Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Tentang

“TAPAK LAPAN”

Di Susun Oleh :

Muhammad rafli haikal


Wan rinaldi Akbar
Rio Kurniawan
Della nur Rapika
Nurul Natsya Fitri

Kelas : X Mipa B

SMA NEGERI 2 BENGKALIS


Jl. PRAMUKA-AIR PUTIH
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah,dengan mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah
swt,yang telah memberikan kemudahan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Tapak Lapan” dan kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam mengerjakan tugas ini dengan baik.
Pada akhirnya hanya Allah jua-lah yang memberikan tawfiq dan ma’unahnya
kepada kita semua. Semoga keberadaan tugas ini mendapatkan ridha_NYA.
Akhirnya kritik dan saran senantiasa diharapkan agar untuk masa-masa yang akan
datang dapat disempurnakan semoga tugas makalah ini memberikan manfaat bagi kita
semua.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bengkalis, 05 April 2022

PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Batasan Masalah.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Persepsi.........................................................................................................3
B. Perkembangan Perseptual...............................................................................................4
C. Sifat-Sifat Persepsi..........................................................................................................5
D. Bentuk-Bentuk Persepsi .................................................................................................5
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi.................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menggali, meneliti, mengkaji, serta menulis tentang Melayu rasanya tiada
pernah akan habis-habisnya karena bangsa Melayu telah memainkan peranan yang
sangat penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia bahkan dunia. Namun
dalam perjalanannya, definisi Melayu semakin memudar dan sekarang menjadi
etnis atau suku bangsa.
Kata Melayu berasal dari kata “mala” yang artinya mula dan “layu” yang
artinya negeri. Jadi, Melayu dapat diartikan sebagai negeri asal mula atau negeri
asal usul. Dalam konteks prilaku, frasa Melayu diartikan pula “layu” yang
bermakna rendah atau merendah. Tapi bukan rendah diri, orang Melayu itu rendah
hati, menghormati pemimpin dan orang yang lebih tua dari dirinya. Masyarakat
Melayu memiliki adat dan tradisi yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
pengaruh lingkungan alam.
Keberadaan orang melayu diyakini telah ada sejak 3000 tahun sebelum
masehi di wilayah Nusantara, yang dikenal sebagai proto-melayu. Namun pada
saat ini keberadaan orang Melayu lebih dominan berada di wilayah Sumatera.
Masyarakat Melayu merupakan masyarakat kompleks. Masyarakat Melayu
Riau memiliki adat dan tradisi yang homogen. Homogenitas corak adat dan tradisi
tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan alam dan
keadaan setempat. Kegiatan kehidupan masyarakat sehari-hari tidak lepas dari
kegiatan mata pencaharian masyarakatnya. Sumber pendapatan orang Melayu
Riau berasal dari pekerjaan tapak lapan, yaitu: beladang (pertanian), beternak
(peternakan), menangkap ikan (perikanan), beniro (menetek enau atau kelapa),
industry pengolahan hasil hutan (agroindustri), berkebun (perkebunan), bertukang,
berniaga (perdagangan). Tapak lapan merupakan penggabungan dua atau lebih
jenis pekerjaan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berbicara tentang ekonomi masyarakat Melayu, tentu kita berbicara
tentang mata pencaharian masyarakat Melayu sehari-hari. Masyarakat
Melayu biasanya melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan alam sekitar.
Dimana masyarakat Melayu cenderung memanfaatkan hasil alam untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
3
Orang Melayu juga masih kental terhadap kebudayaan dan tradisi turun
temurun yang masih melekat didalam kegiatan sehari-harinya. Setiap kegiatan
masyarakat Melayu didasarkan kepada adat istiadat, termasuk dalam melakukan
pekerjaan. Masyarakat Melayu memiliki unsur kepercayaan dan kebudayaan
terhadap alam sekitar, masyarakat Melayu juga mempunyai pantang larang yang
harus ditaati oleh semua masyarakat Melayu. Apabila pantang larang tersebut
dilanggar, maka masyarakat Melayu percaya bahwa mereka akan mendapatkan
kutukan atau pun musibah.
Unsur-unsur kebudayaan melekat pada sistem mata pencaharian di Melayu
Riau, yaitu dari mitos, legenda, syair, pantun, randai dan ritual atau upacara-
upacara adat. Alam menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi sistem mata
pencaharian masyarakat Melayu. Hilangnya hutan menyebabkan terancam dan
hilangnya mata pencaharian masyarakat Melayu dan juga unsur kebudayaan pada
siklus pekerjaan juga ikut menghilang karena tidak lagi menjadi mata pencaharian
dan dipraktekkan sebagaimana biasanya oleh masyarakat Melayu. Didalam
melakukan pekerjaannya, masyarakat Melayu memiliki etos kerja yang sangat
baik. Etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Masyarakat Melayu cenderung
memiliki etos kerja yang berhubungan dengan agama, norma dan adat istiadat
yang ada dalam menjalankan pekerjaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem ekonomi orang Melayu?
2. Bagaimana sejarah ekonomi orang Melayu?
3. Apa yang dimaksud dengan Tapak Lapan?
4. Apa hubungan antara Tapak Lapan dengan kelestarian lingkungan?
5. Apa hubungan antara Tapak Lapan dengan etos kerja?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sistem ekonomi orang Melayu
2. Untuk mengetahui sejarah ekonomi orang Melayu
3. Untuk mengetahui konsep Tapak Lapan
4. Untuk mengetahui hubungan antara Tapak Lapan dengan kelestarian
lingkungan
5. Untuk mengetahui hubungan antara Tapak Lapan dengan etos kerja

