BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manajemen yang diterapkan dalam kegiatan komunikasi berperan sebagai
www.vincacallista.tumblr.com
Produksi tekstual
Mitos > denotasi > kode dan konotasi > tanda
www.vincacallista.tumblr.com
www.vincacallista.tumblr.com
umat manusia adalah mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi di sekitar
kita, dalam kehidupan kita?. Karena itu pula, apakah sepanjang kehidupannya
manusia, sadar atau tidak, sebenarnya hanya sedang melakukan proses penafsiran
terus-menerus, dan tak pernah tahu keadaan objektifnya? Dan kemudian lagi,
apakah tafsiran-tafsirannya tersebut ternyata adalah suara indah di udara yang
malah menutupi isyarat permintaan tolong sang pangeran kecil? Dan akhirnya,
apakah media, apa pun bentuknya, memang selalu membiaskan segala bentuk
proses penandaan, setiap bentuk komunikasi? (Piliang, 2003, 27 28).
Dalam representasi lewat media, sangat mungkin terjadi misrepresentasi:
ketidakbenaran penggambaran, kesalahan penggambaran (Eriyanto, 2003 : 120).
Praktik marjinalisasi adalah misrepresentasi yang berbeda dengan eksklusi dan
pengucilan. Dalam ekskomunikasi dan eksklusi, kelompok lain/orang lain
dipandang sebagai the others, yang lain yang berbeda dengan kita. Praktik itu
mengimplikasikan adanya pembagian antara pihak kita di satu sisi dengan pihak
mereka di sisi lain. Tentu saja, akibat lanjutannya adalah penggambaran yang
buruk pihak lain. Dalam marjinalisasi, terjadi penggambaran buruk kepada
pihak/kelompok lain. Akan tetapi, berbeda dengan eksklusi/ekskomunikasi, di sini
tidak terjadi pemilihan antara pihak kita dengan pihak mereka. Banyak
misrepresentasi dari marjinalisasi ini terjadi dalam pemberitaan. Wanita dalam
banyak
wacana
media
digambarkan
secara
buruk.
Wanita,
misalnya,
direpresentasikan sebagai pihak yang tidak berani, kurang inisiatif, tidak rasional,
dan lebih perasa. Di sini, wanita tidak digambarkan sebagaimana mestinya, tetapi
www.vincacallista.tumblr.com
penggambaran itu tidak disertai dengan pemisahan (seperti kita laki-laki dan
mereka wanita) (Eriyanto, 2003 : 124).
Sebagai seorang penulis yang aktif menyuarakan kesetaraan gender, Ayu
Utami seolah-olah ingin menampilkan sosok perempuan yang kuat dan mandiri
lewat tokoh Lalita dalam novel berjudul Lalita, yang pertama kali diterbitkan pada
September 2012. Ayu Utami adalah penulis Indonesia yang selalu mengangkat
mitos berkaitan dengan feminisme dalam novel-novel hasil karyanya. Ayu Utami
lahir di Bogor, lalu besar dan tinggal di Jakarta. Kuliah di Fakultas Ilmu Budaya,
jurusan Sastra Rusia. Sebagai wartawan di masa Orde Baru, ia ikut mendirikan
Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Ia juga ikut mendirikan Komunitas Utan Kayu.
Ayu Utami pun pernah menjadi anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta
(2006 2009).
Novel pertamanya, Saman, mendapat penghargaan novel terbaik DKJ
1998, dan kini telah diterbitkan dalam enam bahasa asing. Karena dianggap
memperluas batas cakrawala sastra Indonesia, ia mendapat Prince Claus Award
dari Belanda (2000) dan penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara (2008).
Novel terbarunya, Bilangan Fu, meraih Khatulistiwa Literary Award 2008.
Karyanya yang lain adalah novel Larung (2001), kumpulan kolom Si Parasit
Lajang (2003), dan naskah drama Sidang Susila (2008). Kini ia bekerja sebagai
kurator sastra di Komunitas Salihara1.
www.vincacallista.tumblr.com
Saras Dewi Menyingkap Ayu Utami Melalui Eks Parasit Lajang, dalam
http://www.tembi.net/id/news/saras-dewi-menyingkap-ayu-utami-melalui-eks-parasit-lajang4337.html, diakses tanggal 2 Desember 2013, pukul 10.00 WIB.
www.vincacallista.tumblr.com
Sandi Yuda, Marja, dan Parang Jati. Buku pertama dari serial ini berjudul Manjali
dan Cakrabirawa yang diterbitkan tahun 2010, dan buku Bilangan Fu yang
diterbitkan pada tahun 2008 disebut sebagai seri ke-0. Lalita merupakan novel
kedua dari serial Bilangan Fu. Lalita digambarkan sebagai seorang perempuan
yang memiliki kuasa atas orang-orang di sekitarnya. Ia menginginkan orang-orang
memberikan perhatian utuh kepadanya. Terlebih lagi, ia sangat tidak senang jika
pria yang disukainya tidak memberikan perhatian sepenuhnya. Lalita menganggap
dirinya seorang raniraja perempuan. Ia adalah seorang rani. Ia percaya bahwa
dalam kehidupan sebelumnya ia adalah seorang ratu (Utami, 2012 : 24).
Tokoh Lalita yang disorot dalam novel Lalita seperti merepresentasikan
idealisme perempuan yang kuat dan mandiri. Kehadiran Lalita mampu menyihir
orang-orang yang melihatnya, sosok perempuan berpenampilan fisik yang sangat
menarik dan modern. Kemandirian dan kemapanan perempuan yang ditampilkan
lewat karakter tokoh Lalita melibatkan pula kecerdasannya yang tampak sengaja
ditonjolkan untuk mengintimidasi orang lain, terutama kaum lelaki. Selain itu
penokohan Lalita memunculkan ide kekuasaan seksualitas perempuan, yang
memperlihatkan upaya Ayu Utami sebagai pengarang novel Lalita untuk
membebaskan diri dari konstruksi sosial yang selama ini dibangun masyarakat
yang menganggap bahwa perempuan adalah sosok pasif dan penurut.
Selama ini kaum feminis keberatan dengan dominasi pria yang dapat
semena-mena mempermainkan wanita, termasuk dalam kasus poligami atau
berganti-ganti pasangan. Ayu Utami giat membela hak kaum perempuan dengan
melepaskan diri dari mitos yang dibangun masyarakat soal keperawanan. Profil
www.vincacallista.tumblr.com
1.2
Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengaji lebih
lanjut terkait penokohan Lalita dalam novel Lalita karya Ayu Utami dalam sebuah
karya tulis dengan fokus penelitian: Representasi Kekuasaan Perempuan pada
Tokoh Lalita dalam Novel Lalita karya Ayu Utami.
www.vincacallista.tumblr.com
10
1.3
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana representasi kekuasaan perempuan dilihat dari tokoh Lalita
dalam novel Lalita karya Ayu Utami?
2. Bagaimana representasi kekuasaan perempuan dilihat dari relasi sosial
dalam novel Lalita karya Ayu Utami?
3. Bagaimana representasi kekuasaan perempuan dilihat dari ideologi
dalam novel Lalita karya Ayu Utami?
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui representasi kekuasaan perempuan dilihat dari tokoh
Lalita dalam novel Lalita karya Ayu Utami.
2. Mengetahui representasi kekuasaan perempuan dilihat dari relasi tokoh
dalam novel Lalita karya Ayu Utami.
3. Mengetahui representasi kekuasaan perempuan dilihat dari ideologi
dalam novel Lalita karya Ayu Utami.
www.vincacallista.tumblr.com
11
1.5
Kegunaan Penelitian
1.5.1
Kegunaan Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat berguna mengembangkan
kajian media, khususnya tentang isi media yang berbentuk novel, serta dapat
digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan paradigma kritis di bidang
komunikasi serta semiotika sosial dengan dasar pemikiran M.A.K. Halliday untuk
menilai representasi kekuasaan perempuan dalam sebuah novel.
1.5.2
Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah memberikan kesadaran dan
www.vincacallista.tumblr.com
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Pada tahun 2009, ada penelitian sejenis yang dilakukan oleh Prima
www.vincacallista.tumblr.com
13
www.vincacallista.tumblr.com
14
1. Representasi
feminitas
memiliki
beberapa
konsep
yang
mampu
www.vincacallista.tumblr.com
15
mereka
mampu
merepresentasikan
sisi
maskulinitas
yang
www.vincacallista.tumblr.com
16
mengenai
kekerasan
terhadap
perempuan,
seksualitas
www.vincacallista.tumblr.com
17
www.vincacallista.tumblr.com
18
Satu lagi penelitian dalam kerangka feminisme dilakukan pada tahun 2011
oleh Steffi Septiani, NPM 210110070317, dengan mengambil judul Representasi
Perempuan Tomboy dalam Film Get Married. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui (1) kode-kode yang ada di dalam film Get Married, (2) mitos
perempuan tomboy yang terkandung di dalam film Get Married, (3) ideologi yang
terkandung di dalam film Get Married. Dan dari penelitian analisis semiotika
Roland Barthes tentang representasi perempuan tomboy dalam film Get
Married ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat bermacam-macam kode yang dihasilkan dalam film Get
Married yaitu kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna
konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode
gnomik atau kode kultural. Kode pertama, kode yang muncul akibat
pertanyaan yang muncul di benak khalayak. Kedua, kode semik
tentang tokoh-tokoh di film Get Married. Ketiga, kode simbol bahwa
perempuan tomboy tidak pernah berdandan. Keempat, kode tindakan
implikasi perempuan tomboy yang berdandan menjadi menarik
www.vincacallista.tumblr.com
19
Kiki Zakiah
Fitria Sofyani
Steffi Septiani
Representasi
Representasi
Representasi
Representasi
Feminitas dalam
Feminitas
Ideologi
Perempuan
Film Animasi
Mulan
Film dalam
Mereka
Bilang
Tomboy
Film
Get Married
Saya
Monyet!
www.vincacallista.tumblr.com
20
Fokus
Penelitian
Mitos feminitas
Citra
Ideologi
Representasi
feminisme
perempuan
film tomboy
Bilang
dalam
film
Monyet!
Metode
Semiotika Roland
Semiotika
Barthes
Roland
Barthes
Semiotika
Barthes
Barthes
Simpulan
Ditemukan
Ditemukan
representasi
ideologi
denotasi
aliran
patriarki
yang feminitas
menampilkan
mitos
bahwa
dalam
gaya feminisme
feminitas hidup
liberal
karier perempuan
ideologi
dan hetero-
feminisme
seksualitas
radikal
perkotaan
www.vincacallista.tumblr.com
dan
dari tentang
Mengulas
feminisme
21
Perbedaan
dengan perempuan
novel fiksi
feminisme
atas patriarki
Membenarkan
Menjelaskan
Kekuasaan
Kekuasaan
adanya feminitas
gaya hidup
perempuan
perempuan
di balik gambaran
perempuan
yang jelas
dari segi
feminisme tentang
yang sesuai
dilakukan
penampilan
wanita tangguh
feminitas
untuk
yang tomboy
memberontak
2.2
Semiotika Sosial
Dalam pelbagai tulisannya, Halliday selalu mengemukakan konsep
www.vincacallista.tumblr.com
22
bentuk
yang
memungkinkan
sejumlah
partisipan
komunikasi
23
www.vincacallista.tumblr.com
24
makna fungsional dalam linguistik: bentuk bahasa melayani fungsi bahasa. Setiap
fungsi bahasa akan dilayani oleh bentuk bahasa tertentu.
