Anda di halaman 1dari 29

EKONOMI DAN MATA PENCAHARIAN

MELAYU RIAU

DISUSUN OLEH KELOMPOK 12 :

AYSHA FADILLA (2107112792)


SUCI RAPITHA (2107110522)
UMMU HABIBAH (2107110288)

DOSEN PENGAMPU :
RIA RIZKIA ALVI, M.Pd
KELAS A

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS RIAU 2021

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah


memberikan kasih dan rahmatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Paper tentang “Ekonomi dan mata pencaharian melayu
riau” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Paper tentang “Ekonomi dan mata pencaharian melayu riau”ini


berisikan penjelasan mengenai Sejarah,Sistem ekonomi orang melayu
riau,dan hubungan antara tapak lapan dengan lingkungan dan etos
kerja.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen mata kuliah


Budaya Melayu Riau, Ibu Ria Rizkia Alvi, M.Pd yang telah
memberikan bimbinganya atas paper ini.Penulis menyadari dalam
penyusunan Paper tentang “Ekonomi dan mata pencaharian melayu
riau”ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan paper ini
dimasa akan datang.

Pekanbaru, November 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

COVER
EKONOMI DAN MATA PENCAHARIAN MELAYU RIAU............I
KATA PENGANTAR..........................................................................II
DAFTAR ISI.......................................................................................III
BAB I....................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................1
A.Latar Belakang...............................................................................1
Rumusan Masalah..............................................................................2
BAB II...................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................4
1.Sistem Ekonomi Orang Melayu......................................................4
2.Sejarah Ekonomi Orang Melayu.....................................................5
a.Perkembangan Ekonomi pada Masa Kerajaan.............................5
b.Perkembangan Ekonomi Setelah Kedatangan Bangsa Barat.......6
c.Perkembangan ekonomi barter menjadi ekonomi pasar..............6
d.Perkembangan ekonomi pada masa orde baru sampai sekarang. 7
3.Konsep Tapak Lapan......................................................................7
4.Beberapa macam alat untuk mata pencaharian...............................8
5.Hubungan Tapak Lapan dan Kelestarian Lingkungan..................13
6.Hubungan Tapak Lapan dengan Etos Kerja.................................14
7.Istilah etnosains.............................................................................16
8.konsep peresuk..............................................................................17
BAB III................................................................................................19
PENUTUP...........................................................................................19
A.Simpulan......................................................................................19

III
B.Saran.............................................................................................19
Daftar Pustaka.....................................................................................20

IV
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menggali, meneliti, mengkaji, serta menulis tentang Melayu rasanya tiada


pernah akan habis-habisnya karena bangsa Melayu telah memainkan peranan yang
sangat penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia bahkan dunia. Namun
dalam perjalanannya, definisi Melayu semakin memudar dan sekarang menjadi
etnis atau suku bangsa.

Kata Melayu berasal dari kata “mala” yang artinya mula dan “layu” yang
artinya negeri. Jadi, Melayu dapat diartikan sebagai negeri asal mula atau negeri
asal usul. Dalam konteks prilaku, frasa Melayu diartikan pula “layu” yang
bermakna rendah atau merendah. Tapi bukan rendah diri, orang Melayu itu rendah
hati, menghormati pemimpin dan orang yang lebih tua dari dirinya. Masyarakat
Melayu memiliki adat dan tradisi yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
pengaruh lingkungan alam.

Keberadaan orang melayu diyakini telah ada sejak 3000 tahun sebelum
masehi di wilayah Nusantara, yang dikenal sebagai proto-melayu. Namun pada
saat ini keberadaan orang Melayu lebih dominan berada di wilayah Sumatera.

Masyarakat Melayu merupakan masyarakat kompleks. Masyarakat Melayu


Riau memiliki adat dan tradisi yang homogen. Homogenitas corak adat dan tradisi
tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan alam dan

1
keadaan setempat. Kegiatan kehidupan masyarakat sehari-hari tidak lepas dari
kegiatan mata pencaharian masyarakatnya. Sumber pendapatan orang Melayu
Riau berasal dari pekerjaan tapak lapan, yaitu: beladang (pertanian), beternak
(peternakan), menangkap ikan (perikanan), beniro (menetek enau atau kelapa),
industry pengolahan hasil hutan (agroindustri), berkebun (perkebunan), bertukang,
berniaga (perdagangan). Tapak lapan merupakan penggabungan dua atau lebih
jenis pekerjaan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berbicara tentang ekonomi masyarakat Melayu, tentu kita berbicara


tentang mata pencaharian masyarakat Melayu sehari-hari. Masyarakat Melayu
biasanya melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan alam sekitar. Dimana
masyarakat Melayu cenderung memanfaatkan hasil alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Orang Melayu juga masih kental terhadap kebudayaan dan tradisi turun
temurun yang masih melekat didalam kegiatan sehari-harinya. Setiap kegiatan
masyarakat Melayu didasarkan kepada adat istiadat, termasuk dalam melakukan
pekerjaan. Masyarakat Melayu memiliki unsur kepercayaan dan kebudayaan
terhadap alam sekitar, masyarakat Melayu juga mempunyai pantang larang yang
harus ditaati oleh semua masyarakat Melayu. Apabila pantang larang tersebut
dilanggar, maka masyarakat Melayu percaya bahwa mereka akan mendapatkan
kutukan atau pun musibah.

