Anda di halaman 1dari 20

PETA PERSEBARAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA DIALEK

SURABAYA DI KABUPATEN SIDOARJO: KAJIAN GEOGRAFI DIALEK

(Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Dialektologi)

Oleh:

Drastika Arbita 121311133019

Ajeng Oka .J. 121311133029

Dika Rahayu 121311133031

Yayuk Nurhayati 121311133103

Ainur Rahma .H. 121311133107

Dwi Wijayanti 121311133117

PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Bahasa sebagai cara manusia dalam berkomunikasi untuk mengungkapkan gagasan,

pemikiran, memberikan suatu informasi, dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia sebagai

individu yang berpikir dan juga menghasilkan suatu tindakan. Untuk melakukan hal tersebut

manusia sangat bergantung pada bahasa sebagai sarana komunikasi dan menghasilkan hubungan

interaksi antari ndividu. Oleh sebab itu, manusia dengan sendirinya membentuk dan menciptakan

suatu kebudayaan yang berbeda. Dari terciptanya budaya atau culture berbeda, maka secara

otomatis cara tindak tutur atau pola komunikasi yatitu juga memiliki karakteristik dialek yang

berbeda pula. Hal ini membuktikan bahwa bahasa memiliki system dan sub-sistem yang

dipahami sama oleh pendukungnya, namun, karena pendukung bahasa merupakan kumpulan

manusia yang beragam, maka wujud bahasa menjadi bervariasi. Dari sinilah kemudian muncul

geografi dialek yang mempelajari variasi bahasa berdasarkan perbedaan local suatu bahasa

(Keraf, 1984: 143).

Geografi dialek pada dasarnya mempunyai hubungan yang erat dengan linguistic

bandingan, Karena keduanya sama-sama mempelajari hubungan yang terdapat di dalam ragam-

ragam bahasa. Geografi dialek sesungguhnya merupakan anak atau salah satu cabang dari

linguistic bandingan. Keduanya cenderung menelaah kesejarahan ragam-ragam bahasa. Hal ini

sesuai dengan teori-teori linguistic abad XIX yang menuntut penjelasan ilmiah bersifat historis.

Dalam perkembangannya, kedua hal tersebut memiliki perbedaan. Jika ilmu bahasa bandingan di
1
dalam kesimpulan-kesimpulannya hampir selalu menunjuk kepada bahasa purba yang sering

tidak pernah ada, geografi dialek cenderung memaparkan hubungan antar ragam bahasa yang

bertumpu pada satuan ruang terwujudnya ragam-ragam itu pada saat penelitian dilakukan.

Perkembangan geografi dialek melatari awal pemetaan bahasa yang dapat dikatakan

lahir serentak di dua tempat, yaitu di Jerman dan Perancis dan keduanya secara umum bersifat

historis. Secara singkat geografi dialek meneliti bagaimana pemetaan bahasa di suatu wilayah

tertentu. Seperti halnya pada bahasa Jawa dialek Surabaya di Kabupaten Sidoarjo. Bahasa jawa

dialek Surabaya merupakan bahasa yang tersebar cukup luas, sehingga bahasa ini dapat

dikatakan sangat beragam dan bervariasi. Dari keberagaman ini menimbulkan keambiguan

dalam penggunaannya untuk berkomunikasi. Melihat banyaknya perbedaan dan variasi bahasa

yang membingungkan dalam berkomunikasi, maka dapat dilakukan suatu penelitian mengenai

penggambaran atau pemetaan bahasa Jawa dialek Surabaya di Kabupaten Sidoarjo berserta ciri-

ciri kebahasaan yang ada di daerah Sidoarjo.

1.2.RumusanMasalah

1. Apa pengertian geografi dialek?

2. Bagaimana pemetaan isolek bahasa Jawa dialek Surabaya di kabupaten Sidoarjo?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian geografi dialek.

2. Untuk mengetahui pemetaan isolek bahasa Jawa dialek Surabaya di Kabupaten Sidoarjo.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Geografi Dialek

Geografi dialek dan dialek geografi, dua istilah ini jika tidak diperhatikan secara

cermat terkesan mirip, terlihat seperti kata yang hanya dibalik saja, akan tetapi

kedua frase tersebut memiliki makna yangberbeda. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak

pada unsur DM (diterangkan-menerangkan). Frase geografi dialek, dialek menjadi kata

yang menerangkan, dan kata geografi diterangkan. Sedangkan frase dialek geografi

sebaliknya, dialek kata yang diterangkan serta merupakan head word /kata kepala dari frase

tersebut, dan geografi kata yang menerangkan. Berikut ini adalah ulasan mengenai perbedaan

antara geografi dialek dan dialek geografi.