Halliday (2003 : 295; Santoso, 2012 : 86) menegaskan bahwa organisasi
internal bahasa bukanlah suatu yang kebetulan; organisasi internal membentuk
fungsi yang akan dilaksanakan bahasa dalam melayani kehidupan manusia sosial
(social man). Bahasa akan terus berkembang dan bentuk-bentuk bahasanya akan
ditentukan oleh penggunaannya. Semakin kompleks kehidupan manusia yang
identik dengan semakin kompleksnya fungsi-fungsi bahasa akan semakin
berkembang juga bentuk-bentuk bahasanya. Bentuk bahasa akan menyesuaikan
dengan fungsi-fungsi penggunaan.
Dalam rangka memenuhi dan melayani kehidupan manusia sebagai
manusia sosial, Halliday (2003 : 296; Santoso, 2012 : 86) menegaskan adanya
kekuatan kekuasaan dalam bahasa. Kekuasaan bahasa ditetapkan dalam tindak
pemaknaan (the act of meaning). Melalui tindak pemaknaan kuasa bahasa dapat
diungkap. Tindak pemaknaan itu meliputi lima hal berikut:
Pertama, bahasa sebagai sarana akses ke arah ranah tertentu, yakni
lingkungan tindak sosial. Untuk memasuki pelbagai ranah diperlukan bahasa.
Orang tidak dapat memasuki ranah tindak sosial tanpa bahasa. Dalam konteks ini
dikenallah konsep penting dari Halliday tentang register. Dengan register itu
kita dapat memasuki ke pelbagai ranah tindak-tindak sosial.
Kedua, bahasa sebagai ideologi. Bahasa telah membawa anggota
masyarakat tentang bagaimana cara mengatakan sesuatu atau cara menuliskan
www.vincacallista.tumblr.com
25
Bahasa
juga
dapat
difungsikan
untuk
meminggirkan
atau
www.vincacallista.tumblr.com
26
www.vincacallista.tumblr.com
27
28
teks itu sendiri. Memang, sebuah teks dapat berwujud kata, frasa, klausa,
kalimat, atau paragraf. Sebuah teks adalah unit semantis yang tidak
tersusun dari kalimat atau klausa, tetapi direalisasikan dalam kalimat-kalimat
atau klausa-klausa. Ada perbedaan makna yang pokok antara tersusun dan
direalisasikan dalam memahami teks.
Teks sebagai Proyeksi Makna
Halliday (1978 : 138; Santoso, 2012 : 89) berpandangan bahwa sebuah
teks selain dapat direalisasikan dalam level-level sistem lingual yang lebih
rendahseperti sistem-sistem leksikogramatis dan fonologisjuga merupakan
realisasi dari level yang lebih tinggi dari interpretasi, kesastraan, sosiologis,
psikoanalitis, dan sebagainya yang dimiliki oleh teks itu. Level-level yang lebih
rendah ini memiliki kekuatan untuk memproyeksikan makna pada level yang
lebih tinggi, yang oleh Halliday diberi istilah latar depan (foregrounded). Dari
sebuah teksyang dibangun dari sejumlah sistem leksikogramatis dan
fonologisdapat
ketidaksamaan,
diproyeksikan
makna-makna
ketidaksetaraan,
pemilihkasihan,
tentang
penindasan,
ketidakadilan,
peneguhan,
www.vincacallista.tumblr.com
29
www.vincacallista.tumblr.com
30
Halliday bahwa makna adalah sistem sosial. Individu yang menghasilkan dan
mengonsumsi teks pada hakikatnya adalah manusia sosial (social man).
Perubahan dalam sistem sosial akan direfleksikan dalam teks. Situasi sosial akan
menentukan bentuk dan makna suatu teks.
2. Konteks Situasi
Situasi merupakan lingkungan tempat teks. Konteks situasi adalah
keseluruhan lingkunganbaik lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan
tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis). Suatu pemberian atau potret
yang lengkap perlu diberikan perian tentang latar belakang budayanya secara
keseluruhan, bukan hanya hal yang sedang terjadi, tetapi juga sejarah budaya
secara keseluruhan yang ada di belakang para pemeran dan kegiatan yang terjadi.
Untuk memahami teks dengan sebaik-baiknya diperlukan pemahaman terhadap
dua konteks, yakni konteks situasi dan konteks budaya. Dalam pandangan
Halliday (1978 : 110; Santoso, 2012 : 91) konteks situasi terdiri atas tiga unsur,
yakni (i) medan wacana (field of discourse), (ii) pelibat atau partisipan wacana
(tenor of discourse), dan (iii) sarana atau modus wacana (mode of discourse).
Medan Wacana
Medan wacana (field of discourse) adalah konteks situasi yang merujuk
kepada aktivitas sosial yang sedang terjadi serta latar institusi tempat satuansatuan kebahasaan itu muncul. Untuk menganalisis medan wacana kita dapat
mengajukan pertanyaan what is going on. Dalam medan wacana terdapat tiga hal
yang perlu diungkap:
www.vincacallista.tumblr.com
31
ranah pengalaman,
tujuan jangka pendek, dan
tujuan jangka panjang.
www.vincacallista.tumblr.com
32
dengan orang-orang lain: sejajar atau tidak sejajar. Jarak sosial terkait dengan
tingkat pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya: akrab, dekat, baru
berkenalan, atau memiliki jarak.
Sarana atau Modus Wacana
Sarana/modus wacana (mode of discourse) adalah konteks situasi yang
merujuk pada bagian bahasa yang sedang dimainkan dalam situasi, termasuk
saluran yang dipilih: lisan atau tulisan. Untuk menganalisis modus wacana,
pertanyaan pokok yang dapat diajukan adalah whats role assigned to language.
Dalam modus wacana ini paling tidak ada lima hal yang diungkap:
peran bahasa,
tipe interaksi,
medium,
saluran, dan
modus retoris.
Peran bahasa terkait dengan kedudukan bahasa dalam aktivitas: bisa saja
bahasa bersifat wajib (konstitutif) atau tidak wajib atau penyokong/tambahan.
Peran wajib terjadi apabila bahasa sebagai aktivitas keseluruhan. Peran tambahan
terjadi apabila bahasa membantu aktivitas lainnya. Dalam pidato, misalnya,
bahasa memiliki peran wajib. Tipe interaksi merujuk pada jumlah pelaku:
monologis atau dialogis. Medium terkait dengan sarana yang digunakan: lisan,
www.vincacallista.tumblr.com
33
tulisan, atau isyarat. Saluran terkait dengan bagaimana teks itu dapat diterima:
fonis, grafis, atau visual. Modus retoris merujuk pada perasaan teks secara
keseluruhan: persuasif, kesastraan, akademis, edukatif, mantra, dan sebagainya.
Dalam pidato, misalnya, modus persuasif akan sangat menonjol.
3. Register
Istilah register kali pertama digunakan dalam pengertian tentang
keberagaman teks.
yang dapat
register
dapat
dikenali
atau
diketahui
dari
karakteristik
www.vincacallista.tumblr.com
34
www.vincacallista.tumblr.com
35
menggunakan
kalimat-kalimat
kompleks
dengan
menerapkan
Dalam kode lengkap emosi atau perasaan akan cenderung dikuasai dan
rasionalitas dijadikan ukuran penggunaan bahasa. Kode ini akan lebih
menonjolkan aspek pikiran, intelektualitas, serta rasionalitas. Kode lengkap
banyak digunakan dalam komunikasi yang bersifat formal, misalnya komunikasi
keilmuan.
Kode Terbatas atau Kode Umum
Menggunakan suatu kode terbatas (restricted code) atau kode umum
(public code) berarti menggunakan kode yang mengandung pengertian berikut.
www.vincacallista.tumblr.com
36
www.vincacallista.tumblr.com
37
5. Sistem Lingual
Sistem lingual (linguistic system) terdiri atas tiga tingkatan: (i) semantik,
(ii) leksiko-gramatis, dan (iii) fonologis dengan menempatkan sistem semantis
menjadi perhatian utama dalam konteks sosiolingual (Halliday, 1978 : 111;
Santoso, 2012 : 96). Penekanan pada aspek semantis ini memberikan pengertian
bahwa kajian semiotik sosial ini lebih berupa kajian fungsional daripada kajian
kognitif ala Chomsky. Ia selalu mengaji fungsi daripada bentuk. Dalam
pandangan kajian fungsional, sistem semantis berkaitan dengan tiga fungsi
bahasa: (i) fungsi ideasional, (ii) fungsi interpersonal, dan (iii) fungsi tekstual.
6. Struktur Sosial
Dalam pandangan Halliday (1978 : 113 114; Santoso, 2012 : 98) struktur
sosial disangkutkan ke dalam teori sosiolinguistik atas dasar tiga titik pijak
hubungan timbal balik: (i) hubungan struktur sosial dengan konteks sosial, (ii)
hubungan struktur sosial dengan pola-pola hubungan sosial, dan (iii) hubungan
struktur sosial dengan kelas atau hierarki sosial. Struktur sosial menetapkan dan
memberikan arti kepada berbagai jenis konteks sosial tempat makna-makna itu
dipertukarkan. Kelompok sosial dan jaringan komunikasi yang berbeda sangat
menentukan bentuk-bentuk karakteristik konteks situasi.
Sebagai contoh, relasi antara status dan peran partisipan atau pelibat secara
jelas akan menghasilkan struktur sosial tertentu, dapat berupa struktur sosial yang
koordinatif-egalitarian atau subordinatif-berjenjang. Pola-pola lingual yang
digunakan sebagai sarana retoris menunjukkan ciri sarana wacana yang
www.vincacallista.tumblr.com
38
2.3
Feminisme Eksistensialis
Tokoh yang teramat dikenal dalam teori feminisme eksistensialis adalah
www.vincacallista.tumblr.com
39
Bukan karena jenis kelamin, perempuan menuntut eksistensinyakesubmisifan perempuan merupakan bukti. Apa yang mereka tuntut
adalah diakui sebagai makhluk yang bereksistensi dan yang
mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dan tidak
mensubordinasikan eksistensi pada hidup, manusia dan sifat
dasariah binatang. Perspektif eksistensial telah memungkinkan
kita untuk mengerti bagaimana kondisi biologis dan ekonomi dari
pandangan primitif telah membawa kita pada supremasi laki-laki.
Si perempuan dijadikan mangsa dalam maternitas perempuan
tetap dekat dengan tubuhnya, seperti seekor binatang (Solanas,
1969 : 265; Arivia, 2003 : 19).
www.vincacallista.tumblr.com
40
www.vincacallista.tumblr.com
41
42
Walaupun mereka (kaum laki-laki) sendiri tetap mencari pendamping hidup yang
sempurna dari kaum perempuan. Dari konflik antara kerja dan urusan rumah
tangga yang dihadapi perempuan, menjadi sinyal untuk tumbuhnya kesadaran
akan pentingnya perempuan eksis dalam hidup ini dengan beraktivitas di luar
rumah. Bagi perempuan intelektual, mandiri berarti telah menjadi diri sendiri
(Subjek). Perempuan memutuskan dan berupaya mengatasi risiko dari keputusan
tersebut, yang berarti mengatasi hambatan dan kegagalan (Irianto, 2006 : 466).
