Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

TEORI BILANGAN DAN POLA BILANGAN

DOSEN PENGAMPU
Dr. Yulis Jamiah, M.Pd

DISUSUN OLEH ;
Bella Hani Syafira ( F1042181015)
Nur Isnaini ( F1042181019 )
Nila Octaviani ( F1042181007 )
Nita Rocalina (F1042181001)

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bilangan adalah suatu konsef matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran, simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan
disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama
bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif,
bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks.

Prosedur-prosedur tertentu yang mengambil bilangan sebagai masukan dan menghasilkan


bilangan lainnya sebagai keluran, disebut sebagai operasi numeris. Operasi uner
menggambil satu masukan bilangan dan menghasilkan satu keluaran bilangan. Operasi
umumnya ditemukan adalah operasi biner, yang mengambil dua bilangan sebagai masukan
dan menghasilkan satu bilangan sebagai keluaran. Contoh operasi biner adalah penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, pemangkatan dan perakaran. Bidang matematika yang
mengkaji operasi numeris disebut sebagai aritmetika.
Didalam makalah ini saya akan membahas tentang sejarah bilangan, sampai bagaimana
proses perkembangan bilangan dari zaman dulu sampai sekarang.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah sejarah bilangan itu?


b. Bagaimana proses perkembangan bilangan

1.3 tujuan Pembelajaran

a. untuk memahami sejarah bilangan


b. untuk memahami proses perkembangan bilangan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BILANGAN


Awal kebangkitan teori bilangan modren diplopori oleh pierre de fermat (1601-1665),
Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Lagendre (1752-1833), Dirichlet
(1805-1859), Dedekid (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano (1858-1932),
Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Sebagai seorang pangeran matematika, Gauss
begitu terpesona terhadap keindahan dan kecantikan teori bilangan, dan untuk melukisnya, ia
menyebut teori bilangan sebagai the queen of mathematics.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tetapi juga banyak
diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pads
pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain-lain.
Bilangan awalnya hanya dipergunakaan untuk mengingat jumlah, namun dalam
perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan pembendaharaan simbol dan
kata-kata yang tepat untuk mendefinisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat
penting bagi kehidupan dan tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita
akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik
dalam teknologi, sains, ekonomi atau pun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan.
Bilangan dulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya
kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk
menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol didalamnya :
 Simbol bilangan bangsa Babilonia
 Simbol bilangan bangsa Maya di Amerika pada 500tahun SM
 Simbol bilangan menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno
 Simbol bilangan bangsa Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh
seluruh umat islam didunia
 Simbol bilangan bangsa yunani kuno
 Simbol bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini

Dalam perkembangan selanjutnya, pada abad ke-X ditemukanlah manuskrip Spanyol


yang memuat penulisan simbol bilangan pleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara penulisan inilah
yang menjadi cikal bakal penulisan simbol bilangan yang kita pakai hingga saat ini, seperti yang
tampak pada gambar berikut :

A. Perhitungan Primitive Pada Bilangan


Konsef bilangan dan proses berhitung berkembang dari jaman sebelum ada sejarah
(artinya tidak tercatat sejarah kapan dimulainya). Mungkin bisa diperdebatkan, tetapi yakni sejak
jaman paling primitif pun manusia memiliki “rasa” terhadap apa yang dinamakan bilangan,
setidaknya untuk mengenali mana yang “lebih banyak” atau mana yang “lebih sedikit” terhadap
berbagai benda, beberapa penelitian terhadap binatang menunjukan binatang juga memiliki
“rasa” itu. Suatu suku atau suku bagsa premitif, harus tau seberapa banyak mereka memiliki
teman dan seberapa banyak musuhnya.
Sementara proses perhitungan kemungkinan dimulai dari metode pencocokan sederhana,
dengan prinsip korenpondensi satu-satu. Sebagai contoh saat menghitung jumlah benda, satu jari
untuk satu benda bisa jadi adalah asal usulnya. Proses berhitung kemudian berkembang dengan
pengumpulan tongkat kayu dan krikil, dengan membuat coretan ditanah atau batu, dengan
membuat catatan dikulit pohon, membuat ikatan pada ranting. Dan kemungkinan pada tahap
berikutnya, mereka mulai mencocokan bilangan dengan suara tertentu.