Geografi dialek adalah kajian terhadap beraneka ragam bentuk tuturan dalam suatu

bahasa. Para ahli geografi dialek biasanya mengumpulkan dalam peta bahasa penjelasan yang

menyajikan hasil temuan yang berkaitan dengan beragam variasi ciri-ciri linguistik yang ada.

Geografi dialek merupakan cabang kajian linguistik yang bertujuan mengkaji semua gejala

kebahasaan secara cermat yang disajikan berdasarkan peta bahasa yang ada. Karena itu salah

satu tujuan umum dalam kajian ini yaitu memetakan gejala kebahasaan dari semua data yang

diperoleh dalam daerah penelitian.

Dubois dalam Ayatrohaedi menambahkan, Geografi dialek adalah kajian dalam bidang

ilmu dialektologi yang mempelajari hubungan yang terdapat di dalam ragam-ragam bahasa,

3
dengan bertumpu kepada satuan ruang atau tempat terwujudnya ragam-ragam tersebut (Dubois

dkk dalam Ayatrohaedi, 1979:28).

Keraf menyatakan bahwa geografi dialek merupakan salah satu dari dua sub-cabang

dialektologi, yaitu Geografi Dialek dan Sosiolinguistik. Adapun Sosiolinguistik, kajian yang

mempelajari variasi bahasa berdasarkan pola-pola kemasyarakatan. Sedangkan geografidialek

merupakan kajian yang mempelajari variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam

suatu wilayah bahasa (Keraf, 1984:143).

Dialek geografi merupakan cabang dari pembagian dialek secara umum, yakni dialek

geografi dan sosial geografi. Jika sosial geografi merupakan variasi pemakaian bahasa yang

disebabkan oleh perbedaan kelompok sosial penutur. Lantas dialek geografi adalah variasi

pemakaian bahasa yang ditentukan oleh perbedaan wilayah pemakaian. dialek sosial bahasa Jawa

misalnya, terlihat pada pemakaian tingkat tutur. Sedangkan Dialek geografi pada bahasa Jawa,

tercermin melalui perbedaan pemakaian bahasa jawa diwilayah Yogyakarta-Surakarta dengan

pemakaian di Banyumas atau wilayah lain.

Geografi dialek kadang-kadang disebut dialektologi regional, linguistik wilayah, geografi

linguistik, dan dialektologi tradisional. Geografi dialek merupakan kajian dialek regional atau

dialek geografis. Kajian ini merupakan cabang dialektologi yang mempelajari hubungan yang

terdapat dalam ragam-ragam bahasa dengan bertumpu kepada satuan ruang atau tempat

terwujudnya ragam-ragam tersebut (Dubois dkk. dalam Ayatrohaedi, 1983: 29). Dari beberapa

pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa geografi dialek merupakan kajian linguistik yang

4
berobjek dialek regional atau dialek geografis. Istilah geografi dialek bisa disebut juga

geolinguistik. Istilah geolinguistik ini digunakan dalam disertasi penulis.

Dari sisi epistimologi, geografi dialek sebagai penerapan teori gelombang, yang

diusulkan oleh Johan Schmidt pada 1872, muncul lebih awal daripada dialektologi (Keraf, 1984:

143). Pada awal perkembangannya, geografi dialek merupakan bagian dari linguistik historis

(lingusitik komparatif atau linguistik diakronis), yang secara khusus membahas dialek atau

perbedaan lokal. Keterkaitan geografi dialek dengan linguistik historis ini dinyatakan pula oleh

Bloomfield (1965: 321; 1995: 311) bahwa geografi dialek sebagai kajian perbedaan lokal dalam

wilayah tutur melengkapi metode komparatif.

Dalam perkembangan selanjutnya, linguistik historis dengan geografi dialek seakan-akan

terpisah menjadi kajian yang berbeda walaupun sebagai salah satu metode, terutama dalam

penjaringan data, geografi dialek tetap dimanfaatkan dalam linguistik historis. Menurut

Ayatrohaedi, (1983: 29), linguistik historis di dalam simpulannya hampir selalu menunjuk

kepada bahasa proto. Geografi dialek menyajikan hal yang berkaitan dengan pemakaian unsur

bahasa yang ada sehingga dapat dibuktikan. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, dua

orang linguis sebagai pelopor dalam geografi dialek ini sehingga hasil penelitiannya

memengaruhi penelitian geografi dialek di negara lain, adalah Gustav Wenker dan Jules Louis