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Ekonomi Orang Melayu


Sistem ekonomi dapat kita artikan juga sebagai sistem mata pencaharian.
Sistem adalah cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu, sedangkan mata
pencaharian merupakan pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan untuk biaya
sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem perekonomian orang
melayu adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang Melayu sebagai
kegiatan sehari-hari guna usaha untuk pemenuhan kehidupan dan menjadi pokok
penghidupan bagi orang Melayu.
Untuk menunjang hidupnya, setiap masyarakat pasti memiliki mata
pencaharian utama, sehingga terdapat suku bangsa yang memiliki mata
pencaharian khas dibandingkan dengan suku yang lainnya. Pada orang Melayu,
mereka memiliki sistem ekonomi yang didasarkan kepada mata pencaharian tapak
lapan.

Tujuan dari sistem ekonomi orang melayu “Tapak Lapan” ini adalah
untuk meragamkan sumber pendapatan orang Melayu dan juga stategi untuk
menghadapi kegagalan atau krisis akibat dari hanya satu pekerjaan sebagai
sumber pendapatan.
Sistem ekonomi orang Melayu lebih menekankan kepada sistem ekonomi
kerakyaan, dimana sistem tersebut lebih berpihak kepada kelompok masyarakat
dengan ekonomi lemah dan menengah kebawah. Dan juga sistem ekonomi orang
Melayu, selalu memanfaatkan hasil alam yang ada disekitarnya. Sistem ekonomi
yang digunakan orang Melayu membuat masyarakatnya memiliki dua atau lebih
pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar orang Melayu memiliki perekonomian yang
stabil. Dengan melakukan sistem tapak lapan ini, orang Melayu dapat
menghindari krisis dengan melakukan pergantian pekerjaan dengan pekerjaan
yang lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Sistem ekonomi orang Melayu didasarkan kepada unsur-unsur kebudayaan.
Dimana didalam melakukan semua pekerjaan sistem ekonomi ini, masyarakat
Melayu selalu melakukan semua kegiatannya sesuai dengan kepercayaan,
ritual dan upacara-upacara adat tertentu.

5
6
B. Sejarah Ekonomi Orang Melayu
Perekonomian paling awal dari masyarakat Riau ditandai dengan sifat-sifat
yang dimiliki oleh daerah maritim, dimana kehidupan masyarakatnya bertumpu
pada sektor perdagangan, sedang sektor pertanian merupakan usaha-usaha
perkebunan untuk melengkapi keperluan perdagangan. Jika diukur dengan masanya,
tingkat perekonomian orang Melayu dikatakan cukup maju. Khususnya dalam
bidang perdagangan.
Perekonomian orang Melayu diawali pada masa kerajaan Malaka dimana
perubahan cukup berarti dialami oleh masyarakat Melayu ketika sektor perdagangan
tidak mampu lagi menopang kehidupan mereka, sehingga sektor pertanian
yang kemudian menjadi basis perekonomian masyarakat Melayu. Berikut
beberapa tahap perkembangan ekonomi masyarakat Melayu:
a. Perkembangan Ekonomi pada Masa Kerajaan
Pada masa kerajaan ini, sumber perekonomiannya berada pada sektor
perdagangan, dimana kerajaan yang paling menguasainya adalah kerajaan
Sriwijaya pada abad ke VII-XIII. Namun pada abad ke XVI, pengaruh agama
Islam menumbuhkan banyak kerajaan Islam yang sumber perekonomiannya
bersandar pada sektor perdagangan.
Keberadaan Selat Malaka dilintas jalur perdagangan telah menjadi ajang
pertemuan bagi para pedagang yang berasal dari Cina, India, Arab dengan
penduduk Melayu. Wilayah Riau yang letaknya strategis secara otomatis
mendapat peluang pemasok barang dalam kancah perdagangan tersebut. Hal ini
membuat ekonomi orang Melayu menjadi semakin meningkat.

b. Perkembangan Ekonomi Setelah Kedatangan Bangsa Barat


Sejak berkembangnya Malaka sebagai pusat perdagangan, banyak
dilakukan usaha untuk menguasainya. Hal ini nampak ketika bangsa
Portugis berhasil merebut Malaka pada tahun 1511. Ketidaksenangan terhadap
Portugis diwujudkan oleh para pedagang Melayu dengan mengadakan kerja
sama pada tahun 1602 dengan bangsa Belanda.
Namun pada kesempatan tersebut justru mengantarkan Malaka pada
penguasa baru yaitu Belanda. Belanda memonopoli perdagangan pada kerajaan
di Riau yang membuat orang Melayu tidak lagi leluasa dalam menjalankan
usaha dagangnya. Bangsa Belanda juga menguasai sumber bahan mentah yang

7
ada diwilayah Riau. Hal ini tentu saja menyebabkan ekonomi orang Melayu
mengalami kemunduran atau kemerosotan. Dengan jatuhnya kekuasaan atas
pusat-pusat dagang, bangsa pribumi Melayu yang semula berperan aktif dalam
menjalankan roda perniagaan telah bergeser dan semakin tenggelam dalam
kehidupan mereka yang agraris.
c. Perkembangan ekonomi barter menjadi ekonomi pasar
Secara tradisional, wilayah sepanjang aliran sungai merupakan daerah
hunian penduduk Melayu (perkampungan). Orang Melayu yang tinggal di
perkampungan tersebut memakai sistem barter untuk mendapatkan barang
kebutuhannya. Upaya orang Melayu dalam menambah pendapatan
keluarga dengan menjadi buruh. Hal ini membuat perekonomian orang Melayu
selalu mempunyai kedudukan yang lemah. Pada masa ini perekonomian
orang Melayu lebih mengutamakan pada sektor pertanian.
Sistem perekonomian orang Melayu yang masih memakai sistem barter
membuat munculnya sistem perekonomian Kapitalis, dimana orang Melayu
berada dibawah kepemimpinan bangsa Belanda. Dalam sistem ekonomi
kapitalis ini, Belanda telah mempunyai aturan perdagangan yang sesuai dengan
kepentingannya. Pemberlakuan sistem ini merupakan bentuk eksploitasi
terhadap sumber pendapatan orang Melayu. Hal ini menyebabkan
perekonomian orang Melayu tradisional yang bendasar pada sistem barter
mulai mengenal monetisasi. Hal ini menyebabkan perekonomian rakyat Melayu
mengalami goncangan.
d. Perkembangan ekonomi pada masa orde baru sampai sekarang
Sejak kemerdekaan Indonesia, keadaan perekonomian belum menentu.
Mengingat belum stabilnya situasi politik saat itu, namun sejak pemerintahan
Orde Baru memegang kekuasaan, maka kebijakan ekonomi diupayakan untuk
mendorong pengusaha pribumi. Pada masa ini pemerintah mengupayakan suatu
iklim perekonomian yang stabil, bebas hambatan serta mendorong
pertumbuhan industri. Pemerintah banyak mendirikan badan-badan tertentu
untuk tujuan membantu petani memperbaiki kedudukan ekonomi mereka.
Pada saat ini ekonomi orang melayu bersumber pada sektor pertanian.
Namun pada saat ini terjadinya kemerosotan ekonomi nasional yang
menyebabkan harga jual dari hasil pertanian orang Melayu menjadi rendah.
Hal ini menyebabkan ekonomi orang Melayu mengalami penurunan
8
pada saat ini. Namun orang Melayu dapat mengatasi hal tersebut, yaitu dengan
melakukan tradisi Tapak Lapan. Dimana orang Melayu melakukan beberapa
jenis pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhannya. Sehingga menyebabkan
perekonomian orang Melayu yang melakukan tradisi Tapak Lapan pada saat
ini menjadi stabil.

C. Konsep Tapak Lapan


Tapak lapan merupakan sebuah sebutan khusus pada masyarakat Melayu,
dimana untuk menjelaskan sistem ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat
Melayu Riau dan juga berlaku di alam Melayu yang menunjukkan jenis-jenis
pekerjaan masyarakat Melayu sebagai sumber pendapatan keluarga. Tapak lapan
tersebut merupakan delapan jenis pekerjaan, yaitu:
1. Beladang, pertanian palawija (pertanian), ialah menanam tumbuh- tumbuhan
yang dapat dijadikan panganan seperti ubi, sayur, kopi, dan lain-lain.
2. Beternak (peternakan), yaitu binatang yang biasanya diternakan antara lain
sapi, ayam, dan kambing.
3. Menangkap ikan (perikanan atau nelayan), yaitu menangkap ikan yang
dilakukan di laut, sungai, sawah, dan danau. Jika mendapatkan hasil yang lebih,
maka mereka akan menjualnya.
4. Beniro (menetek enau), yaitu industri pengolahan hasil pertanian.
5. Mengambil hasil hutan, yaitu mengumpulkan hasil hutan seperti kayu, damar,
rotan dan buluh.
6. Berkebun, yaitu menanam tanaman tahunan.
7. Bertukang, tidak semua orang bisa bertukang dan bertukang juga tidak dapat
dilakukan setiap hari karena ada musim-musim tertentu yang perlu keahlian
khusus.
8. Berniaga (berdagang), yaitu menjual semua keperluan pokok sandang dan
pangan. Pada zaman belanda kebanyakan masyarakat riau mengekspor
dammar, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.

Masyarakat Melayu pada umumnya tidak hanya mengerjakan satu jenis


pekerjaan saja. Namun dalam pelaksanaannya jarang dilakukan sekaligus delapan
pekerjaan tersebut, melainkan penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan atau
kegiatan ekonomi. Biasanya apabila pagi mereka berkebun, sorenya mereka
9
menangkap ikan, dan ada kalanya juga selesai berkebun mereka mencari hasil
hutan atau beniro (menetek enau). Tujuannya adalah selain meragamkan sumber
pendapatan, juga merupakan strategi untuk menghadapi kegagalan atau krisis
akibat dari hanya satu pekerjaan sebagai sumber pendapatan. Jadi, tapak lapan ini
dilakukan sebagai antisipasi pada saat krisis dan jaminan keberlangsungan hidup
keluarga maupun perekonomian keluarga.
Dalam menghadapi krisis, pola ekonomi tapak lapan menghindari krisis
tersebut untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan melakukan pergantian
pekerjaan dengan pekerjaan yang lebih tepat dan sesuai untuk memenuhi
kebutuhannya. Contohnya, ketika musim hujan dan tidak bisa memotong karet,
orang Melayu melakukan kegiatan berkebun atau bertani. Dan ketika musim
kemarau berkepanjangan maka saatnya orang Melayu meramu hasil
hutan.
Sedangkan pada ekonomi monokultur seperti karet, kopi, dan sawit,
tidak dapat melakukan pergantian kegiatan ekonomi.
Masyarakat Melayu cenderung memanfaatkan waktu untuk bekerja
dengan sebaik-baiknya. Bahkan, kaum perempuan Melayu sudah dapat membagi
waktu dalam mencari nafkah. Biasanya perempuan melayu akan bekerja keras
selama 11 bulan penuh guna untuk mempersiapkan cadangan, sehingga pada saat
satu bulan puasa mereka hanya akan melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan saja.
Tradisi tapak lapan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu merupakan
salah satu cara dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menjaga
kelestarian tumbuh-tumbuhan. Orang Melayu biasanya mengambil hasil
alam untuk kebutuhan dalam pekerjaan ataupun kelangsungan hidupnya, namun
mereka juga menanam kembali apa yang telah mereka ambil sehingga
kelestarian alam tetap terjaga.

