MELAYU RIAU
DOSEN PENGAMPU :
RIA RIZKIA ALVI, M.Pd
KELAS A
I
KATA PENGANTAR
Penulis
II
DAFTAR ISI
COVER
EKONOMI DAN MATA PENCAHARIAN MELAYU RIAU............I
KATA PENGANTAR..........................................................................II
DAFTAR ISI.......................................................................................III
BAB I....................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................1
A.Latar Belakang...............................................................................1
Rumusan Masalah..............................................................................2
BAB II...................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................4
1.Sistem Ekonomi Orang Melayu......................................................4
2.Sejarah Ekonomi Orang Melayu.....................................................5
a.Perkembangan Ekonomi pada Masa Kerajaan.............................5
b.Perkembangan Ekonomi Setelah Kedatangan Bangsa Barat.......6
c.Perkembangan ekonomi barter menjadi ekonomi pasar..............6
d.Perkembangan ekonomi pada masa orde baru sampai sekarang. 7
3.Konsep Tapak Lapan......................................................................7
4.Beberapa macam alat untuk mata pencaharian...............................8
5.Hubungan Tapak Lapan dan Kelestarian Lingkungan..................13
6.Hubungan Tapak Lapan dengan Etos Kerja.................................14
7.Istilah etnosains.............................................................................16
8.konsep peresuk..............................................................................17
BAB III................................................................................................19
PENUTUP...........................................................................................19
A.Simpulan......................................................................................19
III
B.Saran.............................................................................................19
Daftar Pustaka.....................................................................................20
IV
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kata Melayu berasal dari kata “mala” yang artinya mula dan “layu” yang
artinya negeri. Jadi, Melayu dapat diartikan sebagai negeri asal mula atau negeri
asal usul. Dalam konteks prilaku, frasa Melayu diartikan pula “layu” yang
bermakna rendah atau merendah. Tapi bukan rendah diri, orang Melayu itu rendah
hati, menghormati pemimpin dan orang yang lebih tua dari dirinya. Masyarakat
Melayu memiliki adat dan tradisi yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
pengaruh lingkungan alam.
Keberadaan orang melayu diyakini telah ada sejak 3000 tahun sebelum
masehi di wilayah Nusantara, yang dikenal sebagai proto-melayu. Namun pada
saat ini keberadaan orang Melayu lebih dominan berada di wilayah Sumatera.
1
keadaan setempat. Kegiatan kehidupan masyarakat sehari-hari tidak lepas dari
kegiatan mata pencaharian masyarakatnya. Sumber pendapatan orang Melayu
Riau berasal dari pekerjaan tapak lapan, yaitu: beladang (pertanian), beternak
(peternakan), menangkap ikan (perikanan), beniro (menetek enau atau kelapa),
industry pengolahan hasil hutan (agroindustri), berkebun (perkebunan), bertukang,
berniaga (perdagangan). Tapak lapan merupakan penggabungan dua atau lebih
jenis pekerjaan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Orang Melayu juga masih kental terhadap kebudayaan dan tradisi turun
temurun yang masih melekat didalam kegiatan sehari-harinya. Setiap kegiatan
masyarakat Melayu didasarkan kepada adat istiadat, termasuk dalam melakukan
pekerjaan. Masyarakat Melayu memiliki unsur kepercayaan dan kebudayaan
terhadap alam sekitar, masyarakat Melayu juga mempunyai pantang larang yang
harus ditaati oleh semua masyarakat Melayu. Apabila pantang larang tersebut
dilanggar, maka masyarakat Melayu percaya bahwa mereka akan mendapatkan
kutukan atau pun musibah.
2
melakukan pekerjaannya, masyarakat Melayu memiliki etos kerja yang sangat
baik. Etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Masyarakat Melayu cenderung
memiliki etos kerja yang berhubungan dengan agama, norma dan adat istiadat
yang ada dalam menjalankan pekerjaannya.
Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1.Sistem Ekonomi Orang Melayu
Sistem ekonomi dapat kita artikan juga sebagai sistem mata pencaharian.
Sistem adalah cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu, sedangkan mata
pencaharian merupakan pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan untuk biaya
sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem perekonomian orang
melayu adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang Melayu sebagai
kegiatan sehari-hari guna usaha untuk pemenuhan kehidupan dan menjadi pokok
penghidupan bagi orang Melayu.
Tujuan dari sistem ekonomi orang melayu “Tapak Lapan” ini adalah
untuk meragamkan sumber pendapatan orang Melayu dan juga stategi untuk
menghadapi kegagalan atau krisis akibat dari hanya satu pekerjaan sebagai
sumber pendapatan.