Gillieron. Pada awal perkembangnnya, penelitian geografi dialek terutama diarahkan untuk

menetapkan ruang lingkup gejala kebahasaan dengan jalan mengelompokkan dan memaparkan

ciri-ciri dialek. Dalam perkembangan selanjutnya, penelitian ini diarahkan untuk mencari

hubungan yang ada antara batas-batas dialek atau bahasa dan batas-batas alam ataupun sejarah

(Ayatrohaedi, 1983: 30). Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan dialektologi, geografi dialek
5
memiliki kekhususan sebagaimana diakui. Dalam kaitannya dengan linguistik, geografi dialek

memiliki kedudukan yang penting berdasarkan alasan praktis. Mengutip pendapat Meillet,

Ayatrohaedi (1983: 31) berpendapat bahwa dengan penelitian geografi dialek, pada saat yang

sama telah dapat diperoleh gambaran umum mengenai sejumlah dialek sehingga hal tersebut

sangat menghemat waktu, tenaga, dan dana. Geografi dialek tidak hanya menyumbang kita

pemahaman faktor ekstralinguistik yang memengaruhi.

kelaziman bentuk bahasa, juga memberikan banyak rincian mengenai sejarah setiap

bentuk itu. Dengan penelitian geografi dialek dapat dikumpulkan data sinkronis yang berdimensi

diakronis. Data tersebut tidak hanya menampilkan fakta empiris eksistensi variasi bahasa pada

saat penelitian, juga sekaligus menyajikan hasil perjalanan sejarah variasi tersebut. Data yang

diperoleh di lapangan dapat mencerminkan hasil perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, data

geografi dialek ibarat pedang bermata dua: berdimensi sinkronis dan diakronis. Dimensi

diakronis yang ditampilkannya itulah yang menyebabkan geografi dialek menjadi bagian penting

dari kajian linguistik historis atau linguistik diakronis.

2.2. Pemetaan Isolek Bahasa Jawa Dialek Surabaya di Kabupaten Sidoarjo

Berikut ini peta titik pengamatan kabupaten sidoarjo

6
Berdasarkan penggelompokan kosakata kedalam peta dapat diketahui isolek-isolek

disetiap titik pengamatan. Isolek merupakan kondisi kebahasaan yang statusnya belum pasti,

apakah itu otonom atau dialek. Dalam pemetaan ini yang digunakan hanya berkas isologis dua

etima, tiga etima, dan empat etima. Sedangkan, berkas atau isoglos tidak petakan karna bukan

merupakan isolek.

Berikut pemetaan isolek bahasa jawa dialek surabaya di Kabupaten Sidoarjo

Peta 1. Glos /kakak perempuan/

7
Pada peta diatas menunjukkan bahwa glos /kakak perempuan/ muncul berian [ mba],

berian [ mbayu ], dan berian [ ne ]. Berian [ mba ] terletak pada kecamatan Jabon dan

keamatan Sedati. Berian [ mbayu ] terletak pada kecamatan Waru. Sedangkan, berian [ ne ]

terletak pada kecamatan krian.

Peta 2. Glos /menguburkan/

8
Pada peta diatas menunjukkan bahwa gloss /menguburkan/ muncul berian [ bUr ]

terletak pada kecamatan Jabon, berian [ mndm ], berian [ dikUbur ], dan berian [ dikUbUrn]

terletak pada kecaatan Krian, dan berian [ dikUbUrn ] terletak pada kecamatan Sedati.

Peta 3. Glos /meninggal/

9
Pada peta diatasmenunjukkan glos /meninggal/ muncul berian [ mati ] berian [

sd ], beian [ mnial ]. Berian [ mati ] terletak dikecamatan Jabon dan kecamatan Waru. Berian

[sd ] terletak di kecamatan Krian. Sedangkan, berian [ mnial ] terletak dikecamatan Sedati.

Peta 4 Glos /karung/

Pada peta diatas menunjukkan gloss /karung/ muncul berian [ sak ], berian

[glansi], berian [karU]. Berian [sak] terletak dikecamatan Jabon dan kecamatan Krian. Berian

[glansi ] terletak dikecamatan Waru. Berian [karU] terletak dikecamatan Sedati.

Peta 5. Glos /pisau/

10
Pada peta diatas menunjukkan gloss /pisan/ muncul berian [ ladI ] dan berian [

blati ]. Berian [ladI] terletak di kecamatan Jabon, kecamatan Krian, dan kecamatan Sedati,

brian [blati] terletak di kecamatan Waru.

Peta 6. Glos /sayur/

11
Pada peta diatas menunjukkan glos /sayur/ muncul berian [dodo], berian [sayUr],

berian [jaan]. Berian [dodo] terletak dikecamatan Jabon. Berian [sayUr] terletak di kecamatan

Waru dan kecamatan Krian, sedangkan berian [jaan] terletak dikecamatan Sedati.