Unsur-unsur kebudayaan melekat pada sistem mata pencaharian di Melayu


Riau, yaitu dari mitos, legenda, syair, pantun, randai dan ritual atau upacara-
upacara adat. Alam menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi sistem mata
pencaharian masyarakat Melayu. Hilangnya hutan menyebabkan terancam dan
hilangnya mata pencaharian masyarakat Melayu dan juga unsur kebudayaan pada
siklus pekerjaan juga ikut menghilang karena tidak lagi menjadi mata pencaharian
dan dipraktekkan sebagaimana biasanya oleh masyarakat Melayu. Didalam

2
melakukan pekerjaannya, masyarakat Melayu memiliki etos kerja yang sangat
baik. Etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Masyarakat Melayu cenderung
memiliki etos kerja yang berhubungan dengan agama, norma dan adat istiadat
yang ada dalam menjalankan pekerjaannya.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem ekonomi orang Melayu?


2. Bagaimana sejarah ekonomi orang Melayu?
3. Apa yang dimaksud dengan Tapak Lapan?
4. Apa hubungan antara Tapak Lapan dengan kelestarian lingkungan?
5. Apa hubungan antara Tapak Lapan dengan etos kerja?

3
BAB II

PEMBAHASAN

4
1.Sistem Ekonomi Orang Melayu

Sistem ekonomi dapat kita artikan juga sebagai sistem mata pencaharian.
Sistem adalah cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu, sedangkan mata
pencaharian merupakan pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan untuk biaya
sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem perekonomian orang
melayu adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang Melayu sebagai
kegiatan sehari-hari guna usaha untuk pemenuhan kehidupan dan menjadi pokok
penghidupan bagi orang Melayu.

Untuk menunjang hidupnya, setiap masyarakat pasti memiliki mata


pencaharian utama, sehingga terdapat suku bangsa yang memiliki mata
pencaharian khas dibandingkan dengan suku yang lainnya. Pada orang Melayu,
mereka memiliki sistem ekonomi yang didasarkan kepada mata pencaharian tapak
lapan.

Tujuan dari sistem ekonomi orang melayu “Tapak Lapan” ini adalah
untuk meragamkan sumber pendapatan orang Melayu dan juga stategi untuk
menghadapi kegagalan atau krisis akibat dari hanya satu pekerjaan sebagai
sumber pendapatan.

Sistem ekonomi orang Melayu lebih menekankan kepada sistem ekonomi


kerakyaan, dimana sistem tersebut lebih berpihak kepada kelompok masyarakat
dengan ekonomi lemah dan menengah kebawah. Dan juga sistem ekonomi orang
Melayu, selalu memanfaatkan hasil alam yang ada disekitarnya. Sistem ekonomi
yang digunakan orang Melayu membuat masyarakatnya memiliki dua atau lebih
pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar orang Melayu memiliki perekonomian yang
stabil. Dengan melakukan sistem tapak lapan ini, orang Melayu dapat
menghindari krisis dengan melakukan pergantian pekerjaan dengan pekerjaan
yang lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan tersebut.

5
Sistem ekonomi orang Melayu didasarkan kepada unsur-unsur
kebudayaan. Dimana didalam melakukan semua pekerjaan sistem ekonomi ini,
masyarakat Melayu selalu melakukan semua kegiatannya sesuai dengan
kepercayaan, ritual dan upacara-upacara adat tertentu.

2.Sejarah Ekonomi Orang Melayu

Perekonomian paling awal dari masyarakat Riau ditandai dengan sifat-sifat


yang dimiliki oleh daerah maritim, dimana kehidupan masyarakatnya bertumpu
pada sektor perdagangan, sedang sektor pertanian merupakan usaha-usaha
perkebunan untuk melengkapi keperluan perdagangan. Jika diukur dengan
masanya, tingkat perekonomian orang Melayu dikatakan cukup maju. Khususnya
dalam bidang perdagangan.