2.4
Psikologi Humanistik
Ciri yang sangat penting dari pandangan para humanis adalah keyakinan
www.vincacallista.tumblr.com
43
Psikologi Humanistik dari satu pihak menentang apa yang disebut sebagai
pesimisme suram dan keputusasaan yang terkandung dalam pandangan
psikoanalitik tentang manusia dan di lain pihak menentang konsepsi robot tentang
manusia yang digambarkan dalam behaviorisme. Psikologi Humanistik lebih
penuh harapan dan optimistik tentang manusia. Ia yakin bahwa dalam diri setiap
orang terdapat potensi-potensi untuk menjadi sehat dan tumbuh secara kreatif.
Kegagalan dalam mewujudkan potensi-potensi ini disebabkan oleh pengaruh yang
bersifat menjerat dan keliru dari latihan yang diberikan oleh orang tua, serta
pengaruh-pengaruh sosial lainnya. Namun pengaruh-pengaruh yang merugikan ini
dapat diatasi apabila individu mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya
sendiri. Rogers yakin apabila tanggung jawab ini diterima, maka kita akan segera
melihat kalau saja persepsi dan perbudakan yang meliputi seluruh dunia dapat
dicegah munculnya seorang pribadi baru yang penuh kesadaran, mengarahkan
dirinya sendiri, seorang penjelajah dunia batin lebih daripada dunia luar, yang
memandang rendah sikap serba tunduk pada kebiasaan-kebiasaan dan dogma
tentang autoritas (Rogers, 1974 : Supratiknya, 1993 : 125-126).
Teori
ini
pada dasarnya
adalah
fenomenologis,
artinya Rogers
44
www.vincacallista.tumblr.com
45
www.vincacallista.tumblr.com
46
www.vincacallista.tumblr.com
47
aktualisasi
juga
memudahkan
dan
meningkatkan
pematangan dan pertumbuhan. Jika bayi bertambah besar, maka organorgan tubuh dan proses-proses fisiologis akan menjadi semakin
kompleks dan terdiferensiasi karena mereka mulai berfungsi dalam
arah-arah yang dituju. Proses pematangan dari bayi yang baru lahir ini
mulai dengan perubahan-perubahan dalam ukuran dan bentuk sampai
pada perkembangan sifat-sifat jenis kelamin sekunder pada masa
remaja. Pematangan yang penuh ini tidak dicapai secara otomatis,
meskipun pada dasarnya blue-print proses pematangan terkandung
dalam struktur genetik individu. Proses tersebut memerlukan banyak
usaha. Manusia memiliki kapasitas dan tendensi atau motivasi untuk
mengaktualisasi diri. Kapasitas dan tendensi atau motivasi ini (yang
sering tersembunyi dan tidak kelihatan) dilepaskan dalam kondisikondisi yang tepat.
4.
www.vincacallista.tumblr.com
48
sifat yang buruk ini muncul dari sikap defensif yang mengasingkan
orang dari kodratnya sendiri. Kalau sikap defensif ini terbuka kepada
semua pengalamannya, maka manusia akan bergerak ke arah cara-cara
berpikir untuk dapat bergaul dengan orang-orang lain dan dapat
dipercaya. Dia akan berjuang untuk mengadakan hubungan-hubungan
yang bermakna dan konstruktif dengan sesama manusia dalam caracara yang meningkatkan perkembangannya sendiri dan perkembangan
spesiesnya. Pandangan Rogers sangat berbeda dengan pandangan
beberapa psikoanalisis yang melihat manusia sebagai yang destruktif
dan antisosial sejak lahir. Manusia lahir dengan dorongan-dorongan
instingtif
www.vincacallista.tumblr.com
49
2.5
Pengertian Representasi
/representasi/ /rprsntasi/ n 1 perbuatan mewakili; 2 keadaan
www.vincacallista.tumblr.com
50
www.vincacallista.tumblr.com
51
dalam kata-kata ini tidak hanya karena seseorang gagal berusaha, tetapi karena
mereka tidak mempunyai kesempatan dan akses yang sama, atau sengaja dibuat
miskin oleh kelompok-kelompok yang lebih kuat dalam masyarakat (Eriyanto,
2003 : 290 291).
Representasi dalam kombinasi anak kalimat, antara satu anak kalimat
dengan anak kalimat yang lain dapat digabung sehingga membentuk suatu
pengertian yang dapat dimaknai. Pada dasarnya, realitas terbentuk lewat bahasa
dengan gabungan antara satu anak kalimat dengan anak kalimat yang lain.
Misalnya, ada fakta maraknya demonstrasi mahasiswa, ada fakta lain berupa nilai
tukar rupiah menurun. Bagaimana dua fakta tersebut ditampilkan dalam teks? Dua
fakta itu dapat digabung dalam pengertian banyaknya demonstrasi mahasiswa itu
menyebabkan nilai tukar rupiah melemah. Akan tetapi, dapat dipandang sebagai
dua fakta yang terpisah, turunnya nilai tukar rupiah tidak dianggap sebagai
penyebab dan dua fakta itu benar-benar terpisah (Eriyanto, 2003 : 294).
Representasi dalam rangkaian antarkalimat, berhubungan dengan
bagaimana dua anak kalimat digabung, maka aspek ini berhubungan dengan
bagaimana dua kalimat atau lebih disusun dan dirangkai. Representasi ini
berhubungan dengan bagian mana dalam kalimat yang lebih menonjol
dibandingkan dengan bagian yang lain. Salah satu aspek penting adalah apakah
partisipan dianggap mandiri ataukah ditampilkan memberikan reaksi dalam teks
(Eriyanto, 2003 : 296).
www.vincacallista.tumblr.com
52
2.6
www.vincacallista.tumblr.com
53
Contoh lain adalah novel Supernova; Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh
karya Dee Lestari, dalam alur ceritanya terdapat kisah mengenai seorang istri
yang berani menunjukkan kekuasaan atas suaminya dengan cara berselingkuh
dengan lelaki lain yang dirasa sang istri membuatnya lebih nyaman.
Sepanjang hidup saya, hanya ada satu perempuan yang saya cintai
sungguh-sungguh. Istri saya sendiri. Dan, dia menyeleweng.
Anehnya, saya tidak sanggup marah. Bahkan, untuk menyalahkan
sedikit pun tidak bisa. (Dee, 2012 : 222)
Tokoh Lalita dalam novel Lalita karya Ayu Utami menjelma sebagai tanda
tentang makna kekuasaan perempuan, dilihat dari intelektualitas, penampilan fisik
yang modern, kemapanan, eksklusivitas diri, dominasi seksual, dan penggunaan
semua aspek tersebut menjadi kekuatan dalam mengontrol laki-laki dan membuat
mereka melakukan segala keinginannya.
www.vincacallista.tumblr.com
54
2.7
www.vincacallista.tumblr.com
55
Buku yang dikenal dengan nama novel fiksi (dari bahasa Latin fingere
yang artinya membentuk, menyatukan), dalam beberapa abad sejak ditemukan
menjadi salah satu bentuk seni kemanusiaan yang paling populer. Novel juga
merupakan artefak pengalihan pikiran massal dalam budaya pop yang baru
muncul pada awal abad ke-20suatu zaman ketika novel fiksi kacangan (pulp
fiction) ditulis hanya dengan tujuan untuk melakukan pengalihan pikiran massa
sehingga bisa secara teratur dibuang dan digantikan oleh novel-novel baru.
Sampai sekarang ini, genre fiksi kacangandetektif, kriminal, fiksi ilmiah, roman,
thriller, dan novel-novel petualanganmengisi rak-rak toko buku dan terus
menjadi sumber bacaan yang menyenangkan bagi sejumlah besar masyarakat
(Danesi, 2010 : 75).
Buku fiksi yang sebenarnya pertama ditulis pada Zaman Pertengahan. Saat
itu adalah zaman ketika orang-orang mulai menemukan kisah-kisah khayalan dan
menuliskannya untuk dinikmati orang lain. Sebelum Abad Pertengahan ini,
mungkin orang-orang sudah menceritakan kisah-kisah semi fiksi seperti fabel,
cerita rakyat, atau legenda, tetapi yang dilakukan kisah-kisah ini tidak sama
dengan
kisah-kisah
dalam
Zaman
Pertengahanpengisahan
cerita
demi
56
Decameron pada tahun 1353, dengan karya ini merupakan kumpulan 100 kisah
fiksi yang ditulis dengan latar belakang Maut Hitam yang muram, sebagaimana
wabah pes bubo yang melanda Eropa dalam abad ke-14 itu disebut. Decameron
merupakan karya fiksi pertama dalam pengertian modern. Dalam rangka
menghindarkan dari bencana wabah ini, sepuluh orang sahabat memutuskan untuk
mengungsi di sebuah vila di luar kota Florence. Di tempat itu mereka berusaha
saling menyenangkan sesama teman dengan menceritakan kisah karangan secara
bergiliran. Pengisahan cerita setiap harinya diakhiri dengan canzone, yaitu puisi
liris yang singkat.
Dengan munculnya genre yang disebut sebagai picaresque di Spanyol
dalam abad ke-16yang di dalamnya pahlawan biasanya dilukiskan sebagai
pengelana yang berjalan dan mengalami pelbagai peristiwa mengesankannovel
menjadi santapan utama masyarakat Eropa. Contoh klasik dari genre picaresque
adalah novel yang penuh teka-teki karya Miguel de Cervantes Saavedra (1547
1616) yaitu Don Quixote de la Mancha (Bagian I, 1605, bagian II, 1615) yang
menurut banyak orang merupakan novel karya agung pertama di dunia Barat.
Sejak itu, penulisan karya fiksi dianggap menjadi satu tolok ukur untuk melihat
perilaku dan karakter manusia. Ini mungkin karena secara intuitif kita merasa
bahwa struktur naratif mencerminkan struktur kehidupan nyata yang kita alami:
yaitu bahwa kita merasakan bahwa struktur naratif sudah ada secara implisit di
dalam bentuk tindakan dan peristiwa yang muncul dalam kehidupan manusia
sebenarnya. Kita bahkan cenderung melihat novel laris, roman Harlequin, fiksi
detektif, dan sejenisnya itu mengisahkan sesuatu yang penting di dalam kita
www.vincacallista.tumblr.com
57
2.8
yang mandiri. Teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana.
Kalau ada teks yang memarjinalkan wanita, bukan berarti teks tersebut suatu
ruang hampa, bukan pula sesuatu yang datang dari langit. Teks itu hadir dan
bagian dari representasi yang menggambarkan masyarakat yang patriarkal
(Eriyanto, 2003, 222).
Teks tidak pernah ada dalam abstraksi. Teks bekerja melalui proses
semiotik seperti metafora dan metonimi, yang di dalamnya makna sosial
dipertukarkan dan kode sosial berinteraksi. Teks tidak membuat yang nyata
menjadi hadir melainkan merepresentasikannya melalui kode dan tanda. Tanda
dan kode utama dalam teks ini mengapresiasi jaringan pemahaman sosial yang
didasarkan pada oposisi kultural dan mitos yang mendasaroposisi antara kita dan
mereka. Jika imaji merepresentasikan seorang non-Barat sebagai mereka, maka
www.vincacallista.tumblr.com
58
imaji itu menyapa seorang Barat sebagai kita. Kita tidak sekadar memerhatikan
kontras Barat-Timur, kita disapa sebagai telah berada pada satu pihak di
dalamnyasebagai seseorang yang baginya imaji ini merupakan imaji
keeksotikan, ketidakfamiliaran dan pesona, ketimbang imaji realitas yang familiar
dan bahkan sehari-hari yang lumrah. Inilah bagaimana teks mendorong para
pembaca untuk mengistimewakan satu kumpulan nilai dan makna atas kumpulan
nilai dan makna lainnya: secara sederhana, teks mengadakan oposisi mitos dan
kemudian menyapa para pembaca seolah mereka telah berada pada satu pihak
ketimbang pihak lainnya (Thwaites, Davis & Mules, 2009 : 124 125).
Kalau persepsi dunia kita membentuk dan dibentuk oleh kosakata kita,
bahasa menjadi sesuatu yang istimewa karena kehadirannya dalam jagad makna
bisa digunakan untuk membahasakan simbol-simbol yang lain. Dengan bahasa,
manusia tidak hanya berpikir dan memahami dunia, tetapi juga membentuk
realitas. Bahasa juga menjadi dunia citra yang membedakan kemanusiaan kita.
Bahasa sekaligus mencerminkan aktualisasi dari kebebasan (akal budi) manusia.
Bahasa dianggap identik dengan penalaran akal budi, yang dengannya manusia
mengekspresikan diri serta membangun dunianya yang berbudaya (Ibrahim, 2011
: 226 227).
www.vincacallista.tumblr.com
59
BAB III
METODOLOGI DAN SUBJEK PENELITIAN
3.1
Metodologi Penelitian
3.1.1
Paradigma Penelitian
Penelitian adalah upaya untuk menemukan suatu kebenaran atau
yang
mengarahkan
cara
berpikir.
Sedangkan
Kuhn
(1962)
www.vincacallista.tumblr.com
60
61
tersebut agar dapat berhasil. Paradigma adalah pola atau model tentang bagaimana
sesuatu terstruktur atau bagaimana bagian-bagian yakni perilaku yang di
dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu itu berfungsi. Dari definisidefinisi yang tercantum, dapat diambil kesimpulan bahwa paradigma adalah cara
pandang, pola penelitian untuk memahami kompleksitas dunia nyata yang
berdasarkan asumsi-asumsi tertentu dan memiliki batasan-batasan
yang
www.vincacallista.tumblr.com
62
3.1.2
Metode Kualitatif
Paradigma interpretif pada akhirnya melahirkan pendekatan kualitatif.
kuantitatif.
Dalam
penelitian
kualitatif,
peneliti
berusaha
www.vincacallista.tumblr.com
63
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif
memandang objek secara utuh dan holistik, jadi pada penelitian kualitatif tidak
boleh mengisolasikan individu atau objek ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi
harus memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Kirk dan Miller (1986)
menggambarkan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Paradigma membangun realitas yang
dipersepsikan tentang realitas yang ada, serta memfokuskan perhatian pada aspekaspek tertentu dari realitas objektif dan membimbing interpretasi seseorang pada
struktur yang mungkin dan berfungsi pada realitas yang tampak maupun yang
tidak tampak.
Penelitian kualitatif jauh lebih subjektif daripada penelitian atau survei
kuantitatif dan menggunakan metode yang sangat berbeda dari mengumpulkan
informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam
dan fokus grup. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan
terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang
diwawancarai secara mendalam. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi
alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah
instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan
yang
luas,
sehingga
dapat
mengajukan
pertanyaan,
menganalisis,
dan
mengonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika
www.vincacallista.tumblr.com
64
3.2
Kerangka Analisis
3.2.1
tanda tersebut bekerja disebut semiotik atau semiologi. Semiotika memiliki tiga
wilayah:
1. Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis
tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda di dalam
menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut berhubungan dengan
orang yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya
bisa dipahami di dalam kerangka penggunaan/konteks orang-orang yang
menempatkan tanda-tanda tersebut.
2. Kode-kode atau sistem di mana tanda-tanda diorganisasi. Kajian ini
melingkupi bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk mengeksploitasi
saluran-saluran komunikasi yang tersedia bagi pengiriman kode-kode
tersebut.
www.vincacallista.tumblr.com
65
Halliday
melihat
bahwa
kajian-kajian
ilmu
bahasa
bertugas
www.vincacallista.tumblr.com
66
atau
direalisasikan unsur-unsur status, proses, pelaku, tujuan, lokasi, dan waktu dari
unsur klausa. Tenor merupakan unsur partisipan dan perannya dalam bentuk
hubungan interpersonal, status, dan perannya serta sifat hubungan persona di
antara mereka sebagaimana direalisasikan dalam pilihan-pilihan piranti linguistik
yang terdapat pada teks. Dalam tenor itu, hubungan interaksi yang signifikanlah
yang diamati. Modi merupakan realisasi yang diungkapkan oleh teks secara
keseluruhan sebagai tindak sosial, baik bersifat lisan, maupun tulisan, baik dari
aneka jenis wahana monolog maupun dialog, dan lain-lain (Pangaribuan, 2008 :
62 63).
Guna menemukan tanda-tanda representasi kekuasaan perempuan dalam
novel Lalita karya Ayu Utami, unit analisis dalam penelitian ini akan diteliti
dengan mengacu pada tiga fungsi bahasa menurut Halliday, sebagaimana yang
sejalan dengan pemikiran Fairclough berikut ini.
www.vincacallista.tumblr.com
67
www.vincacallista.tumblr.com
68
bahasa
mempunyai
fungsi
tekstual.
Bahasa
akan
digunakan
untuk
Komponen
interpersonal
menginformasikan
bahwa
penutur
www.vincacallista.tumblr.com
69
Fungsi Ideasional
Komponen ideasional merujuk pada kekuatan makna penutur sebagai
pengamat (Halliday, 1978 : 112; Santoso, 2012 : 96). Hal ini merupakan fungsi ini
dari bahasa atau bahasa sebagai about something. Komponen bahasa ini
menginformasikan bahwa melalui sebuah bahasa seorang penutur akan
menyandikan atau mengodekan pengalaman kultural dan pengalaman individunya
sebagai anggota budaya atau kultur masyarakat tertentu.
Dalam komponen ideasional, bahasa memiliki fungsi merepresentasikan.
Bahasa digunakan untuk mengodekan (encoding) pengalaman manusia tentang
dunia. Bahasa digunakan untuk membawa gambaran realitas yang ada di sekitar
manusia. Gambaran realitas ini dapat berupa frasa, klausa, atau kalimat.
Ketransitifan dan nominalisasi, misalnya, dapat menginformasikan bagaimana
sebuah realitas ditata sedemikian rupa melalui pilihan kode bahasa. Demikian
juga dengan penataan realitas dalam konstruksi aktif dan pasif (Santoso, 2012 :
96). Fungsi ideasional direpresentasikan oleh unsur pengalaman dan pemikiran
logis yang diungkap melalui teks, seperti siapa berperan apa, melakukan tindak
sosial apa, kepada siapa, di lokasi mana, dan lain-lain (Pangaribuan, 2008 : 52).
Halliday mengemukakan bahwa teks itu selalu dilingkupi konteks situasi
dan konteks budaya (Butt et al., 1999 : 11; Santoso, 2008 : 13). Mengaji bahasa
secara fungsional pada hakikatnya mengaji tiga aspek yang saling terkait, yakni
teks, konteks situasi (context of situation), dan konteks budaya (context of
www.vincacallista.tumblr.com
70
culture). Dalam teks, selalu terkandung unsur tekstur dan struktur. Oleh Butt et al.
(1999 : 12; Santoso, 2008 : 13), kajian Halliday itu digambarkan berikut.
3
1
Gambar 3.1
Model Linguistik Fungsional-Sistemik Halliday
Keterangan:
1: Teks
2: Konteks situasi
3: Konteks budaya
3.2.2
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Langkah
pertama yang Peneliti lakukan adalah menyadari adanya represi mitos tentang
sikap seorang perempuan dalam novel Lalita karya Ayu Utami, yang berbanding
terbalik dengan mitos penempatan perempuan dalam hierarki yang dibangun oleh
lingkungan yang didominasi oleh budaya patriarki. Represi mitos tersebut
diarahkan kepada pembentukan makna tentang kekuasaan perempuan.
www.vincacallista.tumblr.com
71
3.2.3
data,
menafsirkan
(interpreting),
atau
mentransformasikan
www.vincacallista.tumblr.com
72
www.vincacallista.tumblr.com
73
langkah-langkah
editing,
pengelompokan,
dan
meringkas data.
2. Peneliti
menyusun
kode-kode
dan
catatan-catatan
(memo)
dan
pola-pola
data.
Catatan
yang
menyusun
rancangan
konsep
(mengupayakan
www.vincacallista.tumblr.com
74
Teks pertama yang dikutip dari narasi pada halaman 8 novel Lalita
mengandung representasi makna tentang kekuasaan perempuan lewat penampilan
fisik. Dari teks berbentuk narasi tersebut didapatkan beberapa tanda yang
mewakili representasi penampilan fisik sebagai aspek kekuasaan perempuan.
www.vincacallista.tumblr.com
75
3.2.4
menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat
mewakili realitas atau gejala yang diteliti. Kemudian reliabilitas berkenaan
dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan cara pengumpulan data. Ada
empat kriteria yang melandasi pemeriksaan keabsahan penelitian kualitatif, yaitu
Derajat Kepercayaan (Credibility), Keteralihan (Transferability), Ketergantungan
(Dependability), dan Kepastian (Confirmality) (Moleong, 2000 : 173).
www.vincacallista.tumblr.com
76
3.2.5
Subjek Penelitian
Penelitian ini menganalisis novel karya Ayu Utami yang berjudul Lalita,
www.vincacallista.tumblr.com
77
www.vincacallista.tumblr.com
78
Buddhisme yang dibawa dari Sumatra, abad ke-10 di Jawa Tengah sebagai
seorang putri dalam dinasti Syailendra, abad ke-15 di Transylvania sebagai putri
Drakula, dan sekarang kembali hidup pada abad ke-20 di Nusantara sebagai
Lalita. Ada tiga zaman yang kerap muncul dalam penglihatanku. Terutama kalau
aku sedang meditasi. Itu adalah pastlife-ku (Utami, 2012 : 15).
Di rumah Lalita, Yuda menemukan sebuah kitab rahasia yang dinamai
Buku Indigo, buku bersampul kulit warna ungu yang berisi catatan tangan dan
gambar bagan-bagan konsentris yang sebetulnya salinan dari sebuah sumber yang
lebih tua. Misteri tentang pribadi Lalita semakin mencurigakan setelah Yuda
bertemu dengan Janaka, alias Jataka, yang mengaku sebagai kakak Lalita. Janaka
memperingatkan Yuda agar berhati-hati terhadap perempuan indigo itu.
Sementara itu, Lalita sendiri membenci Janaka dan menyebutnya jahanam.
Kakak-adik ini ternyata musuh bebuyutan sejak berabad-abad yang lalu,
reinkarnasi selalu mempertemukan mereka dalam abad yang lain dengan latar
belakang kehidupan dan perseteruan yang berbeda.
