Anda di halaman 1dari 4

ALIRAN FORMALISME

Landasan matematika formalisme dipelopori oleh ahli


matematika besar dari Jerman yaitu David Hilbert. Menurut
pandangannya sifat alami matematika adalah sebagai sistem
lambang yang formal. Matematika berhubungan dengan sifat-sifat
struktural dari simbol-simbol dan proses pengolahan terhadap
lambang-lambang itu. Simbol-simbol dianggap mewakili berbagai
sasaran yang menjadi objek matematika. Bilangan misalkan
David Hilbert (1862-1943) dipandang sebagai sifat-sifat struktural yang paling sederhana.
Tokoh Matematika
Formalisme Dengan simbol abstrak yang dilepaskan dari suatu sifat tertentu dan
hanya bentuknya saja, aliran ini berusaha menyelediki berbagai sistem matematika. Menurut
pandangan aliran ini matematika merupakan ilmu tentang sistem-sistem formal (Tedy
Machmud : 2013).
Aliran ini menyatakan bahwa matematika merupakan sistem lambang yang digunakan
dalam mewakili benda-benda yang ada atau menggunakan proses pengolahan terhadap
lambang-lambang yang digunakan. Formalisme berpegang pada prinsip bahwa pernyataan
matematik bisa diartikan sebagai pernyataan tentang konsekuensi dari aturan rangkaian
manipulasi tertentu. Sebagai contoh, dalam "permainan" dari geometri Euclid (yang
kelihatannya terdiri dari beberapa rangkaian yang disebut "aksioma-aksioma", dan beberapa
"aturan inferensi" untuk membangun rangkaian baru dari rangkaian-rangkaian yang
diketahui), salah satunya dapat dibuktikan memenuhi teorema Phytagoras (yaitu, dapat
membangun string yang berkaitan dengan teorema Phytagoras). Menurut Formalisme,
kebenaran matematik adalah bukan tentang bilangan dan himpunan dan segitiga dan
semacamnya seperti kenyataannya.
Versi lain dari formalisme sering dikenal dengan nama deduktivisme. Dalam
deduktivisme, teorema Pythagoras tidak benar secara absolut, tetapi relatif benar: jika Anda
menetapkan arti strings sedemikian sehingga aturan-aturan permainan menjadi benar
(contohnya, pernyataan yang benar diberikan untuk aksioma dan aturan-aturan inferensi
adalah memelihara kebenaran), maka Anda harus menerima teorema, atau sebaliknya,
interpretasi yang telah Anda berikan harus menjadi pernyataan yang benar. Jadi, formalisme
tidak membutuhkan arti bahwa matematika tidak lebih dari permainan simbolis yang tidak
berarti. Biasanya diharapkan ada suatu interpretasi dimana aturan-aturan permainan
dipenuhi. (Bandingkan dengan posisi strukturalisme). Tetapi formalisme mempersilahkan
para ahli matematika melanjutkan karya-karyanya dan meninggalkan masalah-masalah pada
para ahli filsafat dan ilmu pengetahuan. Banyak para penganut formalisme akan mengatakan
bahwa dalam prakteknya, sistem aksioma yang dipelajari akan dusulkan oleh peminat ilmu
pengetahuan atau bidang matematika lain.
Awal programnya bertujuan mengaksiomakan semua matematika secara lengkap dan
konsisten ("Konsisten" disini berarti bahwa tidak ada kontradiksi yang dapat berasal dari
sistem). Hilbert bertujuan menunjukkan konsistensi sistem matematik dari asumsi bahwa
"aritmetik yang hingga" (suatu subsistem aritmetik lazimnya dari bilangan bulat positif, yang
terpilih tidak kontroversi secara filsafat) adalah konsisten. Tujuan Hilbert untuk menciptakan
suatu sistem matematika yang lengkap dan konsisten tertutup oleh teorema incompleteness
Gödel kedua, yang menyatakan bahwa sistem aksioma konsisten yang cukup ekspresif tidak
pernah dapat membuktikan kekonsistenan mereka sendiri. Karena setiap sistem aksioma
akan berisi aritmetik yang hingga sebagai sebuah subsistem. Teorema Gödel telah
mengartikan bahwa tidak mungkin aksioma membuktikan kekonsistenan sistem secara relatif
(karena aksioma akan membuktikan kekonsistenan dirinya sendiri, dimana Gödel telah
menunjukkan ketidakmungkinan). Jadi, untuk menunjukkan bahwa setiap sistem aksioma
matematika sebenarnya konsisten, maka salah satunya adalah membutuhkan asumsi
pertama kekonsistenan suatu sistem matematika yang dirasakan lebih kuat dari sistem yang
telah terbukti konsisten.
Bahasa matematika berlaku secara universal. Matematika diterjemahkan ke dalam
simbol-simbol tertentu yang dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi objek
matematika. Formalis memandang matematika sebagai suatu permainan formal yang tak
bermakna (meaningless) dengan tulisan pada kertas, yang mengikuti aturan. Menurut Ernest
formalis memiliki dua tesis, yaitu:
1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan
sebarangan, kebenaran matematika disajikan melalui teorema-teorema formal.
2. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan terbebasnya dari ketidak
konsistenan.
Adapun keberatan yang dikemukakan oleh beberapa kalangan terhadap pendapat dan
pemahaman penganut formalisme menurut Anglin adalah:
1. Formalis dalam memahami obyek matematika seperti lingkaran, sebagai sesuatu yang
kongkrit, padahal tidak bergantung pada obyek fisik.
2. Formalis tidak dapat menjamin permainan matematika itu konsisten
Keberatan-keberatan tersebut dapat pula dijawab oleh para penganut formalisme
sebagai berikut:
1. Lingkaran dan yang lainnya adalah obyek yang bersifat material.
2. Meskipun beberapa permainan itu tidak konsisten dan kadang-kadang trivial, tetapi yang
lainnya tidak demikian. Anglin (Wahyu, 2018: 85)
Daftar Pustaka

Tedy Machmud, 2013. Modul Matematika PLPG 2013. Universitas Negeri Gorontalo :
http://repository.ung.ac.id/get/kms/2820/Modul-Matematika-PLPG-2013.docx

Wahyu Purnama, S.Si, M.Pd, 2018. Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Sejarah
Dan Filsafat Matematika. Kemendikbud : http://repositori.kemdikbud.go.id/
8514/2/Modul_I_Profesional_Matematika%20Teknik_layout%2014.08.2018.pdf

Anda mungkin juga menyukai