Anda di halaman 1dari 12

SISTEM EKONOMI MATA PENCAHARIAN TAPAK LAPAN

1. Sistem Ekonomi Orang Melayu


Sistem ekonomi dapat kita artikan juga sebagai sistem mata pencaharian.
Sistem adalah cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu, sedangkan mata
pencaharian merupakan pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan untuk biaya
sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem perekonomian orang
melayu adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang Melayu sebagai
kegiatan sehari-hari guna usaha untuk pemenuhan kehidupan dan menjadi pokok
penghidupan bagi orang Melayu.
Untuk menunjang hidupnya, setiap masyarakat pasti memiliki mata
pencaharian utama, sehingga terdapat suku bangsa yang memiliki mata
pencaharian khas dibandingkan dengan suku yang lainnya. Pada orang Melayu,
mereka memiliki sistem ekonomi yang didasarkan kepada mata pencaharian tapak
lapan.
Tujuan dari sistem ekonomi orang melayu “Tapak Lapan” ini adalah
untuk meragamkan sumber pendapatan orang Melayu dan juga stategi untuk
menghadapi kegagalan atau krisis akibat dari hanya satu pekerjaan sebagai
sumber pendapatan.
Sistem ekonomi orang Melayu lebih menekankan kepada sistem ekonomi
kerakyaan, dimana sistem tersebut lebih berpihak kepada kelompok masyarakat
dengan ekonomi lemah dan menengah kebawah. Dan juga sistem ekonomi orang
Melayu, selalu memanfaatkan hasil alam yang ada disekitarnya. Sistem ekonomi
yang digunakan orang Melayu membuat masyarakatnya memiliki dua atau lebih
pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar orang Melayu memiliki perekonomian yang
stabil. Dengan melakukan sistem tapak lapan ini, orang Melayu dapat
menghindari krisis dengan melakukan pergantian pekerjaan dengan pekerjaan
yang lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Sistem ekonomi orang Melayu didasarkan kepada unsur-unsur
kebudayaan. Dimana didalam melakukan semua pekerjaan sistem ekonomi ini,
masyarakat Melayu selalu melakukan semua kegiatannya sesuai dengan
kepercayaan, ritual dan upacara-upacara adat tertentu.

2. Sejarah Ekonomi Orang Melayu


Perekonomian paling awal dari masyarakat Riau ditandai dengan sifat-sifat
yang dimiliki oleh daerah maritim, dimana kehidupan masyarakatnya bertumpu
pada sektor perdagangan, sedang sektor pertanian merupakan usaha-usaha
perkebunan untuk melengkapi keperluan perdagangan. Jika diukur dengan
masanya, tingkat perekonomian orang Melayu dikatakan cukup maju. Khususnya
dalam bidang perdagangan.
Perekonomian orang Melayu diawali pada masa kerajaan Malaka dimana
perubahan cukup berarti dialami oleh masyarakat Melayu ketika sektor
perdagangan tidak mampu lagi menopang kehidupan mereka, sehingga sektor
pertanian yang kemudian menjadi basis perekonomian masyarakat Melayu.
Berikut beberapa tahap perkembangan ekonomi masyarakat Melayu:
a. Perkembangan Ekonomi pada Masa Kerajaan
Pada masa kerajaan ini, sumber perekonomiannya berada pada
sektor perdagangan, dimana kerajaan yang paling menguasainya adalah
kerajaan Sriwijaya pada abad ke VII-XIII. Namun pada abad ke XVI,
pengaruh agama Islam menumbuhkan banyak kerajaan Islam yang sumber
perekonomiannya bersandar pada sektor perdagangan.
Keberadaan Selat Malaka dilintas jalur perdagangan telah menjadi
ajang pertemuan bagi para pedagang yang berasal dari Cina, India, Arab
dengan penduduk Melayu. Wilayah Riau yang letaknya strategis secara
otomatis mendapat peluang pemasok barang dalam kancah perdagangan
tersebut. Hal ini membuat ekonomi orang Melayu menjadi semakin
meningkat.

