Anda di halaman 1dari 13

analisis novel layar terkembang karya st.

Takdir Alisjhabana
Bab I Pendahuluan
A.

Latar belakang

Novel yang berjudul layar terkembang karya St.Takdir Alisjhabana mengangkat


kisah kehidupan dua orang gadis yang penuh lika-liku menjalani hidup. Di dalam
cerita novel tersebut banyak mengangkat unsur psikologis tokoh-tokohnya atau
konflik batin pada setiap tokohnya.
Yang melatar belakangi saya mengkaji novel sastra ini adalah selain ceritanya
menarik untuk di baca, di dalamnya juga banyak di angkat mengenai proses
bagaimana menjalani kehidupan serta konflik yang terjadi sepanjang cerita.
Tokoh utama yang terdapat dalam cerita ini adalah seorang gadis bernama
Tuti,ia mempunyai adik bernama Maria dan Ayahnya yang bernama R.
Wiriatmaja,namun ibundanya telah tiada,karena terkena penyakit dan meninggal
dunia dua yang lalu. Mereka asli orang Banten,namun sejak kecil mereka di
boyong ayahnya untuk tinggal di Jakarta, mereka tinggal di jalan cidengweg, di
ujung gang Hauber.
Novel ini juga banyak mengandung nilai-nilai sosial di dalamnya. Terutama pada
tokoh utamanya yang mempunyai jiwa sosial tinggi terhadap kaumnya, maka
terpanggil hati dan jiwanya untuk membela kaumnya. Oleh karenanya untuk
merealisasikan keinginannya itu ia banyak berkecimpung di dalam organisasi
wanita (emansipasi wanita) dengan tujuan memerdekakan kaumnya dari segala
bentuk penindasan baik itu fisik ataupun moral. Dia selalu berpidato di depan
umum menyampaikan aspirasinya mengenai hak perempuan-perempuan negeri
ini untuk hidup merdeka dan bebas dari segala macam penindasan, Karena pada
masa dahulu perempuan selalu di anggap remeh terutama oleh para
lelaki,sehingga mereka selalu di tindas dan di perlakukan dengan tidak adil.
Sehingga alur cerita yang coba ingin di bangun oleh penulis di dalamnya adalah
alur campuran yang di mana banyak kisah-kisah yang berbentuk cerita di dalam
cerita dan penulis berada di luar cerita atau dia sebagai peninjau yang
menceritakan satu persatu watak dari tokoh-tokoh yang ada serta alur dan
bagian klimaknya.
Di dalam novel ini terdapat beberapa latar tempat kejadian, yakni di Jakarta, di
sumatera, sindanglaya dan Bandung. Tempat-tempat ini selain unik, juga banyak
menyimpan kekayaan alam yang telah di gambarkan penulis melalui cerita
tokoh-tokohnya yang sekali-kali memuji alam semesta tempat ia berkunjung di
manapun itu. Inilah yang menjadi daya tarik pembaca untuk memahami betapa
indahnya kekayaan alam di negeri ini. Yang menarik juga yaitu kondisi sosial dari
masing-masing tokoh yang tentunya berbeda-beda pula.
Oleh karenanya banyak sekali kita dapat memetik sebuah pelajaran dalam novel
ini yaitu mengenai bagaimana menjalani sebuah kehidupan, pemikiran dalam
memutuskan untuk lepas dari suatu masalah yang melilit kita,membahas

mengenai aspek pendidikan yang begitu penting dalam kehidupan ini dan juga
lingkungan di sekitar kita yang selau luput dari pandangan kita.

B.

Rumusan masalah

Bagaimana mendeskripsikan nilai-nilai psikologis atau konflik batin antar tokoh


yang terdapat dalam novel berjudul Layar terkembang karya St.Takdir
Alisjhabana.

C.

Tujuan penelitian

Mendeskripsikan nilai-nilai psikologis atau konflik batin yang terkandung dalam


novel Layar terkembang karya St. Takdir Alisjhabana.

D.

Landasan teori

1)
Teori struktural yaitu unsur-unsur fiksi karya sastra yang di bangun penulis
melaluin unsure-unsur psikologis dari setiap tokoh-tokohnya. Di dalam kajian ini
di angkat berbagai alur, latar, pelukisan tokoh, dan niali-nilai psikologis atau
konflik bantin antar tokoh.
2)
Di dalam makalah ini di gunakan pendekatan instristik dan ekstrinstik
mengenai kondisi psikologis, karena dalam novel ini banyak mengandung unsurunsur kejiwaan dan konflik batin antar tokohnya.

Bab II Pembahasan
A.

Unsur-unsur instristik novel Layar terkembang.

1)

Alur ( Plot )

Tahap eksposisi (perkenalan), di dalam cerita ini di awali dengan tahap


perkenalan tokoh-tokohnya, perncerminan situasi tokoh-tokohnya, dan konflik
awal dari cerita. Tuti (tokoh utama) : mempunyai usia 25 tahun, seorang guru di
sekolah dasar dan pemimpin dari organisasi eman sepasi wanita yang di beri
nama Putri sedar. Ia mempunyai adik yang bernama Maria yang mempunyai usia
22 tahun. Mereka adalah anak dari Raden wiriaatmaja bekas wedana Banten dan
kini mereka tinggal di Jakarta karena ayahnya telah pensiun dan ibunda mereka
telah meninggal dua tahun yang lalu karena terkena penyakit. Tuti yang sangat
berbeda wataknya dengan Maria adiknya membuat sekali-kali ayahnya bingung
dengan mereka terutama Tuti yang hingga kini menginjak usia 25 tak jua
mendapatkan pasangan hidup yang akan mendampinginya kelak. Maria yang

amat periang anaknya biasa berdebat dengan kakaknya itu tak pelak
memunculkan konflik-konflik serta perbedaan pendapat di antara mereka.

