Di Susun Oleh :
Dosen Pengampu :
ABSTRAK
Sistem numerasi yang pertama kali digunakan adalah sistem ijir (tallies)
namun seiring berjalannya waktu sistem numerasi berlaku dibelahan dunia. Oleh
karena banyaknya suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya sistem
numerasi yang berbeda. Tetapi suatu bilangan dapat dinyatakan dengan
bermacam-macam lambang, tetapi suatu lambang menunjuk hanya pada satu
bilangan. Sistem numerasi China-Jepang adalah sistem penamaan bilangan yang
digunakan dalam bahasa Jepang, sedangkan Sistem numerasi yang digunakan
bangsa Yunani ada dua macam, yaitu bilangan attic dan bilangan ionik.
Kata kunci : Numerasi, Yunani, China-Jepang
ABSTRACT
The numeration system that was first used was the ijir system (tallies) but over
time the numeration system was applied in other parts of the world. Due to the
large number of ethnic groups in the world, there are many different numeration
systems. But a number can be expressed by various symbols, but a symbol refers
to only one number. The Chinese-Japanese numeration system is a number
naming system used in Japanese, while the Yunani numeration system used is of
two kinds, namely attic numbers and ionic numbers.
Keywords : Numeration, Yunani, Chinese-Japanese
PENDAHULUAN
Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan
matematika sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan
merupakan kebutuhan dasar dari setiap lapisan masyarakat, dalam pergaulan
hidup sehari-hari. Mereka membutuhkan matematika untuk perhitungan
sederhana. Untuk keperluan tersebut diperlukan bilangan-bilangan. Keperluan
bilangan mula-mula sederhana tetapi makin lama makin meningkat, sehingga
manusia perlu mengembangkan sistem numerasi. Sistem numerisasi sendiri ialah
sistem memberi nama bilangan. Sistem ini mempunyai simbol-simbol pokok atau
simbol dasar. Simbol-simbol dasar ini dengan aturan penggabungan lambang
bilangan dipakai untuk menulis lambang bilangan yang merupakan nama dari
bilangan itu. Jadi dalam sistem numerisasi ini ada dua hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, simbol-simbol pokok yang dipakai dan kedua aturan yang menyatukan
simbol-simbol pokok itu untuk menulis semua bilangan.
Sedangkan bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan
untuk pencacahan dan pengukuran. Konsep bilangan pada awalnya hanyalah
untuk kepentingan mereka menghitung dan mengingat jumlah. Lambat laun,
setelah para ahli matematika menambah perbendaharaan simbol dan kata-kata
yang tepat untuk mendefinisikan bilangan.
Bahasa matematika menjadi sesuatu yang penting dalam setiap perubahan
kehidupan. Tak heran lagi, bilangan senantiasa hadir dan dibutuhkan dalam sains,
teknologi, dan ekonomi bahkan dalam dunia musik, dll. Dahulu di Yunani, ketika
orang primitif hidup di gua-gua dengan mengandalikan makanannya dari tanaman
dan pepohonan di sekitar gua atau berburu untuk sekali makan, kehadiran
bilangan, hitung menghitung, atau matematika tidaklah terlalu dibutuhkan. Tetapi,
tatkala mereka mulai hidup untuk persediaan makanan, mereka harus menghitung
berapa banyak ternak miliknya dan milik tetangganya atau berapa banyak
persediaan makanan saat ini. Dengan demikian, mulailah mereka membutuhkan
dan menggunakan hitung menghitung.
Pada awalnya cukuplah menggunakan konsep lebih sedikit dan lebih
banyak untuk melakukan perhitungan. Misalnya, untuk membandingkan dua
kelompok kupu-kupu yang berbeda banyaknya. Mereka hanya bisa
membandingkan banyak sedikitnya kedua kelompok kupu-kupu itu. Akan tetapi,
kepastian jumlah tentang milik seseorang atau milik orang lain mulai dibutuhkan,
sehingga mulai mengenal dan belajar perhitungan sederhana. Mula-mula, manusia
menggunakan kerikil, menggunakan simpul pada tali, menggunakan jari
jemarinya, atau memakai ranting untuk menyatakan banyak hewan dan
kawanannya atau anggota keluarga yang tinggal bersamanya. Inilah dasar
pemahaman tentang konsep bilangan. Ketika seseorang berfikir tentang bilangan
dua, maka dalam benaknya telah tertanam pengertian terdapat benda sebanyak dua
buah. Misalnya ada dua katak dan dua kepiting, dan selanjutnya kata ”dua”
dilambangkan dengan ”2”. Karena menyatakan bilangan dengan menggunakan
kerikil, ranting, atau jari dirasakan tidak cukup praktis, maka orang mulai berpikir
untuk menggambarkan bilangan itu dalam suatu lambang.Lambang (simbol)
untuk menulis sebuah bilangan disebut angka.