B. Sistem Bilangan
Ketika bilangan maupun proses berhitung sudah semakin penting, maka suatu suku
bangsa mulai mensistematiskannya, ini dilakukan dengan mengurutkan bilangan kedalam
kelompok tertentu, ukuran kelompok ditentukan oleh proses pemasangan anggota. Misalkan
sebuah bilangan, namakan b, dipilih sebagai basis untuk berhitung dan nama bilangan diurutkan
oleh bilangan 1,2,.....,b. Nama bilangan yang lebih besar dari b diperoleh dari kombinasi
bilangan yang sudah ada.
Karena jari manusia adalah alat yang baik untk membuat proses berhitung, tidak aneh
kalau paling tepat 10 dipilih sebagai basis, nyatanya tetap dipakai sampai hari ini sistem bilangan
modern. Lihat saja 15 adalah kombinasi 1 dan 5, demikian juga bilangan lainnya yang lebih
besar dari 10.
Tapi terdapat bukti-bukti bahwa bilangan lain dipakai sebagai basis . sebagai contoh, ada
penduduk asli QUEENSLAND yang berhitung “one, two, two and one, two twos, and
match”untuk bilangan 1,2,3,4,5 dan 6, ini berarti 2 digunakan sebagai basis. Suku di Tierra del
Fuego menggunakan 3 sebagai basis, dan suatu suku di Amerika Selatan menggunakan 4 sebagai
basis.
Mudah ditebak sistem bilangan dengan basis 5, lebih dikenal dengan skala quinary
(quinary scale), pernah digunakan cukup lama. Bahkan sampai hari ini, beberapa suku di
Ameriks Selatan menggunakan tanggan saat berhitung, petani jerman menggunakan kalender
dengan basis 5 sekitar tahun 1800.
Terdapat juga bukti bahwa 12 juga pernah digunakan sebagai basis dijaman dulu,
utamanya salam hubungan ke ukuran. Basis 12 ini didiga dipakai dasar salam membuat kalender.
Pada gambar lain ukuran jarak satu kaki sama dengan 12 inci. Selunsin 12, setahun 12 bulan dsb.
Sistem bilangan dengan basis 20 juga dipakai secara luas, sistem ini digunakan ole orang
indian di Amerika dan yang tidak kalah terkenal sistem dengan basis 20 ini digunakan oleh suku
Maya . jejak-jejak penggunaan sistem bilangan skala 20 juga ditemukan di Prancis, Denmark dan
Wales. Sistem blangan 20 ini lebih dikenal dengan nama skala vigesimal. Dan suku Babylonia
(Irak jadul) menggunakan sisten dengan basis 60, dan masih diggunakan saat ini untuk
menghitung sudut, dan waktu. Sistem bilangan ini lebih dikenal dengan skala sexagesimal.
C. Tokoh-Tokoh Sejarah Bilangan
Adapun beberapa penjelasan dari pendapat para ahli terdahulu tentang bilangan, sebagai
berikut :

Menurut Pythagoras adalah seorang matematikawan dari filsuf Yunani yang paling
dikenal dengan theoremannya. Dikenal sebagai “Bapa Bilangan”, dia memberikan sumbangan
yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Salah satu
peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah theorema pythagoras,yang menyatakan bahwa
kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-
kakinya (sisi-sisi, siku-sikunya) walaupun fakta didalam thorema ini telah banyak diketahui
sebelim lahirnya Pythagoras, namun theorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena iya yang
pertama kali membuktikan pengamatan ini secara mathematis.

Menurut Al-Kashi terlahir pada 1380 di Kalsha, sebuah padang pasir disebelah utara
wilayah Iran Tengah. Selama hidupnya, Al-Kashi telah menyumbangkan dan mewariskan
sederet penemuan penting bagi astromomi dan matematika. Pecahan desimal yang digunakan
oleh orang-orang cina pada zaman kuno selama berabad-abad, sebenarnya merupakan pecahan
desimal yang diciptakan oleh Al-Kahsi. Pecahan desimal ini merupakan salah satu karya
besarnya yang memudahkan untuk menghitung aritmatika yang dia bahas dalam karyanya yang
berjudul kunci aritmatika yang diterbitkan pada awal abat ke-15 di Samarkad.

Selanjutnya menurut Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam lahir Basrah Irak orang yang
pertama mengklarifikasikan semua bilangan sempurna yang genap, yaitu bilangan yang
merupakan jumlah dari pembagian-pembagian sejatinya, seperti yang berbentuk 2k-1(2k-1)
dimana 2k-1 adalah bilangan prima. Selanjutnya Al-Haytam membuktikan bahwa bila p
adalahbilangan prima, 1+(p-1)! Habis dibagi oleh p.

Femat menuliskan bahwa “1 have discovered a truly remarkable proof which this
margin is to small to contain”. Fermat juga selalu hampir menulis catatan kecil sejak tahun 1603,
manakala ia pertama kali mempelajari arithmetican karya Dhiophantus. Ada kemungkinan Femat
menyadari bahwa apa yang diasebut sebagai remarkable proof ternyata salah, karena semua
theorema yang ia nyatakan biasanya dalam bentuk tantangan yang Femat ajukan terhadap
matematikawan lain. Meskipan kasus khusus untuk n=3 dan n=4 ia ajukan sebagai tantangan
(dan Femat mengetahui bukti untuk khasus ini) namun theorema umumnya tidak pernah ia sebut
lagi. Pada kenyataannya karya matematika yang ditinggalkan oleh Femat hanya satu buah
pembuktian. Femat membuktikan bahwa luas daerah segitiga siku-siku dengan sisi bilangan
bulat tidak pernah merupakan bilangan kuadrat. Jelas hal ini mengatakan bahwa tidak ada
segitiga siku-siku dalam sisi rasional. dalam simbol, tidak terdapat bilangan bulat x, y, z dengan
bilangan kuadrat. Dari sini mudah untuk mendeduksi kasus n=4, Theorema Femat. Penting untuk
diamati bahwa dalam tahap ini yang tersisa dalam pembuktian Femat Last Theorema adalah
pembuktian untuk kasus n bilangan prima ganjil. Jika terdapat bilangan bulat x,y,z.
Pada saat itu bangsa Yunani sudah menemukan 4 bilangan sempurna yaitu 6, 28, 496,
dan 8128 (Kart: 458). Berkenaan dengan bilangan sempurna ini, sekitar 2000 tahun kemudian
seorang matematikawan Euler pada tahun 1947 telah mampu menunjukan bahwa semua bilangan
sempurna yang didapat dari rumusan adalah genap. Tidak diketahui sampai hari ini apakah ada
bilangan sempurna yang ganjil. Theorema ke-20 dari buku 1X The Elements Euclide
menyatakan bahwa “ tidak ada bilangan prima yang terakhir ( there is not last of prime)”.
Pernyataan ini menunjukan ketakberhinggaan bilangan prima (Infinitude of prime) yang
dibuktikan Euclid dengan menggunakan cara pembuktian kontradiksi.

D. Sejarah Bilangan
Dalam sejarah Yunani kuno tercatat nama besar Pythagoras (570-500 SM), ia sangat
terkenal lewat “Theorema Of Pythagoras” dan memunculkan bilangan ganda 3 atau dikenal
dengan Pythagorean Triples yang sebenarnya sudah ada sebelum 1000 tahun sebelum masa
Pythagoras. Menurut sejarah bangsa Babylonia telah mengenal 3 ganda tersebut, yang dikenal
dengan nama Babylonia Triples. Didalam Babylonia tablet Plimton 322, yng diperkirakan
berasal dari tahun 1700 SM, tercatat Babylonia Triples tersebut ketenarannya terkalahkan oleh
ketenaran nama Pythagoras Triples.