Tahap konflikasi (pemunculan peristiwa), Tuti sebagai tokoh utama banyak


mengalami konflik-konflik baik itu antar tokoh lainnya terutama terhadap Maria
adiknya, serta di dalam jiwanya sendiri. Ia berjuang memertahankan kaumnya
dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, untuk mewujudkan semua itu
ia berkecimpung di dalam organisasi eman sipasi wanita, sehingga ia tidak
memperdulikan kepentingan pribadinya sendiri, inilah yang memunculkan sedikit
ego di dalam dirinya mengenai kehidupan yang di jalaninya itu adalah hal yang
terbaik bagi dirinya. Ayahnya yang agak heran dengan pendiriannya itu selalu di
pertanyakannya. Terutama pada saat ia memutuskan pernikahan dengan
tunangannya hanya karena masalah organisasinya sehingga membuat Hambali
memutuskan hubungan mereka.

Tahap resolusi (denouement), Tuti kini telah paham arti sebuah kehidupan,
terlihat pada saat ia memutuskan untuk meninggalkan kongres Putri sedar demi
menjenguk adiknya yang tengah di rawat di rumah sakit sindanglaya, di-sana ia
tinggal di rumah sahabatnya Ratna dan Saleh. Ratna yag dulunya hidup glamor
di Jakarta, kini telah berubah setelah menikah dengan Saleh, ia hidup sederhana
dengan bertani di desa dan kesabaran Maria dalam menghadapi penyakit yang
di deritanya serta kebesaran hati Maria mengikhlaskan Tuti menikah dengan
Yusuf kekasihnya karena Maria harus meninggalkan dunia. Semua itu ia jadikan
pelajaran yang sangat berharga di dalam hidupnya dan tidak akan lagi menyianyiakan amanah yang di berikan adiknya serta kesempatan meraih kehidupan
yang lebih baik lagi.

Tahap klimaks (puncak), Tuti yang dulunya mempunyai pendirian kuat


mengenai kehidupan yang di jalaninya, kini berubah setelah melihat kehidupan
orang-orang di sekitarnya. Semua itu ia berhasil atau bisa di katakan sukses
dalam merubah pendirian serta pemikirannya. Namun ia harus kehilangan adik
satu-satunya Maria karena sakit, di balik kesedihan yang di alaminya tersimpan
keinginan yang kuat untuk merubah semua pemahamannya mengenai
kehidupan yang akan di jalaninya kelak. Kini ia memutuskan menerima Yusuf
sebagai kekasih dan ingin menjadi istrinya.

2)

Penokohan (pelukisan tokoh)

Tokoh yang ada dalam novel Layar terkembang sangat berbeda-beda watak dan
tingkah laku mereka. Seperti masing-masing tokoh yang di jelaskan di bawah ini :
a)
Tuti (tokoh utama) mempunyai usia 25 tahun, ia seorang guru pada
sekolah H.I.S. Arjuna di petojo. anak tertua dari dua bersaudara, Ia mempunyai
watak yang kuat, pendirian yang tegas, tidak mudah terpengaruh oleh orang
lain, segala sesuatunya selalu di pertimbangkan dengan matang-matang
sebelum di kerjakannya. Pendidikan selalu di utamakan termaksud organisasi
eman spasi wanita yang di gelutinya. Namun ia baik hati, pengertian, tidak

mudah tersinggung dan tidak mudah terharu atau sedih pada saat di timpa
masalah. Tampak pada kutipan berikut : Tuti berusaha sedapat-dapatnya
menggantikan kedudukan dan pekerjaan bundanya. Sekalian pekerti dan
kelakuan adiknya itu dicoba menerimanya dan menyesuaikan dengan hatinya
meskipun hal itu tidak dapat dalam segala hal,dalam hal hidup bersama-sama.
Usahanya itu jelas membawa ketenangan dan kerja sama.
b)
Maria adiknya baru berusia 20 tahun. ia tengah mengemban pendidikan di
H.B.S. Carpentier Alting Stichting kelas . Ia memiliki watak yang periang, baik
hati kepada siapapun, selalu bertindak sesuai perasaannya sehinnga ia mudah
tersinggung, mudah terharu hingga menangis pada saat di timpa masalah.
Perbedaan yang sangat bertolak belakang dengan kakaknya. seperti tampak
pada kutipan berikut: lekas benar kita sampai ini,kata maria agak
kecewa,lihatlah belum seorang juga lagi.
c)
R. Wiriaatmaja adalah ayah Maria dan Tuti. Pensiunan wedana Banten ini,
kini hidup dengan pensiunannya bersama kedua anaknya di Jakarta, ia
memboyong kedua anaknya itu sejak ia pensiun. Wataknya baik, sayang pada
keluarga, dan selalu memberikan kebebasan untuk memilih jalan hidup mereka
masing-masing, terutama Tuti yang sedikit keras pendiriannya di banding
adiknya. Seperti pada kutipan berikut : Memaksa anaknya itu menurut
kehendaknya tiada sampai hatinya. Sebab sayangnya kepada Tuti dan Maria
tiada terkata-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu. Dengan
tiada insafnya, dalam dua tahun yang akhir ini sejak Tuti mengurus rumah dan
dirinya, perlahan-lahan tumbuh dalam hatinya sesuatu perasaan hormat kepada
kekerasan hati dan ketetapan pendirian anaknya yang tua itu.
d)
Yusuf adalah pemuda yang di kenal Tuti dan Maria pada saat mengunjungi
akuarium. Ia telah hampir lima tahun belajar pada sekolah Tabib Tinggi atau
kedokteran dan ia juga putra Demang Munaf di Martapura Sumatera utara.
Wataknya baik hati, tidak sombong, dan mudah bergaul dengan siapapun.
e)
Partadiharja adalah ipar dari R. Wiriaatmaja (paman Tuti dan Maria).
Memiliki watak yang kuat, mudah di kecewakan, namun hatinya baik sehingga ia
mau membiayai pendidikan adiknya hingga bekerja. Seperti tampak pada
kutipan berikut : ..Saya tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran
saleh,maka ia minta dengan tiada berbicara lagi dengan family.tetapi itu
dibuangnya saja dengan ucapan yang bukan-bukan..
f)
Istri partadiharta adalah adik kandung R.Wiriaatnaja yang berusia 32
tahun. Seorang ibu rumah tangga, ia memberikan tiga anak kepada suaminya
yakni iskandar yang berusia 10 tahun, Ningsih 9 tahun dan Rukmini yang masih
Balita. Memiliki watak baik hati dan tidak mudah marah.
g)
Rukamah adalah saudara sepupu Tuti dan Maria. Wataknya baik hati dan
sangat akrab dengan Tuti dan Maria, namun orangnya sedikit jail,suka ngerjain
orang. Seperti tampak pada kutipan berikut : .Maria,Maria itu ia datang! kata
Rukamah Maria tiada menyangka suatu apa jua pun menggelompar dari tempat
tidur dan dalam sekejap ia sudah ke luar kamar menuju depan. tak berapa

