Anda di halaman 1dari 13

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Matkul : Islam dan Tamaddun Melayu Ahmad Karmizi, S.p.d.,M.A


ISLAM DAN TAMADDUN MELAYU
MATA PENCAHARIAN ORANG MELAYU

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. RAHMADINI
2. ABBIYAH KAUTSAR
3. FITRI YOLANDA
4. ELLY EFRIDA LUBIS

STAI AL-AZHAR
Jl. KH. Ahmad Dahlan No.96, Kp. Melayu, Kec. Sukajadi, Kota Pekanbaru,
Riau 28122

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1. Sistem ekonomi orang Melayu........................................................................................................6
2.2. Sejarah ekonomi orang Melayu......................................................................................................6
2.3. Konsep Tapak Lapan.........................................................................................................................8
2.4. Hubungan Tapak Lapan dan kelestarian lingkungan..................................................................9
2.5. Hubungan Tapak Lapan dengan Etis Kerja................................................................................10
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................................. 12
3.2. Saran.............................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................. 13

2
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu..
Sebagai mana kita ketahui bahwa di negara kita, Indonesia, merupakan negara Bhineka tunggal Ika
yang kaya akan berbagai macam suku, ras, dan agama. Setiap provinsi di Indonesia memiliki suku dan
ras yang berbeda. Hal ini juga menunjukkan bahwa setiapnya terdapat pula adat istiadat dan
kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan mencerminkan kehidupan masyarakatnya. Maka dari itu,
untuk memahami lebih lanjut, kami berusaha mengemukakan pendapatnya dalam makalah ini dengan
Mengankat judul “Mata Pencarian Masyarakat Orang Melayu.”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Islam dan Tamadun Melayu. Kami menyadari
bahwa tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, kecil kemungkinan makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang terlibat.
Semoga pembahasan kami mudah dimengerti oleh pembaca dan semoga makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca mengenai topik yang sedang dibahas.

Pekanbaru, 30 September 2023

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Menggali, meneliti, mengkaji, serta menulis tentang Melayu rasanya tiada pernah akan
habis-habisnya karna bangsa Melayu telah memainkan peranan yang sangat penting dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia bahkan dunia. Namun slama perjalanannya. Defenisi
Melayu semakin memudar dan sekarang menjadi etnis atau suka bangsa.

Kata Melayu berasal dari kata "mala" yang artinya muka dan "layu" yang artinya negeri.
Jadi, Melayu dapat diartikan sebagai negeri asal muka atau negeri asal usul. Dalam konteks,
frasa Melayu diartikan pula "layu" yang bermakna rendah atau merendah. Tapi bukan rendah
diri. Orang Melayu itu rendah hati,menghormati pemimpin dan orang yang lebih tua darinya.
Masyarakat Melayu memiliki adat dan tradisi yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
pengaruh lingkungan alam.
Keberadaan orang melayu diyakini telah ada sejak 3000 tahun sebelum masehi di wilayah
Nusantara, yang dikenal sebagai proto-Melayu. Namun pada saat ini keberadaan orang Melayu
lebih dominan berada di Wilayah Sumatra.
Masyarakat Melayu merupakan masyarakat kompleks. Masyarakat Melayu Riau memiliki
adat dan tradisi yang homogen. Homogenitas corak adat dan tradisi tersebut tumbuh dan
berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan alam dan keadaan setempat. Kegiatan
kehidupan masyarakat sehari-hari tidak lepas dari kegiatan mata pencaharian masyarakatnya.
Sumber pendapatan orang Melayu Riau berasal dari pekerjaan tapak lapan, yaitu,:beladang
(pertanian), berternak (peternakan), menangkap ikan ( perikanan), beniro (menetek enau atau
kelapa), industry pengelolahan hasil hutan ( agroindustri), berkebun (perkebunan), bertukang
berniaga(perdagangan). Tapak lapan merupakan penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan
sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berbicara tentang ekonomi masyarakat Melayu, tentu kita berbicara tentang mata bebicara
tentang mata pencaharian masyarakat Melayu Sehari-hari. Masyarakat Melayu biasanya
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan alam sekitar. Dimana masyarakat Melayu
cenderung memanfaatkan hasil alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Orang Melayu juga masih kental terhadap Kebudayaan dan tradisi turun temurun yang masih
melekat didalam kegiatan sehari-harinya. Setiap kegiatan masyarakat Melayu didasarkan kepada
adat istiadat, termasuk dalam melakukan pekerjaan. Masyarakat Melayu memiliki unsur
kepercayaan dan kebudayaan terhadap alam sekitar, masyarakat Melayu juga mempunyai
pantang larangan yang harus ditaati oleh semua masyarakat Melayu. Apabila pentang larang
tersebut dilanggar, maka masyarakat Melayu percaya bahwa mereka akan mendapatkan kutukan
atau pun musibah.
Unsur-unsur Kebudayaan melekat pada sistem mata pencaharian di Melayu Riau, yaitu dari
mitos, legenda, syair, pantun, randai dan ritual atau upacara-upacara adat. Alam menjadi sesuatu
yang sangat berarti bagi sistem mata pencaharian masyarakat Melayu. Hilangnya hitam
menyebabkan terancam dan hilangnya mata pencaharian masyarakat Melayu dan juga unsur
kebudayaan pada siklus pekerjaan juga ikut menghilang karena tidak lagi menjadi mata
pencaharian dan dipraktekkan sebagaimana biasanya oleh masyarakat Melayu. Didalam
melakukan pekerjaannya, masyarakat Melayu memiliki etos kerja yang sangat baik. Etos kerja

