Disusun Oleh :
KELOMPOK 5 ( 19 A )
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya,
kelompok 5 kelas 19 A program studi pendidikan biologi FKIP UMRAH 2019 dapat
menyelesaikan makalah ini yang diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Tamadun dan Tunjuk Ajar Melayu dengan judul “ Pola Menghormati dan Saling Memberi
dalam Masyarakat Orang Melayu “ tepat pada waktunya walaupun menghadapi berbagai
hambatan dan kendala dalam proses penyusunan dan penulisan makalah. Pada kesempatan ini,
tim penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah memberikan dukungan,bantuan serta doa dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Ibu Dr. Nevrita, M.Pd., M.Si., selaku dosen mata kuliah Tamadun dan Tunjuk Ajar
Melayu FKIP UMRAH.
2. Teman-teman yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
2. Serta pihak-pihak yang bersangkutan secara langsung maupun tidak langsung terkait
informasi ataupun referensi mengenai materi yang telah disusun dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu
kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah mata kuliah Tamadun dan Tunjuk
Ajar Melayu ini dapat menambah pengetahuan terkait dengan judul makalah dan juga kami
berharap semua pihak yang membaca dapat menarik hikmah dan kebaikannya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
Orang melayu mengenal pola saling menghormati dan saling memberi dengan istilah
menanam budi tinggi rendah derajat seseorang selalu di ukur dari budi yang diberikan kepada
orang lain semakin banyak mananam budi, kedudukan dan kehormatan seseorang di masyarakat
dikatakan semakin tinggi. Bagi orang melayu,budi menjadi hal yang utama, menanam budi juga
tidak hanya berbentuk memberikan materi ,tetapi juga dapat berbentuk bantuan
tenaga,pemikiran,serta perlakuan dan tutur bahasa yang sopan. Menanam, menerima, dan
membalas budi akan selalu dilakukan oleh orang melayu, agar hidup menjadi tentram dan damai,
sejak jaman dahulu menanam, menerima, dan membalas budi terus dilakukan oleh orang-orang
melayu. Maka dari itu tim penulis tertatarik untuk mengangkat makalah dengan judul “ Pola
Menghormati dan Saling Memberi dalam Masyarakat Orang Melayu “.
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, adapun tujuan dari penulisan makalah
sebagai berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut W.J.S Purwadarminta saling menghormati adalah sikap atau sifat menenggang
berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan
maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri. Menurut Kamus Antropologi,
pengertian saling memberi dan saling menerima berkaitan dengan perasaan, martabat, dan
penghormatan (penghargaan) terhadap diri sendiri (Winick, 1958: 231). Sedangkan berdasarkan
pengamatan dan hasil laporan para ahli sosial budaya, terutama ahli antropologi, diketahui bahwa
hampir di seluruh kelompok masyarakat ditemui gejala saling menghormati dan saling memberi.
Dengan kata lain, pola saling menghormati dan saling memberi merupakan gejala hakiki yang
ditemukan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Namun, gejala tersebut bukan
suatu aktivitas yang sama dan seragam dalam setiap masyarakat. Pola saling memberi itu
berbeda dan bervariasi, karena kebutuhan manusia untuk saling memberi, saling membantu, dan
saling mengasihi terbentuk dalam konteks nilai-nilai budaya yang berlaku. Dengan demikian,
setiap pola saling menghormati dan saling memberi yang terdapat dalam setiap masyarakat
manusia bersifat unik, yang berarti satu-satunya dan tidak sama dengan yang lain.
Kata budi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi
mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana, serta manusiawi. Di dalam perkataan itu
Pola saling menghormati dan saling memberi merupakan hal penting yang terdapat di
dalam masyarakat melayu. Gejala tersebut tidak lepas dari nilai-nilai adat-istiadat melayu yang
membentuk karakter, serta perasaan-perasaan yang menyertai setiap tindakan yang tampak
dalam setiap interaksi. Seperti telah disebutkan pola saling menghormati dan saling memberi
adalah salah satu gejala sosial. Artinya, kegiatan tersebut terjadi dalam situasi interaksi seseorang
dengan orang lain atau sekelompok orang. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan para ahli,
pola saling menghormati dan saling memberi yang hidup dalam masyarakat melayu tersebut
dikenal dengan istilah menanam budi, menabur budi, atau membuat budi. Ketiga istilah tersebut
mempunyai arti yang sama.
Bagi orang melayu, budi amatlah penting.Bertanam atau menanam budi merupakkan
perbuatan mulia dan terpuji.Orang tua mengatakan Bila sudah termakan budi, disanalah tempat
melayu mati. Artinya bila hidup sudah berbudi maka akan dibawa sampai mati. Menanam budi
dapatdisebutkan juga membuat budi atau menabur budi.Orang yang menanam itu disebut
penanam budi.Sipenanam budi memberikan sesuatu yang dipandangnya layak disertai pula
dengan niat yang iklas untuk memberikan sesuatu kepada seseorang yang dinilai patut (layak)
untuk menabur budi. Jenis-jenis budi yang bisa diberikan antara lain mencangkup sebagai
berikut: Benda-benda, tenaga, sopan santun, tutur bahasa dan tegur sapa, kunjung mengunjung,
pinjam meminjam, tanda mata, menjemput makan, suruh seraya, mintak pialang, mintak bagi,
dan mintak. Keutamaan budi di dalam kehidupan orang Melayu dapat disimak melalui ungkapan
berikut:
Orang melayu mengingatkan agar anggota masyarakat berupaya sekuat tenaga untuk
berbuat kebaikan, menolong sesama makhluk, bertanam budi dimana saja dengan ikhlas, dan
tidak mengharapkan imbalan apapun itu supaya hidupnya mendapat berkah dari Allah. Orang
melayu juga gemar memberi benda atau sesuatu sebagai penanam budi.Pemberian harus
memperhatikan kualitas, kelangkaan, perasaan kebersamaan, dan tanda ingat.Faktor kualitas
perlu diperhatikan agar bentuk, rasa, dan rupa benda yang diberikan dalam keadaan baik.Pepatah
melayu mengatakan, Jika ingin berbudi kepada orang, berikanlah barang yang
terbaik.Janganlah memberi barang yang sudah tidak terpakai.
Orang Melayu memiliki budaya untuk memberikan tenaga dalam berbuat budi. Tenaga
juga digunakan sebagai alat menanam budi dapat dilakukan, terutama oleh orang-orang yang
tidak memiliki benda.Dengan tenaga, seseorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada
orang yang mengharapkan bantuannya. Bantuan diberikan berupa: ketika seseorang sakit,
bantuan berganjal (sejenis gotong royong), mengambil ramuan kayu rumah atau kayu bakar
kehutan, bantuan kpda seseorang yang mengadakan pesta, bantuan kepada keluarga yan tertimpa
kemalangan. Orang melayu dikenal sebagai bangsa yang memiliki budaya yang sopan-santun
Tingkah laku yang dinilai tertib, penuh sopan-santun, dan penuh penghormatan antara lain:
1. Tidak berbicara keras kepada bapak ibu, berbicara dengan menyebut diri saya atau nama
diri dengan panggilan kesayangan orang tua seperti are, dayang, dan sebagainya. Jika
lelaki berbicara memakai songkok (peci), dan duduk bersila, dan jika perempuan
bersimpuh.
2. Jika lewat dihadapan orang tua yang sedang bercakap, maka lewat harus menundukan
badan sambil tangan kanannya diarahkan kedepan agak kebawah, sedangkan tangan kiri
diletakan dibawah pergelangan tangan kanan, sambil berkata Tabik saya numpang lalu.
3. Jika ingin mempersilahkan oarng masuk kedalam rumah, tuan rumah hendak menyambut
tamu dengan cepat mendahului datang menyongsong sambil merendahkan badan,
berjabat tangan dengan posisi tangan kanan ditelentangkan, tangan kiri dibawah
pergelangan tangan kanan.
4. Jika bersalaman, badan dibungkukkan, tangan kanan memegang telapak tangan orang
yang diajak bersalaman, tangan kiri menempel dipergelangan tangan kanan. Kemudian
tangan kanan ditarik dengan lembut, ujung jari kanan disentuhkan kedahi, lalu ujung
tangan berpindah menyentuh dada.
5. Jiak menunjukan sesuatu kepada yang lebih tua atau tamu terhormat, seseorang
hendaknya menggunakan ibu jari kana dan tangan kiri menempel di bawah pergelangan
tangan kanan. Jari telunjuk hanya digunakan ketika seseorang yang marah menuding
seseorang yang dimarahi.
6. Jika berpapasan dengan orang yang lebih tua, orang yang muda hendaknya menyapa
terlebih dahulu. Hendak kemana Pak Ngah? .ketika menyapa ia berhenti dipinggir jalan
hingga orang yang dihormati melewatinya.
7. Jika bertemu orang tua yang membawa beban yang berat, orang muda diwajibkan
mengantarkan beban orang tua itu sampai kerumah.
8. Ketika makan, masing-masing orang yang ikut makan bersama duduk bersila. Yang
muda mengambilkan nasi yang lebih tua. Dan ketika yang muda telah selesai makan, ia
harus menunggu oran yang lebih tua selesai, barulah iya boleh mencuci tangan.
Orang melayu memiliki budaya empati dan toleransi yang tinggi dalam pinjam
meminjam.Pinjam meminjam merupakan suatu interaksi sosial yang selalu tampak dalam
kehidupan orang Melayu yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.Meminjam hanya dalam
keadaan sesak.Orang yang mau meminjamkan sesuatu kepada orang yang dalamkeadaan sesak,
disebut orang yang melepas sesak. Kemudian tanda mata, merupakan pemberian kepada
seserang yang dikasihi.Tanda mata dapat berupa perhiasan, pakaian ataupun senjata.Tanda mata
adalah lambang kasih sayang atau kenang-kenangan agar si pemakai selalu ingat kepada si
pemberi.
Budaya orang melayu lainnya senantiasa selalu dilakukannya adalah aktivitas menjemput
makan. Menjemput makan atau mengundang makan sudah menjadi kebiasaan orang
melayu.Orang yang diundang biasanya kerabat dekat yang baru datang dari jauh, sahabat atau
teman akrab yang baru saja bertemu setelah sekian lama berpisah. Suruh-Seraya juga dapat
ditemui didalam kehidupan orang melayu.Seruh-seraya adalah memohon bantuan kepada
seseorang secara halus. Suruh-seraya biasanya berbentuk tenaga, dalam interaksi suruh-seraya
terjadi saling memberi dan menerima budi.
Budaya lainnya adalah mintak pialang. Mintak pialang merupakan istilah yang dipakai
untuk meminta tolong membelikan benda atau barang menggunakan uang orang yang dimintai
tolong. Uang itu akan diganti setelah barang atau benda yang dipesan sampai. Ada juga budaya
mintak bagi. Minta bagi berarti minta izin membeli barang-barang atau benda yang dimiliki
seseorang. Biasanya barang tersebut tidak ada ditempat lain. Mintak bagi sangat tergantung
Juga dapat ditemui budaya mintak. Mintak berarti minta, minta dilakukan apabila orang
meminta sesuatu, baik benda, buah-buahan, hasil bumi dan sebagainya.Minta hanya dilakukan
kepada orang yang amat dikena.Minta juga dapat dilakukan kepada sembarang orang. Apabia
dilakukan kepada orang yang tak dikenal, maka perbuatan mintak itu akan menjatuhkan harga
diri.
Dari uraian diatas terlihat bahwa orang Melayu sangat menghargai dan mengutamakan
Budi. Budi lebih penting daripada materi. Materi benda adalah alat untuk menanam atau
membuat budi. Kuatnya nilai menanam budi atau menabur budi sebagai salah satu watak orang
melayu dapat dipelajari dari pantun-pantun atau nyanyian sebagai berikut:
Dari pantun-pantun diatas terlihat bahwa budi menjadi ukuran kebaikan seseorang. Kadang-
kadang budi tidak dihargai oleh si penerima budi. Dalam keadaan seperti itu, si pemberi budi
meratap dan merajuk karena si penerima budi lebih menghargai uang daripada budi.Pemberian
budi tidak selalu mulus, kadang-kadang budi yang diberikan itu mendatangkan rasa sedih, kesal
dan tersinggung, karena tidak diterima sebagaimana yang diharapkan.
Budi diberikan kepada orang lain seperti misalnya saudara sekerabat, tetangga, dan sahabat
karib. Orang yang menerima budi disebut penerima budi. Semakin banyak ia menerima budi
maka akan semakin banyak ia berhutang budi.Menrut adat melayu, budi yang diberikan harus
diterima dan dihargai sebagai tanda penghargaan dengan menyampaikan ucapan terima
kasih.Kadang-kadang ucapan terima ksaih diberikan dalam bentuk ungkapan Terima kasih daun
keladi, kalau lebih minta lagi.Orang yang tidak mau menerima budi berarti tidak mau menjalin
persahabatan, tidak mau dibantu, ditolong, atau dikenang. Berarti ia mampu berdiri sendiri
ditengah masyarakat. Orang hang tidak menerima budi dinilai tinggi hati, angkuh, dan harga
dirinya amat tinggi. Penolakan suatu pernyataan tidak bersahabat. Orang yang sudah termakan
budi orang lain biasanya merasa amat berhutang budi. Hutang budi menurut pantun Melayu tidak
dapat dihargai dengan apapun. Budi tidak dapat dibayar dengan uang, Karena budi mengandung
kebaikan yang susah dilunasi.
Oleh karena itu,sekecil apapun budi itu harus diterima agar si pemberi merasa senang, puas,
dan tidak malu atau kehilangan muka. Budi tidak akan dibalas sampai mati. Budi akan ke kubur
bersama penerimanya. Sebaliknya, kebaikan budi itu akan terkenang (diingat) selalu, sekalipun
jasadnya hancur dikandung tanah. Karena budi tidak dapat dilunasi, maka budi mengikkat batin
si penerima dan si pemberi. Kadang-kadang si penerima budi mendapat kesulitan,karena di
waktu-waktu sesudahnya si pemberi budi mengharapkan sesuatu dari penerima budi, namun
permintaan tersebut sulit dipenuhi. Oleh karena telah termakan budi, maka si penerima terpaksa
dengan segala keberatan hati meluluskan permintaan itu. Disini letak kesulitan yang dihadapi
Dalam hal serupa, si penerima budi harus berhati-hati, jika ada tanda-tanda yang menunjukan
kearah itu, ia harus waspada dan berusaha menolak agar si pembuat budi tidak kehilangan muka.
Dalam pantun dikatakan:
Walaupun orang tahu ada penanaman budi yang menimbulkan kesulitan, namun si
penerima dapat membedakan budi yang sesungguhnya dan budi yang palsu.
Sesuai dengan tujuan menanam budi, yaitu berbuat baik, maka si penerima budi tidak
diwajibkan membayar atau membalas budi yang diterimanya. Dengan kata lain, tidak ada
kewajiban untuk membalas budi seseorang. Akan tetapi, setiap orang yang menerima budi
merasa berkewajiban membalas kebaikan yang diberikan dengan kebaikan pula. Membalas budi
tersebut sebagai penerima budi tahu membalas budi. Membalas budi dapat dialakukan dalam
berbagai bentuk pemberian, undangan, bantuan ketenaga, sopan santun, tegur sapa, dan
pengerbonan. Dengan kata lain, pembalasan budi disesuaikan dengan kemampuan seseorang.
Sehubungan dengan membalas budi ini dikenal istilah” seorang tak tahu membalas budi”
orang yang disebut tak tahu membalas budi ialah orang yang membalas kebaikan yang diberikan
orang kepadanya dengan sikap dan tingkah laku yang berlawanan, seperti mencemarkan nama si
pemberi budi, melupakan budi dengan cara tidak mau menghormati, menegur, menyapa, dan
dating berkunjung, serta bicara dengan kata-kata kasar. Kadang-kadang perbuatan tidak tahu
Perbuatan tidak membalas budi itu bila diketahui oleh orang yang pernah memberi budi
disebut “kedapatan budi”. Kedapatan budi berarti melakukan perbuatan yang tidak layak atau
tidak pantas yang ditujukan kepada seseorang yang pernah memberi budi. Perbuatan tidak pantas
itu dapat berupa mencemarkan nama, memfitnah, menganiaya, menipu, dan sebagainya. Orang
yang kedapatan budi itu biasanya dinilai berperangai tidak baik, sehingga tidak perlu dijadikan
sahabat. Orang kedapatan budi disebut dalam ungkapan sebagai : Menggunting dalam
lipatan,pagar makan tanaman,membesarkan anak buaya,susu dibalas tuba,musuh dalam selimut,
dan diluar lurus dalam bengkok.orang yang tidak tahu membalas budi memiliki sifat-sifat
licik,curang dan palsu. Dibawah ini merupakan ungkapan mengenai membalas budi.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pemaparan materi diatas, dapat kita ketahui bahwa pola saling menghormati dan
saling memberi merupakan hal penting yang terdapat di dalam kehidupan bermasyarakat orang
melayu. Orang melayu mengenal pola saling menghormati dan saling memberi dengan istilah
menanam budi tinggi rendah derajat seseorang selalu di ukur dari budi yang diberikan kepada
orang lain semakin banyak mananam budi, kedudukan dan kehormatan seseorang di masyarakat
dikatakan semakin tinggi. Bagi orang melayu, budi menjadi hal yang utama, menanam budi juga
tidak hanya berbentuk memberikan materi ,tetapi juga dapat berbentuk bantuan tenaga,
pemikiran,serta perlakuan dan tutur bahasa yang sopan. Sejak zaman dahulu menanam,
menerima, dan membalas budi terus dilakukan oleh orang-orang melayu bahkan hingga saat ini.
Agar terciptanya kehidupan yang sejahtera, adil, makmur, tentram dan damai.
3.2. Saran
Tim penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum dapat dikatakan
sempurna oleh karena itu diharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun,
meskipun demikian tim penulis berharap bisa agar para pembaca dapat memahami secara jelas
mengenai pemaparan materi diatas terkait pola menghormati dan saling memberi dalam
masyarakat orang melayu, juga kami berharap pembaca tidak hanya bisa memahami konsep dari
menanam,menerima dan membalas budi itu sendiri dalam kajian kehidupan bermasyarakat orang
melayu melainkan juga bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Yunus, Hasan. Raja Ali Haji Budayawan di Gerbang Abad XX. Pekanbaru: Unri Press, 2002.
Koentjaraningrat, et al. Masayarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan. Yogyakarta:
https://www.artikelsiana.com/2017/07/pengertian-budi-pekerti-tujuan-macam.html/