2.1 PERKEMBANGAN TEORI BILANGAN


Sejarah perkembangan sistem bilangan berasal dari zaman Paleolitikum atau zaman
batu tua sekitar 30.000 tahun yang lalu. Tanda yang digunakan untuk mewakili suatu angka pada
zaman tersebut yakni irisan-irisan atau ukiran yang digoreskan pada dinding gua atau pada
tulang,kayu atau batu. satu irisan melambangkan satu benda, oleh karena itu sepuluh ruas kutub
ditandai oleh sepuluh ukiran.
Di Persia pada abad ke 5 lima SM, terjadi suatu perkembangan sistem bilangan yakni
dengan digunakannya simpul-simpul yang disusun pada tali. Pada abad ketiga belas, suku Inca
menggunakan sistem yang sama dengan mengunakan quipu, suatu tali yang disusun secara
harizontal diman dari tali tersebut digantung berbagai macam benang. Jenis simpul yang
digunakan panjang dari tali, dan warna serta posisi benang menandakan tingkatan kuantitas
satuan, puluhan, dan ratusan. Bangsa Sumeria menggunakan batu tanah liat yang disebut calculi
bahasa latin dari calculi yakni calculus. Tanah liat bangsa Sumeria digunakan pada abad ke-4
SM.

A. Penemuan Angka
Penulis symbol matematika pertama muncul dizaman Babylonia (sekitar 3.300 sebelum
masehi). Mereka menulis atau menggambarkan bentuk paku untuk mewakili paku dan V
mewakili sepuluh. Bangsa Maya menggunakan garis sebagai representasi dari angka lima dan
titik yang mewakili angka satu mereka menulis 19 dengan tiga garis dan empat titik. Mesir kuno
menggunakan garis untuk mewakili satuan, bentuk pegangan keranjang untuk puluhan, bentuk
gulungan tali untuk ratusan, dan bentuk bunga lotus untuk mewakili ribuan. Bangsa Romawi
yang menemukan sistem bilangan romawi yang dianggap sebagai sistem bilangan penjumlahan.
Misalnya XI berarti 10+1=11. keunggulan dari sistem bilangan romawi ini adalah apabila
meletakan angka yang lebih kecil didepan sebelum bilangan yang lebih besar akan menandakan
pengurangan misalnya IX berarti 1-10=9.

B. Penemuan Sistem Nilai Tempat


Pada sistem bolangan yang telah dituliskan diatas, nilai digit hanya memiliki sedikit
hubungan bahkan tidak sama sekali terhadap posisi diman mereka ditulliskan. Bahkan pada
sistem bilangan romawi, meski penempatan tertentu dapat bermakna pengurangan. I tetap berarti
satu meski ditempatkan sebelum atau sesudah X. C selalu bernilai seratus dimana pun posisinya
dituliskan. Pada abad ke-9 , seorang matematikawan Persis Muhammad Ibnu Musa Al-
Khawarismi menulis suatu buku yang berjudul “buku pengurangan dan penjumlahan dengan cara
bangsa India” melahirkan ide baru. Buku itu sangat terkenal di Eropa dan selanjutnya
diperjemahkan dalam bahasa Latin pada abad ke-12 yang melahirkan kolom aritmetika, yakni
menggunakan sistem simpan dan pinjam pada metode perhitungan.
Pengetahuan matematika babylonia diturunkan lebih dari 400 lempengan tanah liat yang
digali sejak 1850-an. Lembeng ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan
dibakar didalam tumgku atau dijemur dibawa sinar mata hari. Bukti terdini matematika tertukis
adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Bangsa
Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berhubungan dengan latihan-
latihan geometri dari soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babylonia juga merujuk
pada priode ini. Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun
1800 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan
perhitungan bilangan regular, invers perkkalian, dan bilangan primer kembar, tabel perkalian,
metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat.

C. Macam-macam Bilangan
 Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan positif, bilangan nol, dan
bilangan negatif. Misalnya : ....-2,-1,0,1,2
 Bilangan asli adalah bilangan bulat positif yang diawali dengan angka 1 sampai tak
terhingga misalnya : 1,2,3,.....................
 Bilangan cacah adalah bilangan bulat positif yang diawali dengan angka nol sampai tak
terhingga misalnya : 0,1,2,3...................
 Bilang prima yang tepat memiliki dua faktor yaitu bilangan satu dan bilangan itu sendiri
misalnya : 2,3,5,7,11,13.........................
 Bilangan komposit adalah bilangan yang bukan nol,bukan 1 dzn bukan bilanhan prima
misalnya : 4,6,8,10,12............................
 Bilangan rasional adalah bilangan yang dinyatakan sebagai suatu pembagian antar dua
bilangan bulat , misalnya : ½, 2/3, ¾,....
 Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan pembagian dua bilangan
bulat, misalnya 𝜋, √3, log 7,....................
 Bilangan real adalah bilangan yang merupakan penggabungan dari bilangan rasional
1 1 1 2
dan bilangan irasional , misalnya : 2 , √2, 3 , √5, 4 𝜋, 3 , log 2.....
 Bilangan imajiner (bilangan khayal) adalah bilangan yang ditandai dengan i, bilangan
imajiner i dinyatakan dengan √−1, 𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑖 = √−1 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑖2 = 1

