Dosen Pengampu:
Yusa’ Farchan S, Sos., M.Si.
Disusun Oleh:
Jihadurridho Suryatman
5-54 / 16
1302180598
ii
BAB I
PENDAHULUAN
berkaitan dengan orang lain. Jadi bagaimana cara kita berinteraksi, dan apa yang terjadi
dengan interaksi itu adalah salah satu hal yang paling mendasar di kehidupan kita. (Jones,
Bradbury, & Boutillier, 2011) Tak kalah pentingnya sosial itu berkaitan erat dengan budaya
lingkungannya yang dapat hidup di tengah-tengah kehidupan. Budaya itu terus tumbuh dan
berkembang. Namun, perlu diwaspadai agar tidak termakan akan zaman yang semakin
mendominasi kehidupan modernisasi sehingga perlu kesadaran untuk tetap menjaga dan
melestarikannya, dengan dapat menyaring hal-hal yang dapat merusak struktur sosial
budaya tersebut.
terancam karena masuknya globalisasi sosial serta kemajuan teknologi yang mengakibatkan
struktur sosial mulai mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh sosial
Pulau Lombok merupakan salah satu pulau eksotis yang terletak di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, berada diantara pulau Bali dan Sumbawa yang tidak hanya terkenal akan
wisatanya, namun juga kaya akan kebudayaan dan sejarahnya. Dalam bahasa jawa,
1
Lombok itu artinya cabe, namun arti lombok sebenarnya berarti “Lurus” yang tertulis sejak
kerajaan Majapahit.
Pulau ini didiami oleh penduduk aslinya, yaitu suku Sasak dan suku-suku pendatang
lainnya, seperti Jawa dan Bali, bahkan terdapat berbagai ras asing yang didiami oleh ras
Arab dan China yang berkulik pada bidang perdagangannya. Sebagian besar masyarakat
Suku Sasak beragama Islam dan menggunakan bahasa sasak di kehidupan sehari harinya.
Suku ini kaya akan khazanah serta budayanya. Kesastraannya diturunkan dari generasi ke
generasi lewat penulisan di atas daun lontar yang kemudian terceminkan pada perilaku
keseharian penduduk sasak. Tulisan yang digunakan yaitu dengan aksara jejawan/sasak
serta dialek yang bermacam macam, seperti Dialek Pejanggik, Dialek Selaparang, Dialek
Pujut, Dialek Bayan dan masih banyak lagi arti dan maknanya yang sama, namun
penyebutannya berbeda.
Pada masyarakat suku Sasak di Lombok Nusa Tenggara Barat ditinjau dari
kehidupan tradisinya sudah mulai mengikuti zaman, sedikit saat ini kita melihat daerah
daerah sebagai kelanjutan dari sistem sosio kultur masyarakat sebelumnya. Walaupun
sudah mulai mengalami perubahan, namun paling tidak masih ada sebagian peninggalan
tradisi nenek moyang yang masih dijalankan, inilah yang kita sebut sebagai miniatur sosio
mulai kehilangan keasliannya, yang dimaksud yaitu perilaku pendahulu yang masih
dikatakan asli dan alami. Di mana saat itu antara manusia dan alam memiliki dependensi
yang masing masing saling menerima dan memberi. Hubungan antara masyarakat, kerabat,
2
dan keluarga sangat tinggi sehingga penuh dengan tali kebersamaan dan persaudaraan.
Karena itu dalam penulisan makalah ini saya akan coba mengkaji bagaimana sistem kultur
dan sosial pada masyarakat suku sasak di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat.
4. Apa upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan kebudayaan sosial suku Sasak?
adalah
bertujuan untuk :
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut pendapat Keith Jacobs “sosial adalah sesuatu yang terjadi di tengah
komunitas tertentu. Tidak hanya terjadi, sosial juga terbangun di dalam komunitas
tersebut”. Menurut Karl Max dalam situs yang sama “sosial merujuk pada setiap manusia
masyarakat” (Danar, 2020). Dengan kata lain, sosial merupakan suatu sistem yang
mengharuskan masyarakat memiliki kepribadian yang harus dipenuhi agar terbentuk suatu
Makna dari sosial berkaitan dengan tata kehidupan, nilai dan perilakunya harus
berlandaskan pada aturan aturan dan norma yang berlaku di suatu komunitas sosial
tersebut.
