Anda di halaman 1dari 21

SISTEM BILANGAN DAN KOMPUTASI

(YUNANI, CHINA, JEPANG)

Di Susun Oleh :

Intan Permatasari Mahis (105361106719)


Wardatul Jannah (105361106019)
Magfirah Febrianti (105361105019)
Latifah Inayah Malik (105361105619)
Farida (105361106319)
Muh. Fadhil Sadhillah (105361105719)

Dosen Pengampu :

Dr. SITTI FITHRIANI SALEH, M.Pd

DISAJIKAN DALAM MATA KULIAH SEJARAH PERKEMBANGAN


MATEMATIKA

KELAS MATEMATIKA 2019 C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR


SISTEM BILANGAN DAN KOMPUTASI
(YUNANI, CHINA, JEPANG)

ABSTRAK
Sistem numerasi yang pertama kali digunakan adalah sistem ijir (tallies)
namun seiring berjalannya waktu sistem numerasi berlaku dibelahan dunia. Oleh
karena banyaknya suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya sistem
numerasi yang berbeda. Tetapi suatu bilangan dapat dinyatakan dengan
bermacam-macam lambang, tetapi suatu lambang menunjuk hanya pada satu
bilangan. Sistem numerasi China-Jepang adalah sistem penamaan bilangan yang
digunakan dalam bahasa Jepang, sedangkan Sistem numerasi yang digunakan
bangsa Yunani ada dua macam, yaitu bilangan  attic dan bilangan  ionik.
Kata kunci : Numerasi, Yunani, China-Jepang
ABSTRACT
The numeration system that was first used was the ijir system (tallies) but over
time the numeration system was applied in other parts of the world. Due to the
large number of ethnic groups in the world, there are many different numeration
systems. But a number can be expressed by various symbols, but a symbol refers
to only one number. The Chinese-Japanese numeration system is a number
naming system used in Japanese, while the Yunani numeration system used is of
two kinds, namely attic numbers and ionic numbers.
Keywords : Numeration, Yunani, Chinese-Japanese
PENDAHULUAN
Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan
matematika sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan
merupakan kebutuhan dasar dari setiap lapisan masyarakat, dalam pergaulan
hidup sehari-hari. Mereka membutuhkan matematika untuk perhitungan
sederhana. Untuk keperluan tersebut diperlukan bilangan-bilangan. Keperluan
bilangan mula-mula sederhana tetapi makin lama makin meningkat, sehingga
manusia perlu mengembangkan sistem numerasi. Sistem numerisasi sendiri ialah
sistem memberi nama bilangan. Sistem ini mempunyai simbol-simbol pokok atau
simbol dasar. Simbol-simbol dasar ini dengan aturan penggabungan lambang
bilangan dipakai untuk menulis lambang bilangan yang merupakan nama dari
bilangan itu. Jadi dalam sistem numerisasi ini ada dua hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, simbol-simbol pokok yang dipakai dan kedua aturan yang menyatukan
simbol-simbol pokok itu untuk menulis semua bilangan.
Sedangkan bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan
untuk pencacahan dan pengukuran. Konsep bilangan pada awalnya hanyalah
untuk kepentingan mereka menghitung dan mengingat jumlah. Lambat laun,
