Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
2021
SISTEM BILANGAN DAN KOMPUTASI
ABSTRAK
Sistem numerasi yang pertama kali digunakan adalah sistem ijir (tallies)
namun seiring berjalannya waktu sistem numerasi berlaku di belahan dunia. Oleh
karena banyaknya suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya sistem numerasi
yang berbeda. Tetapi suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam
lambang, tetapi suatu lambang menunjuk hanya pada satu bilangan. Sistem
numerasi China-Jepang adalah sistem penamaan bilangan yang digunakan dalam
bahasa Jepang, sedangkan Sistem numerasi yang digunakan bangsa Yunani ada
dua macam, yaitu bilangan attic dan bilangan ionik.
Kata kunci : Numerasi, Yunani, China-Jepang
ABSTRACT
The numeration system that was first used was the ijir system (tallies) but over time
the numeration system was applied in other parts of the world. Due to the large
number of ethnic groups in the world, there are many different numeration systems.
But a number can be expressed by various symbols, but a symbol refers to only one
number. The Chinese-Japanese numeration system is a number naming system used
in Japanese, while the Yunani numeration system used is of two kinds, namely attic
numbers and ionic numbers.
Keywords : Numeration, Yunani, Chinese-Japanese
PENDAHULUAN
Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan
matematika sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan
merupakan kebutuhan dasar dari setiap lapisan masyarakat, dalam pergaulan hidup
sehari-hari. Mereka membutuhkan matematika untuk perhitungan sederhana.
Untuk keperluan tersebut diperlukan bilangan-bilangan. Keperluan bilangan mula-
mula sederhana tetapi makin lama makin meningkat, sehingga manusia perlu
mengembangkan sistem numerasi. Sistem numerasi sendiri ialah sistem memberi
nama bilangan. Sistem ini mempunyai simbol-simbol pokok atau simbol dasar.
Simbol-simbol dasar ini dengan aturan penggabungan lambang bilangan dipakai
untuk menulis lambang bilangan yang merupakan nama dari bilangan itu. Jadi
dalam sistem numerisasi ini ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, simbol-
simbol pokok yang dipakai dan kedua aturan yang menyatukan simbol-simbol
pokok itu untuk menulis semua bilangan.
Sedangkan bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan
untuk pencacahan dan pengukuran. Konsep bilangan pada awalnya hanyalah untuk
kepentingan mereka menghitung dan mengingat jumlah. Lambat laun, setelah para
ahli matematika menambah perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk
mendefinisikan bilangan.
Bahasa matematika menjadi sesuatu yang penting dalam setiap perubahan
kehidupan. Tak heran lagi, bilangan senantiasa hadir dan dibutuhkan dalam sains,
teknologi, dan ekonomi bahkan dalam dunia musik, dll. Dahulu di Yunani, ketika
orang primitif hidup di gua-gua dengan mengendalikan makanannya dari tanaman
dan pepohonan di sekitar gua atau berburu untuk sekali makan, kehadiran bilangan,
hitung menghitung, atau matematika tidaklah terlalu dibutuhkan. Tetapi, tatkala
mereka mulai hidup untuk persediaan makanan, mereka harus menghitung berapa
banyak ternak miliknya dan milik tetangganya atau berapa banyak persediaan
makanan saat ini. Dengan demikian, mulailah mereka membutuhkan dan
menggunakan hitung menghitung.
Pada awalnya cukuplah menggunakan konsep lebih sedikit dan lebih banyak
untuk melakukan perhitungan. Misalnya, untuk membandingkan dua kelompok
kupu-kupu yang berbeda banyaknya. Mereka hanya bisa membandingkan banyak
sedikitnya kedua kelompok kupu-kupu itu. Akan tetapi, kepastian jumlah tentang
milik seseorang atau milik orang lain mulai dibutuhkan, sehingga mulai mengenal
dan belajar perhitungan sederhana. Mula-mula, manusia menggunakan kerikil,
menggunakan simpul pada tali, menggunakan jari jemarinya, atau memakai ranting
untuk menyatakan banyak hewan dan kawanannya atau anggota keluarga yang
tinggal bersamanya. Inilah dasar pemahaman tentang konsep bilangan. Ketika
seseorang berfikir tentang bilangan dua, maka dalam benaknya telah tertanam
pengertian terdapat benda sebanyak dua buah. Misalnya ada dua katak dan dua
kepiting, dan selanjutnya kata ”dua” dilambangkan dengan ”2”. Karena
menyatakan bilangan dengan menggunakan kerikil, ranting, atau jari dirasakan
tidak cukup praktis, maka orang mulai berpikir untuk menggambarkan bilangan itu
dalam suatu lambang.Lambang (simbol) untuk menulis sebuah bilangan disebut
angka.
1. Sistem Numerasi Yunani Kuno
Bangsa Yunani telah mengenal tulisan dan sistem bilangan. Mereka
mengadopsi metode bangsa Mesir dalam penulisan bilangan-bilangan, karena
metode bangsa Mesir sangat kompleks dalam perhitungan. Hasil adopsi metode
penulisan bilangan bangsa Mesir kemudian diubah oleh bangsa Yunani dengan
menggunakan huruf-huruf abjad. Huruf-huruf yang digunakan adalah huruf
pertama dari nama masing-masing bilangan. Sehingga bangsa Yunani mempunyai
dua sistem bilangan, yaitu sistem attic dan sistem alphabetic. Sistem attic muncul
sekitar tahun 600 SM. Sistem attic juga sering dikenal dengan sistem acrophonic.