Dalam melakukan pekerjaan tapak lapan, orang Melayu memberi


kearifan kepada anak dan cucu mereka agar menjaga dan memelihara alam
lingkungannya. Setiap melakukan pekerjaan tapak lapan, biasanya terdapat
tradisi yang harus dilakukan yang dipimpin oleh seorang dukun, bomo, pawang
ataupun kemantan.
Untuk memperkuat perlindungan terhadap alam lingkungan sehingga
flora, fauna, tanah dan laut tidak diperlakukan semena-mena, maka para

10
dukun dan tetua Melayu membuat berbagai macam cerita atau mitos yang
membuat masyarakat Melayu takut untuk merusak alam lingkungan.
Namun pada saat ini, sistem tapak lapan semakin menghilang. Hal ini
terutama disebabkan setelah lingkungan hidup berupa tanah ulayat mereka
diintervensi dengan kekuasaan yang curang dan pemilik modal yang serakah,
mereka terdesak dan saat ini pun kebanyakan dari masyarakat Melayu bersandar
dari satu jenis pekerjaan saja. Akibatnya mereka sangat rentan terhadap resiko.
Padahal dulu mereka adalah pedagang, petani dan tukang yang merdeka, yang
hanya sekedar menanti peninggalan sumber daya manusia untuk meningkatkan
taraf hidupnya.
Budaya Melayu sistem tapak lapan ini, telah membentuk mentalitas
masyarakat Melayu menjadi manusia yang bebas, mudah bergerak kemana-mana,
bisa bersaing, memperlihatkan kualitas teknis serta punya harga diri yang tinggi.

D. Hubungan Tapak Lapan dan Kelestarian Lingkungan


Tapak lapan merupakan delapan jenis pekerjaan yang dilakukan
masyarakat Melayu. Namun dalam pelaksanaannya, masyarakat Melayu biasanya
melakukan penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan atau kegiatan ekonomi.
Ini merupakan cara jangka pendek masyarakat Melayu dalam menggunakan
sumber daya alamnya, yang berarti masyarakat Melayu harus mempunyai
pengetahuan yang baik tentang alam dan lingkungan hidupnya. Tapak lapan
menjadi kiat atau cara masyarakat Melayu berhubungan dengan alam. Sebab
dengan pola itu, mereka bisa melihat hubungan dan saling ketergantungan antara
manusia dengan alam, serta hubungan antara flora dan fauna dalam hutan.
Tapak lapan merupakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan alam
(tanah dan lingkungan), maka dari itulah masyarakat Melayu memandang tanah
dan alam sekitar sebagai makhluk yang saling menjaga hubungan baik agar bisa
saling memberi. Untuk menjaga hubungan baik itulah masyarakat Melayu
memiliki aturan-aturan atau kearifan tersendiri dan juga masyarakat Melayu
memiliki pantang larang yang harus dijaga. Sehingga ada ungkapan masyarakat
Melayu, yaitu “ jika berbudi dengan tanah, alamat hidup tidak akan susah”.
Orang Melayu tidak menjadikan alam tempat mencari nafkah saja, tetapi
juga berkaitan dengan kebudayaan dan kepercayaan mereka. Hal ini dapat dilihat
dalam kehidupan sehari-hari mereka, dimana orang Melayu secara turun-temurun
11
hidup dari hasil laut, hasil hutan dan mengolah tanah. Menyadari eratnya kaitan
antara kehidupan manusia dengan alam, menyebabkan orang Melayu berupaya
memelihara serta menjaga kelestarian dan keseimbangan alam lingkungannya.
Lingkungan merupakan bagian hidup yang tidak terpisahkan dari
pekerjaan tapak lapan masyarakat Melayu. Melalui ketersedian sumber daya alam,
masyarakat Melayu dapat melakukan pekerjaan tapak lapan. Orang Melayu
memiliki hubungan yang sangat erat dengan lingkungan, interaksi ini
menumbuhkan nilai-nilai kearifan dalam pemanfaatan dan pengelolaan
lingkungan. Lingkungan sebagai satu kesatuan lingkungan budaya yang menjadi
tumpuan hidup masyarakat Melayu sehingga tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Melayu. Orang Melayu menganggap hubungan dengan
lingkungan dengan hal-hal gaib, sehingga lingkungan harus dijaga dan tidak
dimanfaatkan sembarangan. Maka dari itulah masyarakat Melayu tidak berani
untuk merusak lingkungan karena apabila melanggar maka akan menimbulkan
bencana atau kutukan.
Dalam adat istiadat, ditetapkan “pantang larang” yang berkaitan dengan
pemeliharaan serta pemanfaatan alam, mulai dari hutan, tanah, laut dan selat,
pulau, sungai, danau, serta sampai kepada kawasan yang menjadi kampung
halaman, dusun, ladang, kebun dan sebagainya. Orang Melayu menyadari
pentingnya pemeliharaan dan pemanfaatan alam secara seimbang.
Maka dari itulah pekerjaan Tapak Lapan yang dilakukan oleh orang
Melayu, semuanya diatur didalam adat istiadat. Hal ini dilakukan agar orang
Melayu sadar akan betapa pentingnya alam terhadap kehidupan ekonomi orang
Melayu dan juga membuat orang Melayu menghormati kegiatan budaya yang ada
dan melakukan pelestarian lingkungan.