5
Sistem ekonomi orang Melayu didasarkan kepada unsur-unsur
kebudayaan. Dimana didalam melakukan semua pekerjaan sistem ekonomi ini,
masyarakat Melayu selalu melakukan semua kegiatannya sesuai dengan
kepercayaan, ritual dan upacara-upacara adat tertentu.
6
Keberadaan Selat Malaka dilintas jalur perdagangan telah menjadi ajang
pertemuan bagi para pedagang yang berasal dari Cina, India, Arab dengan
penduduk Melayu. Wilayah Riau yang letaknya strategis secara otomatis
mendapat peluang pemasok barang dalam kancah perdagangan tersebut. Hal ini
membuat ekonomi orang Melayu menjadi semakin meningkat.
7
ini membuat perekonomian orang Melayu selalu mempunyai kedudukan yang
lemah. Pada masa ini perekonomian orang Melayu lebih mengutamakan pada
sektor pertanian.
Sistem perekonomian orang Melayu yang masih memakai sistem barter membuat
munculnya sistem perekonomian Kapitalis, dimana orang Melayu berada dibawah
kepemimpinan bangsa Belanda. Dalam sistem ekonomi kapitalis ini, Belanda
telah mempunyai aturan perdagangan yang sesuai dengan kepentingannya.
Pemberlakuan sistem ini merupakan bentuk eksploitasi terhadap sumber
pendapatan orang Melayu. Hal ini menyebabkan perekonomian orang Melayu
tradisional yang bendasar pada sistem barter mulai mengenal monetisasi. Hal ini
menyebabkan perekonomian rakyat Melayu mengalami goncangan.
Pada saat ini ekonomi orang melayu bersumber pada sektor pertanian. Namun
pada saat ini terjadinya kemerosotan ekonomi nasional yang menyebabkan harga
jual dari hasil pertanian orang Melayu menjadi rendah. Hal ini menyebabkan
ekonomi orang Melayu mengalami penurunan pada saat ini. Namun orang Melayu
dapat mengatasi hal tersebut, yaitu dengan melakukan tradisi Tapak Lapan.
Dimana orang Melayu melakukan beberapa jenis pekerjaan yang dapat memenuhi
kebutuhannya. Sehingga menyebabkan perekonomian orang Melayu yang
melakukan tradisi Tapak Lapan pada saat ini menjadi stabil.
8
3.Konsep Tapak Lapan
9
4.Beberapa macam alat untuk mata pencaharian
1.BUBU
Merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menangkap ikan yang terbuat
dari anyaman bambu yang dimasukkan ke dalam parit untuk menangkap ikan.
2.Busur panah sakai
Merupakan kapak yang digunakan untuk memotong yang terbuat dari besi dan di
ikat erat dengan gagang kayu.
4.Jambak puyuh
10
Adalah alat yang digunakan untuk menangkap burung puyuh atau sebagainya
yang terbuat dari bambu dianyam
5.Tekalak
Adalah alat yang terbuat dari anyaman bambu dan digunakan untuk menangkap
ikan.
6.Jala sekok
11
Merupakan alat yang digunakan untuk menangkap ikan disungai maupun dilaut
Yang terbuat dari tali yang relatif tipis dan mengikat.
7.Tajak
Merupakan alat yang digunakan untuk memotong rumput yang terbuat dari bambu
bisa juga dari besi.
8.Luci
Luci terbuat dari bahan,yaitu buluh bambu,rotan,buah pohon
renggas/terap/gelugur.bentuk luci berupa segi empat lonjong dengan panjang 40
cm dan berdiameter 34cm.luci digantung pada sebatang bambu lalu diletakkan
dipinggir sawah.
9.Dacing
12
Alat yang digunakan untuk mengukur atau menimbang suatu barang.alat yang
terbuat dari perunggu ini digunakan oleh para pedagang untuk menimbang berat
suatu barang.
13
Tradisi tapak lapan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu merupakan
salah satu cara dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menjaga kelestarian
tumbuh-tumbuhan. Orang Melayu biasanya mengambil hasil alam untuk
kebutuhan dalam pekerjaan ataupun kelangsungan hidupnya, namun mereka juga
menanam kembali apa yang telah mereka ambil sehingga kelestarian alam tetap
terjaga.
Namun pada saat ini, sistem tapak lapan semakin menghilang. Hal ini
terutama disebabkan setelah lingkungan hidup berupa tanah ulayat mereka
diintervensi dengan kekuasaan yang curang dan pemilik modal yang serakah,
mereka terdesak dan saat ini pun kebanyakan dari masyarakat Melayu bersandar
dari satu jenis pekerjaan saja. Akibatnya mereka sangat rentan terhadap resiko.
Padahal dulu mereka adalah pedagang, petani dan tukang yang merdeka, yang
hanya sekedar menanti peninggalan sumber daya manusia untuk meningkatkan
taraf hidupnya.
14
5.Hubungan Tapak Lapan dan Kelestarian Lingkungan
Orang Melayu tidak menjadikan alam tempat mencari nafkah saja, tetapi
juga berkaitan dengan kebudayaan dan kepercayaan mereka. Hal ini dapat dilihat
dalam kehidupan sehari-hari mereka, dimana orang Melayu secara turun-temurun
hidup dari hasil laut, hasil hutan dan mengolah tanah. Menyadari eratnya kaitan
antara kehidupan manusia dengan alam, menyebabkan orang Melayu berupaya
memelihara serta menjaga kelestarian dan keseimbangan alam lingkungannya.
15
masyarakat Melayu dapat melakukan pekerjaan tapak lapan. Orang Melayu
memiliki hubungan yang sangat erat dengan lingkungan, interaksi ini
menumbuhkan nilai-nilai kearifan dalam pemanfaatan dan pengelolaan
lingkungan. Lingkungan sebagai satu kesatuan lingkungan budaya yang menjadi
tumpuan hidup masyarakat Melayu sehingga tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Melayu. Orang Melayu menganggap hubungan dengan
lingkungan dengan hal-hal gaib, sehingga lingkungan harus dijaga dan tidak
dimanfaatkan sembarangan. Maka dari itulah masyarakat Melayu tidak berani
untuk merusak lingkungan karena apabila melanggar maka akan menimbulkan
bencana atau kutukan.
Maka dari itulah pekerjaan Tapak Lapan yang dilakukan oleh orang
Melayu, semuanya diatur didalam adat istiadat. Hal ini dilakukan agar orang
Melayu sadar akan betapa pentingnya alam terhadap kehidupan ekonomi orang
Melayu dan juga membuat orang Melayu menghormati kegiatan budaya yang ada
dan melakukan pelestarian lingkungan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 237), etos kerja adalah
pandangan hidup yang khas suatu golongan sosial yang didasarkan kepada sifat,
nilai adat istiadat yang memberi watak dalam masyarakat.
16
Secara etimologi dan maknawi, kata “etos” berasal dari bahasa Yunani
yaitu “ethos” yang berarti sikap, kepibadian, watak, karakter, serta keyakian akan
sesuatu. Kemudian kata “etos” disatukan dengan kata “kerja”, sehingga
terbentuknya “etos kerja”. Jadi, dapat disimpulkan bahawa etos kerja merupakan
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu
kelompok masyarakat.
17
Berbagai pandangan kerja yang ada, mendorong masyarakat Melayu untuk
meningkatkan kemampuan kerjanya, meningkatkan ilmu pengetahuan dan tenaga,
agar mereka benar-benar dapat hidup melaksanakan kewajibannya dengan baik,
benar dan sempurna. Dengan demikianlah mereka dapat mengangkat harkat dan
martabat diri, keluarga, dan bangsanya, dan apabila mereka meninggal dunia anak
cucunya hidup bahagia dan diakhirat dirinya tidak menderita.
7.Istilah Etnosains
Jika diperhatikan kategori mata pencarian dalam istilah lima kaki, hanya akan kita
temukan 4 mata pencarian asal, dan satu mata pencarian tambahan yang disebut
berdagang' atau niaga Empat ditambah satu mata pencarian itu bisa dikembangkan
lagi ke arah mata pencarian pilihan lain tanpa batasan jenis kerja. Untuk
menetapkan mengacu pada konsep mata angin. Makna 'tapak dalam hal ini adalah
tumpuan dan pusat tumpuan mata pencarian itu harus kuat dan tetap, letaknya di
poros
Istilah tapak lapan itu terletak di satu titik atau poros, berupa mata pencarian
pilihan utama, sedangkan mata pencarian-mata pencarian lainnya hanyalah
18
tambahan yang bisa dilakukan kapan saja dia mau. Pilihan satu titik mata
pencarian itu boleh jadi tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya, ada
yang tapak lapannya berdagang. bertani, menakik, guru, pegawai dll, hanya saja
mereka sepakat mengatakan bahwa 'tapak lapan orang Melayu zaman dahulu
adalah berladang padi.
Terakhir, ada dua pendapat yang hendak ditampilkan yakni pertama atas
pandangan Bapak Prof. Mukhtar Ahmad yang mengatakan bahwa konsep tapak
lapan berasal dari permainan catur. Jika kita tilikkembali istilah catur' menurut
bahasa Sanskerta, maka artinya adalah bilangan 4 (empat). Akan segera kembali
ke konsep catur carana atau catur wacana yang sudah saya terangkan di atas.
8.Konsep peresuk
19
Peresuk adalah pentahapan jenis pekerjaan orang Melayu dalam sehari-hari.
Orang Melayu biasa melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan produktif untuk
memenuhi keperluan dan hajat hidup. Kuantitas kerja tersebut berbilang pada
tingkat kesulitan dan lama pengerjaan dalam rentang waktu satu hari penuh. Ada
pekerjaan berat yang bisa selesai dalam waktu singkat, ada pula jenis kerja yang
sangat ringan namun dilakukan dalam rentang waktu panjang, seperti menganyam
misalnya. Masyarakat Melayu melazimkan sekurang-kurangnya 5 tahapan atau
peresk sehari-semalam, tentunya diselingi dengan istirahat, ibadah, dan aktifitas
non kerja lainnya.
a) Peresuk pertama
Menarik getah atau memotong karet; dilakukan selepas sholat subuh, saat
pagi langau terbang sampai matahari naik sepenggalah.
b) Peresuk kedua
Selepas menakik, dilanjutkan dengan pekerjaan semisak memetik buah
kopi, ke kebun, menjenguk air nira, dll ; yang berlangsung hingga
menjelang sholat zuhur.
c) Peresuk ketiga
Sesudah zuhur dan makan siang, ada yang melakukan pekerjaan lain
semisal mengambil daun rumbia, hingga masuk waktu sholat Ashar.
d) Peresuk keempat
Setelah Ashar, dilanjutkan dengan mengolah daun rumbia untuk dijadikan
atap, atau menumbuk kopi yang sudah dijemur.
e) Peresuk kelima
Di malam hari ada yang menganyam tikar pandan atau membuat barang
kerajinan lainnya.
Lima peresuk diatas hanya salah satu bentuk variasi pekerjaan saja.
Penempatan bidang pekerjaan pada peresuk (tahapan) diatas sebenarnya sangat
dinamis. Ada juga variasi lainnya, tergantung suasana hari. Misalnya, memetik
buah kopi, mengambil daun rumbia, mengolah hasil agro industri dapat
disesuaikan ddengan tingkat kepentingan. Namun, untuk beberapa pekerjaan
dilakukan pada jam tertentu. Menakik getah misalnya, selalu dilakukan selepas
sholat Subuh karena getah akan mengucur lebih banyak pada pagi harinya, atau
pada petang hari karena berharap getah mengucur lebih lama pada malamnya.
Tapi jarang sekali dilakukan pada siang hari karena getahnya cenderung seikit dan
mengental.
Konsep peresuk diatas menggambarkan aktivitas harian orang Melayu
nampak lebih aktif dan rajin bekerja dengan durasi pekerjaan 13 hingga 17 jam
Itu dapat kita lihat perbandingannya dengan orang kota atau masyarakat modern
yang rata-rata bekerja 8 jam perhari untuk satu mata pencaharian, misalnya masuk
kantor dan kemudian pulang untuk beristirahat.
20
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
21
melakukan sistem ekonomi tapak lapan, dimana terdapat delapan pekerjaan yang
biasanya dilakukan.
Masyarakat melayu juga harus memiliki etos kerja yang tinggi dalam
melakukan pekerjaan tapak lapan. Masyarakat melayu harus memiliki keyakinan
dan semangat dalam melakukan pekerjaan tapak lapan dengan baik karena akan
mengukur tingkat kemulian orang Melayu berdasarkan pekerjaan yang
dilakukannya.
B.Saran
22
Daftar Pustaka
Effendi, Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu (Butir-butir Budaya Melayu Riau).
Yogyakarta: Adicita.
Jamil, Taufik Ikram. Karim, Syaukani Al. Rahman, Elmustian. 2012. Ikhtisar
Mubyarto, dkk. 1993. Riau Menatap Masa Depan. Yogyakarta: Aditya Media.
Universitas Riau.
Binsar, Khalis. Mashuri. 2017. Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas
23
XI. Pekanbaru: PT Inti Prima Aksara.
Effendi, Tenas. 2003. Budaya Melayu yang Mengandung Nilai Ethos Kerja.
http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/Innovatio/article/download/544/508
https://media.neliti.com/media/publications/40330-ID-revitalisasi-kearifan-lokal-
melayu-dalam-menjaga-harmonisasi-lingkungan-hidup.pdf
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Etos
24
25