Sosial budaya terdiri dari dua kata yaitu sosial dan budaya. Sosial berarti segala
sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Sedangkan budaya berasal dari kata
“bodhya” yang artinya pikiran dan akal budi. Struktur sosial budaya dapat berupa ras,
lingkungan, latar belakang daerah, agama, dan adaptasi penyesuaian diri, ilmu
Kebudayaan dapat dilihat dari 3 hal dimensi wujudnya yaitu sistem budaya, sistem
sosial, dan sistem kebendaan. Sistem budaya menyangkut nilai-nilai, kebudayaan, gagasan,
4
peraturan, dan sebagainya. Sistem sosial merupakan kompleks dari aktivitas serta berpola
dari manusia dalam masyarakat dan organisasi. Sedangkan sistem kebendaan merupakan
wujud kebudayaan fisik atau alat-alat yang diciptakan manusia untuk kemudahan hidupnya.
hubungan antar status dan peran mereka. Struktur sosial terjadi karena anggota masyarakat
tidak berinteraksi secara acak, tetapi mereka berjalan menurut suatu aturan sosial antara
interaksi dan hubungan yang berulang serta bersifat kurang lebih stabil. Akan tetapi,
struktur sosial bisa berubah apabila terjadi transformasi. Dengan demikian struktur sosial
cenderung merupakan suatu gambaran keteraturan statis dalam hubungan antarperan dalam
5
BAB III
PEMBAHASAN
Berbicara mengenai kehidupan sosial masyarakat Suku Sasak, saat ini masih terjaga
kesopanan dan tata kramanya sesuai norma norma yang berlaku, yang dijunjung tinggi
bagaimana sikap dan perilaku yang baik untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya di
mencapai 96,78%, uniknya pada sebagian kecil masyarakat suku Sasak yang
berjumlah 1%, melakukan praktik agama Islam yang berbeda dengan Islam pada
Ada dua jenis praktik agama Islam di Lombok, yaitu Islam Waktu Lima dan
Wetu Telu. Islam Waktu Lima sama seperti islam pada umumnya yang
mempraktikan rukun Islam, sedangkan Islam Wetu Telu tidak. Islam Wetu Telu
masih sangat kuat berpegang teguh pada adat-istiadat nenek moyang, misalnya
mereka shalat dzuhur hanya sekali pada hari Jum’at, atau sembahyang pada hari
Kamis sore, atau sembahyang subuh pada dua hari raya.” (Islamika, 2018)
6
Praktik Islam Wetu Telu yang terkenal dapat didapati pada sebuah desa
yaitu Desa Bayan, yang terletak di bagian utara Pulau Lombok khususnya berapa di
ini dilaksanakan dengan tiga sistem seperti Islam Wetu Telu mengenal tiga sistem
Ketiga sistem reproduksi ini jadi cikal bakal seluruh kehidupan di kosmos semesta
sebagai bukti kebesaran Tuhan. Kepercayaan ini juga hanya menjalankan tiga
rukun islam, yaitu membaca dua kalimat syahadat, salat dan puasa.
yang dijalani, mengarah pada tujuan yang baik supaya tidak melanggar norma yang
ada dilingkungan. Berdasarkan ajaran agama ini masyarakat sasak merasa memiliki
Suku Sasak memiliki kesenian dan tradisi yang beragam yang masih
dijalankan dan dilestarikan sampai saat ini. Keseniannya dapat berupa tarian, lagu
lagu daerah,serta alat musik, diantaranya yaitu Tari Rudat, Gendang Beleq,
Nyongkolan, dan yang paling menantang yaitu tradisi peresean di mana dua lelaki
yang bertarung bersenjatakan tongkat rotan dan perisai dari kulit kerbau. Tradisi ini
7
kemarau. Tradisi lain yang tidak kalah penting yaitu merari’ atau kawin lari.
Yang pertama, lari atau melarikan diri. Kedua, yang berarti keseluruhan
hatinya. Tradisi ini sudah sedikit ada yang melakukannya, cuman terdapat beberapa
desa yang masih menerapkan seperti Desa Sade yang berada di Rambitan,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Desa ini mewajibkan untuk menikah
sesama warga desa, tidak bisa menikah dengan orang di luar desa.
