Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Bagaimana ruang lingkup sintaksis menngenai pengertian dan jenis frasa?

Bagaimana proses penyusunan frasa ajektifal?

Tujuan Penulisan
1

Untuk mengetahui ruang lingkup sintaksis menngenai pengertian dan jenis frasa.

Untuk mengetahui proses penyusunan frasa ajektifal.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Jenis Frasa


Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis
di dalam kalimat (Chaer, 1994:22). Menurut Ramlan (1987:151) frasa adalah satuan gramatik
yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas unsur klausa. Adapun Verhaar
(1999:292) mendefinisikan frasa sebagai kelompok kata yang merupakan bagian fungsional
dari tuturan yang lebih panjang. Sementara itu, menurut Koentjoro (dalam Baehaqie, 2008:
14), frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang
tidak berciri klausa dan pada umumnya menjadi pembentuk klausa. Contohnya adalah frasafrasa dalam kalimat (1) Saya sedang menulis artikel kebahasaan.Dalam kalimat (1) terdapat
dua frasa yakni sedang menulis dan artikel kebahasaan.
2.1.1 Jenis Frasa
Frasa dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria brikut: (1) ada tidaknya konstituen
inti, (2) kompleksitas konstituen penyusunnya, dan (3) maknanya. Berdasarkan ada tidaknya
konstitun ini, frasa dibedakan atas frasa endosentris dan frasa eksosentris. Berdasarkan
kompleksitas konstituen penyusunnya, frasa dibagi menjadi dua yaitu frasa dasar dan frasa
turunan. Sementara itu, dilihat dari segi maknanya, frasa dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu frasa lugas dan frasa idiomatis.
1

Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang memiliki konstituen inti. Berdasarkan kesetaraan

dan hubungan antarkonstituen intinya frasa endosentris dibedakan menjadi tiga, yaitu frasa
endosentris atributif, frasa endosentris koordinatif, dan frasa endosentris yang apostif (Chaer,
1994:225-229).
1

Frasa Endosentris yang Atributif


Frasa endosentris yang atributif merupakan frasa endometris yang terdiri atas

konstituen-konstituen tidak setara. Di dalamnya terdapat konstituen berstatus sebagai atribut,


disebabkan adanya konstituen yang berperan sebagai konstituen inti. Konstituen-konstituen

itu

tidak

dapat

dihubungkan

dengan

kata

penghubung dan atau atau. Misalnya frasa mahasiswa ini, dosen sintaksis, bahasasaya.
Dilihat dari segi konstituen atributnya, frasa endosentris atributif dapat dipilah
menjadi dua yaitu, frasa endosentris atributif klitikal dan frasa endosentris atributif
nonklitikal. Frasa endosentris atributif klitikal adalah frasa endosentris atributif yang
konstituen atributnya berupa klitik, contohnyamajalahku, tabloidmu, artikelnya.
Dilihat dari kategori intinya, frasa endosentris yang atributif dibedakan menjadi: (1)
frasa nominal seperti kursi kayu jati, (2) frasa verbal seperti sedang berpidato, (3) frasa
pronominal seperti kita berdua, (4) frasa numeralia seperti dua buah, (5) frasa interogativa
seperti apa dan siapa, (6) frasa demonstrative seperti ini dan itu, (7) frasa adjectival
seperti lancar sekali, dan (8) frasa adverbial seperti tadi pagi (Ramlan 1987:154-157).
2

Frasa Endosentris yang Koordinatif


Frasa endosentris yang koordinatif adalah frasa enosentris yang terdiri atas

konstituen-konstituen yang setara. Konstituen-konstituen tersebut adalah konstituen ini, jadi


tidak ada konstituen yang bukan inti. Kesetaraannya dapat dibuktikan dengan adanya
kemungkinan kokstituen itu dihubungkan dengan penghubung dan atau atau. Misalnya
frasa penelitian dan pengembangan, Mustafa Bisti atau Gus Mus, ibu bapak, tua muda.
1.3 Frasa Endosentris yang Apositif
Frasa endosentris yang apositif merupakan frasa yang mirip dengan frasa endosentris
yang koordinatif dalam masing-masing konstituennya dapat saling menggantikan, misalnya
pada kalimatPresiden Amerika Barack Obama datang di Auditorium Unnes. Presiden
Amerika

Barack

Obama merupakan

frasa

endosentrik

apositif.

Unsur Presiden

Amerika sebagai unsur pusatnya, sedangkan Barack Obama sebagai apositif. Kedua unsur
tersebut bisa saling menggantikan dalam kalimat, dan mempunyai informasi yang sama.
Dapat disimpulkan, Presiden Amerika datang di Auditorium Unnes dan Barack Obama
datang di Auditorium Unnes.

Frasa Eksosentris
Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis

yang

sama

dengan

keseluruhannya.