setelah para ahli matematika menambah perbendaharaan simbol dan kata-kata
yang tepat untuk mendefinisikan bilangan.
Bahasa matematika menjadi sesuatu yang penting dalam setiap perubahan
kehidupan. Tak heran lagi, bilangan senantiasa hadir dan dibutuhkan dalam sains,
teknologi, dan ekonomi bahkan dalam dunia musik, dll. Dahulu di Yunani, ketika
orang primitif hidup di gua-gua dengan mengandalikan makanannya dari tanaman
dan pepohonan di sekitar gua atau berburu untuk sekali makan, kehadiran
bilangan, hitung menghitung, atau matematika tidaklah terlalu dibutuhkan. Tetapi,
tatkala mereka mulai hidup untuk persediaan makanan, mereka harus menghitung
berapa banyak ternak miliknya dan milik tetangganya atau berapa banyak 
persediaan makanan saat ini. Dengan demikian, mulailah mereka membutuhkan
dan menggunakan hitung menghitung.
Pada awalnya cukuplah menggunakan konsep lebih sedikit dan lebih
banyak untuk melakukan perhitungan. Misalnya, untuk membandingkan dua
kelompok kupu-kupu yang berbeda banyaknya. Mereka hanya bisa
membandingkan banyak sedikitnya kedua kelompok kupu-kupu itu. Akan tetapi,
kepastian jumlah tentang milik seseorang atau milik orang lain mulai dibutuhkan,
sehingga mulai mengenal dan belajar perhitungan sederhana. Mula-mula, manusia
menggunakan kerikil, menggunakan simpul pada tali, menggunakan jari
jemarinya, atau memakai ranting untuk menyatakan banyak hewan dan
kawanannya atau anggota keluarga yang tinggal bersamanya. Inilah dasar
pemahaman tentang konsep bilangan. Ketika seseorang berfikir tentang bilangan
dua, maka dalam benaknya telah tertanam pengertian terdapat benda sebanyak dua
buah. Misalnya ada dua katak dan dua kepiting, dan selanjutnya kata ”dua”
dilambangkan dengan ”2”. Karena menyatakan bilangan dengan menggunakan
kerikil, ranting, atau jari dirasakan tidak cukup praktis, maka orang mulai berpikir
untuk menggambarkan bilangan itu dalam suatu lambang.Lambang (simbol)
untuk menulis sebuah bilangan disebut angka.
1. Sistem Numerasi Yunani Kuno
Bangsa Yunani telah mengenal tulisan dan sistem bilangan. Mereka
mengadopsi metode bangsa Mesir dalam penulisan bilangan-bilangan, karena
metode bangsa Mesir sangat kompleks dalam perhitungan. Hasil adopsi metode
penulisan bilangan bangsa Mesir kemudian dirubah oleh bangsa Yunani dengan
menggunakan huruf-huruf abjad. Huruf-huruf yang digunakan adalah huruf
pertama dari nama masing-masing bilangan. Sehingga bangsa Yunani mempunyai
dua sistem bilangan, yaitu sistem attic dan sistem alphabetic. Sistem attic muncul
sekitar tahun 600 SM. Sistem attic juga sering dikenal dengan sistem acrophonic.
Acrophonic maksudnya bahwa simbol bilangan tersebut berasal dari huruf
pertama nama bilangan tersebut. Sistem attic mempunyai enam simbol bilangan
untuk angka 1, 5, 10, 100, 1000 dan 10000. Berikut ini simbol yang digunakan
dalam penulisan bilangan sistem attic atau sistem acrophonic.
Gambar 1.1
Acrophonic 5, 10, 100, 1000, 10000