4
merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok
masyarakat. Masyarakat Melayu cenderung memiliki etos kerja yang berhubungan dengan
agama, norma dan adat istiadat yang ada dalam menjalankan pekerjanya.

B.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem ekonomi orang Melayu?

2. Bagaimana sejarah ekonomi orang Melayu?

3. Apa yang dimaksud dengan Tapak Lapan?

4. Apa hubungan antara Tapak Lapan dengan kelestarian lingkungan?5.

5. Apa hubungan antara Tapak Lapan dengan etos kerja?

5
BAB II
PEMBAHASAN

1.Sistem Ekonomi Orang Melayu


Sistem ekonomi dapat kita artikan juga sebagai sistem mata pencaharian.Sistem adalah cara
yang digunakan untuk melakukan sesuatu, sedangkan mata pencaharian merupakan pekerjaan
yang menjadi pokok penghidupan untuk biaya sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengertian sistem perekonomian orang Melayu adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok
orang Melayu sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha untuk pemenuhan kehidupan dan menjadi
pokok kehidupan bagi orang Melayu.
Untuk menunjang kehidupannya, setiap masyarakat pasti memiliki mata pencaharian utama,
sehingga terdapat suku bangsa yang memiliki mata pencaharian khas dibandingkan dengan suku
yang lainnya. Pada orang Melayu, mereka memiliki sistem ekonomi yang didasarkan kepada
mata pencaharian tapak lapa.
Tujuan dari sistem ekonomi orang Melayu "Tapak Lapan" Ini adalah untuk meragamkan
sumber pendapatan orang Melayu dan juga strategi untuk menghadapi kegagalan dan krisis
akibat dari hanya satu pekerjaan sebagai sumber pendapatan.
Sistem ekonomi orang Melayu lebih menekankan kepada sistem ekonomi kerakyatan,
dimana sistem tersebut lebih berpihak kepada kelompok masyarakat dengan ekonomi
lemah dan menegah kebawah. Dan juga sistem ekonomi orang Melayu, selalu memanfaatkan
hasil alam yang ada disekitarnya. Sistem ekonomi yang digunakan orang Melayu membuat
masyarakatnya memiliki dua atau lebih pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar orang Melayu
memiliki perekonomian yang stabil. Dengan melakukan sistem tapak lapan ini, orang Melayu
dapat menghindari krisis dengan melakukan pergantian pekerjaan dengan pekerjaan yang
lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Sistem ekonomi orang Melayu didasarkan kepada unsur-unsur kebudayaan. Dimana
didalam melakukan semua pekerjaan sistem ekonomi ini, masyarakat Melayu selalu
melakukan semua kegiatannya sesuai dengan kepercayaan, ritual dan upacara-upacara adat
tertentu.