Misalnya,

frasa di

rumah, yang

terdiri

atas

komponen di dan komponen pasar. Secara keseluruhan atau secara utuh frasa ini dapat

mengisi

fungsi

keterangan,

misalnya

dalam

kalimat Dia

belajar di rumah. Baik

komponen di maupun komponen rumah, tidak dapat berfungsi sebagai keterangan seperti
dalam kalimat (a), sebab konstruksi (b) dan (c) tidak berterima.
a

Dia belajar di

Dia belajar rumah


Frasa eksosentris dibedakan atas frasa eksosentris direktif dan frasa eksosentris

nondirektif. Frasa eksosentris direktif komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di,
ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya
berkategori nomina. Oleh karena komponen pertama berupa preposisi, maka frasa eksosentris
direktif ini lazim juga disebut frasa preposisisonal. Perhatikan contoh (d), (e), dan (f) berikut
ini.
c

dari batang kayu

demi ketenteraman

ke kota
Frasa eksosentis nondirektif adalah frasa eksosentris yang kosntituen perangkainya

berupa artikula, sedangkan kosntituen sumbunya berupa kata atau kelompok kata yang
berkategori nomina, verba, atau adjektiva, misalnya : sang suami, para tamu.
3

Frasa Dasar dan Frasa Turunan


Frasa dasar ialah frasa yang konstituen pembentuknya sederhana, yaitu apabila

berkonstruksi endosentris atributif atau eksosentris, frasa tersebut hanya terdiri atas dua patah
kata; misalnya buku sintaksis, bahasa Indonesia. Adapun apabila berkonstruksi endosentris
koordinatif dapat terdiri atas dua, tiga, atau lebih dari tiga kata; misalnya: dosen, mahasiswa,
dan karyawan.
Adapun frasa dikatakan sebagai frasa turunan jika frasa tersebut sudah mengalami
penurunan yang disebabkan adanya penambahan kata atau frasa lain dalam frasa tersebut.
Misalnya : Spidol dan kapur tulis. Kalimat tersebut terdapat dua frasa yaitu frasa kapur
tulis (frasa endosentris atributif nominal), dan frasa spidol dan kapur tulis (frasa endosentris
koordinatif)
4

Frasa Lugas dan Frasa Idiomatis


Berdasarkan makna konstituen leksikal pembentuknya, frasa dapat dibedakan menjadi

frasa ligas dan frasa idiomatic. Frasa lugas adalah frasa yang maknanya masih lugas
sebagaimana konstituen leksikal pembentuknya. Sedangkan frasa idiomatic adalah frasa yang

membentuk idiom tertentu sehingga maknanya pun bersifat idiomatic, artinya makna yang
terbentuk tidak bisa diuraikan berdasarkan konstituen-konstituen leksikal pembentuknya.
Misalnya; (1) Kambing hitam itu milik siapa?, (2) Jangan suka mengambinghitamkan orang
lain. Konstruksi kambing hitam pada kalimat (1) merupakan frasa lugas yang bermakna
kambing yang berbulu hitam, sedangkan pada kalimat (2) kambing hitam merupakan frasa
idiomatic yang berarti menuduh orang lain melakukan kesalahan.

Penyusunan Frasa Ajektifal


Frase ajektifal adalah frase yang mengisi atau menduduki fungsi predikat dalam

sebuah klausa ajektifal. Dilihat dari kedudukan kedua unsurnya dibedakan adanya frase
ajektifa koordinatif (FAK) dan frase ajektifa subordinatif (FAS).
2.2.1

Penyusunan Frase Ajektifal Koordinatif (FAK)

Frase ajektifal koordinatif (FAK) dapat disusun dari:


1

Dua buah kata berkategorial ajektifal yang merupakan anggota dari antonim relasional
dan memiliki makna gramatikal pilihan, sehingga di antara kedua dapat disisipkan
kata atau. Contoh:
- besar kecil
- ayah ibu
- hidup mati

Catatan: untuk bentuk (kata) yang tidak memiliki pasangan antonym, digunakan rumus:
tidaknya. Contoh:

- salah tidaknya
- jauh tidaknya
- bisa tidaknya
Dua buah kata berkategorial ajektifal yang merupakan anggota dari pasangan
bersinonim, dan mem memiliki makna gramatikal sangat. Contoh:
- gelap gulita
- segar bugar
- terang benderang

Catatan:

Selama ini bentuk-bentuk seperti gulita, bugar, dan benderang disebut sebagai
morfem unik. Namun, beberapa waktu terakhir bentuk benderang sudah digunakan dengan
arti terang.
3

Dua buah kata berkategorial ajektifal yang maknanya sejalan tidak bertentangan dan
memiliki makna gramatikal himpunan sehingga di antara keduanya dapat disisipkan
kata dan. Contoh:
- kecil mungil
- lurus mulus
- tinggi besar