Perlu ada turun tangan oleh pemerintah untuk tetap melestarikan tradisi -
tradisi ini agar tidak punah, seperti diadakannya lomba peresean ataupun lomba
kesenian tradisional khas lombok, baik berupa tari, nyanyian, ataupun permainan
alat musik. Karena perlu adanya dorongan dari pihak luar untuk bisa menyadarkan
Kesenian dan tradisi memiliki arti dan makna masing masing yang
maupun kepada sang pencipta. Sosial masyarakat ditentukan dari tradisi yang
mereka jalani, sehingga susah kemungkinan untuk merubah perilaku sosial manusia
8
3.1.3. Ilmu Pengetahuan
berperilaku sopan santun pada yang lebih tua, orang yang dewasa serta bagaiman
cara bergaul di kehidupan sosial sesuai dengan norma yang berlaku. Ilmu
pendidikan di Pulau Lombok sekarang sudah memiliki kemajuan, tidak hanya orang
orang kota saja yang mendapatkan pendidikan yang layak, namun di daerah - daerah
terpencil sekarang terdapat sekolah negeri sehingga ilmu pengetahuan mereka tidak
ketinggalan zaman. Tidak hanya sekolah negeri saja yang berkembang pesat namun
banyak madrasah, pesantren, serta lembaga pendidikan agama lainnya yang tumbuh
berdasarkan tingkatan dan hirarki secara vertikal. Pembatasan tingkatan ini masih
ada dikalangan masyarakat sasak. Secara historis, adanya stratifikasi sosial pada
masyarakat sasak tidak lepas dari pengaruh kedudukan, gelar, serta akulturasi
budaya dan lain sebagainya. Terdapat dua kelompok status yang berbeda dalam
masyarakat sasak, yaitu kelompok bangsawan (perwangsa) dan orang biasa (jajar
Pembagian status bangsawan dan orang biasa telah berlangsung pada masa kerajaan
dahulu yang melahirkan orang orang dengan golongan tertentu secara turun
9
menurun. Sedangkan orang biasa (jajar karang) merupakan golongan di bawah
yang merupakan mayoritas suku sasak. Status sebagai bangsawan dan orang biasa
menyandang gelar Rahadian atau Raden, biasa disingkat Den, dan Wanita
Dende. Bangsawan Pria yang sudah memiliki anak akan dipanggil “Mamiq” yang
amaq yang artinya sama yaitu bapak/ayah. Wanita bangsawan ataupun orang biasa
dipanggil “Inaq” yang artinya Ibu oleh anak anak mereka. Pada umumnya seorang
bangsawan apabila anak laki-laki maka penamaan awalnya dimulai dengan nama
“Lalu” dan untuk anak perempuan nama awalnya dimulai dengan “Baiq” sebagai
gelar kehormatan. Gelar Raden dan Dende secara sosial berstatus lebih tinggi
Gelar Bangsawan Lalu dan Baiq sampai sekarang masih memegang motto
lomboq mirah sasak adi. Secara etimologis, lomboq artinya lurus, mirah adalah
permata sejati, logam mulia yang anggun yang sangat mahal harganya. (Jatnika.,
2019)
menganut sistem patriarki, yang dimana apabila bapaknya bukan gelar Lalu atau
orang biasa, maka anak anaknya tidak mendapatkan gelar kehormatan “Lalu atau
Baiq” . Pada zaman modern ini tidak ada paksaan lagi untuk menikah sesama
10
3.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kebudayaan Sosial Suku Sasak
Faktor pendukung bisa melalui internal maupun eksternal, salah satu faktor
pendukung yang berasal dari internal tentunya yaitu dari kesadaran diri dan
Nabi di Lombok yang di mana cara masyarakatnya yang tidak melupakan sikap
wajib bahasa sasak untuk setiap sekolah dasar, menegah, dan atas. Adanya
dorongan dari internal dan eksternal tersebut merupakan salah satu faktor
dalam hal sosial dan budaya. Konsep globalisasi sosial mengacu pada proses
11
bagaimana masyarakat sasak yang kini lebih kecanduan berinteraksi di sosial media
secara dinamis seiring dengan perkembangan manusia, dan tidak ada perkembangan
kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian, sosial juga akan berubah. Perubahan
sosial budaya disebabkan karena adanya suatu gejala berubahnya pola budaya dan struktur
sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya mengikuti perkembangan zaman
yang merupakan gejala umum sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu
terjadi sesuai dengan sifat dan hakikat dasar manusia yang selalu ingin mengalami
perubahan. Hirschman mengatakan bahwa penyebab dasar dari perubahan berasal dari
kebosanan manusia. Lima faktor yang menjadi penyebab perubahan kebudayaan, yaitu :
beberapa elemen kebudayaan yang berasal dari bangsa lain atau di tempat lain
12
Perubahaan kultur sosial budaya yang sudah masuk ke dalam lingkungan
masyarakat suku Sasak memiliki pengaruh yang positif dan juga negatif. Dampak negatif
ini perlu dicegah agar tidak mempengaruhi kelestarian, pengaruh adat, serta kebiasaan yang
disebabkan komunikasi dan pola pikir negatif masyarakatnya, yang berakibat lunturnya
memberikan nilai dan manfaat bagi manusia dan kehidupan . Perlu adanya upaya untuk
tetap menjaga dan melestarikannya agar tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan yang
negatif.
Upaya merupakan kegiatan yang perlu dilakukan secara terus menerus, terarah dan
memiliki niat serta kesadaran dalam diri masing-masing untuk tetap mewujudkan keunikan
dan kebanggaan bagi masyarakat Indonesia sendiri. Upaya pelestarian kebudayaan sosial
suku Sasak ini bertujuan untuk tetap mempertahankan nilai-nilai moral, religius, serta
dan mengajari kebudayaan tata krama sosial kepada sesama, tindakan masyarakat perlu
didorong dengan adanya kesadaran dalam diri serta dukungan eksternal yang berasal dari
luar seperti dari program pemerintah yang diwujudkan melalui pendidikan. Masyarakat
suku Sasak akan memiliki ilmu pengetahuan yang luas tentang pentingnya menjaga
kelestarian budaya sendiri melalui sikap untuk memilih mana yang baik dan mana yang
13
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penulisan, serta hasil pembahasan pada
1. Suku Sasak memiliki dinamika sosial budaya yang sangat beragam. Diantaranya
melalui sistem religi, kesenian dan trasisi, ilmu pengetahuan, dan stratifikasi
sosialnya di dunia.
2. Faktor pendukung sosial budaya suku Sasak dapat timbul dari faktor internal
dan eksternal. Faktor internal berasal dari individu melalui kesadaran diri dan
kecintaan terhadap budaya itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal berasal dari
suku Sasak. Salah satunya berasal dari perkembangan zaman melalui masuknya
14
dan kehidupan. Nilai-nilai tersebut berupa nilai religius, moral dan kebiasaan.
5. Upaya yang dilakukan untuk melestarikan sosial budaya suku Sasak dapat
mengajari pentingnya tata krama sosial kepada sesama. Tindakan itu perlu
adanya dorongan dari diri sendiri dan pihak eksternal yang berasal dari program
sendiri.
4.2. Saran
mengedepankan rasa cinta terhadap budaya sendiri, termasuk budaya suku Sasak
yang semakin lama termakan oleh perubahan zaman yang terus berkembang.
2. Perubahan zaman yang terus berkembang harus dapat kita saring sesuai panduan
norma, nilai, dan keyakinan agama dengan tidak mudah terpengaruh oleh budaya
asing.
kesadaran dan tanggung jawab akan pentingnya pengetahuan sosial dan budaya itu
sendiri agar memiliki pemahaman dalam berinteraksi yang baik sesuai norma ajaran
yang berlaku.
15
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A. (2016). Statifikasi Sosial (Sistem Sosio Kultur) Masyarakat Sasak di Kabupaten Lombok
Alaini, N. N. (2015). Statifikasi Sosial Masyarakat Sasak Dalam Novel Ketika Cinta Tak Mau
Pergi Karya Nadhira Khalid. Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 110—123, 7.
Danar. (2020, Oktober 14). Pengertian Sosial Menurut Para Ahli. Dipetik 11 6, 2020, dari
pengertian-sosial: https://www.cryptowi.com/pengertian-sosial/
Islamika, G. (2018, Mei 30). Islam di Lombok (1): Pulau Seribu Masjid. Dipetik November 6, 2020,
dari https://ganaislamika.com/.
Jatnika., Y. (2019, Oktober 08). Mengenal Pola Asuh Bangsawan Suku Sasak. Retrieved November
Jones, P., Bradbury, L., & Boutillier, S. L. (2011). Introducing Social Theory, Second Edition.
M.Setiadi, E., Hakam, K. A., & Effendi, R. (2013). Ilmu Sosial & Budaya Dasar Edisi Ketiga.
Bandung: K E N C A N A.
16