2.Sejarah Ekonomi Orang Melayu


Perekonomian paling awal dari masyarakat Riau ditandai dengan sifat-sifat yang dimiliki
oleh daerah maritim, dimana kehidupan masyarakatnya bertumpuh pada sektor perdagangan,
sedang sektor pertanian merupakan Usaha-usaha perkebunan untuk melengkapi keperluan
perdagangan. Jika diukur dengan masanya, tingkat perekonomian orang Melayu dikatakan cukup
maju. Khusunya dalam bidang perdagangan.
Perekonomian orang Melayu diawali pada masa kerajaan Malaka dimana perubahan cukup
berarti dialami oleh masyarakat Melayu ketika sektor perdagangan tidak mampu lagi menopang
kehidupan mereka, sehingga sektor pertanian yang kemudian menjadi basis perekonomian
masyarakat Melayu. Berikut beberapa tahapan perkembangan ekonomi masyarakat Melayu:

a. Perkembangan Ekonomi pada Masa Kerajaan

6
Pada masa kerajaan ini, sumber perekonomiannya berada pada sektor perdagangan,
dimana kerajaan yang paling menguasainya adalah kerajaan Sriwijaya pada abad ke
VII-XIII. Namun pada abad ke XVI, pengaruh agama Islam menumbuhkan banyak
kerajaan isl yang sumber perekonomiannya bersandar pada sektor perdagangan.
Keberadaan salat melaka dilintas jalur perdagangan telah menjadi ajang
pertemuan bagi para pedagang yang berasal dari Cina., India, Arab dengan penduduk
Melayu. Wilayah Riau yang letaknya strategis secara otomatis mendapat peluang
pemasok barang dalam kancah perdagangan tersebut. Hal ini membuat ekonomi orang
Melayu menjadi semakin meningkat.

b. Perkembangan Ekonomi Setelah Kedatangan Bangsa Barat

Sejak berkembangnya Malaka sebagai pusat perdagangan, banyak dilakukan usaha untuk
menguasainya. Hal ini nampak ketika bangsa Portugis berhasil merebut Malaka pada
tahun 1511. Ketidak senangan terhadap Portugis diwujudkan oleh para pedagang Melayu
dengan mengadakan kerja sama pada tahun 1602 dengan bangsa Belanda.
Namun pada kesempatan tersebut justru mengantarkan Malaka pada penguasa baru yaitu
Belanda. Belanda memonopoli perdagangan pada kerajaan diRiau yang membuat orang
Melayu tidak lagi leluasa dalam menjalankanusaha dagangnya. Bangsa Belanda juga
menguasai sumber bahan mentah yang ada diwilayah Riau. Hal ini tentu saja
menyebabkan ekonomi orangMelayu mengalami kemunduran atau kemerosotan. Dengan
jatuhnya kekuasaan atas pusat-pusat dagang, bangsa pribumi Melayu yang
semula berperan aktif dalam menjalankan roda perniagaan telah bergeser dansemakin
tenggelam dalam kehidupan mereka yang agraris.

c. Perkembangan ekonomi barter menjadi ekonomi pasar

Secara tradisional, wilayah sepanjang aliran sungai merupakan daerah hunian


penduduk Melayu (perkampungan). Orang Melayu yang tinggal di perkampungan
tersebut memakai sistem barter untuk mendapatkan barang kebutuhannya. Upaya orang
Melayu dalam menambah pendapatan keluarga dengan menjadi buruh. Hal ini
membuat perekonomian orang Melayu selalu mempunyai kedudukan yang lemah.pada
masa ini perekonomian orang Melayu lebih mengutamakan pada sektor pertanian.
Sistem perekonomian orang Melayu yang masih memakai sistem barter membuat
munculnya sistem perekonomian kapitalis, dimana orang Melayu berada dibawah
kepemimpinan bangsa Belanda. Dalam sistem ekonomi kapitalis ini, Belanda telah
mempunyai aturan perdagangan yang sesuai dengan kepentingannya. Pemberlakuan
sistem ini merupakan bentuk eksploitasi terhadap sumber pendapatan orang Melayu. Hal
ini menyebabkan perekonomian orang Melayu tradisional yang bendasar pada sistem
barter mulai mengenal monetisasi. Hal ini menyebabkan perekonomian rakyat Melayu
mengalami goncangan.

d. Perkembangan ekonomi pada masa orde baru sampai sekarang

Sejak kemerdekaan Indonesia, keadaan perekonomian belum menentu. Mengingat


belum stabilnya situasi politik saat itu, nama sejak pemerintah Orde Baru memegang

7
kekuasaan, maka kebijakan ekonomi diupayakan untuk mendorong pengusaha pribumi.
Pada masa ini pemerintah mengupayakan suatu iklim perekonomian yang stabil, bebas
hambatan serta mendorong pertumbuhan industri. Pemerintah banyak mendirikan badan-
badan tertentu untuk tujuan membantu petani memperbaiki kedudukan ekonomi mereka.
Pada saat ini ekonomi orang Melayu bersumber pada sektor pertanian. Namun pada
sat ini terjadinya kemerosotan ekonomi nasional yang menyebabkan harga jual dari hasil
pertanian orang Melayu menjadi rendah. Hal ini menyebabkan ekonomi orang Melayu
mengalami penurunan pada saat ini. Namun orang Melayu dapat mengatasi hal tersebut,
yaitu dengan melakukan tradisi Tapak Lapan. Dimana orang Melayu melakukan
beberapa jenis pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhannya. Sehingga menyebabkan
perekonomian orang Melayu yang melakukan tradisi Tapak Lapan pada saat ini menjadi
stabil.

3.KONSEP TAPAK LAPAN

Tapak lapan merupakan sebuah sebutan khusus pada masyarakat Melayu dimana untuk
menjelaskan sistem ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Riau dan juga berlaku di
alam Melayu yang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan masyarakat Melayu sebagai sumber
pendapatan keluarga. Tapak lapan tersebut merupakan delapan jenis pekerjaan, yaitu:

1. Beladang, pertanian palawija (pertanian), ialah menanam tumbuh-tumbuhan yang dapat


dijadikan panganan seperti ubi, sayur, kopi, dan lain-lain.
2. Beternak (peternakan), yaitu binatang yang biasanya diternakan antaralain sapi, ayam,
dan kambing.
3. Menangkap ikan (perikanan atau nelayan), yaitu menangkap ikan yang dilakukan di laut,
sungai, sawah, dan danau. Jika mendapatkan hasil yang lebih, maka mereka akan
menjualnya.
4. Beniro (menetek enau), yaitu industri pengolahan hasil pertanian.
5. Mengambil hasil hutan, yaitu mengumpulkan hasil hutan seperti kayu,damar, rotan dan
buluh.
6. Berkebun, yaitu menanam tanaman tahunan.
7. Bertukang, tidak semua orang bisa bertukang dan bertukang juga tidak dapat dilakukan
setiap hari karena ada musim-musim tertentu yang perlu keahlian khusus.
8. Berniaga (berdagang), yaitu menjual semua keperluan pokok sandang dan pangan. Pada
zaman belanda kebanyakan masyarakat riau mengekspor dammar, tetapi sekarang sudah
tidak ada lagi.

Masyarakat Melayu pada umumnya tidak hanya mengerjakan satu jenis pekerjaan saja.
Namun dalam pelaksanaannya jarang dilakukan sekaligus delapan pekerjaan
tersebut,melainkan penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan atau kegiatan
ekonomi.Biasanya apabila pagi mereka berkebun, sorenya mereka menangkap ikan,dan ada
kalanya juga selesai berkebun mereka mencari hasil hutan atau beniro ( menetek
enau).Tujuaannya adalah selain meragamkan sumber pendapatan,juga merupakan strategi
untuk menghadapi kegagalan atau krisis akibat dari hanya satu pekerjaan sebagai sumber
pendapatan. Jadi,tapak lapan ini dilakukan sebagai antisipasi pada saat krisis dan jaminan
keberlangsungan hidup keluarga maupun perekonomian keluarga.

8
Dalam menghadapi krisis,pola ekonomi tapak lapan menghindari krisis tersebut untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan melakukan pergantian pekerjaan dengan pekerjaan
yang lebih tepat dan sesuai untuk memenuhi kebutuhannya.Contohnya ,ketika musim hujan
dan tidak bisa memotong karet, orang Melayu melakukan kegiatan berkebun atau bertani.
Dan ketika musim kemarau berkepanjangan maka saatnya orang Melayu meramu hasil hutan.
Sedangkan pada ekonomi monokultur seperti karet, kopi,dan sawit tidak dapat melakukan
pergantian kegiatan ekonomi.
Masyarakat Melayu cenderung memanfaatkan waktu untuk bekerja dengan sebaik-
baiknya. Bahkan, kaum perempuan Melayu sudah dapat membagi waktu dalam mencari
nafkah. Biasanya perempuan Melayu akan bekerja keras selama 11 bulan penuh guna untuk
mempersiapkan cadangan, sehingga pada saat satu bulan puasa mereka hanya akan
melakukan pekerjaan ringan saja.
Tradisi tapak lapan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu merupakan salah satu cara
dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menjadi kelestarian tumbuh-tumbuhan. Orang
Melayu biasanya mengambil hasil alam untuk kebutuhan dalam pekerjaan ataupun
kelangsungan hidupnya, namun mereka juga menanam kembali apa yang telah mereka ambil
sehingga kelestarian alam tetap terjaga.
Dalam melakukan pekerjaan tapak lapan, orang Melayu memberi kearifan kepada anak dan
cucu mereka agar menjaga dan memelihara alam lingkungannya. Setiap melakukan
pekerjaan tapak lapan, biasanya terdapat tradisi yang harus dilakukan yang dipimpin oleh
seorang dukun, bomo, pawang ataupun kemantan.
Untuk memperkuat perlindungan terhadap alam lingkungan sehingga flora, fauna, tanah dan
laut tidak diperlukan semena-mena, maka para dukun dan tetua Melayu membuat berbagai
macam cerita atau mitos yang membuat masyarakat Melayu takut merusak alam lingkungan.
Namun pada saat ini, sistem tapak lapan semakin menghilang. Hal ini terutama disebabkan
setelah lingkungan hidup berupa tanah ulayat mereka diintervensi dengan kekuasaan yang
curang dan pemilik modal yang serakah, mereka terdesak dan saat ini pun kebanyakan dari
masyarakat Melayu bersandar dari satu jenis pekerjaan saja. Akibatnya mereka sangat rentan
terhadap resiko. Padahal dulu mereka adalah pedagang, petani dan tukang yang merdeka.
Yang hanya sekedar menanti peninggalan sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf
hidupnya.
Budaya Melayu sistem tapak lapan ini, telah membentuk mentalitas masyarakat Melayu
menjadi manusia yang bebas, mudah bergerak kemana-mana, bisa bersaing, memperlihatkan
kualitas teknis serta upaya harga diri yang tinggi.

4. Hubungan Tapak Lapan dan Kelestarian Lingkungan

Tapak lapan merupakan delapan jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat Melayu. Namun
dalam pelaksanaannya, masyarakat Melayu biasanya melakukan penggabungan dua atau lebih
jenis pekerjaan atau kegiatan ekonomi. Ini merupakan cara jangka pendek masyarakat Melayu
dalam menggunakan sumber daya alamnya, yang berarti masyarakat Melayu harus mempunyai
pengetahuan yang baik tentang alam dan lingkungan hidupnya. Taoak lapan menjadi kiat atau
cara masyarakat Melayu berhubungan dengan alam. Sebab dengan pola itu mereka bisa melihat
hubungan dan saling ketergantungan antara manusia dengan alam, serta hubungan anak flora dan
fauna dalam hutan

9
Tapak lapan meruapakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan alam (tanah dan
lingkungan), maka dari itulah masyarakat Melayu memandang tanah dan alam sekitar sebagai
makhluk yang saling menjaga hubungan baik agar bisa saling memberi. Untuk menjaga
hubungan baik itulah masyarakat Melayu memiliki aturan-aturan atau kearifan tersendiri dan
juga masyarakat Melayu memiliki pantang larang yang harus dijaga. Sehingga ada ungkapan
masyarakat Melayu, yaitu "jika berbudi dengan tanah, alamat hidup tidak akan susah".
Orang Melayu tidak menjadikan alam tempat mencari nafkah saja, tetapi juga berkaitan dengan
kebudayaan dan kepercayaan mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari mereka,
dimana orang Melayu secara turun-temurun hidup dari hasil laut, hasil hutan dan mengelola
tanah. Menyadari eratnya kaitan antara kehidupan manusia dengan alam, menyebabkan orang
Melayu berupaya memelihara serta menjaga kelestarian dan keseimbangan alam lingkungannya.
Lingkungan merupakan bagian hidup yang tidak terpisahkan dari pekerjaan tapak lapan
masyarakat Melayu. Melalui ketersediaan sumber daya alam, masyarakat Melayu dapat
melakukan pekerjaan tapak lapan. Orang Melayu memiliki hubungan yang sangat erat dengan
lingkungan, interaksi ini menumbuhkan nilai-nilai kearifan dalam memanfaatkan dan mengelola
lingkungan. Lingkungan sebagai satu kesatuan lingkungan budaya yang menjadi tumpuan hidup
masyarakat Melayu sehingga tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat Melayu. Orang
Melayu menganggap hubungan dengan lingkungan dengan hal-hal gaib, sehingga lingkungan
harus dijaga dan tidak dimanfaatkan sembarangan. Maka dari itulah masyarakat Melayu tidak
berani untuk merusak lingkungan karena apabila melanggar maka akan menimbulkan bencana
atau kutukan.
Dalam adat istiadat, ditetapkan "pantang larang" Yang berkaitan dengan pemeliharaan serta
pemanfaatan alam, mulai dari hutan, tanah, laut dan selat, pulau, sungai, danau, serta sampai
kawasan yang menjadi kampung halaman, dusun, ladang, kebun dan sebagainya. Orang Melayu
menyadari pentingnya pemeliharaan dan pemanfaatan alam secara seimbang.
Maka dari itulah pekerjaan Tapak Lapan yang dilakukan oleh orang Melayu, semuanya diatur
dalam adat istiadat. Hal ini dilakukan agar orang Melayu sadar akan betapa pentingnya alam
terhadap kehidupan ekonomi orang Melayu dan juga membuat orang Melayu menghormati
kegiatan budaya yang ada dan melakukan pelestarian lingkungan.

5,Hubungan Tapak Lapan dengan Etos Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 237), etos kerja adalah pandangan hidup yang
khas suatu golongan sosial yang didasarkan kepada sifat, nilai adat istiadat yang memberi watak
dalam masyarakatnya.
Secara etimologi dan maknawi, kata "etos" Berasal dari bahasa Yunani yaitu "ethos"yang
berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan akan sesuatu. Kemudian kata "etos"
disatukan dengan kata "kerja", shingga terbentuknya" etos kerja". Jadi dapat disimpulkan bahwa
etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu
kelompok masyarakat.
Bagi masyarakat Melayu etos kerja telah diwariskan secara turun-temurun, orang Melayu
memiliki etos kerja yang sangat tinggi, yang mampu mengangkat harkat dan martabat kaumnya.
Masyarakat Melayu memandang kerja bukan semata-mata untuk kepentingan hidup
didunia, tetapi juga untuk keselamatan hidup akhirat. Masyarakat Melayu melakukan
pekerjaan tapak lapan karena memiliki etos kerja atau keyakinan yang tinggi untuk mencari
nafkah, bertanggung jawab terhadap keluarga dan baik terhadap diri sendiri, alam, dan sang

10
Penciptanya. Masyarakat Melayu sangat menghormati dan memandang tinggi orang-orang
yang melakukan pekerjaan dengan etos kerja yang tinggi.
Masyarakat Melayu memandang kerja adalah satu kewajiban dalam kehidupan mereka.
Banyak sekali ungkapan yang menunjukkan bahwa orang Melayu adalah pekerja yang
tangguh, baik dan benar, jujur dan setia, taat dan tekun, sesuai menurut agama., adat dan
tradisinya, tidak menyimpang dan menyalahi ketentuan yang berlaku, maka pekerjaan itu
dapat mendatangkan kebahagiaan. Berdasarkan pandangan inilah menyebabkan
masyarakat Melayu mengukur kemuliaan seseorang dapat ditentukan dari pekerjaannya.
Semakin baik ia mengerjakan pekerjaannya maka makin Mulia pandangan masyarakat
terhadapnya. Begitupula sebaliknya semakin buruk ia melakukan pekerjaannya, semakin
rendah pandangan orang terhadap dirinya.
Berbagai pandangan kerja yang ada, mendorong masyarakat Melayu untuk meningkatkan
kemampuan kerjanya, meningkatkan ilmu pengetahuan dan tenaga, agar mereka benar-
benar dapat hidup melaksanakan kewajibannya dengan baik, benar dan sempurna. Dengan
demikianlah mereka dapat mengangkat harkat dan martabat diri, keluarga, dan bangsanya. ,
dan apabila mereka meninggal dunia anak cucunya hidup bahagia dan diakhirat dirinya tidak
menderita.
Pandangan inilah yang menyebabkan orang Melayu memiliki etos kerja atau keyakinan
yang tinggi dalam menjalankan pekerjaan tapak lapan, karena semakin baik melakukan
pekerjaan, maka semakin baik pula pandangan masyarakat terhadapnya. Maka dari itu
banyak sekali masyarakat Melayu yang melakukan pekerjaan tapak lapan dengan sungguh-
sungguh. Dalam melakukan pekerjaan tapak lapan, masyarakat Melayu juga memiliki etos
kerja yang berupa keyakinan untuk dapat menstabilkan perekonomian keluarga dan untuk
menghindari krisis dengan melakukan pergantian pekerjaan dengan pekerjaan yang lebih
tepat dan sesuai dengan kebutuhan.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

