (Mulai
dari 6 baris hingga 20 baris).
Berirama abc-abc, abcd-abcd,
abcde-abcde, dan seterusnya.
Contoh talibun :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu

4) Seloka
Seloka merupakan bentuk
puisi Melayu Klasik, berisikan
pepetah maupun perumpamaan
yang mengandung senda gurau,
sindiran bahkan ejekan. Biasanya

132
ditulis empat baris memakai
bentuk pantun atau syair,
terkadang dapat juga ditemui
seloka yang ditulis lebih dari
empat baris.
Contoh Seloka :
Anak pak dolah makan lepat
Makan lepat sambil melompat
Nak hantar kat raya dah tak
sempat
Pakai sms pun oke wat ?

5) Gurindam
Gurindam adalah satu bentuk
puisi Melayu lama yang terdiri
dari dua baris kalimat dengan
irama akhir yang sama, yang
merupakan satu kesatuan yang
utuh. Baris pertama berisikan

133
semacam soal, masalah atau
perjanjian dan baris kedua
berisikan jawabannya atau akibat
dari masalah atau perjanjian pada
baris pertama tadi.
Contoh Gurindam :
Pabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang
Dengan ibu hendaknya hormat
Supaya badan dapat selamat

6) Pantun
Pantun merupakan sejenis
puisi yang terdiri atas 4 baris
bersajak a-b-a-b, a-b-b-a, a-a-b-b.
Dua baris pertama merupakan
sampiran, yang umumnya tentang
alam (flora dan fauna); dua baris
terakhir merupakan isi, yang

134
merupakan tujuan dari pantun
tersebut. 1 baris terdiri dari 4-5
kata, 8-12 suku kata.
Contoh Pantun:
Kayu cendana di atas batu
Sudah diikat di bawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang
terbuang

7) Karmina
Karmina atau dikenal dengan
nama pantun kilat adalah pantun
yang terdiri dari dua baris. Baris
pertama merupakan sampiran dan
baris kedua adalah isi. Memiliki
pola sajak lurus (a-a). Biasanya
digunakan untuk menyampaikan

135
sindiran ataupun ungkapan secara
langsung. Contoh Karmina :
Pergi ke rawa ke muara pula
Sudah tak juara tak sholat pula

8) Syair
Syair adalah puisi atau
karangan dalam bentuk terikat
yang mementingkan irama sajak.
Biasanya terdiri dari 4 baris,
berirama aaaa, keempat baris
tersebut mengandung arti atau
maksud penyair (pada pantun, 2
baris terakhir yang mengandung
maksud). Syair berasal dari Arab.
Contoh syair :
“Abdul Muluk”
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan

136
Abdul hamid syah paduka sultan
Duduklah baginda bersuka-
sukaan
Abdul muluk putra baginda
Besarlah sudah bangsa muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada
Parasnya elok amat sempurna
Petak majelis bijak laksana
Memberi hati bimbang bulana
Kasih kepadanya mulia dan hina

9) Stanza
Stanza adalah sajak delapan
seuntai yang setiap baitnya terdiri
atas delapan buah kalimat. Stanza
disebut juga oktaf. Persajakan
stanza atau oktaf tidak berurutan.
Contoh Stanza

137
PERTANYAAN ANAK KECIL
Hai kayu-kayu dan daun-daunan!
Mengapa kamu bersenang-
senang?
Tertawa-tawa bersuka-sukaan?
Oleh angin dan tenang, serang?
Adakah angin tertawa dengan
kami?
Bercerita bagus menyenangkan
kami?
Aku tidak mengerti kesukaan
kamu!
Mengapa kamu tertawa-tawa?

Hai kumbang bernyanyi-nyanyi!


Apakah yang kamu nyanyi-
nyanyikan?
Bunga-bungaan kau penuhkan
bunyi!

138
Apakah yang kamu bunyi-
bunyikan?
Bungakah itu atau madukah?
Apakah? Mengapkah?
Bagaimanakah?
Mengapa kamu tertawa-tawa?

10) Soneta
Soneta berasal dari kata
Sonetto dalam bahasa Italia yang
terbentuk dari kata latin Sono
yang berarti ‘bunyi’ atau ‘suara’.
Adapun syarat-syarat soneta
(bentuknya yang asli) adalah
sebagai berikut.
a) Jumlah baris ada 14 buah.

139
b) Keempat belas baris terdiri
atas 2 buah quatrain dan 2
buah terzina.
c) Jadi pembagian bait itu: 2 ×
4 dan 2 × 3.
d) Kedua buah kuatrain
merupakan kesatuan yang
disebut stanza atau oktaf.
e) Kedua buah terzina
merupakan kesatuan, disebut
sextet.
f) Octav berisi lukisan alam;
jadi sifatnya objektif.
g) Sextet berisi curahan,
jawaban, atau kesimpulan
sesuatu yang dilukiskan
dalam oktaf; jadi sifatnya
subjektif.

140
h) Peralihan dari oktaf ke sektet
disebut volta.
i) Jumlah suku kata dalam
tiap-tiap baris biasanya
antara 9 dan 14 suku kata.
j) Rumus dan sajaknya a-b-b-a,
a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.
Contoh :
“GEMBALA”
Perasaan siapa takan nyala
Melihat anak berlagu dendang
Seorang saja ditengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan
rindang
Semenjak pagi meninggalkan
kandang
Pulang ke rumah di senja kala

141
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar oleh ku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek
permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puput mu
menurutkan kerbai
Maulah aku menurutkan di kau

b. Prosa
Diakui oh J. J. de Hollander77
bahwa sebenarnya karya prosa pada
sastra Melayu Islam itu banyak yang
dipungut dari sastra bangsa-bangsa
yang pada waktu itu belum masuk
Islam. Namun setelah diadopsi oleh
sastra Melayu Islam isinya berubah

77
Hollande, Pedoman Bahasa dan Sastra
Melayu, (Jakarta:Balai Pustaka, 1987), hlm. 274

142
kearah corak yang lain sama sekali.
Naskah-naskahnya mengandung
Alquran berikut tafsirnya yang
diberikan oleh para ulama Melayu.
Sehingga isi prosa tersebut
merupakan gabungan yang aneh
antara Islam prosa Hinduisme. Karya-
karya sastra yang mengalami
Islamisasi dalam sastra Melayu klasik
ini menurut Edwar Djamaris
diklasifikasikan dalam enam golongan
yaitu: 78
1) Kisah tentang para Nabi
2) Hikayat tentang Nabi Muhammad
dan keluarganya

78
Edwar Djamaris, Menggali Khazanah Sastra
Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama), ( Jakarta:
Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah,
1984), hlm. 102

143
3) Hikayat pahlawan-pahlawan
Islam
4) Cerita tentang ajaran dan
kepercayaan Islam
5) Cerita fiksi
6) Cerita mistik dan tasauf.