1. Sistem Numerasi Yunani Kuno
Bangsa Yunani telah mengenal tulisan dan sistem bilangan. Mereka
mengadopsi metode bangsa Mesir dalam penulisan bilangan-bilangan, karena
metode bangsa Mesir sangat kompleks dalam perhitungan. Hasil adopsi metode
penulisan bilangan bangsa Mesir kemudian dirubah oleh bangsa Yunani dengan
menggunakan huruf-huruf abjad. Huruf-huruf yang digunakan adalah huruf
pertama dari nama masing-masing bilangan. Sehingga bangsa Yunani mempunyai
dua sistem bilangan, yaitu sistem attic dan sistem alphabetic. Sistem attic muncul
sekitar tahun 600 SM. Sistem attic juga sering dikenal dengan sistem acrophonic.
Acrophonic maksudnya bahwa simbol bilangan tersebut berasal dari huruf
pertama nama bilangan tersebut. Sistem attic mempunyai enam simbol bilangan
untuk angka 1, 5, 10, 100, 1000 dan 10000. Berikut ini simbol yang digunakan
dalam penulisan bilangan sistem attic atau sistem acrophonic.
Gambar 1.1
Acrophonic 5, 10, 100, 1000, 10000
(Yunani n.d.)
Untuk bilangan satu disimbolkan dengan tongkat “I” yang bukan merupakan
huruf awal nama bilangan. Selanjutnya, bilangan yang lain ditulis sebagai
kombinasi dengan simbol-simbol yang lain. Berikut ini simbol yang digunakan
untuk menulis angka 1 sampai 10 dalam sistem acrophonic.
Gambar 1.2
1-10 dalam jumlah acrophonic Yunani
(Yunani n.d.)
Selanjutnya, bangsa Yunani mengembangkan bilangan 50, 500, 5000, dan
50000 yang diperoleh dari penggabungan simbol 5 dengan simbol-simbol untuk
puluhan, ratusan, ribuan dan puluhan ribu. Berikut ini hasil penggabungan simbol-
simbol tersebut.
Gambar 1.3
Menggabungkan angka acrophonic
(Yunani n.d.)
Pada tahun 500 SM, sistem bilangan attic diganti dengan sistem alphabetic.
Terdapat 27 huruf dalam sistem alphabet Yunani klasik, akan tetapi terdapat 3
huruf yang hilang dari penulisan. Berikut ini huruf alphabetic Yunani beserta
huruf kapital dan huruf kecil.
(Yunani n.d.)
(Yunani n.d.)
Simbol bilangan ratusan dalam sistem alphabetic
Gambar 1.6
abjad 100-900
(Yunani n.d.)
Atau
(Yunani n.d.)
Gambar 1.9
penulisan lambang bilangan pecahan
(Yunani n.d.)
Gambar 2.0
Operasi bilangan atau berhitung Yunani Kuno
(Yunani n.d.)
Tidak dapat diketahui dengan pasti berapa usia rod numeral, akan tetapi
sistem bilangan ini sudah digunakan beberapa ratus tahun yang lalu jauh sebelum
notasi posisional diadopsi oleh oleh India. Bahan yang digunakan dalam rod
numeral berasal dari batang bambu, batang gading atau besi yang digunakan
sebagai perangkat menghitung. Sistem bilangan ini belum memiliki simbol nol,
apabila mereka menggunakan batang, maka mereka akan memberikan ruang
kosong yang menunjukkan simbol nol. Selain rod numeral, bangsa Cina mengenal
system bilangan dengan menggunakan lambang Cina.
Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda
dalam pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa, sistem
angka Arab mulai digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang, angka dibagi
menjadi kelompok 4 digit. Jadi bilangan seperti 10.000.000 (sepuluh juta)
sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu puluh-ribu). Hanya saja, karena
pengaruh dunia barat angka selalu ditulis dengan pengelompokan 3 digit gaya
barat.(Warna) & Gusfitri, 2018)
Gambar 2.2
rod numeral jepang
一 二 三 四 五 六 七 八 九 十
Ichi Ni San Yon Go Roku Nana Hachi Kyu Ju
Satu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh Delapan Sembilan Sepuluh
(Scrib.com. (n.d.). sistem numirasi bilangan cina-jepang)
Karena dibelakang sekatnya 0 semua maka tidak perlu disebut kecuali ada
nilainya
Contoh
1/¿ 07,00/5,000 sekat pertama dinamakan man & sekat kedua disebut oku
Contoh
1 trilyun=1,000,000,000,000
Baris pertama berisi nilai-nilai numerik, di dalam contoh ini, " 〤 〇 〢 二 "
mewakili "4.022". Bari kedua berisi karakter Cina yang mewakili orde besaran
dan satuan pengukuran angka pertama di dalam penyajian numerik. Di dalam
kasus ini "拾元" yang mewakili "sepuluh yuan". Ketika diletakkan bersama-
sama, maka dibacanya "40,22 yuan".
Gambar 2.7
Sempoa
d) Mulailah menghitung.
Gambar 2.8
Sempoa
Kesimpulan
1. Bangsa Yunani telah mengenal tulisan dan sistem bilangan. Mereka
mengadopsi metode bangsa Mesir dalam penulisan bilangan-bilangan, karena
metode bangsa Mesir sangat kompleks dalam perhitungan. Hasil adopsi
metode penulisan bilangan bangsa Mesir kemudian dirubah oleh bangsa
Yunani dengan menggunakan huruf-huruf abjad. Huruf-huruf yang digunakan
adalah huruf pertama dari nama masing-masing bilangan. Sehingga bangsa
Yunani mempunyai dua sistem bilangan, yaitu sistem attic dan sistem
alphabetic. Sistem attic muncul sekitar tahun 600 SM. Sistem attic juga sering
dikenal dengan sistem acrophonic. Acrophonic maksudnya bahwa simbol
bilangan tersebut berasal dari huruf pertama nama bilangan tersebut. Sistem
attic mempunyai enam simbol bilangan untuk angka 1, 5, 10, 100, 1000 dan
10000. Pada tahun 500 SM, sistem bilangan attic diganti dengan sistem
alphabetic.Terdapat 27 huruf dalam sistem alphabet Yunani klasik, akan tetapi
terdapat 3 huruf yang hilang dari penulisan
2. Matematika Cina kuno menemukan sistem notasi posisional bilangan desimal,
yang disebut rod numeral atau bilangan batang. Ketika matematikawan akan
melakukan perhitungan, mereka menggunakan batang bambu kecil yang
disusun untuk mewakili angka satu sampai sembilan. Sistem bilangan ini
dinamakan bilangan Suzhou dalam istilah Cina. Dalam sistem rod numeral,
batang bambu kecil disusun untuk mewakili angka dari 1 sampai 96.
Selain rod numeral, bangsa Cina mengenal sistem bilangan dengan
menggunakan lambang Cina.Menghitung batang (Rod Numerals atau
Bilangan Batang) mewakili digit dengan jumlah batang, dan tegak lurus
batang mewakili lima. Umumnya, nomor batang vertikal digunakan untuk
posisi untuk unit, ratusan, sepuluh ribu, dan lain-lain, sedangkan nomor batang
horizontal digunakan untuk puluhan, ribuan, ratusan ribu dan lain-lain. Hal ini
ditulis dalam Sunzi Suanjing bahwa "satu vertikal, sepuluh horisontal ".
Batang merah mewakili bilangan positif dan batang hitam mewakili angka
negatif . Cina Kuno jelas dipahami angka negatif dan nol (meninggalkan
ruang kosong untuk itu), meskipun mereka tidak memiliki simbol untuk yang
kedua.
3. Di Jepang, matematikawan menempatkan menghitung batang pada papan
penghitungan, selembar kain dengan grid, dan digunakan hanya bentuk
vertikal mengandalkan grid. Sebuah buku matematika Jepang abad ke-18
memiliki diagram papan checker menghitung, dengan urutan simbol besarnya
" 千 百 十 一 分 厘 毛 " (ribu, seratus, sepuluh, unit, sepuluh, seratus, seribu).
Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda
dalam pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa,
sistem angka Arab mulai digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang,
angka dibagi menjadi kelompok 4 digit. Jadi bilangan seperti 10.000.000
(sepuluh juta) sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu puluh-ribu).Sistem
Numerasi sejak zaman kuno di Cina, yaitu:
1. Sistem Numerasi Scientific Cina atau Rod Numerals.
2. Sistem Additif Multiplikatif.
Referensi :
Anonim.(2013)._______.https://www.slideshare.net/tejowati/sejarah-matematika-
lambang-bilangan-yunani-kuno-dan-romawi?from_action=save.