E. Hubungan Tapak Lapan dengan Etos Kerja


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 237), etos kerja adalah
pandangan hidup yang khas suatu golongan sosial yang didasarkan kepada sifat,
nilai adat istiadat yang memberi watak dalam masyarakat.
Secara etimologi dan maknawi, kata “etos” berasal dari bahasa Yunani
yaitu “ethos” yang berarti sikap, kepibadian, watak, karakter, serta keyakian akan
sesuatu. Kemudian kata “etos” disatukan dengan kata “kerja”, sehingga
terbentuknya “etos kerja”. Jadi, dapat disimpulkan bahawa etos kerja merupakan
12
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu
kelompok masyarakat.
Bagi masyarakat melayu etos kerja telah diwariskan secara turun-temurun,
orang melayu memiliki etos kerja yang sangat tinggi, yang mampu mengangkat
harkat dan martabat kaumnya.
Masyarakat Melayu memandang kerja bukan semata-mata untuk
kepentingan hidup didunia, tetapi juga untuk keselamatan hidup diakhirat.
Masyarakat Melayu melakukan pekerjaan tapak lapan karena memiliki etos kerja
atau keyakinan yang tinggi untuk mencari nafkah, bertanggung jawab terhadap
keluarga dan baik terhadap diri sendiri, alam, dan sang penciptanya. Masyarakat
Melayu sangat menghormati dan memandang tinggi orang-orang yang melakukan
pekerjaaan dengan etos kerja yang tinggi.
Masyarakat Melayu memandang kerja adalah satu kewajiban dalam
kehidupan mereka. Banyak sekali ungkapan yang menunjukkan bahwa orang
Melayu adalah pekerja yang tangguh, baik dan benar, jujur dan setia, taat dan
tekun, sesuai menurut agama, adat dan tradisinya, tidak menyimpang dan
menyalahi ketentuan yang berlaku, maka pekerjaan itu dapat mendatangkan
kebahagiaan. Berdasarkan pandangan inilah menyebabkan masyarakat Melayu
mengukur kemuliaan seseorang dapat ditentukan dari pekerjaannya. Semakin baik
ia mengerjakan pekerjaannya maka semakin mulia pandangan masyarakat
terhadapnya. Begitupula sebaliknya, semakin buruk ia melakukan pekerjaaannya,
semakin rendah pandangan orang terhadap dirinya.
Berbagai pandangan kerja yang ada, mendorong masyarakat Melayu untuk
meningkatkan kemampuan kerjanya, meningkatkan ilmu pengetahuan dan tenaga,
agar mereka benar-benar dapat hidup melaksanakan kewajibannya dengan baik,
benar dan sempurna. Dengan demikianlah mereka dapat mengangkat harkat dan
martabat diri, keluarga, dan bangsanya, dan apabila mereka meninggal dunia anak
cucunya hidup bahagia dan diakhirat dirinya tidak menderita.
Pandangan inilah yang menyebabkan orang Melayu memiliki etos kerja
atau keyakinan yang tinggi dalam menjalankan pekerjaan tapak lapan, karena
semakin baik melakukan pekerjaan, maka semakin baik pula pandangan
masyarakat terhadapnya. Maka dari itu banyak sekali masyarakat Melayu yang
melakukan pekerjaan tapak lapan dengan sungguh-sungguh. Dalam melakukan

