Anda di halaman 1dari 8

PENGETAHUAN MATEMATIKA MODERN

Akbar Muntoha Gufron


Universitas Sultan Agung Semarang

Abstrak: Matematika modern tidak lepas dari kurikulum 1975 di amerika serikat
yang juga berlaku di Indonesia. Matematika Modern lebih menekankan
pembaharuan pengajaran matematika yang sesuai dengaan perkembangan zaman.
Di Negara Belanda RME (Realistic Mathematic Education) lebih efektif daripada
matematika modern. Tetapi pada dasarnya matematika modern mempengaruhi
lahirnya RME di Belanda.

PENDAHULUAN
Pemberlakuan Kurikulum tahun 1975 di tiap tingkatan sekolah, mulai Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), terjadi suatu perubahan
yang sangat mendasar untuk mata pelajaran matematika. Pada kurikulum sebelumnya, di SD
disebut mata pelajaran Berhitung, di SMP mata pelajaran terdiri dari dua mata pelajaran yaitu
Aljabar dan Ilmu Ukur. Sedangkan di SMA mata pelajaran matematika terdiri dari mata
pelajaran Aljabar, Ilmu Ukur Analitik, Ilmu Ukur Sudut, dan Ilmu Ukur Ruang. Pengajaran
matematika pada Kurikulum 1975 identik dengan pengajaran matematika modern atau
matematika baru. Ruseffendi (1990) memandang pembaharuan pengajaran matematika dari
tradisional ke matematika modern, sebagai suatu revolusi dalam pengajaran matematika, sebab
dalam waktu yang relatif singkat wajah pengajaran matematika telah berubah.

PEMBAHASAN

DEFINISI PENGETAHUAN MATEMATIKA MODERN


Istilah Matematika modern merupakan terjemahan dari bahasa inggris “Modern
Mathematics”. Di Amerika Serikat “Modern Mathematics” itu dikenal juga dengan nama “New
Mathematics” yang artinya “Matematika Baru”. Istilah mana yang akan diambil, Matematika
Modern atau Matematika baru, terserah kepada kita. Baik istilah Matematika modern maupun
Matematika baru sama saja. Kami mengambil istilah Matematika modern karena istilah ini bagi
kita lebih dikenal.
Paul Ernest pernah menyatakan bahwa pengetahuan matematika merupakan suatu
kontruksi social yang mengakui matematika sebagai bahasa, aturan dan kesepakatan manusia
yang memainkan peran sebagai peran kunci dalam menetapkan dan menjustifikasi kebenaran
matematika. Dalam hal ini kontruksi matematika yang berhadapan langsung dengan masyarakat
terus mengalami perkembangan.
Kontruksi pengetahuan adalah suatu proses perubahan meliputi penambahan, penciptaan,
modifikasi, penghalusan, rekontrukturisasi dan penolakan. Pengetahuan matematika modern,
lebih menekankan pada cara mengajar yang dilakukan dalam perkembangan zaman. Menurut
Ruseffendi (1990) pengajaran matematika modern memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Memuat topik-topik, dan pendekatan baru

2. Penekanan pengajaran lebih diutamakan kepada pengertian daripada kepada hafalan dan
keterampilan berhitung.

3. Program matematika lebih kontinu

4. Pengenalan penekanan pengajaran kepada struktur

5. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya lebih heterogen.

6. Program baru menggunakan bahasa yang lebih tepat

7. Pusat pengajaran lebih diutamakan kepada murid, tidak lagi kepada guru

8. Metode mengajar yang dipergunakan lebih banyak dipergunakan metode menemukan,


pemecahan masalah, dan tekniknya diskusi.

9. Pengajaran matematika modern lebih hidup dan menarik.

Dalam hal ini contohnya: berhitung pada zaman dahulu menggunakan batang kayu atau lidi,
sementara sekarang ini digunakan peralatan teknologi (kalkulator dan computer) yang digunakan
dalam proses berhitung. Selain dalam hal berhitung perkembangan matematika modern juga
mengalami pembaharuan bidang geometri, metode-metode Euclides mengalami pembaharuan
dengan suatu grup transformasi.
Hilbert dalam Grundlagen der Geometri menekankan aspek logika dalam pembahasan
geometri. Karya Hillbert sangat merangsang lebih jauh sistemaksiomatika. Namun ada unsur
dasar seperti titik, garis lurus, bidang lain sebagaimana dijelaskan oleh Eucludes. Namun bangun
geometriyang digunakan harus tunduk kepada logika. Ahli logika seperti Boole, de Morgan,
Schroder Frege dan Russel sudah berusaha menyusun logika itu secara sistematik yaitu dengan
cara yang dilakukan Cantor menggunakan Teori Himpunan.
Teori himpunan mendorong perkembangan dengan timbulnya pandangan bahwa matematika
tidak dikembalikan pada bilangan, tetapi pada himpunan, sehingga teori himpunan menjadi dasar
dari logika matematika. Dasar inilah bagi pembaharuan di segala bidang, terutama kaitannya
dengan gerakan matematika Modern.
Secara historis, matematika modern muncul dipicu karena persaingan antara blok Barat
merasa terpukul oleh kemajuan teknologi blok Timur. Untuk menghadapi blok Timur, blok Barat
memerlukan banyak ilmuwan-ilmuwan yang handal dalam memajukan teknologinya.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dalam mendukung teknologi perlu direstrukturisasi
baik dari segi materi (content) maupun pembelajarannya (Ruseffendi, 1988; Wahyudin, 1999).
Melalui pembelajaran matematika modern Amerika (blok Barat) cukup berhasil menghasilkan
banyak ilmuwan dan mengembalikan kejayaan mereka dalam memimpin teknologi.
Keberhasilan Amerika dengan matematika modernnya tidaklah sempurna, pembelajaran
matematika modern lebih mendorong orang-orang yang berbakat saja. Sementara para siswa
yang kurang berbakat, prestasi belajarnya dalam matematika malah lebih terpuruk (Ruseffendi,
1988). Hal ini sangat masuk akal, walaupun matematika diberikan melalui pendekatan spiral dan
disesuaikan dengan tahap berpikir anak, namun karakteristik matematika modern menuntut
kemampuan yang tinggi untuk menguasainya. Sementara itu RME, merupakan salah satu
jawaban dari tantangan yang berbeda. Kebutuhan dan penggunaan matematika dan persaingan
global khususnya dalam bidang ekonomi di era teknologi dan informasi ini hampir di setiap
sektor kehidupan kita dituntut untuk menggunakan keterampilan intelegen dalam
menginterpretasi, menyelesaikan suatu masalah, ataupun untuk mengontrol proses komputer.
Kebanyakan lapangan kerja belakangan ini menuntut kemampuan menganalisis daripada
melakukan keterampilan prosedural dan mekanistik. Dengan demikian, siswa memerlukan lebih
banyak matematika untuk menjawab tantangan dunia kerja. Tetapi jawaban atas kebutuhan di
atas bukan hanya melahirkan RME saja, Jepang sejak awal tahun 90-an mengembangkan ‘open-
ended’ yaitu pendekatan yang menekankan pada soal-soal konstektual yang mempunyai banyak
solusi dan strategi (Zulkardi, 2001).
Dipandang dari konteks menjawab permasalahan masing-masing, kedua pandangan
matematika di atas tidak perlu dipertentangkan, bahkan untuk menjawab tantangan ke depan
dalam pendidikan matematika sekolah maupun pengembangan keilmuan matematika itu sendiri
kedua pandangan tersebut saling melengkapi. Pendidikan matematika sekolah untuk semua siswa
diarahkan untuk menjadi problem 4 solver pada kehidupan sehari-hari, sementara untuk siswa
tertentu yang akan menekuni dunia ilmu baik dasar maupun terapan tentu diperlukan matematika
sebagai subject matter untuk mendukung pengembangan keilmuannya. Kebiasaan melakukan
aktivitas matematisasi dapat mendukung dalam melakukan penemuan-penemuan pengetahuan
baru.