Percayakah kamu, Yuda? Setiap sekitar lima abad ia, kami, lahir
kembali? Kami lahir kembali di tempat yang sama, untuk
melanjutkan perseteruan kami. Janaka menghabiskan sisa tawa
sataniknya. Pria itu memandang ke arah pagar terjauh, seolah
menggumam pada diri sendiri sambil menggeleng-gelengkan
kepala: Abad ke-5 bertempat di Sriwijaya-Nepal. Menjelang
katakanlah abad ke-10 cerita berlokasi di Jawa Tengah. Abad ke15 di Transylvania. Abad ke-20 kembali di Nusantara. Jika
demikian, kami berdua pasti akan lahir lagi di abad ke-25, entah
di mana. Mungkin di Afghanistan, tempat ada patung-patung
Buddha bertatah pada tebing batu (Utami, 2012 : 49).
www.vincacallista.tumblr.com
79
Marja, kekasih Yuda, dan sahabat Yuda, Parang Jati, turut terlibat dalam
masalah perebutan Buku Indigo antara Lalita dan Janaka yang berakhir petaka.
Kitab tersebut menjadi sangat penting karena berisi pemikiran dan penelitian
Anshel Eibenschtz, kakek mereka, mengenai spiritualisme dan psikoanalisis.
Bagian Indigo ditutup dengan kisah tragis yang menimpa Lalita. Wanita itu
ditemukan di rumahnya dalam keadaan telanjang, habis dianiaya orang yang benci
kepadanya, tubuhnya ditutupi oleh kain, tangannya terluka bekas dijerat tali, bulu
mata palsu berwarna ungu yang biasanya menambah kecongkakan gayanya sudah
dicabut dari mata Lalita, dan yang paling membuatnya terguncang adalah make-up
yang selalu menutupi wajahnya pun telah dihapus secara paksa dan membiarkan
Lalita tampil polos ke hadapan dunia, suatu hal yang begitu ditakutinya.
Bagian kedua novel ini, Hitam, mengisahkan peristiwa yang mengubah
jalan pikiran Anshel Eibenschtz sejak menghadiri Exposition Universelle di
Paris, yakni pameran dunia akbar dalam rangka perayaan seabad Revolusi
Prancis, yang ditandai oleh peresmian Menara Eiffel. Di acara tersebut, selain
pameran perkembangan teknologi terbaru, komoditi dan produk kolonial, Anshel
juga menonton pertunjukan eksotis dari negeri-negeri jajahan Prancis dan tanah
baru. Ada paviliun Village Ngre, Kampung Negro, di mana pengunjung bisa
melihat desa-desa primitif dan semi primitif bagaikan di tempat aslinya. Panitia
acara itu telah membangun kembali rumah adat dari Afrika dan Asia atau negeri
jauh lain; lengkap dengan tetumbuhan dan sampel manusianya, orang-orang kulit
hitam atau coklat yang dipaket langsung dari tanah jajahan Prancis untuk hidup di
sana selama beberapa bulan pameran agar warga peradaban Barat bisa menonton
www.vincacallista.tumblr.com
80
dan mempelajari manusia primitif maupun semi primitif, dan menyadari betapa
jauh Eropa telah beranjak dari bangsa primata.
Dari semua yang dipamerkan di sana, Anshel lebih menaruh perhatian
kepada perangkat musik yang didominasi instrumen logam yang dipacak pada
rangka kayu, dimainkan oleh orang-orang kecil berkulit coklat yang duduk di
lantai. Alat musiknya ada yang menyerupai silofon, hanya saja terbuat dari
kuningan, lalu perangkat seperti genta-genta aneh yang dipukul pada ujungnya,
serta sejenis simbal pelbagai ukuran yang digantung. Paduan itu menghasilkan
bunyi-bunyi yang membius jiwa Anshel.
Anshel merasa getaran gamelan itu berbicara pada jiwanya tanpa
melalui otaknya. Ia merasa kepalanya kosong tetapi dadanya
penuh. Ia mengamati bentuk gong, instrumen yang gaung beratnya
paling menyentuh dasar jiwa. Dan gong itu berbentuk bagan
konsentris (Utami, 2012 : 98 99).
www.vincacallista.tumblr.com
81
www.vincacallista.tumblr.com
82
Merah adalah bagian terakhir dari novel ini, di mana lebih menonjolkan
kisah Sandi Yuda yang memperbaiki hubungannya dengan Marja yang sempat
kritis akibat perbuatan Lalita, dibantu oleh Parang Jati yang turut menjaga
keharmonisan asmara keduanya, meskipun Parang Jati diam-diam jatuh cinta
kepada kekasih sahabatnya. Marja terlibat dalam perburuan Buku Indigo yang
sempat lenyap akibat obsesi pribadi Janaka, tetapi akhirnya perempuan itulah
yang memegang kitab tersebut. Akhir cerita, Sandi Yuda menemukan rahasia
bahwa Lalita Vistara memutuskan jadi biksuni. Mereka bertemu di sebuah momen
yang tak terduga, Yuda terkejut oleh penampilan Lalita yang berubah sama sekali,
tetapi tidak bisa berhubungan secara akrab, sebagaimana yang digambarkan oleh
Ayu Utami pada teks adegan berikut ini.
Serombongan peziarah, sebagian dengan jubah biksu berwarna
kuning-oranye, sebagian lagi mengenakan seperti sari berwarna
putih. Dan mata Yuda menangkap satu sosok di antaranya. Ia
mengenali hidung lancip itu. Tapi tidak. Itu bukan yang utama. Ia
mengenali sesuatu pada gerak tubuhnya. Yang mengenakan warna
kuning-oranye itu. Yang memiliki profil tulang tengkorak paling
bagus di antara yang lain. Kulitnya membawa jejak tipis Eurasia.
Rambutnya nyaris gundul. Matanya kuat dan menonjol. Bibirnya
sederhana. Langkah jingkat kucing Mata mereka bertatapan
tatkala biksuni itu mengangkat wajahnya. Mata itu hitam. Mereka
harus berbagi jalan. Yuda dan dua yang lain menepi. Mata itu
tanpa pulasan. Tanpa bulu-bulu plastik. Para peziarah bersalam
permisi. Yuda menjawab: silakan. Biksuni itu menatap lurus ke
depan lagi. Yuda ingin memanggil namanya. Tapi ia tahu itu tidak
boleh (Utami, 2012 : 238 239).
www.vincacallista.tumblr.com
83
3.2.6
kekuasaan perempuan pada tokoh Lalita yang akan diungkap melalui analisis
tekstual itu diwakili oleh teks yang telah diseleksi dari novel Lalita karya Ayu
Utami. Menggunakan analisis interpersonal dari pemikiran M.A.K. Halliday pula
teks yang diteliti mengarah kepada relasi yang dibangun oleh Ayu Utami dengan
pembaca novelnya agar tujuannya tercapai untuk menggeser pemikiran atau
mengubah sudut pandang pembaca novelnya tentang representasi kekuasaan pada
tokoh Lalita. Unit analisis ketiga mengenai ideologi yang terkandung dalam novel
Lalita sebagaimana yang dihasilkan oleh pemikiran Ayu Utami sebagai penulis
novelnya. Adapun tema-tema yang dipilih untuk analisis tekstual pada penelitian
ini adalah sebagai berikut.
Penampilan fisik
Tubuhnya sangat ramping, jika bukan kurus. Sabuk lebarnya kemerlip. Ia
mengenakan tanktop ungu yang kontras dengan kulit kuningnya dan
celana jins ketat. Dari bawah jins itu menyembul kakinya yang berjinjit
dalam balutan sepatu bertemali dengan hak lancip. Kuku-kukunya bercat,
merah darah di waktu malam. Jari-jarinya panjang dan lentik. Sempurna
seperti peri yang tak pernah menginjak tanah. Di pergelangan kaki
kanannya melekat gelang emas putih dengan genta-genta kecil. Genta
yang berdenting mengiringi langkahnya. Rambutnya bagai benangbenang sutra yang disetrika dan digulung di bagian ujung (Utami, 2012 :
8).
www.vincacallista.tumblr.com
84
Kecerdasan
Ia seorang kurator dan art dealer, memiliki galeri di Singapura dan
Hongkong, berbahasa Inggris sangat fasih dan sedikit Prancis, membaca
sastra dan filsafat. Lalita Vistara sangat canggih (Utami, 2012 : 24).
Kemandirian
Para grupies itu tidak tahan melihat pemain baru, yang datang tidak
melalui jalur sama. Pemain baru ini mengendarai BMW marun, memakai
tank top ketat ungu, kaki berjinjit pada stileto Christian Louboutin 12cm,
juga ungu, tas Louis Vuitton, dan dengan make-up tahan panggung
(Utami, 2012 : 24).
www.vincacallista.tumblr.com
85
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
konsep-konsep pemikirannya
lewat
penokohan dalam novel berjudul Lalita. Maka peneliti membentuk konsep tentang
representasi kekuasaan perempuan pada tokoh bernama Lalita yang terbentuk atas
teks yang ditelitinya sehingga akan diterjemahkan pula menjadi representasi
www.vincacallista.tumblr.com
86
bahasa pada bab ini dengan analisis tekstual, analisis interpersonal, dan analisis
ideasional.
4.1
Analisis Tekstual
Berdasarkan penelitian teks yang mengungkap makna di balik simbol-
simbol, dalam novel Lalita karya Ayu Utami terdapat pembentukan teks yang
terkait dengan wacana kekuasaan perempuan. Teks tersebut berfungsi
menyiratkan tanda-tanda tertentu untuk merepresentasikan kekuasaan. Setelah
melewati proses analisis terhadap teks berdasarkan plot, ditemukan tiga tema yang
berhubungan dengan teks gambaran kekuasaan perempuan yang direpresentasikan
oleh Ayu Utami sebagai pengarang novel Lalita. Tema tersebut adalah
representasi penampilan fisik, representasi
kemandirian.
4.1.1
perempuan dalam teks yang diproduksi oleh Ayu Utami, penampilan fisik jadi
aspek pertama yang diangkat karena bisa dijadikan alat perempuan menguasai
situasi dan mencapai keinginannya. Tubuh seorang perempuan adalah miliknya
sendiri, sejak awal dirinya bisa mengatur penggunaannya, bagaimana dia merawat
dan membentuk tubuhnya. Seorang perempuan dewasa yang telah memahami jati
www.vincacallista.tumblr.com
87
dirinya tentu akan menampilkan identitas pribadi tersebut lewat bentuk tubuhnya.
Perempuan yang tidak peduli tentang kegunaan penampilan sebagai kesan
pertama dalam perkenalan dengan orang-orang baru akan membiarkan tubuhnya
tidak terawat dan tampil acak-acakan. Tetapi seorang perempuan lain yang paham
betul betapa orang-orang akan menilainya lewat penampilan tubuh untuk pertama
kali akan betul-betul melakukan perawatan yang membuat tubuhnya tampak tetap
muda pada usia kepala empat, seperti yang diceritakan Ayu Utami pada tokoh
Lalita dalam novel Lalita. Lalita, tokoh utama dalam novel ini, adalah seorang
perempuan yang sangat cantik dan menawan, seperti diwakili tanda-tanda yang
terdapat dalam kutipan teks berikut ini.
TEKS
TANDA
www.vincacallista.tumblr.com
Kulit kuning
88
a.
berusia kepala empat yang tubuhnya masih molek dan enak dipandang, dia
sengaja membuat penampilannya seperti itu agar menarik perhatian orang-orang.
Lalita diceritakan sebagai perempuan yang gemar diperhatikan, dirinya akan
merasa lebih percaya diri jika penampilannya berhasil memukau orang lain.
Cantik dan langsing memang sejak lama menggambarkan sosok perempuan yang
bisa dianggap menarik. Perempuan dikonstruksikan sebagai makhluk yang cantik,
identik dengan keindahan rupa. Perempuan lebih memperhatikan penampilan
fisiknya daripada laki-laki, sebab orang lain atau masyarakat dipengaruhi ideologi
bahwa cara memandang dan menilai seorang perempuan pertama kali adalah dari
fisiknya. Penilaian masyarakat yang baik tentang penampilan fisiknya dapat
menjadi ukuran kebanggaan seorang perempuan.
Lalita sebagaimana yang digambarkan oleh Ayu Utami menjadi sosok
yang jadi sorotan publik, dilihat dari profilnya sebagai seorang perempuan yang
sukses di bidang karir seninya. Media massa seperti majalah suka mengangkat
identitas dirinya maka Lalita menganggap penampilan fisik sangat penting sebab
masyarakat akan menilai pula jati dirinya dari bagaimana dia merawat tubuhnya,
seperti yang tertulis pada adegan berikut ini.
Ia melihat foto perempuan itu. Lalita Vistara. Dalam rubrik
sosialita majalah-majalah mewah. Lalita adalah figur yang ada
dalam pesta-pesta elite. Dan perempuan itu gemerlap. Ia bukan
ibu-ibu seperti dibayangkan Marja. Tubuhnya ramping
(Utami, 2012 : 210).
www.vincacallista.tumblr.com
89
Tubuh merupakan ajang kontes berbagai ideologi yang tidak bebas dari
konstruksi budaya. Seiring pergeseran cara pandang mengenai standardisasi tubuh
ideal, berubah pula gaya hidup manusia secara keseluruhan, khususnya cara kaum
laki-laki menilai tubuh perempuan dan cara kaum perempuan memperlakukan
tubuhnya demi menarik perhatian laki-laki. Tubuh jadi memegang peranan
penting
bagi
perempuan,
karena
melalui
tubuhnyalah
si
perempuan
www.vincacallista.tumblr.com
90
www.vincacallista.tumblr.com
91
www.vincacallista.tumblr.com
92
Jepang. Daerah lain di Surabaya yang bernama Keputih, dahulu adalah daerah
yang didominasi sampah, sekarang diperbaiki menjadi taman yang asri, rapi,
berwarna-warni. Sebagai seorang arsitek dan ahli tata kota, Ibu Risma mengubah
lebih dari 20 persen kota Surabaya menjadi ruang terbuka hijau, lebih tinggi dari
Jakarta5.
Surabaya hari ini merupakan tempat perlindungan yang bersih, hijau, dan
subur. Untuk prestasi itu, masyarakat memberi penghargaan kepada Ibu Risma,
sang Wali Kota yang bergerak secara berani dan gesit untuk mengubah wajah
kotanya menjadi lebih baik. Sejak Ibu Risma menjadi Wali Kota, Surabaya telah
menerima banyak penghargaan, termasuk ASEAN Environmentally Sustainable
Award 2012 dan Penghargaan Adipura Kencana. Nama Ibu Risma sendiri tercatat
sebagai Wanita Paling Inspiratif Tahun 2013 oleh majalah Forbes Indonesia6.
Prestasi Ibu Risma menjadi tolok ukur kepopulerannya sebagai seorang pemimpin
yang disegani. Penampilan fisiknya tidak seperti yang digambarkan oleh Ayu
Utami melalui sosok tokoh Lalita dalam novel Lalita.
Ayu Utami dalam novel Lalita menggambarkan tubuh Lalita yang masih
ramping pada usia kepala empat sebagai salah satu aspek kekuasaannya.
Kemolekan tubuh Lalita digambarkan memiliki kuasa, menjadikan dirinya
berpotensi serta bernilai tinggi. Penampilan fisik Lalita berpengaruh kepada kesan
www.vincacallista.tumblr.com
93
yang ditangkap orang lain tentang dirinya, baik laki-laki maupun perempuan tidak
menganggapnya wanita biasa-biasa, tergambar dalam adegan yang melibatkan
tokoh perempuan lain, sebagaimana yang ditulis oleh Ayu Utami berikut ini.
Marja selalu punya mata untuk menambahkan meskipun dan
tetapi dalam menerima kecantikan saingannya yang cukup
menyakitkan hati. Dengan rasa luka ia berkata pada diri sendiri
bahwa agak wajarlah jika Yuda terjerat oleh Lalita. Ia boleh
menghibur diri dengan berkata bahwa saingannya adalah
perempuan punya kelas. Bukan perempuan sembarangan. Itu
membuat harga dirinya tidak jatuh (Utami, 2012 : 210).
www.vincacallista.tumblr.com
94
www.vincacallista.tumblr.com
95
Feminisme
Eksistensialis,
tidak
sesuai
dengan
kesukaan
Lalita
www.vincacallista.tumblr.com
96
fisik
yang menarik,
yang dibalut
lapisan
terluar
dengan
www.vincacallista.tumblr.com
97
putih.
Feminisme
eksistensialis
lewat
kekuatan
tokoh
Lalita
c.
98
www.vincacallista.tumblr.com
99
d.
www.vincacallista.tumblr.com
100
jadi aspek penilaian penting dalam penampilan fisik. Lalita digambarkan sebagai
seorang perempuan yang menyertakan keindahan rambutnya sebagai faktor
kekuasaan yang menarik minat orang lain agar mau berdekat-dekat dengannya
sampai mau menuruti keinginannya.
Deaux dan kawan-kawan (dalam Unger dan Crawford, 1992 : 112; DS et
al, 2010 : 13) menunjukkan perbedaan atribut yang dilekatkan pada beberapa
konsep, di antaranya konsep tentang wanita seksi yang syaratnya harus memiliki
tubuh yang bagus, rambut panjang, berpakaian dengan baik, kulit halus, dan
berwajah cantik. Samuel Mulia, seorang pengamat gaya hidup, mengutarakan,
Sepanjang perempuan tetap kembali pada kodrat dan perannya, feminitas adalah
senjata dan kekuatan perempuan untuk tetap kuat dan eksis, dalam sebuah
diskusi bertajuk Whats Hair Got to Do With Femininity di Jakarta. Tak sedikit
wanita yang merasa lebih feminin saat mengenakan gaun, sepatu hak tinggi dan
rambut panjang terurai. Namun, Samuel menegaskan, penampilan fisik hanya satu
unsur dari sisi feminin yang bisa menambah nilai feminitas kaum perempuan10.
Perempuan diajarkan untuk tidak terpaku pada penampilan fisik saja.
Penampilan fisik memang sesuatu, kendati bukan yang terutama. Perempuan
sadar, bahwa sebenarnya keberartian diri tidak hanya ditentukan dari bentuk fisik.
Namun, bagaimanapun, sebagian besar orang tetap memasukkan kriteria fisik
sebagai salah satu faktor penting dalam menilai kualitas perempuan. Akibatnya,
sebagian besar perempuan yang menyadari bahwa dirinya lebih dari sekadar sosok
10
www.vincacallista.tumblr.com
101
www.vincacallista.tumblr.com
102
positif
terhadap
kepribadian
seseorang.
Berbagai
penelitian
4.1.2
perempuan dalam teks yang diproduksi oleh Ayu Utami, kecerdasan merupakan
aspek berikutnya dari standardisasi penilaian kualitas diri seorang perempuan.
Untuk mendapatkan kekuasaan dibutuhkan akses yang dapat dijadikan senjata
dalam bersaing meraih posisi yang lebih tinggi dalam hierarki sosial, dan
www.vincacallista.tumblr.com
103
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang adalah akses penting untuk pencapaian
nilai diri yang lebih tinggi. Masyarakat kini kerap mengidentikkan bahwa laki-laki
selalu mempunyai pengetahuan lebih daripada perempuan, padahal kaum
perempuan pun mampu memaksimalkan kemampuan kerja otaknya.
Banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan akses penting
untuk menentukan dirinya berada di kelas mana dan hendaknya bergaul dengan
kalangan mana. Pengetahuan bisa menjadi sebab dan akibat seseorang berada di
lingkungan tertentu, dari situ diperolehnya jenis-jenis pengetahuan dan kepada
lingkungan itu pula dirinya merasa sejalan dalam pemikiran. Lalita, tokoh utama
dalam novel Lalita, adalah seorang perempuan yang tidak hanya mengandalkan
kecantikan fisik, tetapi juga kekuatan otaknya menjadikan kecerdasan sebagai
aksesnya menguasai lingkungan, seperti diwakili tanda-tanda yang terdapat dalam
kutipan teks berikut ini.
TEKS
TANDA
www.vincacallista.tumblr.com
104
a.
www.vincacallista.tumblr.com
105
Inggris dan Prancis adalah bahasa asing yang diterapkan jadi kemampuan
Lalita di samping bahasa ibunya, yaitu bahasa Indonesia. Kemampuan Lalita
berbahasa Inggris dan Prancis seperti yang digambarkan oleh Ayu Utami menjadi
salah satu karakter yang mewakili kecerdasannya, karena pemerolehan bahasa
kedua memerlukan penguasaan pengetahuan bahasa (competence) dan penampilan
bahasa (performance). Kompetensi menurut Chomsky (1965; Arifuddin, 2013 :
115 - 116) mengandung representasi mental dari kaidah bahasa yang membentuk
tata bahasa yang terinternalisasi dalam penutur dan pendengar (lawan tutur).
www.vincacallista.tumblr.com
106
www.vincacallista.tumblr.com
107
Lalita yang menguasai medan dibandingkan dengan tokoh lain yang tidak
mempunyai kemampuan berbahasa Inggris seperti Sandi Yuda diceritakan tampak
lebih menonjol karena keahliannya berbahasa asing. Ayu Utami menggambarkan
tokoh Lalita lebih memiliki kekuasaan atas penggunaan bahasa asingnya,
sementara tokoh lain yang tidak mempunyai keahlian berbahasa asing seperti
Sandi Yuda tergambar dengan respons yang mengantuk dan tidak tertarik pada
ceramah Lalita sebab didasari ketidaktahuannya atas menerjemahkan deretan
kalimat berbahasa asing menjadi bayangan tentang materi yang disampaikan.
Perbandingan kemampuan berbahasa seperti ini berkaitan dengan konsep
kecerdasan linguistik yang dicetuskan oleh Howard Gardner. Dalam arti luas,
kecerdasan linguistik adalah hasil kemampuan dalam penggunaan bahasa lisan
dan tulisan. Seperti juga dengan semua jenis kecerdasan, ada beberapa subjenis
atau ragam, dari kecerdasan linguistik: kecerdasan individu yang baik dalam
mempelajari bahasa asing, contohnya, atau kecerdasan dari seorang penulis hebat,
yang dapat menyampaikan gagasan yang rumit dalam prosa yang tepat. Dalam
dunia bisnis, dua jenis kecerdasan sangat menonjol satu ditemukan dalam
pembicara yang mampu mendapatkan informasi yang berguna melalui pertanyaan
dan diskusi dengan orang lain; yang lain adalah ahli retorika yang mampu
meyakinkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan dengan menggunakan
cerita, pidato, atau bujukan. Ketika campuran dari kemampuan linguistik ini
dikombinasikan pada satu individu, kita akan menyaksikan seseorang yang amat
mungkin untuk sukses dalam beberapa bidang bisnismungkin bahkan tanpa
berusaha (Gardner, 2004 : 39).
www.vincacallista.tumblr.com
108
Kepercayaan
kemampuannya
dalam
dirinya
kian
berbahasa,
menampak
sebab
karena
Lalita
ditunjang
digambarkan
oleh
mudah
www.vincacallista.tumblr.com
109
b.
abstrak dan
sekaligus
cukup
www.vincacallista.tumblr.com
110
www.vincacallista.tumblr.com
111
(Dirgantara, 2012 : 49). Kecerdasan linguistik yang diceritakan oleh Ayu Utami
lewat ketertarikan tokoh Lalita pada karya sastra pun sejalan dengan pendapat
Jonathan Culler yang tercantum dalam buku Pengantar Teori Sastra yang ditulis
Dr. Wahyudi Siswanto (2008 : 103), bahwa seorang pembaca adalah seseorang
yang memiliki kompetensi linguistik (pengetahuan sintatik dan semantik) yang
diperlukan untuk membaca. Pembaca yang berpengalaman tentang teks-teks
sastra juga memerlukan kompetensi sastra secara khusus (pengetahuan tentang
konvensi-konvensi sastra).