lama antaranya, kembalilah Maria kedalam kamar, muka pucat mengerut.


Dengan suara yang gemetar, Engkau jahat benar, Rukamah, menipu saya
serupa itu.
h)
Saleh dan Ratna adalah saudara sepupu dan teman Tuti yang kini tinggal
di desa Sindanglaya. Kini mereka hidup bersahaja, tidak lagi hidup mewah
seperti dahulu di kota yang suka berfoya-foya. Seperti pada kutipan berikut :
Alanhkah banyaknya Ratna berubah Nampak kepadanya dalam setahu sejak ia
bersuami.

3)

Latar/setting (fisik dan sosial)

Di dalam novel layar terkembang memiliki beberapa latar tempat seperti di


Jakarta, yang merupakan ibu kota Negara Indonesia. Kota ini di hiasi gedunggedung tinggi, padat kendaraan, dan memiliki penduduk yang cukup padat.
R.Wiriaatmaja dan kedua anaknya tinggal di jalan Cidenweeg,gang hauber.
Kedua di sumatera, tepatnya di martapura tempat kelahiran Yusuf yang kini
tinggal di Jakarta, namun kedua orang tuanya masih tinggal di sana. Suasana
alam Martapura sangat nyaman, sebagian daerahnya masih alami yang di
penuhi oleh pohon-pohon dan pegunungan yang indah serta belum terusik oleh
tangan manusia. Ketiga di Sindanglaya,pacet tempat Maria di rawat karena
terkena penyakit dan harus di rawat di sana. Sindanglaya juga tempat kediaman
Saleh dan Ratna yang kini hidup bersahaja dan bercocok tanam guna memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Cerita ini berlangsung selama dua tahun, karena pada
saat kisah di ceritakan Maria baru berusia 20 tahun hingga ia meninggal dunia
karena penyakit yang di deritanya ia berusia 22 tahun dan ceritanya telah usai.

4)

Sudut pandang pengarang

Pada novel layar terkemkang, pengarang berada di luar cerita atau pengarang
menceritakan cerita itu sebagai seorang peninjau. Ini di lihat pada saat
pengarang menceritakan mulai dari tahap pertama eksposisi yakni pengenalan
tokoh-tokoh utama, kedua tahap komplikasi yakni mulai adanya pemunculan
peristiwa yang akan terjadi,ketiga tahap resolusi hingga tahap terakhir yakini
klimaks atau babak akhir yang menimbulkan kesan tertentu pada pembaca.
Semua cerita itu pengarang kisahkan dalam novel layar terkembang, yang
artinya pengarang tidak ikut terlibat dalam novel tersebut.

