Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MATEMATIKA

SEJARAH

Cliff Craine Philipus 103115


85

SEJA

SEJARAH
BILANGAN

Di susun oleh:
Cliff Craine Philipus
10 311 585
Semester VII Kelas F

Dosen: Drs. J. F. Monoarfa, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2013
1

Cliff Craine Philipus 103115


85

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan
penyertaan-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah Bilangan
Real ini dengan baik
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas untuk mata kuliah Sejarah Matematika.
Selain itu, makalah ini disusun juga untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai
sejarah bilangan real, sehingga kita boleh memperoleh pengetahuan yang lebih tentang apa dan
asal usul bilangan real.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik untuk menambah wawasan
pengetahuan atau juga dapat dijadikan bahan referensi untuk mata kuliah yang terkait.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
Dan menjadi acuan juga bagi penulis dalam menyusun makalah selanjutnya.

Tondano,

Oktober 2013

Penulis

Cliff Craine Philipus 103115


85

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................1
DAFTAR
ISI
.........................................................................................................2
BAB

PENDAHULUAN
.........................................................................................................3
BAB

II

TEORI..

KAJIAN
5

A. Sejarah Bilangan.......................................................................5
B. Perhitungan primitive pada bilangan..................................................................6
C. Sistem
Bilangan..
D.
E.
F.
G.
H.
BAB

..................................................................................................6
Tokoh-Tokoh Sejarah Bilangan....................................................7
Perkembangan Sistem Bilangan................................................9
Penemuan Angka.......................................................................9
Perkembangan Bilangan-Bilangan.............................................10
Sifat-Sifat Aljabar dan Urutan Dalam .....................................14
III

PENUTUP
.........................................................................................................18
DAFTAR
PUSTAKA..
............................................................................................................19

Cliff Craine Philipus 103115


85

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut
sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-tahun
lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan
irasional, dan bilangan kompleks.
Prosedur-prosedur tertentu yang mengambil bilangan sebagai masukan dan menghasil
bilangan lainnya sebagai keluran, disebut sebagai operasi numeris. Operasi uner mengambil satu
masukan bilangan dan menghasilkan satu keluaran bilangan. Operasi yang lebih umumnya
ditemukan adalah operasi biner, yang mengambil dua bilangan sebagai masukan dan
menghasilkan satu bilangan sebagai keluaran. Contoh operasi biner adalah penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan, dan perakaran. Bidang matematika yang
mengkaji operasi numeris disebut sebagai aritmetika.
Bilangan selalu muncul akibat kebutuhan manusia. Bilangan yang pertama kali dikenal
adalah bilangan asli. Bilangan ini muncul akibat kebutuhan manusia untuk menghitung. Kemudian
muncul bilangan nol, suatu bilangan yang menyatakan kekosongan. Maka dikenalkan bilangan
cacah. Setelah operasi hitung dikenal, muncul bilangan negatif untuk mengatasi kebutuhan akan
hasil pengurangan dua bilangan asli yang bilangan pertama lebih kecil dari bilangan kedua, maka
dikenalkan bilangan bulat. Kemudian untuk mengatasi masalah pembagian dua bilangan yang
hasilnya bukan bilangan bulat, diperlukan bilangan rasional. Sedangkan bilangan irasional muncul
karena adanya operasi pangkat dua, ketika ternyata diketahui bahwa tidak selalu ada bilangan
rasional yang memenuhi a2 = b. Gabungan Bilangan Rasional dan Irasional kemudian disebut

Cliff Craine Philipus 103115


85
bilangan Real. Sekitar abad 16, para ahli matematika mulai menggunakan bilangan yang memiliki

1, 15 , 8,
akar negatif

dan sebagainya. Maka muncullah himpunan bilangan imajiner.

Selanjutnya, bilangan yang terbentuk dari bilangan real dan bilangan imajiner disebut bilangan
kompleks.
Di dalam makalah ini saya akan membahas tentang sejarah bilangan real, sifat-sifat
bilangan real dan sebagainya yang berhubungan dengan bilangan real
1.2 Rumusan masalah
a. Apakah sejarah bilangan itu ?
b. Bagaimana proses perkembangan bilangan?
1.3 Tujuan pembelajaran
a. Untuk memahami tentang sejarah bilangan
b. Untuk memahami proses perkembangan bilangan

BAB II
PEMBAHASAAN
A. SEJARAH BILANGAN

Cliff Craine Philipus 103115


85
Awal kebangkitan teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665),
Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833), Dirichlet
(1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano (1858-1932),
Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Sebagai seorang pangeran matematika, Gauss
begitu terpesona terhadap keindahan dan kecantikan teori bilangan, dan untuk melukiskannya, ia
menyebut teori bilangan sebagai the queen of mathematics.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga banyak
diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada
pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain
sebagainya.
Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam
perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan katakata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat penting
bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan selalu
bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi,
sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya
kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk
menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :

Simbol bilangan bangsa Babilonia:


Simbol bilangan bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM:
Simbol bilangan menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno:
Simbol bilangan bangsa Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh umat

Islam di seluruh dunia:


Simbol bilangan bangsa Yunani Kuno:
Simbol bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini:
Dalam perkembangan selanjutnya, pada abad ke-X ditemukanlah manuskrip Spanyol yang

memuat penulisan simbol bilangan oleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara penulisan inilah yang
menjadi cikal bakal penulisan simbol bilangan yang kita pakai hingga saat ini, seperti yang
tampak dalam gambar berikut:

B. Perhitungan primitive pada bilangan

Cliff Craine Philipus 103115


85
Konsep bilangan dan proses berhitung berkembang dari jaman sebelum ada sejarah
(artinya tidak tercatat sejarah kapan dimulainya). Mungkin bisa diperdebatkan, tapi diyakini sejak
jaman paling primitif pun manusia memiliki rasa terhadap apa yang dinamakan bilangan,
setidaknya untuk mengenali mana yang lebih banyak atau mana yang lebih sedikit terhadap
berbagai benda, beberapa penelitian terhadap binatang menunjukkan binatakan juga memiliki
rasa itu. Suatu suku atau suku bangsa primitif, harus tau seberapa banyak mereka memiliki
teman dan seberapa banyak musuhnya.
Sementara proses berhitung kemungkinan dimulai dari metode pencocokan sederhana,
dengan prinsip korespondensi satu-satu. Sebagai contoh saat menghitung jumlah benda, satu jari
untuk satu benda bisa jadi adalah asal-usulnya. Proses berhitung kemudian berkembang dengan
pengumpulan tongkat kayu atau kerikil, dengan menbuat coretan di tanah atau batu, dengan
membuat catatan di kulit pohon, membuat ikatan pada ranting. Dan kemungkinan pada tahap
berikutnya, mereka mulai mencocokan bilangan dengan suara tertentu.
C. Sistem bilangan
Ketika bilangan maupun proses berhitung sudah semakin penting, maka suatu suku bangsa
mulai mensistematiskannya, ini dilakukan dengan mengurutkan bilangan kedalam kelompok
tertentu, ukuran kelompok ditentukan oleh proses pemasangan anggota. Sederhana koq, ilustrasi
metodenya begini. Misalkan sebuah bilangan, namakan b, dipilih sebagai basis untuk berhitung
dan nama bilangan diurutkan oleh bilangan 1,2,.,b. Nama bilangan yang lebih besar dari b
diperoleh dari kombinasi bilangan yang sudah ada.
Karena jari manusia adalah alat yang baik untuk membant proses berhitung, tidak aneh kalau
paling tepat 10 dipilih sebagai basis, nyatanya tetap dipakai sampai hari ini di sistem bilangan
modern. Lihata saja 15 adalah kombinasi 1 dan 5, demikian juga bilangan lainnya yang lebih besar
dari 10.
Tapi terdapat bukti-bukti bahwa bilangan lain dipakai sebagai basis. Sebagai contoh, ada
penduduk asli QUEENSLAND yang berhitung one, two, two and one, two twos, dan much
untuk bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, ini berarti 2 digunakan sebagai basis. Suku di Tierra del Fuego
menggunakan 3 sebagai basis, dan suatu suku di Amerika Selatan menggunakan 4 sebagai basis.
Mudah ditebak sistem bilangan dengan basis 5, lebih dikenal dengan skala quinary (quinary
scale), pernah digunakan cukup lama. Bahkan sampai hari ini, beberapa suku di Amerika Selatan
menghitung menggunakan tangan, satu, dua, tiga, empat, tangan, tangan dan satu, tangan dan
dua dan seterusnya. Para petani Jerman menggunakan kalender dengan basis 5 sekitar tahun
1800.