Catatan:
Ada beberapa FAK kelompok ini yang secara eksplisit harus disisipkan kata dan.
Contoh:

baik dan ramah

aman dan nyaman

murah dan bagus

Dua buah kata berkategorial ajektifal yang maknanya tidak sejalan (bertentangan) dan
memiliki makna berkebalikan sehingga di antara kedua unsurnya haris disisipi kata
tetapi. Contoh:
-

bagus tapi sobek

senang tapi sedih

menyenangkan tapi repot

2.2.2

Penyusunan Frase Ajektifal Subordinatif (FAS)


Frase ajektifal subordinatif disusun dengan struktur A + N, A + A, Adv + A, dan A +

Adv. turannya sebagai berikut:


1

FAS berstruktur A + N dan memiliki makna gramatikal seperti pabila unsur pertama
berkategorial ajektifa dan memiliki komponen makna (+ warna) dan unsur kedua

berkategori nomina dan memiliki komponen makna (+ perbandingan); sehingga


kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti warna. Contoh:

hijau daun

biru laut

putih pucat

FAS berstruktur A + A dan memiliki makna gramatikal jenis warna dapat disusun
dari:
a

Unsur pertama berkategori ajektifa dan berkomponen makna (+ warna) dan


unsur kedua berkategori ajektifa dan berkomopnen makna (+ cahaya). Contoh:

merah merona

hitam pekat

biru muda
b

Unsur pertama berkategori ajektifa dan berkomponen makna (+ warna),


sedangkan unsur kedua berkategori ajektifa dan berkomponen (+ warna) dan
(+ benda). Contoh:

biru keungu-unguan

coklat kemerah-merahan

hijau kekuning-kuningan

FAS berstruktur A + V dan bermakna gramatikal untuk dapat disusun apabila unsur
pertama berkategori ajektifa dan memiliki komponen makna (+ sikap batin),
sedangkan unsur kedua berkategori verba dan berkomponen makna (+ tindakan) atau
(+ kejadian). Contoh:
-

berani mati

siap menyerang

takut mengalah

FAS berstruktur Adv + A dan memiliki makna gramatikal ingkar dapat disusun
apabila unsur pertama berkategori adverbia yang berkomponen makna (+ ingkar) dan
unsur yang kedua berkategori ajektifa dan berkomponen makna (+ keadaan) atau (+
sikap batin). Contoh:
-

tidak rajin

tidak sopan

tidak sedih

Catatan :
Adverbia ingkar bukan dapat juga mendampingi ajektifa kalau frasa ajektifal itu
diikuti oleh klausa pembetulan. Contoh:

bukan malas (melainkan rajin)

bukan segar (melainkan layu)

bukan lapar (melainkan kenyang)

FAS berstruktur Adv + A dan memiliki makna gramatikal derajat dapat disusun bila
unsur pertama berkategori adverbia yang berkomponen makna (+ derajat) atau (+
tingkat); sedangkan unsur yang kedua berkategori ajektifa dan berkomponen makna(+
keadaan) atau (+ sifat). Contoh:

sangat lihai

sungguh indah

cukup cerdik

FAS berstruktur A + Adv dan bermakna gramatikal sangat atau tingkat superlatif
dapat disusun apabila unsur pertama berkategori ajektifa dan bermakna gramatikal (+
keadaan); sedangkan kedua berkategori adverbial dan berkomponen makna (+ paling)
dalam bentuk kata sekali. Contoh:
-

gelap sekali

rindu sekali

2.2.3

sakit sekali

Frase ajektifal Bermakna Idiomatik


Ada sejumlah frase ajektifal bermakna idiomatic berstruktur A + N. Sebagai sebuah

idiom konstruksi frase ini tidak bermakna leksikal maupun gramatikal. Jadi, tidak disusun
baru. Beberapa contoh:

2.2.4

tangan dingin

buah bibir

buah hati

Perluasan frase Ajektifal


Sebuah

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis
di dalam kalimat (Chaer, 1994:22).
Frasa dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria brikut: (1) ada tidaknya konstituen
inti, (2) kompleksitas konstituen penyusunnya, dan (3) maknanya. Berdasarkan ada tidaknya
konstitun ini, frasa dibedakan atas frasa endosentris dan frasa eksosentris. Berdasarkan
kompleksitas konstituen penyusunnya, frasa dibagi menjadi dua yaitu frasa dasar dan frasa
turunan. Sementara itu, dilihat dari segi maknanya, frasa dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu frasa lugas dan frasa idiomatis.
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau
lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat
(Chaer, 1994:22).
Frase ajektifal adalah frase yang mengisi atau menduduki fungsi predikat dalam
sebuah klausa ajektifal. Dilihat dari kedudukan kedua unsurnya dibedakan adanya frase
ajektifa koordinatif (FAK) dan frase ajektifa subordinatif (FAS).

Daftar Pustaka

Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : PT Rineka Cipta.


Baehaqie, Imam. 2008. Sintaksis : Teori dan Analisisnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono.
Veerhar, J.W.M. 1999. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
http://banggaberbahasa.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-dan-jenis-frasa.html .

Diunduh pada tanggal 14 Sempember 2015, pukul 10.51 WIB.

Anda mungkin juga menyukai