b. Perkembangan Ekonomi Setelah Kedatangan Bangsa Barat


Sejak berkembangnya Malaka sebagai pusat perdagangan, banyak
dilakukan usaha untuk menguasainya. Hal ini nampak ketika bangsa
Portugis berhasil merebut Malaka pada tahun 1511. Ketidaksenangan
terhadap Portugis diwujudkan oleh para pedagang Melayu dengan
mengadakan kerja sama pada tahun 1602 dengan bangsa Belanda. Namun
pada kesempatan tersebut justru mengantarkan Malaka pada penguasa
baru yaitu Belanda. Belanda memonopoli perdagangan pada kerajaan di
Riau yang membuat orang Melayu tidak lagi leluasa dalam menjalankan
usaha dagangnya. Bangsa Belanda juga menguasai sumber bahan mentah
yang ada diwilayah Riau. Hal ini tentu saja menyebabkan ekonomi orang
Melayu mengalami kemunduran atau kemerosotan. Dengan jatuhnya
kekuasaan atas pusat-pusat dagang, bangsa pribumi Melayu yang semula
berperan aktif dalam menjalankan roda perniagaan telah bergeser dan
semakin tenggelam dalam kehidupan mereka yang agraris.

c. Perkembangan ekonomi barter menjadi ekonomi pasar


Secara tradisional, wilayah sepanjang aliran sungai merupakan
daerah hunian penduduk Melayu (perkampungan). Orang Melayu yang
tinggal di perkampungan tersebut memakai sistem barter untuk
mendapatkan barang kebutuhannya. Upaya orang Melayu dalam
menambah pendapatan keluarga dengan menjadi buruh. Hal ini membuat
perekonomian orang Melayu selalu mempunyai kedudukan yang lemah.
Pada masa ini perekonomian orang Melayu lebih mengutamakan pada
sektor pertanian.
Sistem perekonomian orang Melayu yang masih memakai sistem
barter membuat munculnya sistem perekonomian Kapitalis, dimana orang
Melayu berada dibawah kepemimpinan bangsa Belanda. Dalam sistem
ekonomi kapitalis ini, Belanda telah mempunyai aturan perdagangan yang
sesuai dengan kepentingannya. Pemberlakuan sistem ini merupakan
bentuk eksploitasi terhadap sumber pendapatan orang Melayu. Hal ini
menyebabkan perekonomian orang Melayu tradisional yang bendasar pada
sistem barter mulai mengenal monetisasi. Hal ini menyebabkan
perekonomian rakyat Melayu mengalami goncangan.
d. Perkembangan ekonomi pada masa orde baru sampai sekarang
Sejak kemerdekaan Indonesia, keadaan perekonomian belum
menentu. Mengingat belum stabilnya situasi politik saat itu, namun sejak
pemerintahan Orde Baru memegang kekuasaan, maka kebijakan ekonomi
diupayakan untuk mendorong pengusaha pribumi. Pada masa ini
pemerintah mengupayakan suatu iklim perekonomian yang stabil, bebas
hambatan serta mendorong pertumbuhan industri. Pemerintah banyak
mendirikan badan-badan tertentu untuk tujuan membantu petani
memperbaiki kedudukan ekonomi mereka.
Pada saat ini ekonomi orang melayu bersumber pada sektor
pertanian. Namun pada saat ini terjadinya kemerosotan ekonomi nasional
yang menyebabkan harga jual dari hasil pertanian orang Melayu menjadi
rendah. Hal ini menyebabkan ekonomi orang Melayu mengalami
penurunan pada saat ini. Namun orang Melayu dapat mengatasi hal
tersebut, yaitu dengan melakukan tradisi Tapak Lapan. Dimana orang
Melayu melakukan beberapa jenis pekerjaan yang dapat memenuhi
kebutuhannya. Sehingga menyebabkan perekonomian orang Melayu yang
melakukan tradisi Tapak Lapan pada saat ini menjadi stabil.

3. Konsep Tapak Lapan


Tapak lapan merupakan sebuah sebutan khusus pada masyarakat Melayu,
dimana untuk menjelaskan sistem ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat
Melayu Riau dan juga berlaku di alam Melayu yang menunjukkan jenis-jenis
pekerjaan masyarakat Melayu sebagai sumber pendapatan keluarga. Tapak lapan
tersebut merupakan delapan jenis pekerjaan, yaitu:
1. Beladang, pertanian palawija (pertanian), ialah menanam tumbuh-
tumbuhan yang dapat dijadikan panganan seperti ubi, sayur, kopi, dan
lain-lain.
2. Beternak (peternakan), yaitu binatang yang biasanya diternakan antara
lain sapi, ayam, dan kambing.
3. Menangkap ikan (perikanan atau nelayan), yaitu menangkap ikan yang
dilakukan di laut, sungai, sawah, dan danau. Jika mendapatkan hasil
yang lebih, maka mereka akan menjualnya.
4. Beniro (menetek enau), yaitu industri pengolahan hasil pertanian.
5. Mengambil hasil hutan, yaitu mengumpulkan hasil hutan seperti kayu,
damar, rotan dan buluh.
6. Berkebun, yaitu menanam tanaman tahunan.
7. Bertukang, tidak semua orang bisa bertukang dan bertukang juga tidak
dapat dilakukan setiap hari karena ada musim-musim tertentu yang
perlu keahlian khusus.
8. Berniaga (berdagang), yaitu menjual semua keperluan pokok sandang
dan pangan. Pada zaman belanda kebanyakan masyarakat riau
mengekspor dammar, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.

Masyarakat Melayu pada umumnya tidak hanya mengerjakan satu jenis


pekerjaan saja. Namun dalam pelaksanaannya jarang dilakukan sekaligus delapan
pekerjaan tersebut, melainkan penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan atau
kegiatan ekonomi. Biasanya apabila pagi mereka berkebun, sorenya mereka
menangkap ikan, dan ada kalanya juga selesai berkebun mereka mencari hasil
hutan atau beniro (menetek enau). Tujuannya adalah selain meragamkan sumber
pendapatan, juga merupakan strategi untuk menghadapi kegagalan atau krisis
akibat dari hanya satu pekerjaan sebagai sumber pendapatan. Jadi, tapak lapan ini
dilakukan sebagai antisipasi pada saat krisis dan jaminan keberlangsungan hidup
keluarga maupun perekonomian keluarga.
Dalam menghadapi krisis, pola ekonomi tapak lapan menghindari krisis
tersebut untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan melakukan pergantian
pekerjaan dengan pekerjaan yang lebih tepat dan sesuai untuk memenuhi
kebutuhannya. Contohnya, ketika musim hujan dan tidak bisa memotong karet,
orang Melayu melakukan kegiatan berkebun atau bertani. Dan ketika musim
kemarau berkepanjangan maka saatnya orang Melayu meramu hasil hutan.
Sedangkan pada ekonomi monokultur seperti karet, kopi, dan sawit, tidak dapat
melakukan pergantian kegiatan ekonomi.
Masyarakat Melayu cenderung memanfaatkan waktu untuk bekerja dengan
sebaik-baiknya. Bahkan, kaum perempuan Melayu sudah dapat membagi waktu
dalam mencari nafkah. Biasanya perempuan melayu akan bekerja keras selama 11
bulan penuh guna untuk mempersiapkan cadangan, sehingga pada saat satu bulan
puasa mereka hanya akan melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan saja.
Tradisi tapak lapan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu merupakan
salah satu cara dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menjaga kelestarian
tumbuh-tumbuhan. Orang Melayu biasanya mengambil hasil alam untuk
kebutuhan dalam pekerjaan ataupun kelangsungan hidupnya, namun mereka juga
menanam kembali apa yang telah mereka ambil sehingga kelestarian alam tetap
terjaga.
Dalam melakukan pekerjaan tapak lapan, orang Melayu memberi kearifan
kepada anak dan cucu mereka agar menjaga dan memelihara alam lingkungannya.
Setiap melakukan pekerjaan tapak lapan, biasanya terdapat tradisi yang harus
dilakukan yang dipimpin oleh seorang dukun, bomo, pawang ataupun kemantan.
Untuk memperkuat perlindungan terhadap alam lingkungan sehingga
flora, fauna, tanah dan laut tidak diperlakukan semena-mena, maka para dukun
dan tetua Melayu membuat berbagai macam cerita atau mitos yang membuat
masyarakat Melayu takut untuk merusak alam lingkungan.
Namun pada saat ini, sistem tapak lapan semakin menghilang. Hal ini
terutama disebabkan setelah lingkungan hidup berupa tanah ulayat mereka
diintervensi dengan kekuasaan yang curang dan pemilik modal yang serakah,
mereka terdesak dan saat ini pun kebanyakan dari masyarakat Melayu bersandar
dari satu jenis pekerjaan saja. Akibatnya mereka sangat rentan terhadap resiko.
Padahal dulu mereka adalah pedagang, petani dan tukang yang merdeka, yang
hanya sekedar menanti peninggalan sumber daya manusia untuk meningkatkan
taraf hidupnya.
Budaya Melayu sistem tapak lapan ini, telah membentuk mentalitas
masyarakat Melayu menjadi manusia yang bebas, mudah bergerak kemana-mana,
bisa bersaing, memperlihatkan kualitas teknis serta punya harga diri yang tinggi.

4. Hubungan Tapak Lapan dan Kelestarian Lingkungan


Tapak lapan merupakan delapan jenis pekerjaan yang dilakukan
masyarakat Melayu. Namun dalam pelaksanaannya, masyarakat Melayu biasanya
melakukan penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan atau kegiatan ekonomi.
Ini merupakan cara jangka pendek masyarakat Melayu dalam menggunakan
sumber daya alamnya, yang berarti masyarakat Melayu harus mempunyai
pengetahuan yang baik tentang alam dan lingkungan hidupnya. Tapak lapan
menjadi kiat atau cara masyarakat Melayu berhubungan dengan alam. Sebab
dengan pola itu, mereka bisa melihat hubungan dan saling ketergantungan antara
manusia dengan alam, serta hubungan antara flora dan fauna dalam hutan.
Tapak lapan merupakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan alam
(tanah dan lingkungan), maka dari itulah masyarakat Melayu memandang tanah
dan alam sekitar sebagai makhluk yang saling menjaga hubungan baik agar bisa
saling memberi. Untuk menjaga hubungan baik itulah masyarakat Melayu
memiliki aturan-aturan atau kearifan tersendiri dan juga masyarakat Melayu
memiliki pantang larang yang harus dijaga. Sehingga ada ungkapan masyarakat
Melayu, yaitu “ jika berbudi dengan tanah, alamat hidup tidak akan susah”.
Orang Melayu tidak menjadikan alam tempat mencari nafkah saja, tetapi
juga berkaitan dengan kebudayaan dan kepercayaan mereka. Hal ini dapat dilihat
dalam kehidupan sehari-hari mereka, dimana orang Melayu secara turun-temurun
hidup dari hasil laut, hasil hutan dan mengolah tanah. Menyadari eratnya kaitan
antara kehidupan manusia dengan alam, menyebabkan orang Melayu berupaya
memelihara serta menjaga kelestarian dan keseimbangan alam lingkungannya.
Lingkungan merupakan bagian hidup yang tidak terpisahkan dari
pekerjaan tapak lapan masyarakat Melayu. Melalui ketersedian sumber daya alam,
masyarakat Melayu dapat melakukan pekerjaan tapak lapan. Orang Melayu
memiliki hubungan yang sangat erat dengan lingkungan, interaksi ini
menumbuhkan nilai-nilai kearifan dalam pemanfaatan dan pengelolaan
lingkungan. Lingkungan sebagai satu kesatuan lingkungan budaya yang menjadi
tumpuan hidup masyarakat Melayu sehingga tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Melayu. Orang Melayu menganggap hubungan dengan
lingkungan dengan hal-hal gaib, sehingga lingkungan harus dijaga dan tidak
dimanfaatkan sembarangan. Maka dari itulah masyarakat Melayu tidak berani
untuk merusak lingkungan karena apabila melanggar maka akan menimbulkan
bencana atau kutukan.
Dalam adat istiadat, ditetapkan “pantang larang” yang berkaitan dengan
pemeliharaan serta pemanfaatan alam, mulai dari hutan, tanah, laut dan selat,
pulau, sungai, danau, serta sampai kepada kawasan yang menjadi kampung
halaman, dusun, ladang, kebun dan sebagainya. Orang Melayu menyadari
pentingnya pemeliharaan dan pemanfaatan alam secara seimbang.
Maka dari itulah pekerjaan Tapak Lapan yang dilakukan oleh orang
Melayu, semuanya diatur didalam adat istiadat. Hal ini dilakukan agar orang
Melayu sadar akan betapa pentingnya alam terhadap kehidupan ekonomi orang
Melayu dan juga membuat orang Melayu menghormati kegiatan budaya yang ada
dan melakukan pelestarian lingkungan.

5. Hubungan Tapak Lapan dengan Etos Kerja


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 237), etos kerja adalah
pandangan hidup yang khas suatu golongan sosial yang didasarkan kepada sifat,
nilai adat istiadat yang memberi watak dalam masyarakat.
Secara etimologi dan maknawi, kata “etos” berasal dari bahasa Yunani
yaitu “ethos” yang berarti sikap, kepibadian, watak, karakter, serta keyakian akan
sesuatu. Kemudian kata “etos” disatukan dengan kata “kerja”, sehingga
terbentuknya “etos kerja”. Jadi, dapat disimpulkan bahawa etos kerja merupakan
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu
kelompok masyarakat.
Bagi masyarakat melayu etos kerja telah diwariskan secara turun-temurun,
orang melayu memiliki etos kerja yang sangat tinggi, yang mampu mengangkat
harkat dan martabat kaumnya.
Masyarakat Melayu memandang kerja bukan semata-mata untuk
kepentingan hidup didunia, tetapi juga untuk keselamatan hidup diakhirat.
Masyarakat Melayu melakukan pekerjaan tapak lapan karena memiliki etos kerja
atau keyakinan yang tinggi untuk mencari nafkah, bertanggung jawab terhadap
keluarga dan baik terhadap diri sendiri, alam, dan sang penciptanya. Masyarakat
Melayu sangat menghormati dan memandang tinggi orang-orang yang melakukan
pekerjaaan dengan etos kerja yang tinggi.
Masyarakat Melayu memandang kerja adalah satu kewajiban dalam
kehidupan mereka. Banyak sekali ungkapan yang menunjukkan bahwa orang
Melayu adalah pekerja yang tangguh, baik dan benar, jujur dan setia, taat dan
tekun, sesuai menurut agama, adat dan tradisinya, tidak menyimpang dan
menyalahi ketentuan yang berlaku, maka pekerjaan itu dapat mendatangkan
kebahagiaan. Berdasarkan pandangan inilah menyebabkan masyarakat Melayu
mengukur kemuliaan seseorang dapat ditentukan dari pekerjaannya. Semakin baik
ia mengerjakan pekerjaannya maka semakin mulia pandangan masyarakat
terhadapnya. Begitupula sebaliknya, semakin buruk ia melakukan pekerjaaannya,
semakin rendah pandangan orang terhadap dirinya.
Berbagai pandangan kerja yang ada, mendorong masyarakat Melayu untuk
meningkatkan kemampuan kerjanya, meningkatkan ilmu pengetahuan dan tenaga,
agar mereka benar-benar dapat hidup melaksanakan kewajibannya dengan baik,
benar dan sempurna. Dengan demikianlah mereka dapat mengangkat harkat dan
martabat diri, keluarga, dan bangsanya, dan apabila mereka meninggal dunia anak
cucunya hidup bahagia dan diakhirat dirinya tidak menderita.
Pandangan inilah yang menyebabkan orang Melayu memiliki etos kerja
atau keyakinan yang tinggi dalam menjalankan pekerjaan tapak lapan, karena
semakin baik melakukan pekerjaan, maka semakin baik pula pandangan
masyarakat terhadapnya. Maka dari itu banyak sekali masyarakat Melayu yang
melakukan pekerjaan tapak lapan dengan sungguh-sungguh. Dalam melakukan
pekerjaan tapak lapan, masyarakat Melayu juga memiliki etos kerja yang berupa
keyakinan untuk dapat menstabilkan perekonomian keluarga dan untuk
menghindari krisis dengan melakukan pergantian pekerjaan dengan pekerjaan
yang lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sistem perekonomian orang melayu sangat bergantung kepada jenis-jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Orang melayu cenderung untuk
melakukan sistem ekonomi tapak lapan, dimana terdapat delapan pekerjaan yang
biasanya dilakukan.
Dengan menggunakan sistem tapak lapan ini, masyarakat melayu memiliki
perekonomian yang stabil dan juga dapat terhindar dari krisis dengan melakukan
pergantian pekerjaan dengan pekerjaan yang lebih tepat dan sesuai dengan
kebutuhan. Sistem ekonomi tapak lapan ini, memiliki hubungan dengan alam
sekitar. Dimana pekerjaan tapak lapan semuanya berhubungan dengan alam
lingkungan yang dikaitkan dengan unsur-unsur kebudayaan dan kepercayaan
didalamnya.
Masyarakat melayu juga harus memiliki etos kerja yang tinggi dalam
melakukan pekerjaan tapak lapan. Masyarakat melayu harus memiliki keyakinan
dan semangat dalam melakukan pekerjaan tapak lapan dengan baik karena akan
mengukur tingkat kemulian orang Melayu berdasarkan pekerjaan yang
dilakukannya.