11
Sistem perekonomian orang melayu sangat bergantung kepada jenis-jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh masyarakatnya. Orang melayu cenderung untuk melakukan sistem ekonomi tapak
lapan, dimana terdapat delapan pekerjaan yang biasanya dilakukan.
Dengan menggunakan sistem tapak lapan ini, masyarakat Melayu memiliki perekonomian yang
stabil dan juga dapat terhindar dari krisis dengan melakukan pergantian pekerjaan dengan
pekerjaan yang lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Sistem ekonomi tapak lapan ini,
memiliki hubungan dengan alam sekitar. Dimana pekerjaan tapak lapan semuanya berhubungan
dengan alam lingkungan yang berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan dan kepercayaan
didalamnya.
Masyarakat Melayu juga harus memiliki etos kerja yang tinggi dalam melakukan pekerjaan
tapak lapan. Masyarakat Melayu harus memiliki keyakinan dan semangat dalam melakukan
pekerjaan tapak lapan dengan baik karena akan mengukur tingkat kemuliaan orang Melayu
berdasarkan pekerjaan yang dilakukannya.

B. Saran

Dalam zaman sekarang ini, sebaiknya masyarakat Melayu masih mempertahankan pekerjaan
tapak lapan yang ada. Hal ini dikarenakan sistem ekonomi tapak lapan dapat menstabilkan
perekonomian masyarakat Melayu yang ada dan juga untuk mensejahterakan masyarakatnya.
Sistem tapak lapan ini dapat melestarikan unsur kepercayaan dan kebudayaan masyarakat yang
ada didalamnya dan juga dapat mengajarkan tentang hubungan manusia dan alam. Sehingga
masyarakat Melayu pada saat ini dapat melakukan pelestarian alam. Kita juga dapat mencontoh
etos kerja yang ada pada masyarakat Melayu, karena mereka menjunjung tinggi nilai agama,
norma dan adat istiadat.

DAFTAR PUSTAKA

12
Effendi, Tenas. 2006.
Tunjuk Ajar Melayu (Butir-butir Budaya Melayu Riau).
Yogyakarta: Adicita.Rahman, Elmustian. Marni, Tien. Zulkarnain. 2003.
Alam Melayu: SejumlahGagasan Menjemput Keagungan
. Pekanbaru: Unai Press.Jamil, Taufik Ikram. Karim, Syaukani Al. Rahman, Elmustian. 2012.
Ikhtisar Budaya Melayu Riau.
Riau: Yayasan Pustaka Riau.Dahlan, Ahmad. 2014.
Sejarah Melayu
. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.Mubyarto, dkk. 1993.
Riau Menatap Masa Depan
. Yogyakarta: Aditya Media.Koentjaraningrat, dkk. 2007.
Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.Universitas Riau. 2012.
Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau.
Pekanbaru:Universitas Riau.Binsar, Khalis. Mashuri. 2017.
Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI.
Pekanbaru: PT Inti Prima Aksara.Effendi, Tenas. 2003. Budaya
Melayu yang Mengandung Nilai Ethos Kerja
.Pekanbaru: Unri Press.http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/Innovatio/article/download/
544/508https://media.neliti.com/media/publications/40330-ID-revitalisasi-kearifan-lokal-
melayu-dalam-menjaga-harmonisasi-lingkungan-hidup.pdfhttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Etos

13

Anda mungkin juga menyukai