13
pekerjaan tapak lapan, masyarakat Melayu juga memiliki etos kerja yang berupa
keyakinan untuk dapat menstabilkan perekonomian keluarga dan untuk
menghindari krisis dengan melakukan pergantian pekerjaan dengan pekerjaan
yang lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sistem perekonomian orang melayu sangat bergantung kepada jenis-jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Orang melayu cenderung untuk
melakukan sistem ekonomi tapak lapan, dimana terdapat delapan pekerjaan yang
biasanya dilakukan.
Dengan menggunakan sistem tapak lapan ini, masyarakat melayu memiliki
perekonomian yang stabil dan juga dapat terhindar dari krisis dengan melakukan
pergantian pekerjaan dengan pekerjaan yang lebih tepat dan sesuai dengan
kebutuhan. Sistem ekonomi tapak lapan ini, memiliki hubungan dengan alam
sekitar. Dimana pekerjaan tapak lapan semuanya berhubungan dengan alam
lingkungan yang dikaitkan dengan unsur-unsur kebudayaan dan kepercayaan
didalamnya.
Masyarakat melayu juga harus memiliki etos kerja yang tinggi dalam
melakukan pekerjaan tapak lapan. Masyarakat melayu harus memiliki keyakinan
dan semangat dalam melakukan pekerjaan tapak lapan dengan baik karena akan
mengukur tingkat kemulian orang Melayu berdasarkan pekerjaan yang
dilakukannya.

B. Saran
Dalam zaman sekarang ini, sebaiknya masyarakat Melayu masih
mempertahankan pekerjaan tapak lapan yang ada. Hal ini dikarenakan sistem
ekonomi tapak lapan dapat menstabilkan perekonomian masyarakat Melayu yang
ada dan juga untuk mensejahterakan masyarakatnya. Sistem tapak lapan ini dapat
melestarikan unsur kepercayaan dan kebudayaan masyarakat yang ada
didalamnya dan juga dapat mengajarkan tentang hubungan manusia dengan alam.
Sehingga masyarakat melayu pada saat ini dapat melakukan pelestarian alam. Kita
juga dapat mencontoh etos kerja yang ada pada masyarakat melayu, karena
mereka menjunjung tinggi nilai agama, norma dan adat istiadat.

15
Daftar Pustaka

Effendi, Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu (Butir-butir Budaya Melayu Riau).
Yogyakarta: Adicita.
Rahman, Elmustian. Marni, Tien. Zulkarnain. 2003. Alam Melayu: Sejumlah
Gagasan Menjemput Keagungan. Pekanbaru: Unai Press.
Jamil, Taufik Ikram. Karim, Syaukani Al. Rahman, Elmustian. 2012. Ikhtisar
Budaya Melayu Riau. Riau: Yayasan Pustaka Riau.
Dahlan, Ahmad. 2014. Sejarah Melayu. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Mubyarto, dkk. 1993. Riau Menatap Masa Depan. Yogyakarta: Aditya Media.
Koentjaraningrat, dkk. 2007. Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam
Perubahan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Universitas Riau. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru:
Universitas Riau.
Binsar, Khalis. Mashuri. 2017. Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas
XI. Pekanbaru: PT Inti Prima Aksara.
Effendi, Tenas. 2003. Budaya Melayu yang Mengandung Nilai Ethos Kerja.
Pekanbaru: Unri Press.
http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/Innovatio/article/download/544/508
https://media.neliti.com/media/publications/40330-ID-revitalisasi-kearifan-lokal-
melayu-dalam-menjaga-harmonisasi-lingkungan-hidup.pdf
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Etos

16
17
18
19
20
21
22
1

Anda mungkin juga menyukai