Perekonomian orang Melayu diawali pada masa kerajaan Malaka dimana


perubahan cukup berarti dialami oleh masyarakat Melayu ketika sektor
perdagangan tidak mampu lagi menopang kehidupan mereka, sehingga sektor
pertanian yang kemudian menjadi basis perekonomian masyarakat Melayu.
Berikut beberapa tahap perkembangan ekonomi masyarakat Melayu:

a.Perkembangan Ekonomi pada Masa Kerajaan

Pada masa kerajaan ini, sumber perekonomiannya berada pada sektor


perdagangan, dimana kerajaan yang paling menguasainya adalah kerajaan
Sriwijaya pada abad ke VII-XIII. Namun pada abad ke XVI, pengaruh agama
Islam menumbuhkan banyak kerajaan Islam yang sumber perekonomiannya
bersandar pada sektor perdagangan.

6
Keberadaan Selat Malaka dilintas jalur perdagangan telah menjadi ajang
pertemuan bagi para pedagang yang berasal dari Cina, India, Arab dengan
penduduk Melayu. Wilayah Riau yang letaknya strategis secara otomatis
mendapat peluang pemasok barang dalam kancah perdagangan tersebut. Hal ini
membuat ekonomi orang Melayu menjadi semakin meningkat.

b.Perkembangan Ekonomi Setelah Kedatangan Bangsa Barat

Sejak berkembangnya Malaka sebagai pusat perdagangan, banyak dilakukan


usaha untuk menguasainya. Hal ini nampak ketika bangsa Portugis berhasil
merebut Malaka pada tahun 1511. Ketidaksenangan terhadap Portugis diwujudkan
oleh para pedagang Melayu dengan mengadakan kerja sama pada tahun 1602
dengan bangsa Belanda. Namun pada kesempatan tersebut justru mengantarkan
Malaka pada penguasa baru yaitu Belanda. Belanda memonopoli perdagangan
pada kerajaan di Riau yang membuat orang Melayu tidak lagi leluasa dalam
menjalankan usaha dagangnya. Bangsa Belanda juga menguasai sumber bahan
mentah yang ada diwilayah Riau. Hal ini tentu saja menyebabkan ekonomi orang
Melayu mengalami kemunduran atau kemerosotan. Dengan jatuhnya kekuasaan
atas pusat-pusat dagang, bangsa pribumi Melayu yang semula berperan aktif
dalam menjalankan roda perniagaan telah bergeser dan semakin tenggelam dalam
kehidupan mereka yang agraris.

c.Perkembangan ekonomi barter menjadi ekonomi pasar

Secara tradisional, wilayah sepanjang aliran sungai merupakan daerah hunian


penduduk Melayu (perkampungan). Orang Melayu yang tinggal di perkampungan
tersebut memakai sistem barter untuk mendapatkan barang kebutuhannya. Upaya
orang Melayu dalam menambah pendapatan keluarga dengan menjadi buruh. Hal

7
ini membuat perekonomian orang Melayu selalu mempunyai kedudukan yang
lemah. Pada masa ini perekonomian orang Melayu lebih mengutamakan pada
sektor pertanian.

Sistem perekonomian orang Melayu yang masih memakai sistem barter membuat
munculnya sistem perekonomian Kapitalis, dimana orang Melayu berada dibawah
kepemimpinan bangsa Belanda. Dalam sistem ekonomi kapitalis ini, Belanda
telah mempunyai aturan perdagangan yang sesuai dengan kepentingannya.
Pemberlakuan sistem ini merupakan bentuk eksploitasi terhadap sumber
pendapatan orang Melayu. Hal ini menyebabkan perekonomian orang Melayu
tradisional yang bendasar pada sistem barter mulai mengenal monetisasi. Hal ini
menyebabkan perekonomian rakyat Melayu mengalami goncangan.

d.Perkembangan ekonomi pada masa orde baru sampai sekarang

Sejak kemerdekaan Indonesia, keadaan perekonomian belum menentu. Mengingat


belum stabilnya situasi politik saat itu, namun sejak pemerintahan Orde Baru
memegang kekuasaan, maka kebijakan ekonomi diupayakan untuk mendorong
pengusaha pribumi. Pada masa ini pemerintah mengupayakan suatu iklim
perekonomian yang stabil, bebas hambatan serta mendorong pertumbuhan
industri. Pemerintah banyak mendirikan badan-badan tertentu untuk tujuan
membantu petani memperbaiki kedudukan ekonomi mereka.

Pada saat ini ekonomi orang melayu bersumber pada sektor pertanian. Namun
pada saat ini terjadinya kemerosotan ekonomi nasional yang menyebabkan harga
jual dari hasil pertanian orang Melayu menjadi rendah. Hal ini menyebabkan
ekonomi orang Melayu mengalami penurunan pada saat ini. Namun orang Melayu
dapat mengatasi hal tersebut, yaitu dengan melakukan tradisi Tapak Lapan.
Dimana orang Melayu melakukan beberapa jenis pekerjaan yang dapat memenuhi
kebutuhannya. Sehingga menyebabkan perekonomian orang Melayu yang
melakukan tradisi Tapak Lapan pada saat ini menjadi stabil.

8
3.Konsep Tapak Lapan

Tapak lapan merupakan sebuah sebutan khusus pada masyarakat Melayu,


dimana untuk menjelaskan sistem ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat
Melayu Riau dan juga berlaku di alam Melayu yang menunjukkan jenis-jenis
pekerjaan masyarakat Melayu sebagai sumber pendapatan keluarga. Tapak lapan
tersebut merupakan delapan jenis pekerjaan, yaitu:

1. Beladang, pertanian palawija (pertanian), ialah menanam tumbuh-


tumbuhan yang dapat dijadikan panganan seperti ubi, sayur, kopi, dan
lain-lain.
2. Beternak (peternakan), yaitu binatang yang biasanya diternakan antara
lain sapi, ayam, dan kambing.
3. Menangkap ikan (perikanan atau nelayan), yaitu menangkap ikan yang
dilakukan di laut, sungai, sawah, dan danau. Jika mendapatkan hasil
yang lebih, maka mereka akan menjualnya.
4. Beniro (menetek enau), yaitu industri pengolahan hasil pertanian.
5. Mengambil hasil hutan, yaitu mengumpulkan hasil hutan seperti kayu,
damar, rotan dan buluh.
6. Berkebun, yaitu menanam tanaman tahunan.
7. Bertukang, tidak semua orang bisa bertukang dan bertukang juga tidak
dapat dilakukan setiap hari karena ada musim-musim tertentu yang
perlu keahlian khusus.
8. Berniaga (berdagang), yaitu menjual semua keperluan pokok sandang
dan pangan. Pada zaman belanda kebanyakan masyarakat riau
mengekspor dammar, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.

9
4.Beberapa macam alat untuk mata pencaharian
1.BUBU

Merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menangkap ikan yang terbuat
dari anyaman bambu yang dimasukkan ke dalam parit untuk menangkap ikan.
2.Busur panah sakai

Merupakan alat yang digunakan untuk berburuh hewan besar.


3.Beliung

Merupakan kapak yang digunakan untuk memotong yang terbuat dari besi dan di
ikat erat dengan gagang kayu.
4.Jambak puyuh

10
Adalah alat yang digunakan untuk menangkap burung puyuh atau sebagainya
yang terbuat dari bambu dianyam

5.Tekalak

Adalah alat yang terbuat dari anyaman bambu dan digunakan untuk menangkap
ikan.
6.Jala sekok

11
Merupakan alat yang digunakan untuk menangkap ikan disungai maupun dilaut
Yang terbuat dari tali yang relatif tipis dan mengikat.
7.Tajak

Merupakan alat yang digunakan untuk memotong rumput yang terbuat dari bambu
bisa juga dari besi.
8.Luci
Luci terbuat dari bahan,yaitu buluh bambu,rotan,buah pohon
renggas/terap/gelugur.bentuk luci berupa segi empat lonjong dengan panjang 40
cm dan berdiameter 34cm.luci digantung pada sebatang bambu lalu diletakkan
dipinggir sawah.
9.Dacing

12
Alat yang digunakan untuk mengukur atau menimbang suatu barang.alat yang
terbuat dari perunggu ini digunakan oleh para pedagang untuk menimbang berat
suatu barang.

Masyarakat Melayu pada umumnya tidak hanya mengerjakan satu jenis


pekerjaan saja. Namun dalam pelaksanaannya jarang dilakukan sekaligus delapan
pekerjaan tersebut, melainkan penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan atau
kegiatan ekonomi. Biasanya apabila pagi mereka berkebun, sorenya mereka
menangkap ikan, dan ada kalanya juga selesai berkebun mereka mencari hasil
hutan atau beniro (menetek enau). Tujuannya adalah selain meragamkan sumber
pendapatan, juga merupakan strategi untuk menghadapi kegagalan atau krisis
akibat dari hanya satu pekerjaan sebagai sumber pendapatan. Jadi, tapak lapan ini
dilakukan sebagai antisipasi pada saat krisis dan jaminan keberlangsungan hidup
keluarga maupun perekonomian keluarga.

Dalam menghadapi krisis, pola ekonomi tapak lapan menghindari krisis


tersebut untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan melakukan pergantian
pekerjaan dengan pekerjaan yang lebih tepat dan sesuai untuk memenuhi
kebutuhannya. Contohnya, ketika musim hujan dan tidak bisa memotong karet,
orang Melayu melakukan kegiatan berkebun atau bertani. Dan ketika musim
kemarau berkepanjangan maka saatnya orang Melayu meramu hasil hutan.
Sedangkan pada ekonomi monokultur seperti karet, kopi, dan sawit, tidak dapat
melakukan pergantian kegiatan ekonomi.

Masyarakat Melayu cenderung memanfaatkan waktu untuk bekerja dengan


sebaik-baiknya. Bahkan, kaum perempuan Melayu sudah dapat membagi waktu
dalam mencari nafkah. Biasanya perempuan melayu akan bekerja keras selama 11
bulan penuh guna untuk mempersiapkan cadangan, sehingga pada saat satu bulan
puasa mereka hanya akan melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan saja.

13
Tradisi tapak lapan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu merupakan
salah satu cara dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menjaga kelestarian
tumbuh-tumbuhan. Orang Melayu biasanya mengambil hasil alam untuk
kebutuhan dalam pekerjaan ataupun kelangsungan hidupnya, namun mereka juga
menanam kembali apa yang telah mereka ambil sehingga kelestarian alam tetap
terjaga.

Dalam melakukan pekerjaan tapak lapan, orang Melayu memberi kearifan


kepada anak dan cucu mereka agar menjaga dan memelihara alam lingkungannya.
Setiap melakukan pekerjaan tapak lapan, biasanya terdapat tradisi yang harus
dilakukan yang dipimpin oleh seorang dukun, bomo, pawang ataupun kemantan.

Untuk memperkuat perlindungan terhadap alam lingkungan sehingga


flora, fauna, tanah dan laut tidak diperlakukan semena-mena, maka para dukun
dan tetua Melayu membuat berbagai macam cerita atau mitos yang membuat
masyarakat Melayu takut untuk merusak alam lingkungan.

Namun pada saat ini, sistem tapak lapan semakin menghilang. Hal ini
terutama disebabkan setelah lingkungan hidup berupa tanah ulayat mereka
diintervensi dengan kekuasaan yang curang dan pemilik modal yang serakah,
mereka terdesak dan saat ini pun kebanyakan dari masyarakat Melayu bersandar
dari satu jenis pekerjaan saja. Akibatnya mereka sangat rentan terhadap resiko.
Padahal dulu mereka adalah pedagang, petani dan tukang yang merdeka, yang
hanya sekedar menanti peninggalan sumber daya manusia untuk meningkatkan
taraf hidupnya.

Budaya Melayu sistem tapak lapan ini, telah membentuk mentalitas


masyarakat Melayu menjadi manusia yang bebas, mudah bergerak kemana-mana,
bisa bersaing, memperlihatkan kualitas teknis serta punya harga diri yang tinggi.

14
5.Hubungan Tapak Lapan dan Kelestarian Lingkungan

Tapak lapan merupakan delapan jenis pekerjaan yang dilakukan


masyarakat Melayu. Namun dalam pelaksanaannya, masyarakat Melayu biasanya
melakukan penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan atau kegiatan ekonomi.
Ini merupakan cara jangka pendek masyarakat Melayu dalam menggunakan
sumber daya alamnya, yang berarti masyarakat Melayu harus mempunyai
pengetahuan yang baik tentang alam dan lingkungan hidupnya. Tapak lapan
menjadi kiat atau cara masyarakat Melayu berhubungan dengan alam. Sebab
dengan pola itu, mereka bisa melihat hubungan dan saling ketergantungan antara
manusia dengan alam, serta hubungan antara flora dan fauna dalam hutan.

Tapak lapan merupakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan alam


(tanah dan lingkungan), maka dari itulah masyarakat Melayu memandang tanah
dan alam sekitar sebagai makhluk yang saling menjaga hubungan baik agar bisa
saling memberi. Untuk menjaga hubungan baik itulah masyarakat Melayu
memiliki aturan-aturan atau kearifan tersendiri dan juga masyarakat Melayu
memiliki pantang larang yang harus dijaga. Sehingga ada ungkapan masyarakat
Melayu, yaitu “ jika berbudi dengan tanah, alamat hidup tidak akan susah”.

Orang Melayu tidak menjadikan alam tempat mencari nafkah saja, tetapi
juga berkaitan dengan kebudayaan dan kepercayaan mereka. Hal ini dapat dilihat
dalam kehidupan sehari-hari mereka, dimana orang Melayu secara turun-temurun
hidup dari hasil laut, hasil hutan dan mengolah tanah. Menyadari eratnya kaitan
antara kehidupan manusia dengan alam, menyebabkan orang Melayu berupaya
memelihara serta menjaga kelestarian dan keseimbangan alam lingkungannya.

Lingkungan merupakan bagian hidup yang tidak terpisahkan dari


pekerjaan tapak lapan masyarakat Melayu. Melalui ketersedian sumber daya alam,

15
masyarakat Melayu dapat melakukan pekerjaan tapak lapan. Orang Melayu
memiliki hubungan yang sangat erat dengan lingkungan, interaksi ini
menumbuhkan nilai-nilai kearifan dalam pemanfaatan dan pengelolaan
lingkungan. Lingkungan sebagai satu kesatuan lingkungan budaya yang menjadi
tumpuan hidup masyarakat Melayu sehingga tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Melayu. Orang Melayu menganggap hubungan dengan
lingkungan dengan hal-hal gaib, sehingga lingkungan harus dijaga dan tidak
dimanfaatkan sembarangan. Maka dari itulah masyarakat Melayu tidak berani
untuk merusak lingkungan karena apabila melanggar maka akan menimbulkan
bencana atau kutukan.

Dalam adat istiadat, ditetapkan “pantang larang” yang berkaitan dengan


pemeliharaan serta pemanfaatan alam, mulai dari hutan, tanah, laut dan selat,
pulau, sungai, danau, serta sampai kepada kawasan yang menjadi kampung
halaman, dusun, ladang, kebun dan sebagainya. Orang Melayu menyadari
pentingnya pemeliharaan dan pemanfaatan alam secara seimbang.

Maka dari itulah pekerjaan Tapak Lapan yang dilakukan oleh orang
Melayu, semuanya diatur didalam adat istiadat. Hal ini dilakukan agar orang
Melayu sadar akan betapa pentingnya alam terhadap kehidupan ekonomi orang
Melayu dan juga membuat orang Melayu menghormati kegiatan budaya yang ada
dan melakukan pelestarian lingkungan.

6.Hubungan Tapak Lapan dengan Etos Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 237), etos kerja adalah
pandangan hidup yang khas suatu golongan sosial yang didasarkan kepada sifat,
nilai adat istiadat yang memberi watak dalam masyarakat.

16
Secara etimologi dan maknawi, kata “etos” berasal dari bahasa Yunani
yaitu “ethos” yang berarti sikap, kepibadian, watak, karakter, serta keyakian akan
sesuatu. Kemudian kata “etos” disatukan dengan kata “kerja”, sehingga
terbentuknya “etos kerja”. Jadi, dapat disimpulkan bahawa etos kerja merupakan
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu
kelompok masyarakat.

Bagi masyarakat melayu etos kerja telah diwariskan secara turun-temurun,


orang melayu memiliki etos kerja yang sangat tinggi, yang mampu mengangkat
harkat dan martabat kaumnya.

Masyarakat Melayu memandang kerja bukan semata-mata untuk


kepentingan hidup didunia, tetapi juga untuk keselamatan hidup diakhirat.
Masyarakat Melayu melakukan pekerjaan tapak lapan karena memiliki etos kerja
atau keyakinan yang tinggi untuk mencari nafkah, bertanggung jawab terhadap
keluarga dan baik terhadap diri sendiri, alam, dan sang penciptanya. Masyarakat
Melayu sangat menghormati dan memandang tinggi orang-orang yang melakukan
pekerjaaan dengan etos kerja yang tinggi.

Masyarakat Melayu memandang kerja adalah satu kewajiban dalam


kehidupan mereka. Banyak sekali ungkapan yang menunjukkan bahwa orang
Melayu adalah pekerja yang tangguh, baik dan benar, jujur dan setia, taat dan
tekun, sesuai menurut agama, adat dan tradisinya, tidak menyimpang dan
menyalahi ketentuan yang berlaku, maka pekerjaan itu dapat mendatangkan
kebahagiaan. Berdasarkan pandangan inilah menyebabkan masyarakat Melayu
mengukur kemuliaan seseorang dapat ditentukan dari pekerjaannya. Semakin baik
ia mengerjakan pekerjaannya maka semakin mulia pandangan masyarakat
terhadapnya. Begitupula sebaliknya, semakin buruk ia melakukan pekerjaaannya,
semakin rendah pandangan orang terhadap dirinya.

17
Berbagai pandangan kerja yang ada, mendorong masyarakat Melayu untuk
meningkatkan kemampuan kerjanya, meningkatkan ilmu pengetahuan dan tenaga,
agar mereka benar-benar dapat hidup melaksanakan kewajibannya dengan baik,
benar dan sempurna. Dengan demikianlah mereka dapat mengangkat harkat dan
martabat diri, keluarga, dan bangsanya, dan apabila mereka meninggal dunia anak
cucunya hidup bahagia dan diakhirat dirinya tidak menderita.

Pandangan inilah yang menyebabkan orang Melayu memiliki etos kerja


atau keyakinan yang tinggi dalam menjalankan pekerjaan tapak lapan, karena
semakin baik melakukan pekerjaan, maka semakin baik pula pandangan
masyarakat terhadapnya. Maka dari itu banyak sekali masyarakat Melayu yang
melakukan pekerjaan tapak lapan dengan sungguh-sungguh. Dalam melakukan
pekerjaan tapak lapan, masyarakat Melayu juga memiliki etos kerja yang berupa
keyakinan untuk dapat menstabilkan perekonomian keluarga dan untuk yang lebih
tepat dan sesuai dengan kebutuhan.

7.Istilah Etnosains

Jika diperhatikan kategori mata pencarian dalam istilah lima kaki, hanya akan kita
temukan 4 mata pencarian asal, dan satu mata pencarian tambahan yang disebut
berdagang' atau niaga Empat ditambah satu mata pencarian itu bisa dikembangkan
lagi ke arah mata pencarian pilihan lain tanpa batasan jenis kerja. Untuk
menetapkan mengacu pada konsep mata angin. Makna 'tapak dalam hal ini adalah
tumpuan dan pusat tumpuan mata pencarian itu harus kuat dan tetap, letaknya di
poros

Istilah tapak lapan itu terletak di satu titik atau poros, berupa mata pencarian
pilihan utama, sedangkan mata pencarian-mata pencarian lainnya hanyalah

18
tambahan yang bisa dilakukan kapan saja dia mau. Pilihan satu titik mata
pencarian itu boleh jadi tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya, ada
yang tapak lapannya berdagang. bertani, menakik, guru, pegawai dll, hanya saja
mereka sepakat mengatakan bahwa 'tapak lapan orang Melayu zaman dahulu
adalah berladang padi.

Satu pendapat unik dikemukakan orang Melayu menyebutkan bahwa konsep


tapak lapan disebut-sebut berasal dari struktur tiang rumah sorompu (rumah besar)
terdiri dari delapan tiang di bagian tepinya, dan satu tiang di tengah yang disebut
tiang tuo' (tiang tua). Konsep ini secara transformatif sangat dekat dengan 8 kerat
tulang ( tiang) dan satu tiang tua (kepala). Dalam konsep Melayu, tiang tengah
rumah atau tiang tuo adalah tumpuan tempat duduk bersandar kepala rumah
tangga.

Kesimpulannya, geneologi tapak lapan tersebut lebih layak disandangkan pada


konsep arah mata angin' atau 'mata arah Melayu. Jika dikaitkan dengan 8 kerat
Tulang, konsep but "Tapak Japanlastrukdur fjang rumah, atau menurut konsep
yang dikemukakan Prof Mukhtar Ahmad berasal dari papan catur, maka konsep
'mata angin' lebih bersifat hakikat, sedangkan konsep 8 kerat Tulang. struktur
tiang rumah, dan 'papan catur' merujuk pada wujud realistis, meskipun pada
hakikatnya permainan catur memiliki deep structur pada tataran strategi.

Terakhir, ada dua pendapat yang hendak ditampilkan yakni pertama atas
pandangan Bapak Prof. Mukhtar Ahmad yang mengatakan bahwa konsep tapak
lapan berasal dari permainan catur. Jika kita tilikkembali istilah catur' menurut
bahasa Sanskerta, maka artinya adalah bilangan 4 (empat). Akan segera kembali
ke konsep catur carana atau catur wacana yang sudah saya terangkan di atas.

8.Konsep peresuk

19
Peresuk adalah pentahapan jenis pekerjaan orang Melayu dalam sehari-hari.
Orang Melayu biasa melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan produktif untuk
memenuhi keperluan dan hajat hidup. Kuantitas kerja tersebut berbilang pada
tingkat kesulitan dan lama pengerjaan dalam rentang waktu satu hari penuh. Ada
pekerjaan berat yang bisa selesai dalam waktu singkat, ada pula jenis kerja yang
sangat ringan namun dilakukan dalam rentang waktu panjang, seperti menganyam
misalnya. Masyarakat Melayu melazimkan sekurang-kurangnya 5 tahapan atau
peresk sehari-semalam, tentunya diselingi dengan istirahat, ibadah, dan aktifitas
non kerja lainnya.

a) Peresuk pertama
Menarik getah atau memotong karet; dilakukan selepas sholat subuh, saat
pagi langau terbang sampai matahari naik sepenggalah.
b) Peresuk kedua
Selepas menakik, dilanjutkan dengan pekerjaan semisak memetik buah
kopi, ke kebun, menjenguk air nira, dll ; yang berlangsung hingga
menjelang sholat zuhur.
c) Peresuk ketiga
Sesudah zuhur dan makan siang, ada yang melakukan pekerjaan lain
semisal mengambil daun rumbia, hingga masuk waktu sholat Ashar.
d) Peresuk keempat
Setelah Ashar, dilanjutkan dengan mengolah daun rumbia untuk dijadikan
atap, atau menumbuk kopi yang sudah dijemur.
e) Peresuk kelima
Di malam hari ada yang menganyam tikar pandan atau membuat barang
kerajinan lainnya.
Lima peresuk diatas hanya salah satu bentuk variasi pekerjaan saja.
Penempatan bidang pekerjaan pada peresuk (tahapan) diatas sebenarnya sangat
dinamis. Ada juga variasi lainnya, tergantung suasana hari. Misalnya, memetik
buah kopi, mengambil daun rumbia, mengolah hasil agro industri dapat
disesuaikan ddengan tingkat kepentingan. Namun, untuk beberapa pekerjaan
dilakukan pada jam tertentu. Menakik getah misalnya, selalu dilakukan selepas
sholat Subuh karena getah akan mengucur lebih banyak pada pagi harinya, atau
pada petang hari karena berharap getah mengucur lebih lama pada malamnya.
Tapi jarang sekali dilakukan pada siang hari karena getahnya cenderung seikit dan
mengental.
Konsep peresuk diatas menggambarkan aktivitas harian orang Melayu
nampak lebih aktif dan rajin bekerja dengan durasi pekerjaan 13 hingga 17 jam
Itu dapat kita lihat perbandingannya dengan orang kota atau masyarakat modern
yang rata-rata bekerja 8 jam perhari untuk satu mata pencaharian, misalnya masuk
kantor dan kemudian pulang untuk beristirahat.

20
BAB III

PENUTUP

A.Simpulan

Sistem perekonomian orang melayu sangat bergantung kepada jenis-jenis


pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Orang melayu cenderung untuk

21
melakukan sistem ekonomi tapak lapan, dimana terdapat delapan pekerjaan yang
biasanya dilakukan.

Dengan menggunakan sistem tapak lapan ini, masyarakat melayu memiliki


perekonomian yang stabil dan juga dapat terhindar dari krisis dengan melakukan
pergantian pekerjaan dengan pekerjaan yang lebih tepat dan sesuai dengan
kebutuhan. Sistem ekonomi tapak lapan ini, memiliki hubungan dengan alam
sekitar. Dimana pekerjaan tapak lapan semuanya berhubungan dengan alam
lingkungan yang dikaitkan dengan unsur-unsur kebudayaan dan kepercayaan
didalamnya.

Masyarakat melayu juga harus memiliki etos kerja yang tinggi dalam
melakukan pekerjaan tapak lapan. Masyarakat melayu harus memiliki keyakinan
dan semangat dalam melakukan pekerjaan tapak lapan dengan baik karena akan
mengukur tingkat kemulian orang Melayu berdasarkan pekerjaan yang
dilakukannya.

B.Saran

Dalam zaman sekarang ini, sebaiknya masyarakat Melayu masih


mempertahankan pekerjaan tapak lapan yang ada. Hal ini dikarenakan sistem
ekonomi tapak lapan dapat menstabilkan perekonomian masyarakat Melayu yang
ada dan juga untuk mensejahterakan masyarakatnya. Sistem tapak lapan ini dapat
melestarikan unsur kepercayaan dan kebudayaan masyarakat yang ada
didalamnya dan juga dapat mengajarkan tentang hubungan manusia dengan alam.
Sehingga masyarakat melayu pada saat ini dapat melakukan pelestarian alam. Kita
juga dapat mencontoh etos kerja yang ada pada masyarakat melayu, karena
mereka menjunjung tinggi nilai agama, norma dan adat istiadat.

22
Daftar Pustaka

Effendi, Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu (Butir-butir Budaya Melayu Riau).

Yogyakarta: Adicita.

Rahman, Elmustian. Marni, Tien. Zulkarnain. 2003. Alam Melayu: Sejumlah

Gagasan Menjemput Keagungan. Pekanbaru: Unai Press.

Jamil, Taufik Ikram. Karim, Syaukani Al. Rahman, Elmustian. 2012. Ikhtisar

Budaya Melayu Riau. Riau: Yayasan Pustaka Riau.

Dahlan, Ahmad. 2014. Sejarah Melayu. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Mubyarto, dkk. 1993. Riau Menatap Masa Depan. Yogyakarta: Aditya Media.

Koentjaraningrat, dkk. 2007. Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam

Perubahan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Universitas Riau. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru:

Universitas Riau.

Binsar, Khalis. Mashuri. 2017. Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas

23
XI. Pekanbaru: PT Inti Prima Aksara.

Effendi, Tenas. 2003. Budaya Melayu yang Mengandung Nilai Ethos Kerja.

Pekanbaru: Unri Press.

http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/Innovatio/article/download/544/508

https://media.neliti.com/media/publications/40330-ID-revitalisasi-kearifan-lokal-

melayu-dalam-menjaga-harmonisasi-lingkungan-hidup.pdf

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Etos

24
25

Anda mungkin juga menyukai