(Yunani n.d.)
Untuk bilangan satu disimbolkan dengan tongkat “I” yang bukan merupakan
huruf awal nama bilangan. Selanjutnya, bilangan yang lain ditulis sebagai
kombinasi dengan simbol-simbol yang lain. Berikut ini simbol yang digunakan
untuk menulis angka 1 sampai 10 dalam sistem acrophonic.

Gambar 1.2
1-10 dalam jumlah acrophonic Yunani

(Yunani n.d.)
Selanjutnya, bangsa Yunani mengembangkan bilangan 50, 500, 5000, dan
50000 yang diperoleh dari penggabungan simbol 5 dengan simbol-simbol untuk
puluhan, ratusan, ribuan dan puluhan ribu. Berikut ini hasil penggabungan simbol-
simbol tersebut.

Gambar 1.3
Menggabungkan angka acrophonic

(Yunani n.d.)
Pada tahun 500 SM, sistem bilangan attic diganti dengan sistem alphabetic.
Terdapat 27 huruf dalam sistem alphabet Yunani klasik, akan tetapi terdapat 3
huruf yang hilang dari penulisan. Berikut ini huruf alphabetic Yunani beserta
huruf kapital dan huruf kecil.

Huruf alphabetic Yunani

Huruf Huruf Huruf Huruf


No Nama No Nama
Kapital Kecil Kapital Kecila
1 Alpha Α α 15 Ksi Ξ ξ
2 Beta Β β 16 Omicron Ο ο
3 Gamma Γ γ 17 Pi Π π
4 Delta Δ δ 18 Koppa - -
5 Epsilon Ε ε 19 Rho Ρ ρ
6 Digamma - - 20 Sigma ∑ σ
7 Zeta Ζ ζ 21 Tau T τ
8 Eta Η η 22 Upsilon Y υ
9 Theta Θ θ 23 Phi Φ υ
10 Iota I ι 24 Chi X χ
11 Kappa K κ 25 Psi Ψ ψ
12 Lambda Λ λ 26 Omega Ω ω
13 Mu M μ 27 Sampi - -
14 Nu N ν

(Yunani n.d.)

Berdasarkan huruf-huruf alphabetic diatas, bangsa Yunani menurunkan


menjadi sistem bilangan baru yaitu sistem alphabetic. Meskipun simbol huruf
untuk digamma, koppa, dan sampi pada tabel diatas tidak ada, berikut ini akan
ditunjukkan simbol baru dalam sistem bilangan alphabetic.

Simbol bilangan satuan dalam sistem alphabetic


Gambar 1.4
abjad 1-9
(Yunani n.d.)
Simbol bilangan puluhan dalam sistem alphabetic
Gambar 1.5
abjad 10-90

(Yunani n.d.)
Simbol bilangan ratusan dalam sistem alphabetic
Gambar 1.6
abjad 100-900

(Yunani n.d.)

Ketika huruf-huruf tersebut digunakan untuk menyatakan bilangan, maka


huruf-huruf tersebut diberi garis diatasnya untuk membedakannya. Berdasarkan
beberapa simbol bilangan diatas, maka bilangan terbesar yang dapat dibentuk
adalah 999. Untuk menyajikan bilangan yang lebih dari 999 dilakukan modifikasi
atau penggabungan simbol dengan menambahkan subscript atau superscript pada
simbol bilangan 1 sampai 962. Berikut ini simbol bilangan 1000 sampai 9000.

Simbol bilangan ribuan dalam sistem alphabetic


Gambar 1.7
abjad 1000-9000
(Yunani n.d.)

Atau

(Yunani n.d.)

Gambar 1.9
penulisan lambang bilangan pecahan

(Yunani n.d.)
Gambar 2.0
Operasi bilangan atau berhitung Yunani Kuno

(Yunani n.d.)

2. Sistem Numerasi Jepang-Cina (±200 SM)


Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 S.M. Bangsa Cina menuliskan
angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana       
bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang
mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina disebut dengan sistem “batang”,
mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar 213 SM. Bangsa Cina menggunakan
tiga sistem penomoran, yaitu: sistem Hindu-Arab, dan dua lainnya menggunakan
penomoran bilangan setempat (disebut Daxie) yang dibedakan untuk keperluan
komersil dan financial demi menghindari pemalsuan.
Matematika Cina kuno menemukan sistem notasi posisional bilangan
desimal, yang disebut rod numeral atau bilangan batang. Ketika matematikawan
akan melakukan perhitungan, mereka menggunakan batang bambu kecil yang
disusun untuk mewakili angka satu sampai sembilan. Sistem bilangan ini
dinamakan bilangan Suzhou dalam istilah Cina. Dalam sistem rod numeral,
batang bambu kecil disusun untuk mewakili angka dari 1 sampai 96
Gambar 2.1
rod numeral

(Scrib.com. (n.d.). sistem numirasi bilangan cina-jepang)

Tidak dapat diketahui dengan pasti berapa usia rod numeral, akan tetapi
sistem bilangan ini sudah digunakan beberapa ratus tahun yang lalu jauh sebelum
notasi posisional diadopsi oleh oleh India. Bahan yang digunakan dalam rod
numeral berasal dari batang bambu, batang gading atau besi yang digunakan
sebagai perangkat menghitung. Sistem bilangan ini belum memiliki simbol nol,
apabila mereka menggunakan batang, maka mereka akan memberikan ruang
kosong yang menunjukkan simbol nol. Selain rod numeral, bangsa Cina mengenal
system bilangan dengan menggunakan lambang Cina.
Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda
dalam pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa, sistem
angka Arab mulai digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang, angka dibagi
menjadi kelompok 4 digit. Jadi bilangan seperti 10.000.000 (sepuluh juta)
sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu puluh-ribu). Hanya saja, karena
pengaruh dunia barat angka selalu ditulis dengan pengelompokan 3 digit gaya
barat.(Warna) & Gusfitri, 2018)
Gambar 2.2
rod numeral jepang
一 二 三 四 五 六 七 八 九 十
Ichi Ni San Yon Go Roku Nana Hachi Kyu Ju
Satu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh Delapan Sembilan Sepuluh
(Scrib.com. (n.d.). sistem numirasi bilangan cina-jepang)