Karena karya sastra prosa itu


tidak hanya mencakup bentuk saja
seperti hikayat, kisah san cerita, maka
klasifikasi dari prosa Melayu masa
klasik akan lebih tepat bila
diklasifikasikan sesuai dengan isinya,
yaitu sebagai berikut:79
1) Karya tauhid dan hukum Islam
2) Legenda bernafaskan Islam
3) Mitos cerita bersajak lain-lainnya

79
Ibid., hlm. 274

144
4) Karya bersejarah dan kisah
perjalanan
5) Karya filsafat dan budi pekerti
6) Kitab undang-undang Melayu,
dan lain-lain.

Prosa sastra melayu klasik


juga memiliki berbagai macam
jenisnya, diantaranya yaitu:80
1) Dongeng
Dongeng adalah cerita-cerita
zaman purba yang berbentuk
prosa yaitu tentang cerita khayal
dan penuh keajaiban. Dongeng ini
disampaikan dari mulut kemulut.

2) Mite

80
Ibid., hlm. 276

145
Mite berasal dari bahasa
Yunani, mythos yaitu tentang
kehidupan makhluk halus atau
hantu seperti jin, kuntilanak, dan
dewi-dewi. Contoh : Si Kelambai,
dan Setan Penanggalan

3) Fabel
Fabel ialah dongeng yang
menceritakan binatang yang
hidup sebagai manusia berbuat
dan berbicara seperti binatang.
Pada umumnya fabel mempunyai
tendens didaktis. Fabel ini sangat
terkenal di Indonesia. Di tiap-tiap
daerah mempunyai pelaku-pelaku
binatang yang berlainan. Di Jawa
dan di Melayu dipusatkan pada
planduk (kancil), di Sunda pada

146
kura-kura, di Toraja pada kera
hantu.
Contoh: Hikayat Sang Kancil

4) Legenda
Legenda ialah dongeng yang
berisikan tentang cerita terjadinya
nama-nama tempat, gunung,
sungai, danau, dan sebagainya.
Misalnya: Danau Gunung
Tangkuban Perahu, Terjadinya
Danau Toba, Terjadinya Danau
Maninjau. Dongeng Ini sengaja
menceritakan kebodohan
seseorang. Apa yang
dilakukannya serba salah,
sehingga menimbulkan humor
atau kejenakaan. Contoh legenda

147
singkat misalnya: Legenda Rawa
Pening

5) Peribahasa
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, peribahasa
adalah kelompok kata atau
kalimat yang tetap susuanannya,
biasanya mengiaskan maksud
tertentu (dalam peribahasa
termasuk juga bidal, ungkapan,
perumpamaan). Peribahasa juga
diartikan sebagai ungkapan atau
kalimat ringkas padat, berisi
perbandingan, perumpamaan,
nasihat, prinsip hidup atau aturan
tingkah laku. Satu di
antara kumpulan
peribahasa dalam bahasa

148
Indonesia beserta artinya adalah
sebagi berikut :
a) Ada gula ada semut. Arti
dari peribahasa tersebut
adalah di mana ada banyak
kenikmatan, di situ banyak
orang yang berdatangan.
b) Bagai pungguk merindukan
bulan. Arti dari peribahasa
tersebut
adalah mengharapkan
sesuatu yang sangat sulit
untuk diwujudkan.

6) Teka-Teki
Teka-teki adalah cerita
pendek yang menuntut jawaban
sama halnya dengan soal cerita.
Hanya saja, dalam teka-teki

149
peranan nalar sering kali
diabaikan. Hal yang dipentingkan
adalah kemampuan si penebak
dalam memahami arti kiasan atau
ibarat yang dikemukakan dalam
cerita. Ciri lainnya adalah dalam
penyusunan teka-teki haruslah
memerhatikan keindahan
bahasanya. Dengan karakteristik
seperti inilah, teka-teki bisa
digolongkan ke dalam jenis
sastra.
Contoh teka-teki :
Dari kecil berbaju hijau, sudah
besar berbaju merah. Luarnya
surga, dalamnya neraka.
Jawaban dari teka-teki di atas
adalah cabe.
7) Sange

150
Sange ialah dongeng yang
mengandung unsur sejarah.
Misalnya: Hang tuah Joko
Tingkir.

8) Hikayat
Hikayat Berasal dari bahasa
Arab, yang berarti cerita. Hikayat
merupakan salah satu dari jenis-
jenis prosa lama dalam
kesusastraan Indonesia. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
hikayat adalah karya sastra lama
Melayu berbentuk prosa. Hikayat
ini mirip dengan dongeng, penuh
khayal, isinya tentang kehidupan
sekitar istana, oleh karena itu
dapat disebut dongeng istana.
Pelaku utama dalam hikayat

151
adalah raja, permaisuri, putra raja
yang gagah berani, serta putrinya
yang canti jelita. Hikayat juga
berisi tentang cerita, undang-
undang, dan silsilah bersifat
rekaan, keagamaan, historis,
biografis, atau gabungan sifat-
sifat itu, dibaca untuk pelipur
lara, pembangkit semangat juang,
atau sekadar untuk meramaikan
pesta. Contoh hikayat Melayu
misalnya Hikayat Hang Tuah,
Hikayat Perang Palembang,
dan Hikayat Seribu Satu Malam.

