Anda di halaman 1dari 3

Unsur Intrinsik:

1. Tema:
Tema utama dalam cerita ini adalah perbedaan karakter dan konflik antara tradisi dan
modernitas, yang tercermin dalam hubungan antara Tuti, Maria, dan Yusuf.
2. Alur:
Alur cerita mengikuti perkembangan hubungan antara Tuti, Maria, dan Yusuf, dengan puncak
dramatiknya ketika Maria mengungkapkan keinginannya sebelum meninggal. Alur ini
memunculkan konflik internal dan eksternal yang memengaruhi jalannya cerita.
3. Tokoh
Tuti, Maria, dan Yusuf adalah tokoh utama yang memiliki peran penting dalam menggambarkan
dinamika hubungan dan konflik dalam cerita. Perbedaan karakter mereka memberikan dimensi
yang kaya pada narasi.
1. Tuti:
Tuti digambarkan sebagai kakak sulung yang pendiam, tegap, dan memiliki pendirian kuat. Dia
aktif dalam organisasi wanita, menunjukkan keterlibatannya dalam gerakan emansipasi wanita.
Tuti juga diceritakan sebagai seorang pendekar kata yang mahir dalam berpidato.
2. Maria:
Maria memiliki karakter yang berbeda dengan Tuti. Dia adalah gadis periang, lincah, dan mudah
kagum. Keterpesonaannya terhadap Yusuf dan perubahan perilakunya setelah mendengar
pernyataan cinta Yusuf menunjukkan kompleksitas karakternya.
3. Yusuf:
Yusuf adalah pemuda tinggi, berkulit bersih, dan berpakaian rapi. Sebagai mahasiswa
kedokteran, dia jatuh cinta pada Maria sejak pertama kali bertemu. Perasaan cintanya
menggambarkan sisi romantis dan pemikiran Yusuf tentang hubungan.
4. Ayah Tuti dan Maria (Raden Wiriatmadja):
Ayah Tuti dan Maria adalah mantan Wedana daerah Banten. Meskipun perannya dalam cerita
mungkin tidak begitu mendalam, keputusannya untuk merawat Maria di rumah sakit dan
mendukung hubungan Yusuf dan Tuti mencerminkan peran ayah yang peduli dan mendukung.
5. Supomo:
Adik Supomo muncul dalam cerita dengan pernyataan cintanya kepada Tuti. Meskipun Tuti
menolaknya, kehadiran Supomo menambah lapisan konflik dalam cerita dan memperkaya
dinamika hubungan antar tokoh.
Analisis Penokohan:
1. Perbedaan Karakter:
Penokohan Tuti dan Maria yang berbeda menciptakan konflik dan ketegangan dalam cerita.
Kedua karakter ini menjadi pusat perhatian yang memperlihatkan perbedaan pandangan hidup
dan nilai-nilai yang mereka anut.
2. Perkembangan Karakter:
Perubahan perilaku Maria setelah menerima pernyataan cinta Yusuf menunjukkan
perkembangan karakter yang signifikan. Hal ini menambah dimensi emosional dalam cerita dan
memengaruhi dinamika hubungan antara tokoh-tokoh.
3. Dinamika Hubungan:
Hubungan antara Tuti, Maria, dan Yusuf menjadi pusat cerita. Pertengkaran antara Tuti dan
Maria, nasihat Tuti kepada Maria, dan kemudian hubungan antara Yusuf dan Tuti menciptakan
dinamika yang menarik dan penuh konflik.
4. Pengaruh Lingkungan:
Lingkungan tempat tinggal, kegiatan sehari-hari, dan perpindahan tempat menjadi faktor
penting dalam membentuk karakter dan mengarahkan alur cerita. Misalnya, perjalanan ke
Sindanglaya membuka mata Tuti terhadap kehidupan di pedesaan.
5. Konflik Internal dan Eksternal:
Konflik internal, seperti keinginan Tuti untuk merasakan kemesraan cinta, dan konflik eksternal,
seperti perbedaan pendapat antara Tuti dan Maria, menambah ketegangan dalam cerita dan
memberikan kedalaman pada karakter.
4. Latar:
Latar cerita melibatkan beberapa tempat, seperti pasar ikan, rumah Tuti dan Maria, serta air
terjun Dago. Latar ini memainkan peran dalam menggambarkan setting yang beragam dan
memberikan warna pada perjalanan karakter.
5. Gaya Bahasa:
Penggunaan bahasa yang indah dan deskriptif oleh pengarang membangun suasana dan emosi
dalam cerita. Gaya bahasa ini membantu pembaca merasakan ketegangan, kehangatan, dan
konflik dalam hubungan antar karakter.
6. Amanat:
Amanat yang mungkin dapat diambil dari cerita ini adalah tentang pentingnya memahami
perbedaan karakter dan mengatasi konflik dengan bijaksana. Selain itu, pesan tentang
pengabdian kepada masyarakat dan nilai-nilai kehidupan yang mulia juga dapat
diinterpretasikan.

Unsur Ekstrinsik:
1. Latar Belakang Pengarang:
Pengetahuan mengenai latar belakang Sutan Takdir Alisjahbana sebagai seorang sastrawan
Indonesia yang aktif pada awal abad ke-20 dapat memberikan konteks sejarah dan sosial yang
memengaruhi karya-karyanya.
2. Pengaruh Budaya dan Sosial:
Analisis mengenai bagaimana nilai-nilai budaya dan sosial pada masa itu tercermin dalam
hubungan antar karakter serta konflik yang muncul.
3. Konteks Sejarah:
Memahami konteks sejarah Indonesia pada saat cerita ini ditulis dapat membantu dalam
menginterpretasikan elemen-elemen tertentu dalam cerita yang mungkin merujuk pada
peristiwa atau nilai-nilai tertentu pada masa itu.
4. Penerimaan Pembaca:
Mengevaluasi bagaimana cerita ini diterima oleh pembaca pada zamannya dan bagaimana
dampaknya terhadap sastra Indonesia. Respon kritis dan popularitas karya ini dapat
memberikan perspektif yang lebih luas.
5. Gaya Penulisan Pengarang:
Mengidentifikasi ciri khas gaya penulisan Sutan Takdir Alisjahbana, seperti pemilihan kata dan
teknik naratif, untuk memahami keunikan karyanya dalam konteks sastra Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai