Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masyarakat memiliki aktivitas sehari hari yang menjadi mata pencaharian
mereka terutama masyarakat Melayu. Masyarakat Melayu memanfaatkan alam
sekitar sebagai mata pencahariannya. Masyarakat melayu pada umumnya
tinggal di pinggiran sungai-sungai di Riau seperti sungai Siak, sungai Rokan,
sungai Kampar, dan sungai Kuantan. Dari masing masing daerah memiliki
dusun, sawah ladang yang disebut lahan pertanian, kebun seperti wilayah
perkebunan atau dusun, rimba kepungan sialang, hutan produksi, dan rimba
terlarang.
Alam yang di miliki masyarakat Melayu bisa dikelola dengan leluasa dan
disesuaikan dengan jarak tempat, waktu dan bidang pekerjaan. Penyesuaian
sesuai dengan waktu, jarak, atau bidang pekerjaan misalnya disebut dengan
Peresuk dan Tapak Lapan. Peresuk adalah jenis pekerjaan yang produktif untuk
memenuhi keperluan dan hajat hidup. Kuantitas pekerjaan terbilang pada
tingkat kesulitan dan lama pekerjaaan dalam rentang waktu. Ada jenis
pekerjaan yang berat namun bisa diselesaikan dengan waktu singkat dan ada
jenis pekerjaan yang ringan namun bisa diselesaikan dengan waktu seharian.
Lapan Tapak adalah sebutan sumber mata pencaharian yang terdiri
dari 8 titik mata pencaharian. Delapan mata pencaharian tersebut tidak semua
dilakukan oleh masyarakat Melayu melaikan hanya disesuaikan dengan
keperluan mereka. Tapak lapan juga aktivitas orang Melayu dan sumber
pendapatan pada satu musim yakni dari musim hujan sampai musim kemarau.
Selain itu orang Melayu mencari hasil hutan seperti Rotan yang dijadikan
anyaman. Tapak lapan dan Peresuk selain menjadi keragaman sumber
pendapatan juga antisipasi menghadapi kegagalan atau krisis.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
2.1 Apa yang dimaksud dengan Peresuk dan lima tahapanya?
2.2 Apa saja delapan sumber pendapatan?
2.3 Bagaimana kategori konsep perekonomian Melayu?
2.4 Apa yang dimaksud dengan istilah dalam etnosains?

1.3 TUJUAN MASALAH


3.1 Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Peresuk dan lima
tahapanya.
3.2 Agar pembaca dapat mengetahui macam-macam sumber pendapatan.
3.3 Agar pembaca mengerti dengan konsep perekonomian Melayu.
3.4 Agar pembaca mengetahui degan istilah etnosains.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peresuk

Peresuk adalah pentahapan jenis pekerjaan orang melayu dalam


kesehariannya. Jenis pekerjaan tersebut memiliki beberapa tahapan sehingga
dapat dikatakan peresuk dalam bahaya melayu. Lima tahapan jenis pekerjaan ini
disebut peresuk yang artinya pentahapan jenis pekerjaan lebih dari satu jenis
pekerjaan untuk memenuhi keperluan hidup.

Masyarakat Melayu membiasakan sekurang-kurangnya lima tahapan yang


diselingi dengan istirahat, ibadah, dan aktivitas non kerja. Pentahapannya antara
lain:
a. Peresuk Pertama, menakik getah agar memudahkan orang dalam hal
memanjat dan memotong karet; dilakukan setelah sholat subuh dan pagi hari
ketika lalat besar terbang sampai matahari naik sepenggalah.
b. Peresuk Kedua, lanjut dengan melakukan pekerjaan seperti memetik buah
kopi, ke kebun, dan lainnnya hingga menjelang sholat Zuhur.
c. Peresuk Ketiga, setelah Zuhur dan makan siang, lanjut dengan melakukan
pekerjaan seperti mengambil daun rumbia sampai waktu Ashar.
d. Peresuk Keempat, setelah Ashar dilanjutkan dengan mengolah dau rumbia
untuk dijadikan atap atau menumbuk kopi yang sudah dijemur.
e. Peresuk Kelima, pada waktu malam ada yang menganyam tikar pandan atau
barang kerajinan lainnya.

Lima peresuk diatas hanya salah satu bentuk variasi pekerjaan. Ada variasi
lainnya, tergantung suasana hari. Durasi pekerjaan Orang Melayu lazimnya 13-17
jam. Dibandingkan orang kota atau masyarakat modern yang rata-rata bekerja
selama 8jam/hari.

2.2 Tapak Lapan

Tapak Lapan adalah sebutan dari sumber mata pencarian yang terdiri dari 8
sumber pencaharian:
1. Berladang, untuk memenuhi keperluan bahan makanan pokok.
2. Beternak, jenis pekerjaan ini dapat ditransformasikan dengan pekerjaan
berburu dengan tujuan memenuhi sumber protein daging.