9) Sejarah atau Silsilah


Sejarah atau Silsilah Penulis
sejarah dalam sastra lama ialah
pegawai istana, yang berisikan

152
tentang asal usul raja dan
kejadian-kejadian penting, adat
istiadat.
Contoh:
a) Sejarah melayu-konon
dikarang oleh Tun Sri
Lanang
b) Hikayat Raja-Raja Pasai
c) Silsilah Bugis
d) Sejarah Danau Maninjau.

2. Menurut Masanya
Terdapat perbedaan pendapat diantara
para ilmuan tentang periodesasi
kesusastraan Melayu:81
a. J. J. de Hollander membagi masa
sastra melayu menjadi dua kurun
waktu, yaitu: kurun pertama, mulai

81
Hollande., Op Cit, hlm. 285

153
dari lahirnya sastra Melayu (sekitar
tahun 1300 M) sampai dengan
kedatangan orang Eropa ke Nusantara
(sekitar 1590 M); kurun kedua, dari
sejak kedatangan orang Eropa sampai
sekarang (de Hollander.82
b. Ajip Rosidi juga membagi masa sastra
Melayu menjadi dua bagian tetapi
kurunnya berbeda, yaitu: kurun
pertama, masa sastra Melayu lama,
yaitu dari permulaan adanya sastra
Melayu sampai dengan tahun 1920 M;
kurun kedua adalah masa sastra
modern dari tahun 1920 sampai
sekarang.
Sebagai kompromi dari kedua
pembagian masa sastra Melayu
tersebut periodesasinya adalah sebagai

82
Edwar Djamaris., Op Cit, hlm. 112

154
berikut: 1) Periode sebelum
kedatangan Islam (sastra Melayu
lama), 2) Periode setelah kedatangan
Islam (sastra Melayu klasik), 3)
Periode sastra Indonesia modern
(mulai tahun 1920)
Kompromi periodesasi sastra
Melayu tersebut dilakukan karena:
1) Sebelum datangnya Islam, sastra
Melayu klasik tidak ditulis dengan
huruf Arab-Melayu (pegon) dan
tidak diketahui dengan pasti
dengan huruf apa gerangan sastra
Melayu ditulis;
2) Warna sastra Melayu setelah
kedatangan Islam itu banyak
dipengaruhi oleh ajaran Islam,
mulai dari tradisi intelektual
keislaman, cara penulisan dan

155
bentuk tulisan yang
mempergunakan huruf Arab
(tulisan Arab-Melayu/ pegon)
3) Setelah tahun 1920 huruf pegon
mulai menghilang dari para
Pujangga modern karena mereka
lebih suka mempergunakan huruf
latin.

L. Unsur Instrinsik Karya Sastra Melayu


Unsur intrinsik pada karya sastra
melayu adalah sebagai berikut:
1. Tema
Tema adalah gagasan atau ide
utama yang mendasari sebuah karya
sastra atau cerita. Di karya sastra
melayu klasik pada umumnya tema
yang dianggat adalah berkisar antara
istana dan kerajaan, namun

156
terkadang tema lainya sering masuk
kedalam cerita.

2. Tokoh dan Penokohan


Tokoh dan penokohan yang
terdapat dalam karya sastra Melayu
klasik berkisar binatang yang berbudi
pekerti, tentang pangeran, anak
miskin yang menjadi raja, dan cerita
lainnya yang dianggap mampu
mewakili sifat dan ciri manusia pada
zaman dahulu.

3. Latar
Latar adalah keterangan
mengenai ruang, waktu serta suasana
terjadinya peristiwa-peristiwa di
dalam suatu karya sastra. Atau
definisi latar yang lainnya adalah

157
unsur intrinsik pada karya sastra yang
meliputi ruang, waktu serta suasana
yang terjadi pada suatu peristiwa
didalam karya sastra.

4. Alur
Alur adalah struktur rangkaian
kejadian-kejadian dalam sebuah cerita
yang disusun secara kronologis. Atau
definisi alur yaitu merupakan
rangkaian cerita sejak awal hingga
akhir.

5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara
pengarang menempatkan dirinya
terhadap cerita atau dari sudut mana
pengarang memandang ceritanya.
Berikut ini beberapa sudut pandang

158
yang dapat digunakan pengarang
dalam bercerita:
a. Sudut pandang orang pertama,
sudut pandang ini biasanya
menggunakan kata ganti aku atau
saya
b. Sudut pandang orang ketiga,
sudut pandang ini biasanya
menggunakan kata ganti orang
ketiga seperti dia, ia atau nama
orang yang dijadikan sebagai titik
berat cerita.
c. Sudut pandang pengamat serba
tahu, Dalam hal ini pengarang
bertindak seolah-olah mengetahui
segala peristiwa yang dialami
tokoh dan tingkah laku tokoh.
d. Sudut pandang campuran, (sudut
pandang orang pertama dan

159
pengamat serba tahu). Pengarang
mula-mula menggunakan sudut
pandang orang pertama.
Selanjutnya serba tahu dan bagian
akhir kembali ke orang pertama.

6. Amanat
Amanat ialah pesan moral
yang berisi pelajaran dan buah pikir
yang hendak disampaikan pengarang
lewat karya sastra. Amanat tersebut
bisa bercerita langsung, bisa pula
implisit atau secara tak langsung
lewat dialog, tokoh, atau unsur-unsur
lain dalam contoh karya sastra
Melayu klasik.