DJenis-jenis Pola Bilangan


 1. Pola Garis Lurus
Penulisan bilangan yang mengikuti pola garis lurus merupakan pola bilangan yang
paling sederhana. Suatu bilangan hanya digambarkan dengan noktah yang mengikuti
pola garis lurus. Misalnya
oo mewakili bilangan dua
ooo mewakili bilangan tiga
o o o o mewakili bilangan empat, dan seterusnya
 2. Pola Bilangan Ganjil

 Bilangan ganjil adalah bilangan asli yang tidak habis dibagi 2. Bilangan ganjil diawali
dengan bilangan 1 dan bilangan selanjutnya memiliki selisih 2 dengan bilangan
sebelumnya.
 • Pola bilangan ganjil memiliki pola 1, 3, 5, 7, 9 ….
• Barisan bilangan ganjil adalah 1,3, 5, 7, 9, …
• Deret bilangan ganjil adalah 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + ….
• Rumus mencari suku ke ke-n adalah Un = 2n – 1, Dengan: Un = suku yang ditanya, n
= angka ke berapa?,
• Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = n2, dengan Sn = jumlah bilangan
sebanyak n buah.
• Berikut adalah gambar pola dari bilangan ganjil



Contoh:
1 , 3 , 5 , 7 , . . . , ke 10.
Berapakah pola bilangan ganjil ke 10 ?
Jawab :
Un = 2n – 1
U10 = 2 . 10 – 1
= 20 – 1 = 19


3. Pola Bilangan Genap
 Bilangan genap adalah bilangan asli yang habis dibagi 2. Bilangan genap diawali
dengan bilangan 2 dan bilangan selanjutnya memiliki selisih 2 dengan bilangan
sebelumnya.
 • Pola bilangan genap adalah 2, 4, 6, 8, 10, …..
• Barisan bilangan genap adalah 2, 4, 6, 8, 10, ….
• Deret bilangan genap adalah 2 + 4 + 6 + 8 + 10 + …..
• Rumus untuk mencari suku ke-n adalah Un = 2n
• Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = n2 + n
• Gambar pola bilangan genap adalah sebagai berikut


 Contoh:
Dari barisan bilangan berikut. 2,4,6...
a) Tentukan angka suku ke 325.
b) 840 merupakan suku (angka ke)...
c) Tentukan jumlah 21 suku pertama.
Penyelesaian:
a) n = 325.
Un = 2n = 2(325).
Un = 650
b) Un =840.
Un = 2n =840. n = 420. c) n= 21. Sn = n2 + n = n2 + n = 212 + 21= 462.
 4. Pola Bilangan Persegi
  Pola bilangan persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25, …..
  Barisan bilangan persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25, …..
  Deret bilangan persegi adalah 1 + 4 + 9 + 16 + 25 + ……
  Rumus mencari suku ke-n adalah Un = n2
  Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = 1/6 n ( n + 1 ) ( 2n + 1 )
  Gambar pola bilangan persegi adalah sebagai berikut


 5. Pola bilangan segitiga
  Pola bilangan segitiga adalah 1, 3, 6, 10, 15, 21, …..
 Barisan bilangan segitiga adalah 1, 3, 6, 10, 15, 21, …..
 Deret bilangan segitiga adalah 1 + 3 + 6 + 10 + 15 + 21 + …..
 Rumus mencari suku ke-n adalah Un = ½ n (n + 1 )
 Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = 1/6 n ( n + 1 ) ( n + 2 )
 Gambar pola bilangan segitiga adalah sebagai berikut