Kompetensi seorang perempuan di bidang sastra menjadi poin yang dapat
menonjolkan eksistensinya di lingkungan masyarakat. Apresiasi terhadap karya
sastra bukan hanya menimbulkan kepuasan pribadi, tetapi juga membentuk kesan
pada identitas seorang perempuan, sebab sesuai yang tertera pada buku Pelangi
Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia (Dirgantara, 2012 : 48), bahwa
mengapresiasi sastra berarti mengenal nilai-nilai yang terdapat di dalam karya
sastra. Dengan kegairahan dan empati akhirnya kita dapat merasakan kenikmatan.
Kenikmatan itu dapat timbul karena merasa berhasil dalam menerima pengalaman
orang lain dan bertambah pengalaman sehingga dapat menghadapi kehidupan
dengan lebih baik. Selain itu juga karena kekaguman akan kemampuan sastrawan
dalam mengarahkan segala alat yang ada pada medium seninya sehingga berhasil
memperjelas, memadukan, dan memberikan makna terhadap pengalaman yang
diolahnya. Kenikmatan membaca karya sastra juga bisa diperoleh karena
menikmati sesuatu demi sesuatu itu sendiri yaitu kenikmatan estetik
www.vincacallista.tumblr.com
112
www.vincacallista.tumblr.com
113
www.vincacallista.tumblr.com
114
manusia dan luasnya seluas segala manusia. Maka, segala cabang filsafat terbatas
pada salah satu cara berada. Metafisika membahas kenyataan sebagai
kenyataan, maka seluas segala kenyataan (Snijders, 2009 : 30).
Lalita sebagaimana yang diceritakan oleh Ayu Utami tertarik pada filsafat
ilmu. Salah satu ilmu yang menarik perhatiannya untuk dipelajari lebih dalam itu
tercatat pada sejilid kertas-kertas tua yang diwariskan kakeknya yang bernama
Anshel Eibenschtz, seorang lelaki eksentrik yang sejak muda tertarik pada
mandala-mandala di dunia dan dihubungkannya dengan struktur jiwa manusia.
Lembaran-lembaran yang digambarkan Ayu Utami telah menguning dan berbau
langut itu berisi manuskrip, catatan, ilustrasi, serta diagram yang hampir
semuanya konsentris, dan diberi nama Kitab Indigo. Dijelaskan sampai sekarang
Lalita masih menyimpan buku peninggalan kakeknya tersebut di rumahnya dan
menganggapnya sebagai warisan yang sangat berharga. Ketika masih hidup,
Anshel Eibenschtz mempercayakan warisan ilmu pengetahuannya kepada Lalita
sang cucu perempuan, seperti yang tergambar pada teks berikut ini.
Lalita menerima sejilid kertas tua itu, dan sejak itu setiap hari
pengetahuannya tentang sang kakek bertambah. Setiap kali
pengetahuan itu bertambah banyak, setiap kali pula sang kakek
bertambah muda dalam penglihatannya (Utami, 2012 : 96)
www.vincacallista.tumblr.com
115
www.vincacallista.tumblr.com
116
pertama
di
www.vincacallista.tumblr.com
117
www.vincacallista.tumblr.com
118
Lalita, diiyakan pula oleh Ayu Utami lewat pengakuannya dalam buku
Pengakuan Eks Parasit Lajang seperti digambarkan teks berikut ini.
Tapi aku juga belajar linguistik di universitas, termasuk di
dalamnya adalah anatomi alat bicara. Bibir, gigi, kaki gigi, ujung
lidah, tengah lidah, samping lidah, belakang lidah, langit-langit
keras maupun lunak, anak tekak, pita suara bagaimana mereka
bekerja. Aku tahu bagaimana bentuk rongga mulut dan
tenggorokan. Organ itu membuat lengkungan ke bawah. Aku tahu
juga bahwa penis cenderung melengkung dan lengkungan penis
muda tidak bisa ditawar justru karena kemudaannya. Benda itu
melengkung ke arah yang berbeda pada masing-masing pria,
dipengaruhi oleh, terutama, kebiasaan mereka menyimpannya.
Aku tinggal menyesuaikan saja. Mana yang membutuhkan arah
begini, mana yang begitu (Utami, 2013 : 81).
11
www.vincacallista.tumblr.com
119
4.1.3
perempuan dalam teks yang diproduksi oleh Ayu Utami, kemandirian adalah
aspek yang penting untuk diangkat karena merupakan alat perempuan menguasai
situasi dengan caranya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain, terutama kaum
laki-laki. Keputusan untuk menjadi seorang yang mandiri ada di tangan
www.vincacallista.tumblr.com
120
perempuan sendiri, sejak awal perempuan bisa beradaptasi dengan cara hidup
yang mandiri dan menempa dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang bisa
dilakukannya sendiri, sehingga pada akhirnya kemandirian itu menjadi nilai tawar
yang tinggi dari dirinya.
Diceritakan oleh Ayu Utami sebagai seorang perempuan yang tinggal
sendiri tanpa suami yang membiayai hidupnya atau pasangan tetap yang selalu
menemani selama kehidupannya, tokoh Lalita merepresentasikan kekuatan
perempuan
dengan
kemandirian
sebagai
kekuatan
penopang
hidupnya.
TEKS
TANDA
sama.
Pemain
baru
Mengendarai BMW
Konsumen
ini
Sepatu
Christian
Louboutin
www.vincacallista.tumblr.com
121
a.
bermakna
tidak
ketergantungan
dengan
orang
lain,
www.vincacallista.tumblr.com
122
disukainya,
membawa
orang-orang
yang
diinginkannya,
bahkan
berwewenang menurunkan orang yang tidak disukainya, seperti salah satu adegan
yang terjadi dalam plot novel Lalita sebagaimana ditulis oleh Ayu Utami berikut:
Lalita menurunkan Oscar di sebuah mulut jalan yang
menyedihkan. Setidaknya malam itu, di mata Lalita, Oscar tampak
menyedihkan. Setelah itu si perempuan membawa Yuda tanpa
meminta izin lagi. Seorang ratu yang percaya penuh bahwa lelaki
tidak akan menolak ia (Utami, 2012 : 27).
Di masa kini, kendaraan tidak lagi sekadar alat transportasi yang tidak
akan diperhatikan merek atau jenisnya. Mobil yang dikendarai seseorang
mencerminkan identitas pengendaranya, bagaimana seleranya, hingga latar
www.vincacallista.tumblr.com
123
belakang finansialnya. Ini sejalan dengan pemikiran Henry Russell yang tertera
dalam bukunya yang berjudul Etiket (2009 : 200), bahwa dalam dunia waras,
sebuah mobil hanya memiliki arti sebagai suatu alat transportasi. Namun dalam
dunia nyata, sering kali mobil menjadi ekspresi dari pemiliknya. Tidak ada orang
yang benar-benar dapat mendengar apa yang dikatakannya, namun jelas ia
mencoba memberi tahu kita sesuatu mengenai dirinya, statusnya. Karena mobil
dapat dikagumi, dicemburui, dan disesali oleh teman-temannya, pilihannya akan
ditentukan oleh beberapa hal ini; bagaimana caranya menyeberangi ruangan?
Apakah ia ingin berada di tengah-tengah dan menjadi pusat perhatian atau tetap
menjadi kain layar yang tidak terlalu menarik perhatian di latar belakang? Banyak
orang ingin memberi kesan dan menarik perhatian orang lain dengan harga,
ukuran, dan kelas mobil mereka. Yang lain takut ditertawakan oleh rekan-rekan
mereka karena terlihat berada dalam mobil tuabagi orang-orang itu, pilihan
mobil yang tepatatau, menghindari penggunaan mobil yang salah, adalah
sesuatu yang perlu dilakukan untuk mempertahankan cinta untuk diri sendiri.
Ayu Utami dalam bukunya yang berjudul Si Parasit Lajang pun
mengamini tanda-tanda kekuasaan perempuan adalah lewat kemampuannya
menyetir mobil sendiri dan penolakan terhadap wacana tentang lelakilah yang
mestinya menyetir mobil, sebagaimana teks di bawah ini.
Saya punya peraturan: untuk menunjukkan siapa yang berkuasa,
saya yang melakukan check-in. Bahkan, kalau berkencan pertama
dengan cowok, saya tidak akan mau naik mobilnya. Cowok itu
yang ikut saya dan saya yang menyetir. Karena itu, memang sulit
sekali bagi lelaki untuk bisa membawa saya. (Utami, 2013 : 102)
www.vincacallista.tumblr.com
124
www.vincacallista.tumblr.com
125
Marlboro, Toshiba, Nokia, Kodak, Canon, Good Year, Phillips, Xerox, Cadbury,
Body Shop, Pepsi, Korg, AT&T, dan ribuan lain yang tidak termuat di sini. Setiap
penyebutan nama produk itu selalu dikaitkan dengan sekelompok kecil golongan
masyarakat terpilih, yang mampu menikmati berkah modernitas di antara
mayoritas bisu massa rakyat yang jauh dari hiruk-pikuk gemebyarnya aroma
kehidupan perkotaan modern (Susanto, 2003 : 24).
Mobil baru dikatakan mewah, apabila fungsinya tidak sekadar alat,
melainkan sebagai simbol prestise: Mercy, BMW (Praptadiharja, 2004 : 231).
Maka dari itu, seorang perempuan yang mengendarai mobil BMW menyiratkan
simbol dirinya sebagai bagian dari masyarakat elite, seperti yang dideskripsikan
Ayu Utami pada karakter tokoh Lalita.
b.
www.vincacallista.tumblr.com
126
12
http://www.suarapembaruan.com/home/karya-seni-sol-merah-christian-louboutin/4610, diakses
tanggal 13 Januari 2014, pukul 22.00 WIB.
www.vincacallista.tumblr.com
127
c.
13
www.vincacallista.tumblr.com
128
Tampil dengan tas mewah merupakan bagian dari identitas kelas. Seorang
sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Ari Sudjito, mengungkapkan bahwa
dalam masyarakat dunia konsumsi, mengonsumsi bisa merupakan tindakan untuk
menunjukkan identitas kelas. Dalam masyarakat demikian, biasanya terdapat
komunitas-komunitas yang memiliki ukuran dan simbol kelas tertentu. Dengan
mengonsumsi ukuran-ukuran kelas itu, mereka lalu memiliki posisi tawar yang
kuat dalam komunitas.