160
M. Pengarang Melayu (Pujangga lama/ Islam)
Beserta Karya-Karyanya
Rasanya tidak cukup mengulas
sejarah sastra Melayu tanpa membahas
tokoh-tokoh ternama pada saat itu, yang
karya-karyanya cukup mempengaruhi
perkembangan sastra pada masa-masa
selanjutnya. Tidak hanya dunia sastra saja,
mereka turut mempengaruhi tata bahasa
Indonesia dengan buku-buku ensiklopedi
ataupun kamus yang mereka rancang.
Ataupun dengan karya-karya sastra lain yang
turut mewarnai situasi politik saat itu.
Beberapa tokoh yang mengukir sejarah pada
masa itu, adalah:83
1. Raja Ali Haji

83
Agus Salim, Tokoh yang Kukuh, (Singapura:
Pustaka Nasional, 1966), Hlm. 61-63

161
Karena pentingnya bahasa Melayu
dalam skema konsolidasi kolonial,
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda
bersikap lunak, dan bahkan
menyokong secara penuh semua
aktivitas literer Raja Ali Haji (1804-
1872) di Pulau Penyengat, pusat
kerajaan Riau-Lingga, melalui
seorang utusan yang bernama H. Van
Eysinga. Raja Ali Haji membina
bahasa Melayu dengan membuat
sebuah buku tata bahasa Melayu
yang berjudul Bustan al-Katibin,
terbit pada 1857. Buku ini kemudian
disusul oleh semacam kamus yang
mirip ensiklopedi dengan
judul Pengetahuan Bahasa pada
1859.

162
Dengan kitab tata bahasa dan
kamus itu, para pemakai bahasa
Melayu, baik Bumiputera maupun
kolonial, mendapat panduan untuk
memakai bahasa Melayu yang baik.
Selain karya-karya kebahasaan
Melayu, Raja Ali Haji juga
menciptakan karya-karya sastra lain.
Yang paling terkenal tentu
saja Gurindam Dua Belas, (1847).
Selain itu, Raja Ali Haji juga
menulis Silsilah Melayu dan
Bugis (1861), Tuhfat Al-
Nafis (1866) dan lain-lain.
2. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi
Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi
(1797-1854) mengawali karir
kepenulisan sebagai pembantu bagi
ayahnya, yang membantu Marsden

163
menyusun A History of Sumatra.
Abdullah juga mengumpulkan
naskah-naskah lama dari Lingga,
Riau, Pahang, Trengganu, dan
Kelantan. Menurut Piah, sebagian
besar dari manuskrip yang ada dalam
koleksi Library of Royal Asiatic
Society of London dan koleksi
lengkap di American Library of
Congress berasal dari tangan
Abdullah. Sepanjang hidupnya,
Abdullah meniti karir sebagai guru
bahasa dan juru bahasa untuk para
sarjana Barat dan misionaris Kristen.
Karya Abdullah yang paling
terkenal tentu saja Hikayat
Abdullah (1849) yang merupakan
riwayat hidupnya sendiri dan
diterbitkan di Singapura. Karya-

164
karyanya yang lain adalah Kisah
Pelayaran Abdullah Sampai ke
Negeri Kelantan (1838), Syair
Singapura Dimakan
Api (1843), Cerita Kapal
Asap (1843), Syair Kampung Gelam
/Terbakar (1847).
Selain itu, Abdullah juga terlibat
dalam kerja kolaboratif dengan para
misionaris seperti Thomsen, North,
dan Krasberry. Para sarjana kolonial
memberikan tanggapan yang positif
dan bertendens terhadap kerja-kerja
literer, dan memandang karya-karya
Abdullah terutama dengan
pendekatan sejarah. Selain itu, dalam
isinya pun Abdullah telah berani
mengupas masalah sosial dan
kehidupan sehari-hari, dan bahkan

165
melontarkan kritik yang sangat pedas
terhadap adat istiadat yang berlaku
pada waktu itu.
Walaupun memperoleh berbagai
tanggapan bernada positif, namun
Amin Sweeney (2005) menerangkan
bahwa posisi Abdullah yang kokoh
dalam sejarah sastra Melayu tersebut
adalah tendens yang didukung oleh
penguasa kolonial pada masa
Abdullah hidup. Begitu juga, nilai
yang terkandung dalam karya-karya
Abdullah, sebenarnya telah disunting
oleh para penyunting karya-karyanya
yang merupakan misionaris Kristen
dan membawa agenda-agenda
budaya dan politik Barat.
Jadi, tidak aneh jika karya-karya
Abdullah (yang telah disunting)

166
terbit dalam media seperti Cermin
Mata di Singapura yang dikelola oleh
misionaris Protestan. Naguib Al-
Attas bahkan menyatakan bahwa
peranan pelopor modernisasi
kesusastraan Melayu seharusnya
ditarik lebih jauh lagi kepada
Hamzah Fansuri, bukan Abdullah.
Pendapat Al-Attas dilandasi argumen
bahwa Abdullah mengambil teladan
kebahasaan dari Sejarah Melayu,
padahal bahasa dalam karya teladan
itu adalah bahasa yang
membayangkan pandangan hidup
lampau yang dipengaruhi konsep-
konsep Animisme-Hindu-
Buddha. (Naguib Al-Attas, Islam
dalam Sejarah dan Kebudayaan

167
Melayu, cetakan keempat, Mizan,
Bandung).
3. Multatuli
Seiring dengan giatnya pemerintah
kolonial dalam mengembangkan
bahasa Melayu, bangsa Barat juga
mengembangkan kesusastraannya
sendiri dengan menggunakan
medium bahasa-bahasa Barat namun
mengambil inspirasi dan tema dari
dunia Melayu. Hasil-hasil
kesusastraan bangsa Barat semacam
ini meninggalkan pengaruh yang
besar pada masyarakat jajahan, dan
salah satu di antaranya bahkan
sanggup menentukan arah politik
kolonial Belanda. Multatuli menulis
roman Max Havelaar yang ditulis
dalam bahasa Belanda dan berkisah

168
tentang kehidupan rakyat jajahan di
Banten yang menderita di bawah
birokrasi kolonial selama masa
Tanam Paksa. 84
4. Hamzah Fansuri
Hamzah al-Fansuri atau dikenal
juga sebagai Hamzah Fansuri adalah
seorang ulama sufi dan sastrawan
yang hidup pada abad ke-16. Ia
berasal dari Barus (sekarang berada di
provinsi Sumatera Utara) ada pula
sarjana yang berpendapat ia lahir di
Ayutthaya, ibukota lama kerajaan
Siam Nama 'al-Fansuri' sendiri berasal
dari arabisasi kata Pancur, sebuah
kota kecil di pesisir Barat Tapanuli