Kalau menyebutkan angka belasan misalkan 11=10+1 maka cara bacanya


jyuu ichi begitupula seterusnya. Perlu diperhatikan angka 12 dan 20 agak mirip
penyebutannya angka 12=10+2 jyuu ni kalau angka 20 itu ni jyuu. Selanjutnya
misalkan angka 9.999 cara menyebutkannya dengan menambah dua kosakata baru
yaitu 100=hyaku, atau 1.000=sen. Untuk menyebutkan angka 20 – 9.999 kita
sebutkan dalam bahasa Indonesia kemudian ke bahasa jepang misal angka 23 (dua
puluh tiga) dibaca Ni Jyuu San, misal angka 98 (sembilan puluh delapan) dibaca
Kyuu Jyuu Hachi. Begitu pula angka ratusan dan ribuan sampai 9,999 cara
penyebutannya sama. Misalkan lagi, 321 (tiga ratus dua puluh satu) dibaca San
Hyaku Ni Jyuu Ichi. Misalkan lagi angka 650 (enam ratus lima puluh) dibaca
Roku Hyaku Go Jyuu. Misalkan angka 847 (delapan ratus empat puluh tujuh)
dibaca Hachi Hyaku Yon Jyuu Nana. Selanjutnya penyebutan dalam angka ribuan
misalkan angka 5.000 (lima ribu) dibaca go sen

Cara menuliskan angka dalam bahasa jepang sebenarnya sama dengan


dalam bahasa indonesia yaitu dipisahkan dengan koma per tiga angka dari
belakang 3 angka pertama itu disebut dengan RIBU, 3 angka kedua disebut
dengan JUTA, 3 angka berikutnya disebut dengan MILYAR, dan 3 angka
berikutnya disebut dengan trilyun. Tapi biarpun cara penulisannya pertiga angka
dibelakang koma cara penyebutannya adalah 4 angka dari belakang. 4 angka
pertama disebut MAN, 4 angka berikutnya disebut OKU, dan 4 angka berikutnya
disebut OCHO. Contoh

10,000 pisahkahan dengan sekat

1/0.000=¿ sekat ini namanya man


Maka 10,000 dibaca Ichi man

Karena dibelakang sekatnya 0 semua maka tidak perlu disebut kecuali ada
nilainya

Contoh

107,005,000 pisahkan dengan sekat 4 angka dari belakang

1/¿ 07,00/5,000 sekat pertama dinamakan man & sekat kedua disebut oku

Dibaca Ichi Oku Nana Hyakuu man go sen

Contoh

1 trilyun=1,000,000,000,000

1 ,/¿/000,0/¿ 00,00 /0,000 dibaca ichi chou

Sistem Numerasi sejak zaman kuno di Cina, yaitu:


a. Sistem Numerasi Scientific Cina atau Rod Numerals.
Sistem Numerasi Rod Numeral ini mempunyai sifat nilai posisi, tetapi
tidakmenggunakan basis desimal, melainkan Basis Centisimal (basis seratus).
Lambang bilangannya yaitu:
Gambar 2.3
Lambang rod numeral
(Scrib.com. (n.d.). sistem numirasi bilangan cina-jepang)
b. Sistem Additif Multiplikatif.
Sistem angka Cina-Jepang bersifat multipikatif, yaitu suatu sistem dengan
basis b (b=10) dan memilih lambang 1, 2, 3, ……., b-1 serta lambang lain
untuk b, b2, b3,…., serta tidak mempunyai lambang untuk nol, mempunyai
nilai tempat serta dituliskan secara tegak.
Lambang dasar dari sistem numerasi ini adalah: (Space), 2012)
〤 〇 〢 二拾 元
Bila ditulis tegak (atas ke bawah, kanan ke kiri):
拾〤
元 〇

Baris pertama berisi nilai-nilai numerik, di dalam contoh ini, " 〤 〇 〢 二 "
mewakili "4.022". Bari kedua berisi karakter Cina yang mewakili orde besaran
dan satuan pengukuran angka pertama di dalam penyajian numerik. Di dalam
kasus ini "拾元" yang mewakili "sepuluh yuan". Ketika diletakkan bersama-
sama, maka dibacanya "40,22 yuan".