B.
Nilai-nilai psikologis (konflik batin antar tokoh) dalam novel layar
terkembang.

1)
Kekecewaan Maria terhadap keadaan sekitarnya. Terlihat pada Kutipan
berikut : lekas benar kita sampai ini,kata maria agak kecewa,lihatlah belum
seorang juga lagi.
2)
Ketegaran hati Tuti terhadap keadaan sekitar yag tidak mudah kecewa.
Tampak pada Kutipan berikut : Bukankah lebih baik serupa itu? sahut kakaknya
dengan suara yang tidak peduli , dan agak tetap sedikit
disambungnya,sekarang kita dapat melihat segalanya sekehendak hati kita, tak
diusik-usik orang.
3)
Rasa pengertian dan tanggung jawab Tuti terhadap diri dan keluarganya,
setelah di tinggal ibundanya. Tampak pada kutipan berikut : Tuti berusaha
sedapat-dapatnya menggantikan kedudukan dan pekerjaan bundanya. Sekalian
pekerti dan kelakuan adiknya itu dicoba menerimanya dan menyesuaikan
dengan hatinya meskipun hal itu tidak dapat dalam segala hal,dalam hal hidup
bersama-sama. Usahanya itu jelas membawa ketenangan dan kerja sama. Bagi
Maria sendiri yang masih anak burung mengepak-ngepakkan sayap, belum dapat
tempat bertengger, pimpinan Tuti yang tiada dinyatakan benar kepadanya itu
terasa sebagai aman.
4)
Kondisi psiklogis pikiran yang dialami Tuti pada saat mereka tengah
berada di perjalan rumah mereka dipenuhi oleh kongres putri sedar yang
diketuainya ini menandakan bahwa Tuti adalah orang yang aktif baik itu sebagai
guru maupun dalam berorganisasi.Tampak pada kutipan berikut. telah
berhari-hari ia tiada pernah diam. Kalau tiada berjalan untuk mengunjungi orangorang yang lain yang harus mengurus kongres itu, ia asyik membaca dan
menulis dirumah untuk menyiapkan pidatonya..
5)
Pemikirkan Tuti yang selalu terfokus pada masyarakat khususnya para
perempuan-perempuan dinegerinya,untuk tidak selalu menurut kehendak lakilaki, mereka harus berjuang dan mempertahankan dirinya untuk menyetarakan
dirinya dengan kaum laki-laki. Hal ini tampak pada kutipan berikut : ..ia yakin
benar-benar, bahwa keadaan perempuan bangsanya amat buruk. Dalam segala
hal manusia yang tiada mempunyai kehendak dan keyakinan, manusia yang
terikat oleh berates-ratus ikatan, manusia yang hanya harus menurut kehendak
laki-laki. Ini menandakan hati dan pikiran Tuti sudah benar-benar kuat dan
penuh keteguhan untuk membela dan mempertahankan harga diri kaumnya dari
segala bentuk penindasan kaum pria untuk tidak tunduk dibawah telapak
tangannya dan harus mandiri serta bisa bertahan hidup tanpa mereka.
6)
Kebijaksanaan R.Wiriaatmaja dalam mendidik anak-anaknya, ia
memberikan kebebasan sepenuhnya dalam pergaulan. Namun masih ada sedikit
beban pikiran terhadap anaknya khususnya Tuti yang sangat berbeda sikap dan
tingkah lakunya dengan Maria adiknya. Perbedaan itu tampak pada kutipan
berikut: ..ia biasa memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada
anaknya. Sebagai seorang yang besar dalam didikan cara lama,. ..
terutama payah sekali ia mengkaji sikap dan pendirian Tuti yang lain benar
kepadanya dari Maria. Apakah gunanya ia sebagai perempuan siang-malam
membuang tenaga dan waktu untuk perkumpulan, .. .dan sampai sekarang

belum dapat ia menduga, mengapa Tuti memutuskan pertunangannya dengan


Hambali,.

7)
Tanggapan sikap Tuti terhadap pertanyaan ayahnya. Kutipan berikut :
.sering ia mencoba berbicara dengan Tuti untuk mengetahui kata hatinya,
tetapi hal itu sedikit tak menjadi terang baginya : ia tiada mengerti apa tujuan
ucapan Tuti yang mengatakan, bahwa tiap-tiap harus menjalankan
penghidupannya sendiri,.
8)
Kepasrahan R.Wiriaatmaja terhadp sikap dan pendirian Tuti yang benarbenar kuat dan tak bisa di ubah lagi. Tampak pada kutipan: Memaksa anaknya
itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya. Sebab sayangnya kepada Tuti
dan Maria tiada terkat-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu.
Dengan tiada insafnya, dalam dua tahun yang akhir ini sejak Tuti mengurus
rumah dan dirinya, perlahan-lahan tumbuh dalam hatinya sesuatu perasaan
hormat kepada kekerasan hati dan ketetapan pendirian anaknya yang tua itu.
9)
R.Wiriaatmaja menyimpan rasa percaya, hormat, dan menghargai segala
sikap dan pendirian Tuti dengan apa yang selalu dikerjakannya. Mungkin semua
itu adalah pilihan hidup yang harus dijalaninya. Semua itu tampak pada kutipan
berikut : .dan hal itu mendamaikan hatinya sebagai ayah terhadap kepada
berbagai-bagai pekerti dan perbuatan anaknya itu yang tidak sesuai dengan
pikirannya. Dalam hati kecilnya timbul suatu perasaan percaya, yang lahir oleh
perasaan kuasa untuk menunjukkan yang lebih baik,Ah, Tuti tentu tahu sendiri,
apa yang baik bagi dirinya.
10)
Setelah pertemuan dan perkenalan mereka di Akuarium pasar ikan tadi
ternyata pikiran Yusuf terpaut pada salah satu dari kedua bersaudara itu yaitu
Maria. Seperti pada kutipan berikut: perkenalan yang sebentar itu
meninggalkan jejak yang dalam di kalbunya.. tetapi tidak ,tertutama sekali
menarik hatinya ialah Maria. Mukanya lebih berseri-seri, matanya menyinarkan
kegirangan hidup dan bibirnya senantiasa tersenyum menyingkapkan giginya
yang putih.
11)
Keakrapan dan rasa kagum Yusuf terhadap Maria. Tampak pada kutipan :
.sebentar Yusuf mengikuti Maria dengan matanya dan hainya timbul lagi
pengakuan akan kecantikan gadis itu..sepanjang jalan bahkan sepagi-pagi
itu perawan jelita yang baru dikenalnya itu tiada meninggal-ninggalkan
pikirannya lagi. Sekali-sekali nikmat ganjil rasa perasaannya, seolah-olah seluruh
dirinya dilanggar gelora perasaan yang belum pernah dirasanya seumur
hidupnya. Jelas bahwa Yusuf kini telah terpaut hatinya pada Maria karena
perasaan yang tak karuan ketika berjumpa dengan gadis itu. Ia baru merasakan
hal tersebut seumur hidupnya dan kini perasaan itu telah timbul setelah bersua
dengan Maria si gadis periang itu.
12)
Kekecawaan dan kekesalan hati parta terhadap adiknya tersebut yang
telah menyia-nyiakan masa depannya tersebut dengan meninggalkan pekerjaan

yang cukup baik itu. Tampak parta yang belum menerima keputusan adinya itu
untuk keluar dari pekerjaannya tersebut. Tampak pada kutipan berikut: ..Saya
tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta dengan tiada
berbicara lagi dengan family.tetapi itu dibuangnya saja dengan ucapan yang
bukan-bukan..
13)
Konflik antar Tuti dengan Pamannya. Tuti tak sependapat dengan
Pamannya,ia lebih cenderung sepadan dengan sikap dan pendirian Saleh yang
memilih keluar dari pekerjaannya tersebut. Pamannya pun tak terima dan
menyela semua pendapat yang disampaikan Tuti. Tampak pada kutipan berikut:
..kalau pendapat Saleh itu paman anggap omong kosong semata-mata, kalau
Paman tidak dapat merasakan perasaan dan perjuangan di dalam hatinya,
tentulah Paman tidak dapat mengerti akan perbuatanyaparta pun
menimpa,Ya, engkau mudah berkata saja, tetapi engkau tidak tahu, betapa
kesalnya hati saya..
14)
Sikap Ayahnya yang pasrah akan sikap dan perilaku anak-anak muda
sekarang dan kedua putrinya. Tampak pada kutipan berikut: Ya, payah benar
kita dengan anak-anak muda sekarang,kata wiriaatmaja sebagai seorang yang
menerima akan nasibnya.Mereka hendak menurut kehendak hatinya saja,
sering tambak dikerasi, tambah payah. Kita orang tua-tua tiada diacuhkannya.
15)
Keprihatin Tuti terhadap perempuan-perempuan sekarang tidak berharga
sedikit jua pun di mata masyarakat. Maka dengan suara yang nyaring keluar dari
mulutnya selaku protes : dan dari perempuan yang telah dimatikan
semangatnya serupa itu, orang masih berani berharap lahirnya keturunan yang
kuat. Adakah, saudara-saudara, permintaan yang lebih gila dari pada itu?
16)
Tuti memberikan suntikan semangat terhadap semua kaum hawa di
gedung tersebut untuk tidak terlindas oleh orang-orang yang ingin memperdaya
dan mempermainkan mereka. Seperti pada kutipan pidatonya: tetapi lebihlebih dari segalanya haruslah kaum perempuan sendiri insaf aka dirinya dan
berjuang untuk mendapat penghargaan dan kedudukan yang lebih layak. Ia tiada
boleh menyerahkan nasibnya kepada golongan yang lain ,apalagi golongan lakilaki yang merasa akan kerugian, apabila ia harus melepaskan kekuasaannya
yang telah beradap-adap dipertahankannya.
17)
Kegelisahan hati dan pikirannya Yusuf yang tengah berlibur di kampung
halamanya yang selalu tertuju ke Jakarta. Seperti kutipan berikut: senantiasa
ia gelisah, pikirannya berbalik-balik ke Jakarta juga, seakan-akan ada sesuatu
yang menariknya di sana. Tetapi sekarang tentulah ia belum dapat kembali ke
Jakarta sebab ibunya yang amat sayang kepadanya karena ia anak tunggal, pasti
tiada akan melepaskannya selekas itu meninggalkan pula.
18)
Yusuf selalu termenung ketika membaca surat dari Maria. seperti kutipan
berikut:.setelah habis surat itu dibacanya, termenunglah ia beberapa lamanya
menurutkan arus pikiran dan kenang-kenangannya yang tak tentu arah

19)
Perasaan Yusuf yang ingin sekali berjumpa dengan Maria di Bandung
tempat Maria sekarang. seperti kutipan berikut: di dasar jiwanya terdengar
kepadanya Bandung memanggil
20)
Yusuf mengungkapkan isi hatinya kepada Maria yang tak mampu lagi ia
bendung. Semua itu terlontar seperti pada kutipan berikut: .pada mata Maria
Nampak kepadanya berlinang air mata dan mesra dan meminta
menggemetarlah suaranya untuk pertama kali seumur hidupnya,
Maria,Maria,tahukah engkau aku cinta padamu?
21)
Maria tak bisa menolak hati Yusuf yang kini sudah berada dalam
pelukannya tampah pasrah Maria dengan ciuman yang diberikan Yusuf. Badan
Maria jatuh melemah ke tangan Yusuf dan seraya menengadah dengan
pandangan penyerahan, keluar dari mulutnya bisik lesu hampir-hampir tiada
kedengaran,Lama benar engkau menyuruh saya menanti katamu.
22)
Jadilah mereka sepasang kekasih yang begitu mesra dan Maria adalah
cinta pertama Yusuf begitupun sebaliknya Yusuf adalah cinta pertama bagi Maria.
Kutipan :..tak bisa lagi ia meneruskan ucapannya sebab Yusuf menunduk
menutupkan bibirnya ke atas bibir Maria. Dan dalam curahan cinta pertama,
yang mengemetarkan badan mereka yang muda remaja itu, menjauh
mengaburlah keinsafan akan tempat dan waktu.
23)
Kekecewaan Maria kepada Rukamah dengan mengerjainya yang
menurutnya sungguh tega dan susah untuk ditolerir lagi kutipan. .Maria,Maria
itu ia datang! Maria tiada menyangka suatu apa jua pun menggelompar dari
tempat tidur dan dalam sekejap ia sudah ke luar kamar menuju depan. tak
berapa lama antaranya, kembalilah Maria kedalam kamar, muka pucat
mengerut. Dengan suara yang gemetar, Engkau jahat benar, Rukamah, menipu
saya serupa itu.
24)
Permintaan maaf Rukamah terhadap maria. Kutipan : .lalu didekatinya
Maria dan dibelai-belainya rambutnya seraya berkata, jangan marah Maria,
tidak sekali-kali maksud saya menyakiti hatimu. Saya terlanjur dan kurang pikir
tadi. Diamlah! Tidak lagi saya akan mengganggu serupa itu.
25)
Konflik antar Tuti dan Maria, Tuti protes terhadap sikap Maria. Tampak
pada Kutipa : Maria mengapa engkau sebodoh itu? Rukamah hanya berolokolok. Masakan oleh serupa itu saja sudah menangis, engkau bukan anak-anak
lagi!
26)
Sikap pembelaan Maria terhadap protes kakaknya. Tampak pada kutipan :
cinta engkau barangkali cinta perdagangan, buruk-baik hendak engkau timbang
sampai semiligram. Patutlah pertunanganmu dengan Hambali putus. patutlah
putus, patutlah putus.
27)
Tekanan batin yang di alami Tuti ketika mengingat kata-kata Maria yang
mengejeknya, selalu terbayang di dalam pikirannya, sehingga membuatnya
teringat kembali akan putusnya hubungan tunangannya bersama Hambali dulu.
Kutipan : ..itu perselisihan yang pertama! Hambali tidak pernah senang,

apalagi ia datang di Jakarta. Katanya, Tuti sedikit benar memperdulikannya, ia


selalu saja bekerja untuk perkumpulannya. Perhubungan mereka tiada sedikit
juga pun seperti perhubungan orang bertunangan. Ini membuatnya tak bisa
berkonsentrasi dalam mempersiapkan pidatonya dalam kongres putri sedar.
28)
Perasaan kagum Tuti terhadap sandiwara teater di dalam kongres pemuda
yang di ikuti yusuf dan Maria sebagai pemeran utamanya. Tampak pada kutipan :
indah benar,belum pernah saya melihat pertunjukan seindah ini, keluar
dengan tulus dari mulut Tuti yang jarang memuji itu. Engkau berdua baik benar
bermain. Terutama percakapan Damar Wulan dan Wisynu sangat meresap ke
dalam hati saya. Bagus benar percakapan-percakapan sandiwara itu tadi.
29)
Sedikit ketidak puasan Tuti terhadap cerita tersebut, sehingga
menimbulkan konflik antar Maria. Tampak pada kutipan: sandiwara tadi
bagus, sebenarnya bagus. Tetapi kebagusannya itu melemahkan hati dan
tenaga. Ujar Tuti, ,melemahkan hati? Ada-ada saja pikiranmua. Tak pernah
engkau melihat perbuatan orang yang tiada tercela. Coba engkau menyusun
sendiri sandiwara, supaya engkau puas benar., kalau tiada mengerti,baiklah
engkau diam saja, Maria. Tetapi Maria tiada gentar dan menjawab,baikku
bagus, ya bagus, tidak banyak cincong seperti engkau!
30)
Kekesalan Maria terhadap kakaknya yang terus saja memprotes akan
pertunjukan yamg mereka perankan. Kutipan: Ya suruh Tuti
membuatnya,kata Maria yang sebenarnya agak mulai mengerti mendengar
maksud kakaknya itu,tetapi masih juga hendak melepaskan panas hatinya akan
celaan saudaranya itu.
31)
Perasaan was-was hati Tuti mengenai Supomo rekan kerjanya yang selalu
mendekati dan menarik perhatiannya. Kutipan : Dalam arus pikiran dan
perasaannya itu, tiba-tiba terkilat pertanyaan dalam hatinya. Bagaimanakah
kalau pada suatu hari Supomo memintanya menjadi istrinya? Adakah hatinya
tertarik kepada teman sekerjanya itu?
32)
Perasaan Tuti yang terkejut pada saat Supomo yang baru saja mengatakan
cinta padanya. Selalu terpikir dalam hati dan benaknya, dan menanti
jawabannya. Kutipan : .tetapi meskipun demikian, ketika perkataan yang
penting itu keluar dari mulut Supomo tadi, ia terkejut tiada dapat berkata-kata.
Perkataan itu tiada dijawabnya,teidak terjawab olehnya, meskipun berulangulang Supomo menyatakannya dan meminta jawaban darinya.
33)
Dilema yang terjadi pada Tuti. Memikirkan jawaban yang akan di berikan
terhadap pertanyaan Supmo nanti. kutipan bagaimana, akan diterimanyakah
atau tiada permintaan Supomo itu.? Kalau tiada diterimanya, apabila lagikah ia
akan bersuami? Usianya sekarang dua puluh tujuh tahun. Siapa tahu,
kesempatan ini ialah kesempatan yang terakhir baginya. Kalau dilepaskan pula,
akan terlepaslah untuk selam-lamanya.
34)
konflik batin di jiwa Tuti tentang perasaannya terhadap Supomo. Apakah ia
akan menerima atau menolak cinta Yusuf. Terjadi gejolak jiwa pada perasaan Tuti

yang tak karuan dan tak menentu itu. Kutipan: bagaimana, akan
diterimanyakah atau tiada permintaan Supomo itu.? Kalau tiada diterimanya,
apabila lagikah ia akan bersuami? Usianya sekarang dua puluh tujuh tahun.
Siapa tahu, kesempatan ini ialah kesempatan yang terakhir baginya. Kalau
dilepaskan pula, akan terlepaslah untuk selama-lamanya.
35)
Pikiran Tuti yang masih bimbang akan cintanya kepada Supomo. Apakah
kalau ia menerimanya hanya sebagai pelarian karena mengingat usianya yang
sudah du puluh tujuh tahun itu. Kutipan: Berlalu-lalu datang pertanyaan
membanjiri pikirannya; sekejap terkilap kepadanya, bahwa kenikmatan
pergaulannya dengan Supomo waktu yang akhir ini ialah usaha jiwanya
melarikan dirinya dari perasaan kengerian akan usianya yang sudah dua puluh
tujuh tahun. .kalau ia menjadi istrinya, maka perbuatan itu bukanlah oleh
cintanya kepada Supomo, tetapi untuk melarikan dirinya dari perasaan
kehampaan dan kesepian.
36)
Jawaban cinta Supomo di jawab Tuti melalui sepucuk surat dan Keputusan
Tuti menolak cintanya. Kutipan : .sedih saya memikirkan saya mesti menolak
cinta yang semulia dan susuci cintamu, tetapi saya tiada boleh menipu dirimu
dan diri saya sendiri. Tampak bahwa Tuti mengambil keputusan yang sudah
benar. Kalau ia harus memaksa hatinya menerima Supomo, maka ia akan akan
amat durhaka membohongi Supomo dan terhadap hati dan perasaannya sendiri.
Tuti tak mau mengambil resiko yang amat besar tersebut, maka ia pun harus
menolak cinta Supomo dan semua itu ia tidak akan menyesalinya, bahkan ia
mengucapkan syukur akan keputusannya tersebut. Karena ia telah jujur akan
hati dan perasaanya.
37)
Kerinduaan Maria terhadap keluarga dan orang yang di kasihinya selama
ia di rawat di rumah sakit Pacet. Kutipan : .Dan apabila orang-orang sedang
berjalan-jalan sekitar rumah sakit itu, melayanglah pikirannya kepada sekalian
orang yang dikasihinya: kekasihnya,ayah, dan saudaranya.
38)
Perasaaan takut Maria akan kematian mulai menghampirinya ketika ia
ingat akan ibunya yang telah meninggal dunia karena menderita penyakit yang
serupa dengannya kini. Kutipan: .kadang-kadang teringat ia akan bundanya
yang telah beberapa tahun berpulang. Dalam waktu yang demikian amat
terasalah kepadanya kemalangan dirinya di rumah sakit yang sepi di lereng
gunung itu.
39)
Pikirkan Tuti terhadap kongres yang baru di tinggalkan guna menjenguk
adiknya yang tinggal sendiri kesepian di rumah sakit. Kutipan: sedang kereta
api berjalan Tuti terus melamun tentang cita-citanya tentang perkumpulannya,
tentang kongres tahunan yang baru ditinggalkannyatetapi tidak,liburnya
tinggal hanya seminggu lagi dan yang seminggu itu hendak dipakainya utnuk
menggirangkan hati Maria..
40)
Rasa kasihan Tuti terhadap adiknya yang tinggal kesepian di rumah sakit
dan jauh dari keluarga serta teman-temannya. Kutipan: Kasihan kepada Maria!
Alangkah ingin hatinya hendak bersua dengan adiknya yang hanya seorang itu.

Ia tidak menyesal meninggalkan kongres, meskipun masih sebanyak itu soal


yang penting-penting akan dicakapkannya. Tuti yang tampaknya telah
membuang egonya demi saudara satu-satunya itu. Ia telah membuat keputusan
yang benar, karena begitu pentingnya saudara dari pada kegiatan apapun yang
dijalaninya.
41)
Perasaan Maria yang teringat kembali akan kenangan-kenangan bersama
Yusuf dulu. Pada saat Yusuf mencurahkan kasih sayangnya kepada dia. Semua
itu terasa bahagia apabila terbayang kembali di dalam pikirannya yang tak
mungkin ia lupakan seumur hidupnya. Kutipan : Nampak lagi kepadanya masa
bahagianya, ketika ia mulai bertunangan dengan Yusuf. Perjalanan mereka ke
Dago, ketika mereka mencrahkan kasih mesra yang telah lama terkadung di
dalam hati.
42)
Dorongan semangat yang di berikan Yusuf kepada Maria melaui surat
untuk lekas cepat sembuh dan berjanji kelak apabila ia menjadi dokter ia sendiri
yang akan menyembuhkannya dan dalam waktu kurang dari tiga bulan lagi ia
akan meraih semua itu. Kutipan: Maria, engkau harus baik, lekas baik. Tiga
bulan lagi akan selesai sekolah saya. Saya sendiri akan menjaga kekasihku. Sejak
dari sekarang saya akan memepelajari penyakit tbc sedalam-dalamnya. Sebab
kekasihku harus saya sembuhkan sendiri.
43)
Kesungguhan hati Yusuf yang ingin membahagiakan Maria. Bahagialah
hati Maria mendengar semua yang di sampaikan Yusuf itu. Ia merasa bahwa
Yusuf adalah kekasih yang setia dan tidak salah pilih ia menjadikan Yusuf sebagai
kekasihnya. Namun sekilas terbayang dibenaknya, apakah ia bisa menunggu
selama tiga bulan kekasihnya menjadi seorang dokter? Apakah ia bisa bertahan
selama itu? Pertanyaan ini bukan tidak beralasan mengingat kondisinya
sekarang makin hari makin menurun saja. Kutipan: .Dalam perasaan bahagia
sekejap itu cepat gembira naik-turun dadanya. Tetapi datang sendiri bantahan
dari dalam hatinya,Tiga bulan lagi masih dapatkan ia menanti selama itu?
Mungkinkan sebelum itu ia telah.. Keraguan tampak di dalam hatinya yang
tak bisa bertahan selama itu. Itulah yang selalu terbayang di dalam pikiran dan
hatinya. Maka hilanglah perasaan bahagia didalam hatinya.
44)
Kekagetan hati Maria yang melihat Tuti datang secara tiba-tiba, karena
yang di jadwalkan kepadanya bahwa ia akan datang pada hari rabu. Senanglah
hati Maria sekejap karena kedatangan kakaknya itu. Kutipan: Melihat Tuti yang
tiada disangka-sangkanya itu berdiri di hadapannya itu terlompat dari mulut
Maria,Hai, Tuti, engkau datang pula.
45)
Keheranan Tuti melihat adiknya itu yang makin hari makin menurun saja
keadaan kondisi pisiknya. Ia tidak menyangka penyakit itu ternyata telah
memakan seluruh badanya. Tampak kekawatiran di dalam hati Tuti, ia merasa
kasihan terhadap adiknya itu. Tetapi dalam ia berbicara itu tiada berhentihenti mengamat-amati rupa adiknya itu. Jika dibandingkan dengan dua bulan
yang lalu, jangankan ia agak sembuh, badannya bertambah kurus dan mukanya
bertambah pucat.

46)
Pertanyaan kepada adiknya mengenai perasaannya sekarang yang di
jawabnya dengan pasrah yang tak kuasa ia menahan rasa kesebalan hatinya
memikirkan keadaannya. Kutipan: Berbagai-bagai pertanyaan Maria kepada Tuti
tentang hal rumah, tentang hal kenal-kenalannya di Jakarta. Segala yang kecilkecil penting baginya. Bagaimana keadaan taman-tamannya, siapa yang
menggantikannya pada sekolah Muhamdiyah. O, alangkah inginya ia pulang ke
Jakarta, akan melihat rumahnya, akan bertemu denganbteman-temannya.
Tampak Maria yang merasa rindu akan rumah,teman, dan tanamanya yang telah
di tinggalkanya selama ia sakit. Maria yang tak sabar ingin pulang ke Jakarta.
Membuatnya semakin ingin lekas sembuh secepatnya, namun apa dayanya
penyakit TBC yang menggerogoti seluruh badannya.
47)
Kecemasan da kekawatiran Tuti dan Yusuf melihat kondisi Maria yang
makin hari makin menurun saja. Kutipan : .Tuti menahan hatinya lagi dan
berkatalah ia kepada Yusuf, Yusuf, bagaimanakah pikiranmu, masih adakah
harapan Maria akan sembuh? Rupanya sangat mencemaskan. Saya
sesungguhnya takut..
48)
Keinsafan hati,jiwa dan pikiaran Tuti terhadap kehidupan yang di jalaninya
membuatnya kini mulai berubah pandangan. Kutipan : perlahan-lahan, hampir
tiada di ketahuinya tumbulah keinsafan di dalam hatinya,. Tuti merasa dirinya
menjadi manusia yang baru yang lebih lapang hati dan pikirannya.
49)
Tuti dan Yusuf memberikan dorongan semangat terhadap kekasihnya, agar
ia tidak patah semangat dalam melawan penyakit dan cepat lekas sembuh.
Kutipan: sekali lagi Tuti dan yusuf memberikan nasihat kepada Maria, sekali lagi
mereka mengatakan, bahwa ia mesti sembuh,
50)
Kesedihan dan kekawatiran Yusuf dan Tuti akhirnya terjadi juga. Maria
meninggal dunia di usia 22 tahun. Kutipan : MariaJanuari 193usia 22 tahun.
Maka selaku terpekurlah berdiri kedua-duanya memandang ke makam itu, tiada
menggerak-gerakkan dirinya.
51)
Tuti mendekatkan dirinya kepada Yusuf karena mereka telah bertunangan
dan akan melangsungkan pernikahan seminggu lagi. Maka dari itu sebelum
mereka melangsungkan pernikahan, terlebuh dahulu mereka berziarah ke
makam Maria untuk menghormati pengorbanan dan keikhlasannya merelakan
Yusuf bersanding bersama Tuti yang notabene kakak kandungnya sendiri.
Kutipan : lima hari lagi akan berlangsung perkawinan mereka di Jakarta.
Sebelum perkawinan mereka berlangsung, pergi dahulu mereka ziarah ke
kuburan orang yang sama-sama di cintainya.Tuti mendekatkan dirinya
kepada Yusuf dan laksana tunangannya itu sudah tahu akan perasaannya yang
berkecamuk dalam hatinya, katanya mesra berbisik sebagai menyambung.
tetapi Yusuf, hidup kita adalah kerja. Maka mereka meninggalakan tempat itu
kembali pulang.

Anda mungkin juga menyukai