84
http://angelofraven.blogspot.com/2013/05/sast
ra-melayu-dan-perannya-dalam.html, di akses pada
tanggal Senin, 02-12-2019, Pukul. 09.07

169
Tengah dekat kota bersejarah Barus.
Dalam zaman Kerajaan Aceh
Darussalam, kampung Fansur itu
terkenal sebagai pusat pendidikan
Islam di bagian Aceh Selatan.
5. Soeman Hs
Soeman Hs, salah seorang
sastrawan kelahiran Bengkalis ini,
hadir dengan cerita-cerita pendeknya
yang paling pendek. Cerpen yang
dihasilkan Soeman Hs, hanya satu
halaman, bahkan setengah halaman
juga ada. Selain ceritanya tak sampai
satu halaman, Soeman Hs juga
‘mengisi’ karya sastranya dengan
cerita-cerita yang unik. Kebiasaan
orang Melayu kampung, menjadi
kekuatan karya-karya Soeman Hs.
Dalam cerpennya, Soeman Hs

170
mengajak pembaca mengembara ke
peristiwa-peristiwa alam Melayu
dengan cara yang humor dan satir.85
6. Syekh Nuruddin Ibnu Ali Ar-
Raniri
Syekh Nuruddin Ibnu Ali Ar-
Raniri adalah ulama penasehat
kesultanan aceh pada masa
kepemimpinan sultan Iskandar Tsani.
Syekh Nuruddin diperkirakan
lahir di sekitar akhir abad ke 16 dikota
ranir , india, dan wafat pada 21
Semptember 1658. Pada tahun 1637,
ia datang ke aceh dan kemudian
menjadi penasehat kesultanan disana
hingga tahun 1644.

7. Samsuddin As-Samatrani

85
Ibid

171
Syamsudin assumatrani ia
meninggal pada 12 rajab 1039 ke
dalaman ilmu dan wara’ yang
dimiliki syamsudin membuat
namanya diukir dengan indah
dalam naskah bustan al-salatin
karangan Nurdin al- raniri yang
menyebut syamsudin seagai ulama
yang termashur dan sangat mendalam
tasawufnya.

N. Konstribusi Dari Perkembangan Sastra


yang Ada Didunia Melayu
Islam sebagai pemilah bagi dua zaman
besar kesusasteraan Melayu yang berbeda,
yaitu Sastra melayu Rendah dan Tinggi,
memiliki peran dan alasan yang cukup kuat.
Namun, pada dasarnya Islam adalah daya

172
gerak yang telah mentransformasi seluruh
kebudayaan Melayu, terutama
kesusastraanya, menjadi gejala peradaban
yang berkembang pesat dan menyebar luas.
Setelah melewati fase peralihan dari
pengaruh India ke Islam (Masa Peralihan atau
Masa transisi kesusastraan Melayu pun
mencapai masa keemasannya. Zaman ini
sering disebut sebagai Zaman Klasik. Pada
zaman ini pula, kesusastraan Melayu
berkembang. Bukan hanya sebagai proyek
yang berhubungan dengan tradisi penulis
(literer) tetapi merambah fungsi praktis-
religius, hingga alat transformasi keadaan
sosial, politik dan ekonomi.
Mula-mula, para juru dakwah
menggunakan aksara Jawi untuk melancarkan
pengajaran agama Islam kepada orang
Melayu yang masih dipengaruhi oleh agama

173
dan kebudayaan dari India. Traktat-traktat
keagamaan dan perbagai sarana dakwah lain,
termasuk narasi dakwah melalui wadah
literer, ditulis dalam bahasa Melayu dengan
menggunakan aksara Jawi. Mau tidak mau,
orang Melayu dan etnis-etnis lain di kawasan
Asia Tenggara lainnya yang ingin menyelami
religiusitas Islam harus menguasai bahasa
Melayu dan aksara jawi. Sehingga, sastra
Melayu pada Zaman Klasik menurut
Braginsky, adalah sastra antar etnis. Nampak
dalam perbagai genre lain seperti undang-
undang kenegaraan, tata cara pemerintahan,
wawasan pengetahuan tradisional, bahkan
surat-surat obligasi dan surat-surat resmi
antar kerajaan Melayu, baik antar kerajaan
maupun dengan entitas luar.
Tetapi periodisasi kesusastraan Melayu ini
tidak menetapkan batas-batas pembagian

174
yang jami’ dan mani’. Gejala kesusastraan
Melayu adalah gejala unik dalam
kesusastraan dunia, karena kategorisasi yang
basanya diterapkan dengan cukup mudah
terhadap sastra modern, seringkali
mengalamami kesulitan dalam merangkum
khazanah mereka. Semisal, masa pengaruh
India tidak meninggalkan karya sastra
tertulis, tetapi banyak anasir sastrawinya
terkandung di dalam karya-karya sastra yang
dciptakan pada masa pengaruh Islam.86
Ambil contoh Hikayat Seri Rama, yang
jelas mengandung pengaruh teramat kental
dari Ramayana, sebuah karya khas India.
Tetapi karya ini dijumpai sebagai karya sastra
tertulis yang menggunakan aksara Jawi dan
berasal dari Zaman Klasik serta telah

86
CJaames, Bahasa Melayu Bahasa Dunia.
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm 98

175
dimodifikasi sedemikian rupa, sehinga
menjadi sebuah karya yang bisa dikatakan
‘baru’. Sedangkan Sulalatu al-Salatin, yang
lebih terkenal dengna Sejarah Melayu,
merupakan karya tulis bertarikh 1612 M (ada
juga yang mengatakan 1535 M), namun
menjadi ikon kesusastraan Melayu setelah
ditransliterasi dan diterbitkan dengan alat
percetakan modern pada tahun 1800-an oleh
Seyikh Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. 87