Karakter yang mungkin untuk menunjukkan orde besaran di antaranya:


 qiān (千) untuk ribuan
 bái (百) untuk ratusan

 shí (拾) untuk puluhan

 kosong untuk satuan


Karakter yang mungkin lainnya untuk menunjukkan satuan pengukuran di
antaranya:
 yuán (元) untuk dollar
 máo (毫) atau (毛) untuk 10 sen

 xiān (仙) untuk 1 sen

 lǐ (里) untuk mil Cina


 lainnya Satuan pengukuran Cina
Ketahuilah bahwa koma desimal adalah tersirat (implisit) ketika angka
pertama adalah himpunan pada posisi sepuluh. Nol disajikan oleh karakter
untuk nol (〇). Di sistem ini, nol di muka tidak diperlukan.
Ini sangat mirip dengan bilangan bernotasi ilmiah modern untuk titik
ambang di mana angka yang signifikan disajikan di dalam mantissa dan orde
besaran dinyatakan dengan eksponen. Juga, satuan pengukuran, dengan
indikator angka pertama, biasanya bersekutu dengan pertengahan baris
"bilangan".(Scrib.com, n.d.)
c. Simbol atau Lambang Bilangan Cina  
Orang China juga memiliki beberapa cara lain untuk merepresentasikan
bilangan. Bentuk geometrik di bawah ini melambangkan angka dari1 hingga
10. Cara penomoran ini dinamakan Fang Da Zhuan, dan masih digunakan
pada  stempel resmi.  (Ameliafilar35, 2016)
Sistem Perkalian
· Basis bilangan : b
· Simbol : 1, 2, 3, ... (b-1) => basis b digunakan huruf sebagai simbol
· Contoh :
· Basis : 10
· Simbol : 1, 2, 3, ...9
· Maka bilangan dari 10, 102, 103 bersimbol a, b, c
· 2993=2.103+9.102+9.10+3=2c 9b 9a 3

d. Alat Perhitungan Sempoa dan Cara penggunaannya


Gambar 2.4 & Gambar 2.5
Sempoa
(Scrib.com. (n.d.). sistem numirasi bilangan cina-jepang)

Penggunaan tongkat hitungan sebagai alat bantu hitung dan pencatatan


juga berkembang pada masa kuno dan pertengahan. Sempoa, yang memiliki
arti permukaan datar atau tabel perhitungan, merupakan alat hitung kayu kuno
yang berisi biji-bijian atau manik-manik yang dapat digeser.
Sempoa diperkirakan telah diciptakan oleh bangsa Babilonia dan
dipergunakan sejak 2.400 SM. Papan penghitung atau sempoa yang paling tua
dan dapat diselamatkan ialah Tablet Salamis Yunani dari tahun 1899.
Pemanfaatan sempoa menyebar ke Yunani, Roma, Cina, Jepang, dan Rusia.
Di Cina, pengoperasian sempoa sebagai alat hitung muncul pada abad ke-13.
Pada negara tersebut, sempoa disebut dengan kata Suanpan. Suanpan Cina
dipisahkan menjadi dua kolom, yakni kolom atas dan kolom bawah yang
biasanya dibingkai oleh kayu. Perkembangan sempoa memunculkan banyak
bentuk tablet dan papan perhitungan lainnya. Pada abad pertengahan di Eropa,
perhitungan akutansi juga dibantu oleh penggunan kain kotak-kotak, dengan
penanda-penanda diletakkan diatasnya dengan aturan tertentu. (Wikipedia,
n.d.)
e. Cara menggunakan Sempoa
a) Tempatkan sempoa pada posisi yang tepat. 
· Setiap kolom (atau “tiang”) di baris atas memiliki satu atau dua
buah manik, sementara kolom pada baris bawah memiliki
empat buah manik. Di awal penggunaan, semua manik di baris
atas harus dinaikkan, dan manik di baris bawah harus
diturunkan. Di baris atas, manik-manik memiliki nilai atau
setara dengan angka “5”, sementara di baris bawah, setiap
manik memiliki nilai “1”.
Gambar 2.6
Sempoa
(Scrib.com. (n.d.). sistem numirasi bilangan cina-jepang)