Cliff Craine Philipus 103115


85
Terdapat juga bukti bahwa 12 pernah dipakai sebagai basis di jaman dulu, utamanya dalam
hubungan ke ukuran. Basis 12 ini diduga dipakai dasar dalam membuat kalender. Pada gambaran
lain ukuran jarak satu kaki sama dengan 12 inci, selusin itu 12, setahun 12 bulan dan lain
sebagainya.
Sistem bilangan dengan basis 20 juga dipakai secara luas, sistem ini digunakan oleh orang
indian di amerika dan yang tidak kalah terkenal sistem bilangan berbasis 20 ini digunakan oleh
suku Maya (itu loh suku purba yang ngeramal kiamat tahun 2012). Jejak-jekak penggunaan sistem
bilangan skala 20 juga ditemukan di Prancis, Denmark dan Wales. Sistem bilangan basis 20 ini
lebih dikenal dengan nama skala vigesimal. Dan suku Babylonia (Irak jadul) menggunakan sistem
bilangan dengan basis 60, dan masih digunakan saat ini untuk menghitung sudut, dan waktu.
Sistem bilangan ini lebih dikenal dengan skala sexagesimal.
D. Tokoh-tokoh sejarah bilangan
Adapun penjelasan dari pendapat para ahli terdahulu tentang bilangan, sebagai berikut :
Menurut Pythagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui
teoremanya. Dikenal sebagai Bapak Bilangan, dia memberikan sumbangan yang penting
terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Salah satu peninggalan
Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa
dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi sikusikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya
Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali
membuktikan pengamatan ini secara matematis.
Menurut Al-Kashi terlahir pada 1380 di Kashan, sebuah padang pasir di sebelah utara
wilayah Iran Tengah. Selama hidupnya, al-Kashi telah menyumbangkan dan mewariskan sederet
penemuan penting bagi astronomi dan matematika.
Pecahan desimal yang digunakan oleh orang-orang Cina pada zaman kuno selama
berabad-abad, sebenarnya merupakan pecahan desimal yang diciptakan oleh al-Kashi. Pecahan
desimal ini merupakan salah satu karya besarnya yang memudahkan untuk menghitung aritmatika
yang dia bahas dalam karyanya yang berjudul Kunci Aritmatika yang diterbitkan pada awal abad
ke-15 di Samarkand.
Selanjutnya menurut Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam lahir Basrah Irak, yang oleh
masyarakat Barat dikenal dengan nama Alhazen. Al-Haytam adalah orang pertama yang
mengklasifikasikan semua bilangan sempurna yang genap, yaitu bilangan yang merupakan jumlah

Cliff Craine Philipus 103115


85
dari pembagi-pembagi sejatinya, seperti yang berbentuk 2k-1(2k-1) di mana 2k-1 adalah bilangan
prima. Selanjutnya Al-Haytam membuktikan bahwa bila p adalah bilangan prima, 1+(p-1)! habis
dibagi oleh p.
Fermat menuliskan bahwa I have discovered a truly remarkable proof which this margin
is to small to contain. Fermat juga hampir selalu menulis catatan kecil sejak tahun 1603,
manakala ia pertama kali mempelajari Arithmetica karya Diophantus. Ada kemungkinan Fermat
menyadari bahwa apa yang ia sebut sebagai remarkable proof ternyata salah, karena semua
teorema yang dia nyatakan biasanya dalam bentuk tantangan yang Fermat ajukan terhadap
matematikawan lain. Meskipun kasus khusus untuk n = 3 dan n = 4 ia ajukan sebagai tantangan
(dan Fermat mengetahui bukti untuk kasus ini) namun teorema umumnya tidak pernah ia sebut
lagi. Pada kenyataannya karya matematika yang ditinggalkan oleh Fermat hanya satu buah
pembuktian. Fermat membuktikan bahwa luas daerah segitiga siku- siku dengan sisi bilangan
bulat tidak pernah merupakan bilangan kuadrat. Jelas hal ini mengatakan bahwa tidak ada segitiga
siku-siku dengan sisi rasional yang mempunyai luas yang sama dengan suatu bujursangkar dengan
sisi rasional. Dalam simbol, tidak terdapat bilangan bulat x, y, z dengan sehingga bilangan kuadrat.
Dari sini mudah untuk mendeduksi kasus n = 4, Teorema Fermat. Penting untuk diamati bahwa
dalam tahap ini yang tersisa dari pembuktian Fermat Last Theorem adalah membuktikan untuk
kasus n bilangan prima ganjil. Jika terdapat bilangan bulat x, y, z dengan maka jika n = pq.

E. PERKEMBANGAN SISTEM BILANGAN


Sejarah perkembangan sistem bilangan berawal dari zaman Paleolitikum atau zaman batu
tua sekitar 30.000 tahun yang lalu. Tanda yang digunakan untuk mewakili suatu angka pada zaman
tersebut yakni irisan-irisan atau ukiran yang digoreskan pada dinding gua atau pada tulang, kayu,
atau batu. Satu irisan menandakan satu benda, oleh karena itu sepuluh rusa kutub ditandai oleh
sepuluh ukiran. Banyaknya tanda berkorespondensi satu-satu dengan banyaknya benda yang
dihitung. Karena sistem yang digunakan sangat tidak praktis untuk mewakili suatu angka, di
Persia pada abad kelima sebelum masehi, terjadi suatu perkembangan sistem bilangan yakni
dengan digunakannya simpul-simpul yang disusun pada tali.
Pada abad ketiga belas, suku Inca menggunakan sistem yang sama dengan
mengembangkan quipu, suatu tali yang disusun secara horizontal dimana dari tali tersebut
digantung berbagai macam benang. Jenis simpul yang digunakan, panjang dari tali, dan warna
serta posisi benang menandakan tingkatan kuantitas satuan, puluhan, dan ratusan. Beberapa

Cliff Craine Philipus 103115


85
peradaban juga menggunakan sistem bilangan untuk merepresentasikan banyaknya obyek yang
berbeda-beda yakni dengan menggunakan berbagai macam bebatuan, seperti bangsa Sumeria yang
menggunakan batu tanah liat yang disebut calculi bahasa latin dari calculi yakni calculus. Tanah
liat bangsa Sumeria tersebut digunakan pada abad keempat sebelum masehi. Batu tanah liat kecil
yang berbentuk kerucut mewakili banyaknya satu obyek, yang berbentuk bola mewakili
banyaknya sepuluh, dan batu tanah liat besar yang berbentuk kerucut mewakili enam puluh.
F. Penemuan Angka
Penulisan symbol matematika pertama muncul di zaman Babylonia (sekitar 3300 sebelum
masehi). Mereka menulis atau menggambar bentuk paku untuk mewakili satu, sedangkan bentuk
V mewakili sepuluh. Sembilan paku dan satu V berarti sembilan belas. Zaman berkembang dan
melahirkan berbagai peradaban yang juga menggunakan sistem bilangan yang sama dengan
bangsa Babylonia. Bangsa Maya misalnya menggunakan garis sebagai representasi dari angka
lima dan titik yang mewakili angka satu. Mereka menuliskan 19 dengan tiga garis dan empat titik.
Bangsa Mesir kuno menggunakan garis untuk mewakili satuan, bentuk pegangan keranjang untuk
puluhan, bentuk gulungan tali untuk ratusan, dan bentuk bunga lotus untuk mewakili ribuan.
Sistem bilangan tersebut adalah contoh sistem bilangan penjumlahan, karena nilai dari suatu
angka sama dengan jumlah nilai dari simbol yang mewakilinya. Bangsa Romawi yang
menemukan sistem biilangan Romawi juga dianggap sebagai sistem bilangan penjumlahan.
Misalnya XI berarti 10 + 1 = 11. Keunggulan dari sistem bilangan romawi ini yakni, apabila
menempatkan angka yang lebih kecil di depan sebelum bilangan yang lebih besar maka akan
menandakan pengurangan misalnya IX berarti 10 1 = 9.
G. Perkembangan macam-macam bilangan
Berikut ini ringkasan materi mengenai himpunan-himpunan bilangan.
1. Bilangan asli/Natural Numbers
Bilangan asli adalah yang digunakan untuk

menghitung. Karena dalam

menghitung kita memulai dengan 1, maka himpunan bilangan asli juga dimulai dari 1, 2, 3,
4,.dan seterusnya. Simbol yang sering digunakan untuk himpunan bilangan asli adalah A
atau N. Bilangan asli dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bilangan genap dan bilangan ganjil.
Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi 2, sedangkan bilangan ganjil tidak habis
dibagi 2.
Himpunan bilangan genap adalah G= { 2, 4, 6, 8,}