Peta 7. Glos /lauk/

12
Pada peta diatas menunjukkan glos /lauk/ muncul berian [iwa] dan berian

[law]. Berian [iwa] terletak di kecamatan Jabon dan kecamatan Sedati. Sedangkan, berian

[law] terletak di kecamatan waru dan kecamatan Krian.

Peta 8. Glos /anak anjing/

13
Pada peta diatas menunjukkan glos /anak anjing/ muncul berian [kirI] dan berian

[ana asu]. Berian [kirI] terletak di kecamatan Jabon, kecaatan Waru, dan kecamatan Krian.

Sedangkan, berian [ana asu] terletak dikecamatan Sedati.

Peta 9. Glos /ayam betina/

14
Pada peta diatas menunjukkan glos /ayam betina/ muncul berian [babn] dan

berian [petI wd]. Berian [babn] terletak di kecamatan Jabon, kecamatan Krian dan

kecamatan Sedati. Sedangkan , berian [petI wd] terletak dikecamatan Waru.

Peta 10. Glos /pusing/

15
Pada peta diatas menunjukkan glos /pusing/ muncul berian [lu] dan berian

[mumt]. Berian [lu] terletak dikecamatan Jabon, kecamatan Krian, dan kecamatan Sedati.

Sedangkan berian [mumt] terletak di kecamatan Waru.

Peta 11. Glos /marah/

Pada peta diatas menunjukkan glos /marah/ muncul berian [amU] dan berian [nsu].

Berian [amU] terletak di kecamatan Jabon, kecamatan Krian, dan kecamatan Sedati. Sedangkan

berian [nsu] terletak dikecamatan Waru.

16
BAB III

Kesimpulan

Pada hakekatnya manusia sebagai individu yang berpikir dan juga menghasilkan suatu

tindakan. Oleh sebab itu, manusia dengan sendirinya membentuk dan menciptakan suatu

kebudayaan yang berbeda. Dari terciptanya budaya atau culture berbeda, maka secara otomatis

cara tindak tutur atau pola komunikasi yatitu juga memiliki karakteristik dialek yang berbeda

pula. Hal ini membuktikan bahwa bahasa memiliki system dan sub-sistem yang dipahami sama

oleh pendukungnya, namun, karena pendukung bahasa merupakan kumpulan manusia yang

beragam, maka wujud bahasa menjadi bervariasi. Dari sinilah kemudian muncul geografi dialek

yang mempelajari variasi bahasa berdasarkan perbedaan local suatu bahasa (Keraf, 1984: 143).

Gorys Keraf menyatakan bahwa geografi dialek merupakan salah satu dari dua sub-

cabang dialektologi, yaitu Geografi Dialek dan Sosiolinguistik. Adapun Sosiolinguistik, kajian

yang mempelajari variasi bahasa berdasarkan pola-pola kemasyarakatan. Sedangkan geografi

dialek merupakan kajian yang mempelajari variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan 17ocal

dalam suatu wilayah bahasa (Keraf, 1984:143).

Seperti halnya pada bahasa Jawa dialek Surabaya di Kabupaten Sidoarjo. Bahasa jawa

dialek Surabaya merupakan bahasa yang tersebar cukup luas, sehingga bahasa ini dapat

dikatakan sangat beragam dan bervariasi. Dari keberagaman ini menimbulkan keambiguan

dalam penggunaannya untuk berkomunikasi. Misalnya pada glos /marah/ muncul berian [amU]

dan berian [nsu]. Berian [amU] terletak di kecamatan Jabon, kecamatan Krian, dan kecamatan

Sedati. Sedangkan berian [nsu] terletak dikecamatan Waru.


17
Dapat disimpulkan bahwa pada setiap wilayah di Kabupaten Sidoarjo menggunakan kata

yang berbeda-beda namun bermakna sama. Banyak sekali terdapat varian-varian kata yang

bermuculan di Kabupaten Sidoarjo membuktikan terdapatnya geografi dialek di wilayah

tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pembangunan Bahasa . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Bloomfield, Leonard. 1965. Language History. New York: Holt, Rinehart and Wiston.

Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.

http://rudhawidagsa.blogspot.co.id/2010/09/geografi-dialek-dan-dialek-geografi.html. Diakses

12 November 2016 pukul 13.00.

file:///C:/Users/compaq-v3000/Downloads/Wahya-Rev.pdf. Diakses 12 November 2016 pukul

13.15.

19

Anda mungkin juga menyukai