87
Ibid 99

176
177
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sastra melayu sebagai hasil budaya
dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia
untuk mengungkapkan gagasannya melalui
bahasa melayu yang lahir dari perasaan dan
pemikirannya yang bisa berbentuk lisan
maupun tulisan. sejarah sastra melayu terbagi
dalam dua masa yaitu sastra melayu klasik
(lama) dan sastra melayu modern. Sastra
melayu di Indonesia terjadi islamiasasi dan
Kesusastraan melayu di beberapa tempat
salah satunya yaitu 1. Aceh, adalah
kesultanan Islam yang terletak di ujung utara
pulau Sumatera, telah berkembang menjadi
pusat pengkajian Islam sejak awal abad XVI.
Hal tersebut terjadi karena para sultannya
punya minat yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan. 2. Kerajaan

178
Malaka terkenal sebagai pusat pengkajian
Islam, juga merupakan pusat kebudayaan
Melayu Islam yang sangat penting. Menurut
Liaw Yock Fang dalam buku Kesusastraan
Melayu Klasik, dua orang wali Islam dari
Jawa, yaitu Sunan Bonang dan Sunan Giri,
pernah datang ke Malaka untuk mendalami
ilmu pengetahuan Islam. 3. Pusat kebudayaan
dan kesusastraan Melayu-Islam lain yang
sangat penting adalah Johor-Riau. Karena
minat yang besar raja-raja Riau kepada ilmu
pengetahuan Islam, di Bandar Penyengat
telah tumbuh lembaga pendidikan Islam dan
kegiatan penulisan karya-karya sastra
Melayu. Dari sana telah banyak terbit
berbagai buku agama dan kesusastraan
Melayu dan pengarang sastra melayu beserta
karya-karya nya.
.

179
Bahasa melayu adalah bahasa
penduduk semenanjung malaka kepulauan
riau lingga sebagian besar pesisir timur
sumaetra dan pesisir barat kalimantan
penduduk perkembngan bahsasa melayu
dibagi dalam tiga bidang yang pertama
melayu kuno, melayu klasik, dan melayu
modren
Sastra melayu adalah hasil budaya
dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia
untuk mengungkapkan gagasannya melalui
bahasa melayu yang lahir dari perasaan dan
pemikirannya bisa berbentuk lisan maupun
tulisan.Ciri-ciri sastra melayu lama yaitu:
Statis, anonym, isi berkisar seputar kerajaan,
banyak menggunakan kata-kata klise
misalnya konon atau sebermula, disampaikan
secara lisan dari mulut ke mulut, banyak

180
dipengaruhi budaya melayu dan arab,
berbahasa melayu kuno, berisi ajaran hidup
atau didaktis, bersifatkhayalan. Macam-
macam sastra melayu yaitu : gurindam,
hikayat, karmina, pantun, seloka syair dan
talibun
.

Bahasa Melayu mempunyai peranan


yang sangat penting di berbagai bidang
atau kegiatan di Indonesia pada masa lalu.
Ini tidak hanya sekedar sebagai alat
komunikasi di bidang ekonomi
(perdagangan), tetapi juga di bidang
sosial (alat komunikasi massa), politik
(perjanjian antar kerajaan), dan sastra-
budaya (penyebaran agama Islam dan
Kristen).

181
Di Indonesia banyak karya sastra
berbahasa Melayu, di antaranya seperti
Hikayat Raja Pasai, Sejarah Melayu,
Hikayat Hasanudin, dan lain-lain. Sejak
itu penguasaan dan pemakaian bahasa
Melayu menyebar ke seluruh pelosok
kepulauan Indonesia, tidak hanya di
daerah pantai atau pelabuhan tetapi juga
di pedalaman dan memberikan wilayah
yang heterogen itu suatu kesan
kebersatuan kepada pihak luar.
Berdasarkan catatan sejarah, bahasa
Melayu tidak saja berfungsi sebagai
bahasa perhubungan. Namun, juga
digunakan sebagai bahasa pengantar,
bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa
dalam menyampaikan ilmu pengetahuan.
Bahasa Melayu juga digunakan sebagai
bahasa penerjemah buku-buku

182
keagamaan misalnya buku keagamaan
yang di terjemahkan ke dalam bahasa
Melayu oleh I Tsing. Bukti lain adalah
ditemukannya berbagai prasasti yang
menggunakan bahasa Melayu.
Ada empat faktor yang menyebabkan
bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa
Indonesia, yaitu :
1. Bahasa Melayu merupakan lingua
franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan
bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana,
mudah dipelajari karena dalam
bahasa ini tidak dikenal tingkatan
bahasa seperti tingkatan bahasa
dalam bahasa Jawa (ngoko,
kromo) atau perbedaan bahasa

183
kasar dan halus seperti dalam
bahasa Sunda (kasar, halus).
3. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-
suku yang lain dengan suka rela
menerima bahasa Melayu sebagai
bahasa Nasional.
4. Bahasa Melayu mempunyai
kesanggupan untuk dipakai
sebagai bahasa kebudayaan dalam
arti yang luas.
. Perkembangan bahasa melayu ini
memiliki tiga tahapan yang mana tahapan
petama yaitu bahasa melayu kuno yang
memiliki sifat sederhana dan muda menerima
pengaruh dari luar, yang kedua yaitu bahasa
melayu klasik yang mana telah mendapat
bentuk tulisan baru iaitu tulisan Jawi.
Perbendaharaan kata juga telah bertambah
dengan wujudnya keperluan untuk

184
mengungkapkan idea-idea yang dibawa oleh
peradaban Islam, dan yang ketiga bahasa
melayu modern yang mana bahasa melayu
berfungsi sebagai bahasa perantaraan,
pentadbiran, kesusasteraan, dan bahasa
pengantar di pusat pendidikan Islam berubah
menjadi bahasa kebangsaan suatu negara.
Sastra melayu adalah hasil budaya
dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia
untuk mengungkapkan gagasannya melalui
bahasa melayu yang lahir dari perasaan dan
pemikirannya bisa berbentuk lisan maupun
tulisan. Ciri-ciri sastra melayu lama yaitu:
Statis, anonym, isi berkisar seputar kerajaan,
banyak menggunakan kata-kata klise
misalnya konon atau sebermula, disampaikan
secara lisan dari mulut ke mulut, banyak
dipengaruhi budaya melayu dan arab,

185
berbahasa melayu kuno, berisi ajaran hidup
atau didaktis, bersifat khayalan.
Bahasa Melayu –sebagai lingua
franca—sudah dikenal luas penduduk dan
menyebar ke berbagai pelosok Kepulauan
Melayu. Sejumlah prasasti dan bukti lain
yang menyatakan hal tersebut, tentu dengan
mudah dapat kita sebutkan. Jauh sebelum
bangsa Belanda datang ke wilayah Kepulauan
Melayu, bahasa Melayu sudah dipergunakan
sebagai bahasa penghubung dan bahasa
perniagaan yang penyebarannya telah
melewati wilayah Kepulauan Melayu.
Bahkan, orang-orang Portugis yang
hendak berniaga, menekankan pentingnya
pengetahuan bahasa Melayu jika ingin
mencapai hasil yang baik dalam
perniagaannya. Bahasa Melayu yang
disebutnya sebagai bahasa Latin dari Timur,

186
digunakan untuk kepentingan praktis, yaitu
menyampaikan misi agama, perdagangan dan
niaga, dan pendidikan yang berhubungan
dengan ituBahasa Melayu ini telah lama juga
tersebar di Indonesia yangmana merupakan
bahasa penduduk di Indonesia, yang terdiri
dari Semenanjung Malaka, kepulauan Riau
Lingga, sebagian besar pesisir timur Sumatra
dan juga sebagian pesisir barat Kalimantan.
Sedangkan sastra melayu
merupakan suatu hasil budaya dimana usaha
manusia untuk mengungkapkan gagasannya
melalui bahasa melayu yang muncul melalui
perasaan dan pemikirannya bisa berbentuk
lisan maupun tulisan.Adapun fungsi bahasa
(melayu) secara umum yaitu untuk
komunikasi dari zaman dahulu untuk bahsa
perdagangan sampai bahsa dalam kehidupan
sehari-hari. Lalu dengan adanya bahasa

187
melayu dan adanya seni dan ungkapan
perasaan, kreatifitas, dan gagasan maka
munculah kesasteraan melayu.Sastra melayu
klasik terdiri dari guridam, hikayat atau cerita
rakyat, karmina, syair, seloka, dan talibun.
Semua sastra tersebut adalah seni yang
berasal dari ungkapan pengarang dan juga
dari orang ke orang.

188
DAFTAR PUSTAKA
Al-Attas, A. M. Naquib. 1968. The Origin of
Malay Shair. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka
Bathuthah, Ibnu. 1893. Rihlah IV, Paris.
Djamaris, Edward. 1984. Menggali Khazanah
Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia
Lama). Jakarta: Proyek Penerbitan
Buku Sastra Indonesia dan Daerah.
Drajat Ahmad. 1972. Islam dalam Sejarah
dan Kebudayaan Melayu, Kuala
Lumpur: UKM
Hollander, J. J. 1984. Pedoman Bahasa dan
Sastra Melayu. Jakarta: Balai Pustaka.
Kosasih Engkos. 2006. Cerdas Berbahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Liaw, Yock Fang. 1975. Sejarah
Kesusastraan Melayu Klasik,
Singapura: Pustaka Nasional

189
Rozak Zaidan, Abdul. 2004. Kamus Istilah
Sastra Jakarta: Balai Pustaka
Salim, Agus. 1966. Tokoh yang Kukuh.
Singapura: Pustaka Nasional
Shellabear, W. G. 1950. Sejarah Melayu.
Singapura: Malay Publishing House.
Taib, Muh. Hasyim. 1968. Sheer Yatim
Mustafa. Kuala Lumpur : Utama
Melayu.
Winstedt, R. O. 1972. History of Classical
Malay. Kuala Lumpur: OUP.
.
DAFTAR PUSTAKA

Collins, James T. 2005. Bahasa


Melayu Bahasa Dunia, Jakarta: Yayasan
Indonesia.

190
Fang, Liaw Yock. 1991. Sejarah
Kesusasteraan Melayu Klasik. Jakarta:
Erlangga.
Harimurti Kridalaksana (Ed.).
1991. Masa Lampau Bahasa Indonesia:
Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta:
Kanisius.
______1991. Pengantar tentang Pendekatan
Historis dalam Kajian Bahasa Melayu dan
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Hatta, Bahar. 1984.Sastra Nusantara
suatu pengantar studi sastra melayu.Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Kees Groeneboer.1995. Jalan ke
Barat: Bahasa Belanda di Hindia Belanda
1600-1950.(Jakarta: Erasmus Taalcentrum.
Kosasih, Engkos.2006. Cerdas Berbahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.

191
Kridalaksana, Harimurti. 1991.Pengantar
tentang Pendekatan Historis dalam
Kajian Bahasa Melayu dan Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Masinambaw danPaul Henan. 2002. Bahasa
Indonesia dan Bahasa Dunia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Muchtar Lutfi, dkk. 1996. Sejarah
Riau Pekanbaru: Biro Bina Sosial
Setwilda TK 1 Riau.
Nurcholis, Anif. 2006. Saya Senang
Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Obor Sri Wulan Rujiati Mulyadi.
1994. Kodikologi Melayu di
Indonesia.Depok: FSUI. 1994.
Spat.1998. Bahasa Melayu Tata Bahasa
Selayang Pandang. Jakarta: Balai
Pustaka.

192
Sudjiman, Panuti. 1995. Filogogi Melayu.
Jakarta: Pustaka Jaya
Suwardi. 1991. Budaya Melayu dalam
perjalanan menuju masa depan.
Pekanbaru: Yayasan Penerbit MSI.
Winarsih, Sumi. 2009. Siap Menghadapi
Ujian Nasional SMA/MA 2009.
Jakarta: Grasindo.
Zaidan, Abdul Rozak. Kamus Istilah
Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurahman Haji. 1990.
Pemikiran Umat Di Nusantara
Sejarah dan Perkembangannya
Hingga Abad Ke-19. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa Dan Pustaka.

193
Ahmad, Zakaria. 1972. Sekitar Kebudayan
Aceh Dalam Tahun 1520-1675.
Medan: Manora.
Alfian, Teungku Ibrahim. 1999. Wajah Aceh
Dalam Lintasan Sejarah, Cet.
Pertama. Banda Aceh: Pusat
Dokumentasi dan Informasi Aceh.
Badrika, I Wayan. 1999. Sejarah Nasional
Indonesia Dan Umum. Jakarta:
Erlangga.
Collins, T James. 2005. Bahasa Melayu
Bahasa Dunia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan
Indonesia Lama pada Zaman
Pengaruh Islam. Yogyakarta:
Percetakan Lukman.

194
Fang, Liaw Yock. 1991. Sejarah
Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah
Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Hanafiah, Adnan, dkk. 1993. Naskah Aceh
Bahasa Dan Sastra. Daerah Istimewa
Aceh: Museum Negeri Daerah
Istimewa Aceh.
Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra 1.
Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Hussein, Ismail. 1988. Antara Dunia Melayu
dengan Dunia Indonesia. Malaysia:
Syarikat-Syarikat Esso.
Kaoy, Ibrahim, dkk. 1988. Bunga Rampai
Temu Budaya PKA-3. Banda Aceh:
Syiah Kuala Press.

195
Lutfi, Muchtar, dkk. 1996. Sejarah Riau.
Pekanbaru: Biro Bina Sosial Setwilda
TK 1.
Muhsin, Ahmadi. 1990. Sejarah dan
Standarisasi Bahasa Indonesia.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Murthado, Ali. 2012. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Medan: Wal Ashri
Publishing.
Nasution, Rahmad Hidayat. 2012. Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Medan: Wal Ashri Publishing.
Said, Mohammad. 1981. Aceh Sepanjang
Abad. Medan: PT. Harian Waspada.
Soelaiman, Darwis A, dkk. 2003. Warisan
Budaya Melayu Aceh, Cet I. Banda
Aceh: Pusat Studi Melayu Aceh.

196
Sofyan, Ismail, dkk. 1990. Perang Kolonial
Belanda Di Aceh. Banda Aceh: Pusat
Dokumentasi dan Informasi Aceh.
Zuber, Orman. 1963. Kesusastraan Lama
Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

DAFTAR PUSTAKA

Murthado Ali ,(2012) Bahasa Indonesia


Untuk Perguruan Tinggi, ( Medan: Wal
Ashri Publishing.

Collin,T Jaames, (2005). Bahasa Melayu


Bahasa Dunia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia

197
Abdul Rozak Zaidan, (2004). Kamus istilah
sastra. Jakarta: balai Pustaka

Ahmad, Muhsin, (1990). Sejarah dan


standarisasi Bahasa Indonesia.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Paeni Mukhlisin, (2009) Sejarah


Kebudayaan Indonesia Jakarta:PT
RajaGrafindo.

Zube Oman,(1963) Kesustraan Lama


Indonesia, Jakarta: Gunung Agung,

Djamis Edwar, (1984) Menggali Khazanah


Sastra Melayu kKasik Sastra Indonesia Lama
(Jakarta:Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia Dan Daerah.

198
juhara Erwan dkk(2005) ,bahasa dan sastra
indonesia (Jakarta:PT Setia Purnama Inves.

Koentjadiningrat,(2016) Masyarakat Melayu


Dan Budaya Melayu Dalam
Perubahan,(yogyakarta:Balai kajian
dan pengembngan budaya melayu berkerja
sama dengan adicita karya nusa.

Hamid Ismail, (1991) Masyarakat dan


Budaya Melayu.. (kuala lumpur: Dewan
Bahasa Dan Pustaka Kementrian
Pendidikan.

Http://Inspirasai –Wahana-Pendidikan-
.Blogspot.com/2019/10/Sastra Melayu-
Klasik

199
DAFTAR
PUSTAKA

Yusuf, Yusmar. 2009. Studi Melayu.


Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Al- attas, Al- Naquib. 2007. Islam dan
Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Malaysia:
Mizan.
Al-Attas, A. M. Naquib. 1968. The
Origin of Malay Shair. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka
Rozak Zaidan, Abdul. 2004. Kamus Istilah
Sastra Jakarta: Balai PustakaDjamaris,
Edward. 1984. Menggali Khazanah
Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia

200
Lama). Jakarta: Proyek Penerbitan Buku
Sastra Indonesia dan Daerah.
Salim, Agus. 1966. Tokoh yang
Kukuh. Singapura: Pustaka
Nasional
https://fauziteater76.blogspot.com/20
13/05/perkembangan-melayu.html, di akses
pada 06-11-2019, Pukul 10.20
https://bmstpm.blogspot.com/2008/11
/sejarah-perkembangan-dan-asal-usul.html, di
akses pada 06-11-2019, Pukul 10.20
https://triiaa.blogspot.com/2015/04/m
akalah-sastra-melayu.html, di akses pada
06-11-2019, Pukul 10.00
http://angelofraven.blogspot.com/201
3/05/sastra-melayu-dan-perannya-
dalam.html, di akses pada tanggal Senin, 02-
12-2019, Pukul. 09.07

201
https://dosenpsikologi.com/peran-
bahasa-indonesia-dalam-pendidikan-karakter-
generasi-muda, di akses pada tanggal Senin,
02-12-2019, Pukul. 09.07

CV:

Nama: Zakiah Nurjannah


TTL: Palembang, 29 November 1999

202
Alamat: Jl. Akbp. H. Umar No 597 Rt 22 Rw
001
Riwayat Pendidikan: Sd N 42 Palembang
Mtsn 1 Model
Palembang
Man 2 Model
Palembang
Uin Raden Fatah
Palembang-

Motto: You Can If You Believe, and If You


Try!

Nama: Sugandi Dwi Aji


TTL: Palembang, 01 Juni 1999
Alamat: Perum PNS Pemkot blok H no 8
kecmatan Gandus
Riwayat Pendidikan: Sd N 104 Palembang

203
SMP N 28 Palembang
SMA N 20 Palembang
Uin Raden Fatah
Palembang-

Motto: jangan pernah behenti belajar karena


dunia tak pernah behenti mengajarkan

204

Anda mungkin juga menyukai