10

Cliff Craine Philipus 103115


85
Himpunan bilangan ganjil adalah J = {1, 3, 5, 7, .}
Setiap bilangan asli yang lebih dari 1 dapat dikelompokkan menjadi bilangan prima
atau bilangan komposit/tersusun. Sedangkan 1 tidak termasuk keduanya, 1 adalah
unit/satuan. Untuk menentukan bilangan prima yang tidak terlalu besar dapat digunakan
metode Saringan Erastothenes.
Teorema dasar aritmetika menyatakan bahwa setiap bilangan komposit dapat
dinyatakan sebagai hasilkali bilangan-bilangan prima. Misalnya 300 dapat dinyatakan
dengan 22.3.52. Ini disebut juga faktorisasi prima dari 300.
2. Bilangan Cacah/Whole Numbers
Bilangan cacah adalah semua bilangan asli ditambah dengan 0. Simbol bilangan
cacah adalah C.
3. Bilangan bulat/Integers
Bilangan bulat adalah semua bilangan cacah ditambah dengan bilangan bulat
negatif.
4. Bilangan rasional
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk p/q, dimana
p dan q adalah bilangan bulat dan q 0. Simbol bilangan rasional adalah Q.
Jika p habis dibagi q maka bilangan itu adalah bilangan bulat (pecahan palsu), jika
tidak maka berupa pecahan. Ada 4 macam pecahan yaitu pecahan sejati, pecahan
campuran, pecahan palsu dan pecahan desimal. Bilangan rasional yang dinyatakan dalam
bentuk pecahan desimal dapat berupa desimal terbatas dan desimal tak terbatas berulang
5. Bilangan irasional
Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk p/q,
dimana p dan q adalah bilangan bulat dan q 0. Bilangan irasional dikenal sejak sekitar
600 SM di Yunani, ketika orang berusaha mencari solusi dari rumus Pythagoras a2+b2=c2
untuk a=1 dan b=1 ternyata tidak ada bilangan rasional yang tepat untuk c, karena tidak
ada bilangan rasional yang jika dikalikan dengan dirinya sendiri hasilnya 2.
Ketika dinyatakan dalam desimal, bilangan irasional adalah desimal yang tak
terbatas dan tak berulang. Contoh bilangan Irasional yang menarik adalah yaitu bilangan
yang didapat dari perbandingan antara keliling dan luas lingkaran.

11

Cliff Craine Philipus 103115


85
6. Bilangan Real/Bilangan Nyata
Bilangan real adalah gabungan dari bilangan rasional dan bilangan Irasional.
Simbol bilangan real adalah R. Operasi hitung pada bilangan real meliputi antara lain
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pemangkatan, penarikan akar, dan
logaritma. Sifat tertutup (closure): Jika dilakukan operasi tertentu pada 2 anggota suatu
himpunan bilangan dan hasilnya adalah bilangan yang merupakan anggota himpunan
bilangan itu maka dikatakan himpunan itu tertutup dalam operasi tersebut.
Contoh:
Dalam himpunan bilangan asli. Operasi penjumlahan bersifat tertutup, tetapi
operasi pengurangan tidak, karena 57 = -2, dan 2 bukanlah anggota bilangan asli.
Sifat-sifat operasi pada bilangan real diperlihatkan pada tabel berikut.
Untuk a, b, c R berlaku:
a.
b.
c.
d.
e.

Sifat komutatif pada penjumlahan: a + b = b + a


Sifat komutatif pada perkalian: a x b = b x a
Sifat asosiatif pada penjumlahan: (a + b) + c = a + (b + c)
Sifat asosiatif pada perkalian: (a x b) x c = a x (b x c)
Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan: ax(b+c)=(axb)+(axc).

Identitas pada penjumlahan adalah 0 sedangkan identitas pada perkalian adalah 1.