Acrophonic maksudnya bahwa simbol bilangan tersebut berasal dari huruf pertama
nama bilangan tersebut. Sistem attic mempunyai enam simbol bilangan untuk
angka 1, 5, 10, 100, 1000 dan 10000. Berikut ini simbol yang digunakan dalam
penulisan bilangan sistem attic atau sistem acrophonic.
Gambar 1.1
(Yunani n.d.)
Untuk bilangan satu disimbolkan dengan tongkat “I” yang bukan merupakan
huruf awal nama bilangan. Selanjutnya, bilangan yang lain ditulis sebagai
kombinasi dengan simbol-simbol yang lain. Berikut ini simbol yang digunakan
untuk menulis angka 1 sampai 10 dalam sistem acrophonic.
Gambar 1.2
(Yunani n.d.)
Selanjutnya, bangsa Yunani mengembangkan bilangan 50, 500, 5000, dan
50000 yang diperoleh dari penggabungan simbol 5 dengan simbol-simbol untuk
puluhan, ratusan, ribuan dan puluhan ribu. Berikut ini hasil penggabungan simbol-
simbol tersebut.
Gambar 1.3
(Yunani n.d.)
Pada tahun 500 SM, sistem bilangan attic diganti dengan sistem alphabetic.
Terdapat 27 huruf dalam sistem alphabet Yunani klasik, akan tetapi terdapat 3 huruf
yang hilang dari penulisan. Berikut ini huruf alphabetic Yunani beserta huruf
kapital dan huruf kecil.
1 Alpha Α α 15 Ksi Ξ ξ
2 Beta Β β 16 Omicron Ο ο
3 Gamma Γ γ 17 Pi Π π
4 Delta Δ δ 18 Koppa - -
5 Epsilon Ε ε 19 Rho Ρ ρ
6 Digamma - - 20 Sigma ∑ σ
7 Zeta Ζ ζ 21 Tau T τ
8 Eta Η η 22 Upsilon Y υ
9 Theta Θ θ 23 Phi Φ υ
10 Iota I ι 24 Chi X χ
11 Kappa K κ 25 Psi Ψ ψ
12 Lambda Λ λ 26 Omega Ω ω
13 Mu M μ 27 Sampi - -
14 Nu N ν
(Yunani n.d.)
Berdasarkan huruf-huruf alphabetic diatas, bangsa Yunani menurunkan
menjadi sistem bilangan baru yaitu sistem alphabetic. Meskipun simbol huruf untuk
digamma, koppa, dan sampi pada tabel diatas tidak ada, berikut ini akan
ditunjukkan simbol baru dalam sistem bilangan alphabetic.
(Yunani n.d.)
Simbol bilangan puluhan dalam sistem alphabetic
Gambar 1.5
abjad 10-90
(Yunani n.d.)
Simbol bilangan ratusan dalam sistem alphabetic
Gambar 1.6
abjad 100-900
(Yunani n.d.)
(Yunani n.d.)
Atau
(Yunani n.d.)
Gambar 1.9
penulisan lambang bilangan pecahan
(Yunani n.d.)
Gambar 2.0
Operasi bilangan atau berhitung Yunani Kuno
(Yunani n.d.)
Tidak dapat diketahui dengan pasti berapa usia rod numeral, akan tetapi sistem
bilangan ini sudah digunakan beberapa ratus tahun yang lalu jauh sebelum notasi
posisional diadopsi oleh oleh India. Bahan yang digunakan dalam rod numeral
berasal dari batang bambu, batang gading atau besi yang digunakan sebagai
perangkat menghitung. Sistem bilangan ini belum memiliki simbol nol, apabila
mereka menggunakan batang, maka mereka akan memberikan ruang kosong yang
menunjukkan simbol nol. Selain rod numeral, bangsa Cina mengenal sistem
bilangan dengan menggunakan lambang Cina.
Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda
dalam pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa, sistem
angka Arab mulai digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang, angka dibagi
menjadi kelompok 4 digit. Jadi bilangan seperti 10.000.000 (sepuluh juta)
sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu puluh-ribu). Hanya saja, karena
pengaruh dunia barat angka selalu ditulis dengan pengelompokan 3 digit gaya
barat.(Warna) & Gusfitri, 2018)
Gambar 2.2
rod numeral jepang
一 二 三 四 五 六 七 八 九 十
〤 〇 〢 二拾 元
拾〤
元 〇
mewakili "4.022". Bari kedua berisi karakter Cina yang mewakili orde besaran
dan satuan pengukuran angka pertama di dalam penyajian numerik. Di dalam
kasus ini "拾元" yang mewakili "sepuluh yuan". Ketika diletakkan bersama-
Sempoa
d) Mulailah menghitung.
(Fitriani, 2015)
Gambar 2.8
Sempoa
Anonim.(2013)._______.https://www.slideshare.net/tejowati/sejarah-matematika-
lambang-bilangan-yunani-kuno-dan-romawi?from_action=save.