B. Saran
Dalam zaman sekarang ini, sebaiknya masyarakat Melayu masih
mempertahankan pekerjaan tapak lapan yang ada. Hal ini dikarenakan sistem
ekonomi tapak lapan dapat menstabilkan perekonomian masyarakat Melayu yang
ada dan juga untuk mensejahterakan masyarakatnya. Sistem tapak lapan ini dapat
melestarikan unsur kepercayaan dan kebudayaan masyarakat yang ada
didalamnya dan juga dapat mengajarkan tentang hubungan manusia dengan alam.
Sehingga masyarakat melayu pada saat ini dapat melakukan pelestarian alam. Kita
juga dapat mencontoh etos kerja yang ada pada masyarakat melayu, karena
mereka menjunjung tinggi nilai agama, norma dan adat istiadat.
Daftar Pustaka

Effendi, Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu (Butir-butir Budaya Melayu Riau).
Yogyakarta: Adicita.
Rahman, Elmustian. Marni, Tien. Zulkarnain. 2003. Alam Melayu: Sejumlah
Gagasan Menjemput Keagungan. Pekanbaru: Unai Press.
Jamil, Taufik Ikram. Karim, Syaukani Al. Rahman, Elmustian. 2012. Ikhtisar
Budaya Melayu Riau. Riau: Yayasan Pustaka Riau.
Dahlan, Ahmad. 2014. Sejarah Melayu. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Mubyarto, dkk. 1993. Riau Menatap Masa Depan. Yogyakarta: Aditya Media.
Koentjaraningrat, dkk. 2007. Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam
Perubahan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Universitas Riau. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru:
Universitas Riau.
Binsar, Khalis. Mashuri. 2017. Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas
XI. Pekanbaru: PT Inti Prima Aksara.
Effendi, Tenas. 2003. Budaya Melayu yang Mengandung Nilai Ethos Kerja.
Pekanbaru: Unri Press.
http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/Innovatio/article/download/544/508

https://media.neliti.com/media/publications/40330-ID-revitalisasi-kearifan-lokal-
melayu-dalam-menjaga-harmonisasi-lingkungan-hidup.pdf
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Etos

Anda mungkin juga menyukai