· Saat kamu sudah semakin terbiasa dengan penggunaan


sempoa,kamu bisa memberikan nilai berbeda untuk setiap
manik-manik di baris bawah untuk melakukanperhitungan yang
lebih rumit. Akan tetapi, manik-manik di baris atas harus
bernilai 5x dari nilai setiap manik-manik di baris bawah agar
sempoa bisa digunakan

b) Berikan setiap kolom nilai tempat.

Pada kalkulator modern, setiap kolom manik-manik mewakili nilai


"tempat". Jadi, kolomter jauh di kanan adalah nilai tempat "satu" (1-9),
kedua terjauh adalah nilai tempat "puluhan"(10-99),ketiga terjauh
adalah nilai tempat "ratusan"(100-999), dan seterusnya.

Gambar 2.7
Sempoa

(Scrib.com. (n.d.). sistem numirasi bilangan cina-jepang)

c) Berikan setiap kolom nilai tempat.


Pada kalkulator modern, setiap kolom manik-manik mewakili nilai
"tempat". Jadi, kolom terjauh di kanan adalah nilai tempat "satu" (1-9),
kedua terjauh adalah nilai tempat "puluhan"(10-99),ketiga terjauh
adalah nilai tempat "ratusan"(100-999), dan seterusnya.

Bergantung pada perhitunganmu, kamu juga bisa memberikan tempat


desimal yang harus diperhatikan. Jika kamu ingin memasukkan angka
12.345,67, angka 7 berada dikolom pertama, 6 di kolom kedua, 5 di
kolom ketiga, dan seterusnya. Saat melakukan perhitungan ini, kamu
hanya harus mengingat letak desimalnya, tandai dengan pensil pada
sempoanya, atau kamu bisa melewati satu baris dan membiarkannya
"kosong" untuk membantumu mengingat.

d) Mulailah menghitung.

Untuk menghitung sebuah digit, "naikkan" sebuah manik-manik.


"Satu" diwakili dengan menaikkan satu manik-manik dari baris bawah
pada kolom terjauh di kanan, "dua" dengan menaikkan dua, dan
seterusnya. (Fitriani, 2015)

Gambar 2.8
Sempoa

(Scrib.com. (n.d.). sistem numirasi bilangan cina-jepang)


Adapun di Jepang, matematikawan menempatkan menghitung batang pada papan
penghitungan, selembar kain dengan grid, dan digunakan hanya bentuk vertikal
mengandalkan grid. Sebuah buku matematika Jepang abad ke-18 memiliki
diagram papan checker menghitung, dengan urutan simbol besarnya "千百十一分
厘毛" (ribu, seratus, sepuluh, unit, sepuluh, seratus, seribu)