Invers penjumlahan adalah lawannya, misalnya invers a adalah a.
Invers perkalian adalah kebalikannya, misalnya invers a adalah 1/a
7. Bilangan imajiner
Kata imajiner

digunakan

untuk

menggambarkan

bilangan

seperti

1, 15, 8 .
Unit imajiner (disimbolkan i) didefinisikan sebagai berikut: i =

dan i2 = -1. Selanjutnya didefinisikan akar dari bilangan negatif sebagai berikut: jika a > 0,

i a
=

8. Bilangan kompleks
Setiap bilangan yang berbentuk a+bi, dimana a dan b adalah bilangan real dan i
adalah unit imajiner, disebut bilangan kompleks.
Contohnya 4i, 3+2i, 2i

12

, 7 dan 0.

Cliff Craine Philipus 103115


85
Pada a+bi, a di sebut bagian real, dan b disebut bagian imajiner. Jika b 0, maka
bilangan tersebut disebut bilangan imajiner. Pada bilangan imajiner, a+bi, jika a = 0, maka

disebut bilangan imajiner murni. Contohnya 3i, -i, i

dan sebagainya. Dua bilangan

kompleks a+bi dan c+di dikatakan sama, jika dan hanya jika a=c dan b=d.

Berikut Ini Kedudukan Bilangan Real Dalam Sistem Bilangan

13

Cliff Craine Philipus 103115


85

Pada bab ini dibahas sifat-sifat penting dari sistem bilangan real , seperti sifat-sifat
aljabar, urutan, dan ketaksamaan. Selanjutnya, akan diberikan beberapa pengertian seperti
bilangan rasional, harga mutlak, himpunan terbuka, dan pengertian lainnya yang berkaitan dengan
bilangan real.
H. Sifat-sifat Aljabar dan Urutan dalam

14

Cliff Craine Philipus 103115


85
Sebelum menjelaskan tentang sifat-sifat , diberikan terlebih dahulu tentang struktur
aljabar dari sistem bilangan real. Akan diberikan penjelasan singkat mengenai sifat-sifat dasar dari
penjumlahan dan perkalian, sifat-sifat aljabar lain yang dapat diturunkan dalam beberapa aksioma
dan teorema. Dalam terminologi aljabar abstrak, sistem bilangan real membentuk lapangan (field)
terhadap operasi biner penjumlahan dan perkalian biasa.
Sifat-sifat Aljabar
Pada himpunan semua bilangan real terdapat dua operasi biner, dinotasikan dengan + dan .
yang disebut dengan penjumlahan (addition) dan perkalian (multiplication). Operasi biner
tersebut memenuhi sifat-sifat berikut:
(A1) a + b = b + a untuk semua a,b (sifat komutatif penjumlahan)
(A2) (a + b) + c = a + (b + c) untuk semua a,b, c (sifat assosiatif penjumlahan)
(A3) terdapat 0 sedemikian hingga 0 + a = a dan a + 0 = a untuk semua a
(eksistensi elemen nol)
(A4) untuk setiap a terdapat -a sedemikian hingga a + (-a) = 0 dan
(-a) + a = 0 (eksistensi elemen negatif atau invers penjumlahan)
(M1) a b = b a untuk semua a,b (sifat komutatif perkalian)
(M2) (a b) c = a (b c) untuk semua a,b, c (sifat assosiatif perkalian)
(M3) terdapat 1 sedemikian hingga 1a a dan a 1 a untuk semua a
(eksistensi elemen unit 1)
(M4) untuk setiap a , a 0 terdapat
untuk setiap a , a 0 terdapat

1
a sedemikian hingga

( 1a )=1

dan

( 1a ) a=1

dan

(eksistensi invers perkalian)


(D) a (b c) (a b) (a c) dan (b c) a (b a) (c a) untuk semua a,b,c
(sifat distributif perkalian atas penjumlahan)
Sifat-sifat di atas telah umum diketahui. Sifat (A1)-(A4) menjelaskan sifat penjumlahan,
sifat (M1)-(M4) menjelaskan sifat perkalian, dan sifat terakhir menggabungkan kedua operasi.
Selanjutnya, diberikan beberapa teorema tentang elemen 0 dan 1 yang telah diberikan pada sifat

15

Cliff Craine Philipus 103115


85
(A3) dan (M3) di atas. Juga akan ditunjukkan bahwa perkalian dengan 0 akan selalu menghasilkan
0.
Teorema 1.1.1.
(a) Jika z, a dengan z a a , maka z 0 .
(b) Jika u dan b 0 elemen dengan u b b , maka u 1.
(c) Jika a , maka a 0 0 .
Bukti.
(a) Menggunakan aksioma (A3), (A4), (A2), asumsi z a a , dan (A4), diperoleh

(b) Menggunakan aksioma (M3), (M4), (M2), asumsi u b b , dan (M4), diperoleh

(c) Karena a a 0 a 1a 0 a.10a 1 a , maka a 0 0 .


Dengan demikian, maka teorema terbukti.
Teorema 1.1.2. Jika a , maka
(a) 1.a a .
(b) aa .
(c) 111.

16

Cliff Craine Philipus 103115


85
Selanjutnya, diberikan dua sifat penting dari operasi perkalian, yaitu sifat ketunggalan elemen
inversnya dan bahwa perkalian dua bilangan itu hasilnya nol apabila salah satu faktornya adalah
nol.
Teorema 1.1.3.
(a) Jika a b 0 , maka b a .
(b) Jika a 0 dan b sedemikian hingga a b 1, maka
(c) Jika a b 0 , maka a 0 atau b 0 .
Bukti.
(a) Karena a b 0 , maka
a b 0 aa ba0
aab a (A2 dan A3)
0 b a (A4)
b a . (A3)
(b) Karena a b 1, maka

(c) Diketahui a b 0 , maka

17

Cliff Craine Philipus 103115


85

Dengan cara yang sama, kedua ruas dikalikan dengan

1
b , maka diperoleh a 0. Dengan

demikian teorema terbukti


Operasi pengurangan (substraction) didefinisikan dengan a b :a (b) untuk a,b .
Sama halnya dengan operasi pembagian (division), untuk a,b dengan b 0 didefinisikan
a
1
=a
b
b .
Untuk selanjutnya, a b cukup dituliskan dengan ab , dan penulisan a2 untuk aa, a3 untuk

a a, dan secara umum didefinisikan a


2

n1

0 , maka dapat ditulis a 1 dan a untuk


0

-1

:an a untuk n. Lebih lanjut, a1 a , dan jika a


1
a

-n

dan jika n, dapat ditulis a untuk

1
a

()

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jika dilihat dari pembahasan di atas, maka pada sejarah telah membuktikan bahwa
matematika, khususnya sistem bilangan pada awalnya tidak seragam, berbeda di tiap suku
bangsa!! Jadi matematika dalam kasus ini sistem bilangan, sangat mirip dengan bahasa, yakni
berbeda di tiap suku bangsa, tapi pada prinsipnya bisa diterjemahkan satu sama lain.

18

Cliff Craine Philipus 103115


85
Dan sebagaimana bahasa inggris mendominasi bahasa yang digunakan di dunia, maka
sistem bilangan basis 10 adalah yang paling banyak disepakati suku bangsa dan menjadi sistem
bilangan internasional. Tapi seperti bahasa juga, sistem bilangan ini juga mengalami asimilasi, jadi
walaupun menggunakan sistem bilangan basis 10 (desimal), 1 tahun tetap 12 bulan dan 1 jam tetap
60 menit.
3.2 Kritik Dan Daran
Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat khusunya bagi penulis umumnya bagi
pembaca dibidang ilmu matematika.
Dan juga penulis berharap kreitik dan saranya dari pembaca sebagai follow up dan revisi
untuk makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anglin, W.S. (1994).Mathematics: A Concise History and Philosophy, Springer-Verlag, New York.
Evans, P.J. (1970). Mathematics Creation and Study of Form California:Addison Wesley.
Suryadi,pena,2007,sejarah

bilangan,

diambil

http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/2068232-pengertian-bilangan.html. 28 september 2012


Saripudin,2006,perkembang

sejarah

bilangan,di

ambil

http://adit38.wordpress.com/2010/05/19/asal-usul-sistem-bilangan.html.
2012

19

dari
28

september

Cliff Craine Philipus 103115


85

20

Anda mungkin juga menyukai