 6. Pola bilangan persegi panjang
  Pola bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, 30, ……
 Barisan bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, 30, ……
 Deret bilangan persegi panjang adalah 2 + 6 + 12 + 20 + 30 + …..
 Rumus mencari suku ke-n adalah Un = n ( n + 1 )
 Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = 1/3 n ( n + 1 ) ( n + 2 )
 Gambar pola bilangan persegi panjang adalah sebagai berikut


 7. Pola Bilangan Kubus
  Pola kubus terbentuk dari bilangan kubik Un = n3.
 Barisan: 1, 8, 27, 64, 125, 216, …
 Deret: 1 + 8 + 27 + 64 + 125 + 216 + …
 Rumus Suku ke-n: Un = n³
 Jumlah n suku pertama: Sn = 1/4 n² ( n + 1 )²



 8. Pola bilangan segitiga Pascal
  Adapun aturan-aturan untuk membuat pola segitiga Pascal adalah sebagai berikut:
 a. Angka 1 merupakan angka awal yang terdapat di puncak.
 b. Simpan dua bilangan di bawahnya. Oleh karena angka awal dan akhir selalu
angka 1, kedua bilangan tersebut adalah 1.
 c. Selanjutnya, jumlahkan bilangan yang berdampingan. Kemudian, simpan hasilnya di
bagian tengah bawah kedua bilangan tersebut.
 d. Proses ini dilakukan terus sampai batas susunan bilangan yang diminta.
  Pola segitiga Pascal merupakan pola 2n dengan n bilangan bulat. Suku berikutnya
dapat dicari
dari hasil kali 2 dengan suku sebelumnya.
  Rumus mencari jumlah baris ke-n adalah 2n – 1
  Gambar pola bilangan segitiga pascal adalah sebagai berikut



 S1 = 1 diperoleh dari S1 = 1 = 20
 S2 = 2 diperoleh dari S2 = 1 + 1 = 2 = 21
 S3 = 4 diperoleh dari S3 = 1 + 2 + 1 = 4 = 22
 S4 = 8 diperoleh dari S4 = 1 + 3 + 3 + 1 = 8 = 23
 S5 = 16 diperoleh dari S5 = 1 + 4 + 6 + 4 + 1 = 16 = 24
 Jadi, dapat disimpulkan bahwa rumus mencari jumlah suku ke-n adalah Sn = 2n-1.


 9. Pola bilangan Fibonacci
  Pola bilangan fibanocci adalah pola bilangan dimana jumlah bilangan setelahnya
merupakan
hasil dari penjumlahan dari dua bilangan sebelumnya.
  Pola bilangan Fibonacci adalah 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, ..., ...
 U1 = 0 + 1 = 1
 U2 = 1 + 1 = 2
 U3 = 1 + 2 = 3
 Un = penjumlahan dua bilangan didepannya
  Rumus mencari suku ke-n adalah Un = Un – 1 + Un - 2
  Gambar pola bilangan persegi panjang adalah sebagai berikut







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jika dilihat dari pembahasan diatas, maka pada sejarah telah membuktikan bahwa
matematika, khususnya sistem bilangan pada awalnya tidak seragam, berbeda disetiap suku
bangsa!! Jadi matematika dalam kasus sistem bilangan sangat mirip dengan bahasa, tapi pada
prinsipnya bisa diterjemahkan satu sama lain.

Dan sebagaimana bahasa inggris mendominasi bahasa yang digunakan didunia, maka
sistem bilangan basis 10 adalah yang paling banyak disepakati suku bangsa dan menjadi sistem
bilangan internasional. Tapi seperti bahasa juga, sistem bilangan ini juga mengalami asimilasi,
jadi walaupun menggunakan sistem bilangan basis 10 (desimal), 1 tahun tetap 12 bulan dan 1
jam tetap 60 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Anglin, W .S. (1994). Mathematics: A Concise History and Philosophy, Springer Verlag, New
York

Evans, P .J. (1970). Mathematics Creation and Study of From California: Addison weslay.

Suryadi,pena,2007,sejarah bilangan, diambil : http//id.shvoog.com/socialsciences/2068232-


pengertian-bilangan.html.

Saripudin,2006,perkembangan sejaran bilangan,di ambil dari :


http://adit38.worgpress.com/2010/05/19/asal-usul-sistem-bilangan.html.

Anda mungkin juga menyukai