Kesimpulan
1. Bangsa Yunani telah mengenal tulisan dan sistem bilangan. Mereka
mengadopsi metode bangsa Mesir dalam penulisan bilangan-bilangan, karena
metode bangsa Mesir sangat kompleks dalam perhitungan. Hasil adopsi
metode penulisan bilangan bangsa Mesir kemudian dirubah oleh bangsa
Yunani dengan menggunakan huruf-huruf abjad. Huruf-huruf yang digunakan
adalah huruf pertama dari nama masing-masing bilangan. Sehingga bangsa
Yunani mempunyai dua sistem bilangan, yaitu sistem attic dan sistem
alphabetic. Sistem attic muncul sekitar tahun 600 SM. Sistem attic juga sering
dikenal dengan sistem acrophonic. Acrophonic maksudnya bahwa simbol
bilangan tersebut berasal dari huruf pertama nama bilangan tersebut. Sistem
attic mempunyai enam simbol bilangan untuk angka 1, 5, 10, 100, 1000 dan
10000. Pada tahun 500 SM, sistem bilangan attic diganti dengan sistem
alphabetic.Terdapat 27 huruf dalam sistem alphabet Yunani klasik, akan tetapi
terdapat 3 huruf yang hilang dari penulisan
2. Matematika Cina kuno menemukan sistem notasi posisional bilangan desimal,
yang disebut rod numeral atau bilangan batang. Ketika matematikawan akan
melakukan perhitungan, mereka menggunakan batang bambu kecil yang
disusun untuk mewakili angka satu sampai sembilan. Sistem bilangan ini
dinamakan bilangan Suzhou dalam istilah Cina. Dalam sistem rod numeral,
batang bambu kecil disusun untuk mewakili angka dari 1 sampai 96.
Selain rod numeral, bangsa Cina mengenal sistem bilangan dengan
menggunakan lambang Cina.Menghitung batang (Rod Numerals atau
Bilangan Batang) mewakili digit dengan jumlah batang, dan tegak lurus
batang mewakili lima. Umumnya, nomor batang vertikal digunakan untuk
posisi untuk unit, ratusan, sepuluh ribu, dan lain-lain, sedangkan nomor batang
horizontal digunakan untuk puluhan, ribuan, ratusan ribu dan lain-lain. Hal ini
ditulis dalam Sunzi Suanjing bahwa "satu vertikal, sepuluh horisontal ".
Batang merah mewakili bilangan positif dan batang hitam mewakili angka
negatif . Cina Kuno jelas dipahami angka negatif dan nol (meninggalkan
ruang kosong untuk itu), meskipun mereka tidak memiliki simbol untuk yang
kedua.
3. Di Jepang, matematikawan menempatkan menghitung batang pada papan
penghitungan, selembar kain dengan grid, dan digunakan hanya bentuk
vertikal mengandalkan grid. Sebuah buku matematika Jepang abad ke-18
memiliki diagram papan checker menghitung, dengan urutan simbol besarnya
" 千 百 十 一 分 厘 毛 " (ribu, seratus, sepuluh, unit, sepuluh, seratus, seribu).
Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda
dalam pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa,
sistem angka Arab mulai digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang,
angka dibagi menjadi kelompok 4 digit. Jadi bilangan seperti 10.000.000
(sepuluh juta) sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu puluh-ribu).Sistem
Numerasi sejak zaman kuno di Cina, yaitu:
1. Sistem Numerasi Scientific Cina atau Rod Numerals.
2. Sistem Additif Multiplikatif.
Referensi :

Ameliafilar35. (2016). Sistem Bilangan Cina Sejarah Teori Bilangan Cina. 22


Maret. http://ameliafilar35.blogspot.com/2016/03/sejarah-teori-bilangan-
cina.html

Fitriani, L. (2015). Cara Menggunakan. 5–6.


https://www.fitrian.net/2015/02/cara-menggunakan-kettlebell.html

Scrib.com. (n.d.). sistem numirasi bilangan cina-jepang. 3.

Space), I. asyura (math. (2012). Perkembangan Matematika Di Cina. 04 Agustus.


http://cinta-matematika.blogspot.com/2012/08/sejarah-matematika-
mathematics.html

Warna), (matematika penuh, & Gusfitri, W. (2018). Perkembangan Sistem


Numerasi. 28 Februari. 1.%09Sisten numerasi scientific cina ataui rod
numerals

Wikipedia. (n.d.). sejarah alat hitung.


https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Alat_Hitung

Anonim.(2013)._______.https://www.slideshare.net/tejowati/sejarah-matematika-
lambang-bilangan-yunani-kuno-dan-romawi?from_action=save.

Belajar Bahasa Jepang | HAFAL ANGKA s/d TRILIUNAN [FULL] - YouTube.


(n.d.). Retrieved November 11, 2021, from https://www.youtube.com/watch?
v=mU8nG9bIOAs&list=PLGfBUtW-ET74_k6HHgEhqYgYK-
d0tk367&index=2

(Belajar Bahasa Jepang | HAFAL ANGKA s/d TRILIUNAN [FULL] -


YouTube, n.d.)

Anda mungkin juga menyukai