3
3. Perikanan, ketika keperluan protein daging untuk orang Melayu telah
terpenuhi dengan melakukan pemburuan didarat, maka mereka akan mencari
ikan dengan menggunakan ragam alat tangkap pekarangan seperti jaring,
sundang, jala, tajur, kail, kelong, dan lain-lain. Peralatan tangkap ikan ini
digunakan sesuai dengan musim dan waktu.
4. Beniro (menetek enau dan kelapa), pekerjaan ini merupakan wujud dari
pengolahan hasil meramu dari dalam hutan atau kebun.
5. Mengambil atau mengumpulkan hasil hutan dan lautan. Misalnya: berotan,
berkayu, berkemenyan, bergaharu.
6. Berkebun tanaman keras atau tahunan, seperti berkebun kelapa, kopi,
cengkeh, merica, durian dan lainnya.
7. Bertukang, pekerjaan ini lebih ke aktivitas menjual jasa tenaga, keahlian atau
kemahiran kerja.
8. Berniaga, ataupun berdagang ini cukup khas untuk dilakukan. Pekerjaan ini
dapat dilakukan dipelabuhan atau pangkalan-pangkalan tempat orang berlalu-
lalang. Dan ada kala berniaga dilakukan dengan sistem barter.

Tapak Lapan tidak dilakukan dengan ketat, tetapi disesuaikan dengan


keperluan, sesuai dengan musim dan waktu yang tepat untuk dilakukan.
Adakalanya tidak dilakukan sekaligus pekerjaan tersebut, melainkan dengan
melakukan penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan lainnya. Ini merupakan
taktik yang dilakukan orang melayu.

Tujuan Tapak Lapan dan peresuk ini semata-mata untuk mendapatkan


keberagamaan sumber sekaligus taktik menghadapi kegagalan atau krisis akibat
bergantung pada satu sumber pendapatan saja. untuk antisipasi pada saat krisis
perekonomian masyarakat.

Pemahaman lainnya berpendapat bahwa Tapak Lapan dan Peresuk merupakan


usaha untuk menghindari krisis ekonomi.

Berdasarkan catatan Sumitro Djojohadikusumo dalam Kredit Rakyat di Masa


Depresi, orang Melayu sebenarnya lebih tangguh dan mampu berkembang baik
dalam keadaan depresi maupun normal. Hal ini membuat orang Melayu jarang
jatuh miskin apalagi kelaparan.

4
2.3 Konsep Perekonomian Melayu

Ada pula beberapa Konsep Perekonomian yang dilakukan orang Melayu,


terangkum dalam sebutan lima kali atau panca carana kerja.

1. Kerja mengambil hasil alam semula jadi; meramu (bahan alam), berburu, dan
ber-ikan (nelayan). Kriteria ini dianggap paling purba (awalan) sehingga
disebut eka carana. Eka berarti satu atau pertama.
2. Lingkup kerja di lingkungan buatan; berladang, berkebun, beternak dan lain-
lain. Dwi carana ini merupakan kelanjutan pola-pola kerja menjadi nelayan,
termasuk mengolah hasil ramuan untuk dijadikan karya kerajinan tangan atau
membuat perkakas.
3. Kerja menjual tenaga, seperti tukang rumah, perahu, memelihara ternak dan
lain-lain.
4. Kerja menjual fikiran atau ilmu pengetahuan
5. Kerja jual beli atau berniaga.

Panca Carana tersebut diperoleh dua oposisi lingkup kerja aspek fundamental
dan gabungan. Aspek gabungan terdiri dari kerja tanpa membutuhkan bahan baku
hanya mengandalkan tenaga dan fikiran. Lalu kerja yang membutuhkan bahan
baku dengan konsekuensi mengeluarkan biaya. Yang terakhir adalah kerja yang
menggabungkan tenaga, fikiran, ilmi, bahan baku dan biaya.

Berladang padi dan rumah tangga adalah Tapak Lapan bagi orang Melayu.
Seperti analisis yang dilakukan, strategi mencari nafkah untuk bertahan hidup
masyarakat di Desa Putri Puyu, Kabupaten Meranti, orang melayu adalah dengan
melakukan strategi rumah tangga, seperti menggali lubang tutup lubang serta
tetap menjaga hubungan baik dengan perkebunan karet.
Bagi orang thariqat tasawuf tapak lapan mereka adalah Muroqobah ma’iyah
karena manusia teramat bergantung pada ma’iyah Allah.

2.4 Istilah dalam Etnosains


Etnosains berasal dari kata Yunani, Ethnos yang berarti bangsa, dan Scientia
yang berarti pengetahuan. Jika diperhatikan dari kategori mata pencaharian dan
istilah Tapak Lapan, akan ditemukan kesamaannya, yakni 8 lerat tulang dan
kepala sebagai pusat. Satu pendapat unik dikemukakan oleh orang Melayu bahwa
konsep tapak lapan berasal dari struktur tiang rumah. Dalam konsep melayu, tiang
rumah adalah tumpuan tempat duduknya kepala rumah tangga.

5
Kemudian, ada pula dua pendapat lagi. Yang pertama, pendapat dari Prof.
Mukhtar Ahmad bahwa tapak lapan berasal dari permainan catur. Jika kita cari
tahu kembali istilah catur menurut bahasa sansekerta maka artinya adalah
bilangan 4 yang merujuk pada wujud realistis, meskipun pada hakikatnya
permainan catur memiliki deep structure pada strategi.
Kedua adalah pendapat UU Hamidy, bahwa dalam struktur tapak lapan bagian
porosnya itu nihil atau kosong. Sehingga dari posisi itu orang dapat melakukan
aktivitas kerja lain yang dipilihnya. Intinya Tapak Lapan itu merupakan pilihan
utama sebagai pusat segala aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai