Anda di halaman 1dari 4

HMI-Wati Pemberontak Dalam Novel Gadis Pembangkang

YakusaBlog, 28 Januari 220- Seorang gadis peraih


beasiswa pabrik semen merayakan keperantauannya ke
Jakarta. Ia besar di Randu Alas, desa fiksi yang terletak di
kota imajiner bernama Kabupaten Jawa Pegunungan.
Dengan meninggalkan desanya, ibu, bapak, lingkungannya,
ia sedang membebaskan diri dari kungkungan moral, adat,
norma, standar kebenaran masyarakatnya.
Gadis cantik itu pendebat ulung. Keras. Selama kuliah, ia
gabung organisasi HMI dan terlibat aksi berbahaya
menentang dekan mesum dan kekuasaan yang sewenang-
wenang. Sikap keras menolak segala bentuk hegemoni cuci
otak patriarki yang dilancarkan melalui mulut dosen,
membuatnya selalu berkelahi dengan pengajar di kelas.

YakusaBlog E-Paper, Bahaya Bucinisme Terhadap Kader HMI, Edisi 1,


Februari 2020. | 3
Muak dengan budaya patronase yang memperbudak
kaumnya, ia memilih jalan sunyi seorang aktivis idealis yang
tak bisa dibeli. Ia terus menentang, maju, mendobrak,
menerjang tirani.
Ia tak berjilbab, tapi peka sosial. Untuk menuntut balas
rasa sakit hati rakyat yang kena banjir dan musibah
kerusakan alam, Roro Lanjar, nama Si Gadis Pembangkang,
mengacak-acak panggung pernikahan anak Bupati korup. Ia
nekad melempar telor busuk ke jidat bupati saat semua
kamera wartawan sedang meliput pentas seni di Balai Kota.
Aksi inspiratifnya (red; nekad) sungguh berani, viral di media
sosial hingga tersebar ke seantero negeri.
Bupati yang sok terhormat tak terima, ia dendam pada
calon mantu kurang ajar itu. Akhirnya si kepala daerah korup
memenjarakannya karena dianggap memfitnah dan
menganiaya martabat penguasa. Bukannya melemah, Sang
Pembangkang malah makin menantang dan melawan. Ia
benar, maka ia tak mundur.
Bila yang benar mengalah, bumi akan jatuh dipimpin para
bandit. Ia merasa dilahirkan ke dunia semata-mata untuk
berperang melawan koruptor dan lelaki bajingan otak
mesum.
Karena sikap kritis dan kokohnya melawan pejabat korup,
nyawanya terancam. Ia diburu intel. Kematiannya dinantikan
banyak elit. Hingga akhirnya ia ditabrak mobil hitam di suatu

YakusaBlog E-Paper, Bahaya Bucinisme Terhadap Kader HMI, Edisi 1,


Februari 2020. | 4
malam yang hampir melenyapkan jiwanya. Babak belur,
patah tulang, sekarat.
Ia diincar celaka agar cepat mati. Ia dikeroyok The
invisible hand yang terganggu sikap kritisnya. Merasa akan
dibunuh, ia bertekad menuliskan kronologi perjuangan
hidupnya dengan segala pemikiran dan pesannya untuk
kemerdekaan kaum perempuan Indonesia.
Tak sampai di situ, di atas ranjang rumah sakit pun, ia
masih diburu pembunuh bayaran. Hingga akhirnya kejahatan
benar benar menang dan berhasil menghabisinya.
Kematiannya membuat Indonesia berduka. Semua aktivis
HAM menangis mendengar ia dibunuh di atas bangsal.
Penulisnya yang juga Aktivis frontal, cerdik menyelipkan
pesan-pesan perlawanan pada tiap momen. Membaca novel
‘Gadis Pembangkang’ membuat kita paham makna sejati
anarkisme.
Iya, Mualimin nama pengarangnya. Saya kenal dan
menjadi sahabat sudah lebih dari tiga tahun. Sejak pertama
berjumpa hingga hari ini, dia tidak berubah. Tetap
sederhana, kalau bicara provokatif, berani, dan sikap blak-
blakan membuatnya rawan konflik dengan senior yang
terkenal punya pengaruh kuat di HMI.
Saya bangga punya kawan seorang penulis produktif dan
selalu memikirkan arah gerak roda sejarah bangsanya. Saya
pertama mengenal Master Mualimin dalam sebuah training

YakusaBlog E-Paper, Bahaya Bucinisme Terhadap Kader HMI, Edisi 1,


Februari 2020. | 5
dan sejak itu kami menjadi kawan yang akrab. Meski sifat
kita berbeda jauh, perbedaan pandangan tidak menjadikan
itu tembok pembatas.
Dia adalah anak Tuban pengelana, para cucu pewaris
karakter keras Adipati Ronggolawe, pengusung gigih
berdirinya Majapahit yang mati nahas sebagai pemberontak
pertama.
Buku baru ini berjudul; Gadis Pembangkang. Terbit di
Jakarta pada tahun ini, 2020. Penulisnya terkenal di dunia
pergerakan dengan nama Mualimin Melawan alias
Muhammad Mualimin.
Bergenre Novel Realist-Fiction (Re-Fi), novel ini akan
memprovokasi tiap pembaca agar melawan dosen dan
kampus. Itu novel yang sangat berbahaya bagi lelaki
brengsek, dan setiap rektor harus hati-hati bila
mahasiswanya membaca bukunya Mualimin.
Dengan tebal lebih dari 260 halaman, novel pergerakan
itu sangat berat, isinya penuh ajakan berpikir keras, namun
akan memuaskan untuk nutrisi otak aktivis. Terus berkarya
kawan. Aku mendukung setiap gagasanmu memerangi
patriarki di Indonesia.[]

Penulis: Tibayuda Laksana (Ketua Umum HMI Cabang


Tangerang)

YakusaBlog E-Paper, Bahaya Bucinisme Terhadap Kader HMI, Edisi 1,


Februari 2020. | 6

Anda mungkin juga menyukai