KARAKTERISTIK MATEMATIKA MODERN


Menurut (Max A Sobel dan Evan M. Maletsky, 2003) meskipun diberi nama
”matematika modern”, tetapi isi dari materi pelajaran ini akan lebih layak jika digambarkan
dengan tiga kategori sebagai berikut :
1. Menurunkan matematika
Banyak materi pelajaran seperti materi pada program tradisional tetapi diajarkan pada
tingkat yang lebih awal. Misalnya trigonometri dan geomeri ruang pada program
tradisional selalu diajarkan pada tingkat dua belas. Dalam pelajaran program yang baru
trigonometri dimasukkan pada pelajaran aljabar tahun kedua, geometri ruang geometri
bidang diajarkan pada tingkat yang sama. Banyak topik tentang aljabar elementer
diturunkan di Kelas VII dan VIII dan topik-topik sepeti bilangan bertanda dapat ditemui
dalam program matematika ditingkat dasar.
2. Cara pandang baru
Topik-topik tradisional diperlakukan dengan cara pandang yang berbeda untuk memberi
tekanan pada arti dan pemahaman. Sebagai contoh memahami mengapa seseorang harus
“menginversi dan mengalikan” ketika membagi dengan pecahan. Konsep tenatang
himpunan dipakai untuk menyatukan tema-tema dalam aljabar dan geometri. Prinsip-
prinsip dasar seperti sifat-sifat komutatif, assosiatif, dan distributive diberi tekanan.
3. Matematika modern. Topik-topik tertentu seperti basis hitungan, aritmetika, dan geometri
non metrik, yang sebelumnya tidak dimuat dalam program tradisional, dimasukkan
kedalam kurikulum yang baru
Selain karakteristik matematika modern diatas adapula karakteristik matematika modern
yang dituliskan pada buku Strategi Belajar Mengajar Matematika (Erman Suherman dan Udin S.
Winataputra, 1992/1993) yang menuliskan bahwa matematika modern memiliki ciri-ciri sebagai
berikut
1. Menekankan pada pengertian dan penemuan.
Pada pembelajaran Matematika Modern siswa harus mengerti materi matematika baru
kemudian dihapal. Matematika modern mengandung penemuan, logika yang akurat,
membedakan bilangan dari lambang bilangan atau angka
Contoh: 6 : 2 = 3
Agar siswa mengerti mengapa hasil pembagian menjadi dua. Proeses pemahaman dengan
menggunakan alat peraga dan pengurangan berulang 6 oleh 3 sampai habis.
2. Matematika Modern memuat materi baru.
Terdapat beberapa topik baru yang sebelumnya tidak terdapat didalam kurikulum
matematika tradisional. Diantara topik-topik tersebut adalah bilangan dasar nol desimal,
aritmetika jam atau modular, teori himpunan, sruktur aljabar atau alajabar abstrak, loigika
matematika, aljabar Boole, statistika, probabilitas (teori kemungkinan), dan topologi.
Materi-materi baru ini ada yang diberikan sebagai ilmu, namun ada juga merupakan
pengikat atau pemersatu topik-topik matematika. Misalnya himpunan merupakan
landasan topik-topik matematika lain seperti aljabar, geometri, sehingga himpunan
merupakan materi yang digunakan dalam seluruh cabang pelajaran matematika.
Pendekatan deduktif merupakan pendekatan penyajian materi dari materi yang sifatnya
umum menuju materi sifatnya khusus. Sedangkan, pendekatan induktif adalah
pendekatan dari hal-hal yang bersifat khusus menuju hal-hal yang bersifat umum
3. Pendekatan materi dalam matematika modern adalah matematika deduktif.
Dalam kurikulum matematika Amerika Serikat, seperti juga halnya kurikulum kita sekitar
tahun 1975, geometri yang diajarkan merupakan geometri deduktif, sedangkan aritmetika
dan aljabar tidak diberikan secara deduktif. Berbeda dengan matematika tradisional,
dalam matematika modern pendekatan deduktif ini tidak saja dalam geometri, namun
juga dalam aritmatika dan aljabar. Geometri yang sudah ada (dalam matematika modern),
dimodifikasi, sehingga menjadi geometri modern meskipun pendekatan dari ketiga
cabang matematika ini diberikan secara deuktif, namun pelajaran matematika yang
diberikan kepada anak usia dini masih tetap menggunakan pendekatan induktif.
4. Dalam matematika modern ketepatan bahasa sangat diperhatikan.
Dalam matematika modern, istilah “sama“ dibedakan dari “kongruen” contohnya:
“sebuah segitiga sama sisi mempunyai tiga sisi yang sama”, dalam matematika modern
adalah: ”sebuah segitiga mempunyai tiga sisi yang kongruen”. Istilah lainnya yang perlu
ditertibkan misalnya “luas daerah”. Dalam matematika lama (berhitung) luas daerah
sering dikatakan “luas segitiga”.
Dalam hal lainnya terdapat dua kekhususan. Misalnya untuk menyatakan himpunan
digunakan kurung kurawal. Tidak umum bila digunakan kurung kecil atau kurung biasa
atau kurung siku, seperti pemisahan antara anggotanya juga digunakan koma, bukan titik
koma atau titik. Matematika modern sangat menekankan pada struktur.
5. Matematika modern sangat menekankan pada struktur
Ini terlihat dengan adanya pendalaman struktur aljabar yang memuat sifat-sifat komutatif,
assosiatif, unsur satuan, unsur invers, unsur komplemen, operasi biner, dan operasi
invers. Materi-materi ini termuat dalam penjelasan topik-topik seperti ring, integral
domain.
Meskipun banyak orang suka mengatakan bahwa matematika modern 1960-an tidak ada
lagi namun fakta menunjukkan bahwa banyak topik-topik baru telah mengurangi tekanan yang
diberikan murid-murid pada program kontemporer. Materi pelajaran yang digambarkan sebagai
matematika “yang diturunkan” dan matematika tradisional tetap merupakan bagian dari
progranm yang paling modern.
MATEMATIKA MODERN DAN RME
Belanda mengaku sukses dengan program RME. Siswa yang melakukan pembelajaran
matematika dengan RME memiliki skor yang lebih tinggi dengan siswa yang pembelajarannya
melalui pendekatan tradisional dalam hal keterampilan berhitung, lebih khusus lagi dalam
aplikasi. Sementara penelitian di beberapa negara, setidak-tidaknya RME membuat:
1. Matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu
abstrak

2. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa

3. Menekankan belajar matematika pada ‘learning by doing’

4. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakan


penyelesaian (algoritma) yang baku.

5. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika (Turmudi, 2000).

Para penggagas dan pendukung RME lebih menekankan perbedaan antara RME dengan
matematika modern, serta lebih banyak mengungkapkan kelebihan RME dan kelemahan
matematika modern (Treffer, 1991; de Lange, 2000). Pada kesempatan ini penulis akan mencoba
melakukan kajian tentang perbedaan dan persamaan di antara keduanya. Kajian ini dibatasi
dalam aspek historis munculnya matematika modern dan RME, pandangan tentang hakekat
matematika serta prinsip dan karaterisitik masing-masing.
Dalam pengajaran matematika, Belanda mengaku negaranya tidak terpengaruh oleh gerakan
Matematika Modern, mereka mengembangkan pengajaran matematika sendiri yang disebut
Realistic Mathematics Education (RME) Gravemeijer (1994 : 91) mengemukakan tiga prinsip
kunci pembelajaran matematika realistik, yaitu Guided Reinvention Through Progressive
Mathematizing (menemukan kembali melalui matematisasi progresif), Didactical
Phenomenology (fenomena didaktik) dan self developed models (mengembangkan model
sendiri).

1. Menemukan kembali (Guided reinvention)


Siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep, definisi, teorema atau
cara penyelesaian melalui pemberian masalah kontekstual.
2. Fenomena didaktik (Didactical Phenomenology)
Untuk memperkenalkan topik-topik matamatika pada siswa, guru harus menekankan
pada masalah kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berasal dari dunia nyata atau
masalah yang dapat dibayangkan siswa.
3. Mengembangkan model sendiri (Self developed models)
Ketika mengerjakan masalah kontekstual siswa mengembangkan model dengan cara
mereka sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Erman Suherman dan Udin S. Winataputra. Strategi Belajar Mengajar Matematika. (Bandung
Tarsito, 1992) h.201

Gravemeijer, K (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Ultrech: Freudenthal


institute
Ruseffendi, E.T. (1990). Pengajaran matematika modern dan masa kini untuk guru dan PGSD
D2. Seri Pertama. Bandung: Tarsito

http://atwillyou.blogspot.com/2014/06/filsafat-matematika-modern.html zulfikar fikar

Anda mungkin juga menyukai