Penggunaan merek Louis Vuitton yang diterapkan oleh Ayu Utami pada
tokoh Lalita menjadi salah satu simbol yang menggambarkan bahwa Lalita
berasal dari kalangan kelas atas di mana orang-orang dalam kelompok itu
mementingkan kesan glamor dalam penampilannya. Senada dengan yang diamati
oleh Lia Candrasari, seorang pengusaha yang juga kolektor ratusan tas mewah,
bahwa dorongan di kalangan sosialita untuk menjinjing tas mewah memang
berpretensi demi meraih pengakuan akan status sosial. Lia pun bercerita tentang
bagaimana dirinya kerap diragukan lingkungan sosialnya ketika terjun di bisnis
batubara. Karena itu, membawa tas branded bisa membuat orang lain lebih
mengakui (status sosial), bisnis pun lancar, ungkap Lia. Era keterbukaan
informasi menciptakan hukum sosial di kalangan penggemar tas mewah, yakni
harus memiliki tas mewah otentik14.
Tas merek Louis Vuitton yang disematkan oleh Ayu Utami sebagai salah
satu barang yang mewakili selera Lalita pun mencirikan kemapanannya dari segi
14
http://female.kompas.com/read/2011/09/15/08262017/Status.Sosial.dalam.Kemewahan.Tas,
diakses tanggal 7 Juni 2014, pukul 15.50 WIB.
www.vincacallista.tumblr.com
129
finansial. Meski bukan satu-satunya merek sukses di dunia mode, nyatanya Louis
Vuitton (LV) berhasil menggebrak pasar dengan desain-desainnya yang genius.
Entah itu pakaian atau aksesoris. Dan yang paling banyak diburu adalah tas. Tak
jarang tas keluaran LV dianggap sebagai simbol kemewahan15. Latar belakang
status sosial Lalita membuat profilnya layak diulas sebagai sosialita di majalahmajalah mewah, sebagaimana yang digambarkan oleh Ayu Utami pada teks ini;
Ia melihat foto perempuan itu. Lalita Vistara. Dalam rubrik
sosialita majalah-majalah mewah. Lalita adalah figur yang ada
dalam pesta-pesta elite. Dan perempuan itu gemerlap (Utami,
2012 : 210).
Tidak hanya digambarkan lewat penggunaan merek mewah untuk tas dan
sepatu, akses untuk membayar yang dipakai oleh Lalita pun kartu kredit platinum.
Penggunaan kartu kredit dapat membedakan diri dari pesaing melalui image dan
15
http://life.viva.co.id/news/read/451409-mengulik-sejarah-merek-mahal-louis-vuitton, diakses
tanggal 3 April 2014, pukul 01.00 WIB.
www.vincacallista.tumblr.com
130
kebutuhan
gaya
hidup
pelanggannya, sekaligus
memberikan
www.vincacallista.tumblr.com
131
4.2
Analisis Interpersonal
Menurut Halliday (1978 : 112; Santoso, 2012 : 96), bahasa digunakan
4.2.1
tentang informasi yang ingin disampaikan oleh penulis novel. Pikiran dan
perasaan penulis dapat diungkapkan dalam berbagai bentuk paragraf, salah
satunya adalah paragraf narasi. Narasi adalah penceritaan suatu kejadian secara
runtut sesuai urutan waktu. Jadi, narasi mempunyai ciri sebagai berikut:
www.vincacallista.tumblr.com
132
www.vincacallista.tumblr.com
133
www.vincacallista.tumblr.com
134
www.vincacallista.tumblr.com
135
www.vincacallista.tumblr.com
136
4.2.2
adalah salah satu perwujudan ekspresi yang disampaikan oleh tokoh-tokoh secara
langsung. Pusat gravitasi novel bisa berpindah ke dialog, menjadikan
keberadaannya cara terbaik menghidupkan novel. Dialog merupakan salah satu
perwujudan gerakan batin, penggerak emosi pembaca novel. Ayu Utami sebagai
penulis novel Lalita menyisipkan pemikirannya tentang penokohan Lalita lewat
dialog yang diceritakan terucap dari mulut Lalita dan terjalin dengan karakter
tokoh lainnya, sehingga dapat menimbulkan kesan tersendiri di benak pembaca
novel Lalita mengenai profil Lalita Vistara, seperti contoh berikut ini.
Musik?
Apa saja.
Perempuan itu menyetel sesuatu yang terlalu canggih untuk
dikenal Yuda.
Kamu mau kopi atau absinthe?
Yang terakhir.
Yuda menjawab begitu cepat. Barangkali
ketidaktahuannya tentang lagu yang diputar itu.
ia
menutupi
www.vincacallista.tumblr.com
137
www.vincacallista.tumblr.com
138
4.2.3
www.vincacallista.tumblr.com
139
Relasi yang dibangun oleh Ayu Utami sebagai penulis novel Lalita dengan
pembaca novelnya dipresentasikan lewat sudut pandang tokoh lain. Lalita dengan
penilaian dari mata Sandi Yuda dapat menjadi aspek pendukung dalam
membentuk kesan tentang karakter tokoh Lalita. Yuda sebagaimana diceritakan
oleh Ayu Utami adalah seorang mahasiswa yang gemar mendaki gunung, ia
dipekerjakan oleh Oscar, Direktur Galeri Foto Jurnalistik Antara, untuk mengajari
para fotografer mengambil gambar di ketinggian. Yuda sebagai anak muda yang
masih kuliah memiliki perasaan bahwa Lalita melebihinya dalam semua hal dan
di segala bidang, sehingga Yuda mengiyakan bahwa profil dirinya hanyalah
www.vincacallista.tumblr.com
140
bagaikan seorang ponggawa istana yang tidak pantas bersanding dengan Lalita
yang bagaikan seorang ratu di depan umum.
Diskusi tentang karya foto Kassian Kephas yang diceritakan dari sudut
pandang Yuda seperti penggalan teks di atas dipimpin oleh Lalita. Perempuan itu
menjelaskan filsafat Candi Borobudur menggunakan bahasa Inggris di depan para
tamu penting, sementara Yuda yang berdiri di antara para pengunjung tidak
mampu mengikuti paparan ilmu yang diterangkan oleh Lalita. Gambaran yang
dideskripsikan lewat adegan yang dialami dan dipikirkan oleh tokoh Yuda ini
tetap disisipi oleh pemikiran Ayu Utami sebagai penulis yang hendak mengubah
pandangan pembaca novelnya bahwa tokoh Lalita memang seorang perempuan
intelektual. Pengetahuan yang dimiliki Lalita membuat Yuda tidak mampu
mengejarnya, menegaskan bahwa eksistensi Lalita jauh lebih menonjol sebagai
seorang perempuan.
Melalui tokoh Yuda, Ayu Utami membangun relasi dengan pembaca novel
Lalita tentang bagaimana pantasnya seorang laki-laki berpikir mengenai
hubungan yang dimiliki dengan seorang perempuan. Hierarki berperan di wacana
ini, diwakili oleh tokoh Sandi Yuda yang merasa kalau hubungan intim yang
dijalinnya dengan perempuan kelas atas seperti Lalita hanya terjadi dan diketahui
antara mereka berdua saja, sebab jika diumbar ke publik maka masyarakat akan
mencibir Yuda, menduga kalau Yuda hanya bermimpi menjalin hubungan dengan
perempuan seperti Lalita. Yuda pun digambarkan gelisah memikirkan betapa
Lalita sangat berkuasa membawa dirinya dan melakukan apapun yang
diinginkannya kepada Yuda tanpa mendapat perlawanan sama sekali dari Yuda.
www.vincacallista.tumblr.com
141
Relasi yang dibangun oleh Ayu Utami lewat tokoh Sandi Yuda mengukuhkan
bahwa eksistensi Lalita berbasis feminisme.
Malam itu, jika ada yang gelisah, maka lelaki muda itulah yang
gelisah. Ia tak bisa tertidur juga. Ia merasa gerah, meski
pendingin menyala. Ada rasa aneh dan tak rela. Ia malu
mengakuinya, bahkan pada diri sendiri. Ia merasa dipakai. Dan
begitu mudah ia dipakai. Ah, ia bisa saja sesumbar telah meniduri
seorang perempuan berkelas. Ia bisa saja membanggakan betapa
tante keren kaya itu ngebet padanya dan mengerinjal-gerinjal,
seperti yang ada dalam cerita porno picisan. Dan, walau dua
puluh tahun lebih tua, tubuh Lalita cantik matang. Tapi, yang
terjadi tidak seperti itu. Perempuan itulah yang menungganginya
lebih dulu, setelah membawanya tanpa ia melakukan perlawanan
sama sekali (Utami, 2012 : 35).
142
pemaparan sudut pandang kakak laki-laki Lalita yang bernama Janaka. Suatu
adegan yang melibatkan Janaka dan Sandi Yuda menjelma sebagai medan
informasi yang menjelaskan identitas Lalita yang merepresentasikan kekuasaan
perempuan, sebagaimana yang ditulis Ayu Utami berikut ini.
Percayakah kamu, Yuda? Setiap sekitar lima abad ia, kami, lahir
kembali? Kami lahir kembali di tempat yang sama, untuk
melanjutkan perseteruan kami. Janaka menghabiskan sisa tawa
sataniknya. Pria itu memandang ke arah pagar terjauh, seolah
menggumam pada diri sendiri sambil menggeleng-gelengkan
kepala: Abad ke-5 bertempat di Sriwijaya-Nepal. Menjelang
katakanlah abad ke-10 cerita berlokasi di Jawa Tengah. Abad ke15 di Transylvania. Abad ke-20 kembali ke Nusantara. Jika
demikian, kami berdua pasti akan lahir lagi di abad ke-25, entah
di mana. Mungkin di Afghanistan, tempat ada patung-patung
Buddha tertatah pada tebing batu... (Utami, 2012 : 49).
www.vincacallista.tumblr.com
143
www.vincacallista.tumblr.com
144
Itu pun tidak cukup, lanjut Janaka. Kita perlu drama. Sang
putri, yang bertanggungjawab untuk tim pemahat dan pematung,
akhirnya wafat dalam suasana permusuhan dengan pemimpin tim
teknik sipil. Yaitu aku! Sebab akulah yang memerintahkan
penutupan relief Karmawibangga dengan alasan teknik
silpasastra. Kamu tahu apa itu silpa-sastra? Itu teknik bangunan
kuno India. Tahu teknik sipil ya? Sipil dan silpa datang dari akar
kata yang sama.
Ia kalah dalam perseteruan. Terbukti dengan terkuburnya relief
Karmawibangga. Sampai sekarang relief tentang hukum karma itu
pun masih terkubur dalam damai. Ia menuduh aku sengaja
membiarkan para pemahat menatah pada dinding yang salah. Ia
menuduh aku sengaja baru memberitahukan kesalahan itu ketika
seluruh panil hampir terpahat dengan sempurna. Ia menuduh aku
sengaja menimbulkan pemberontakan para seniman sehingga
mereka tidak mau memahat ulang pada batu yang benar. Ia
menuduh aku memang memiliki rencana untuk menggagalkan
misinya. Pendek kata, dengan demikian tugas sucinya belum
selesai. (Utami, 2012 : 47).
www.vincacallista.tumblr.com
145
www.vincacallista.tumblr.com
146
Lewat deskripsi yang diwakili oleh tokoh Janaka, Ayu Utami menambah
referensi karakter bagi pembaca novelnya untuk mengambil makna tentang hidup
Lalita. Janaka mempengaruhi tokoh lain agar percaya bahwa Lalita adalah seorang
perempuan yang haus perhatian, yang tidak akan kenyang seberapapun orang lain
mencurahkan perhatian padanya, dan Janaka memperingati Yuda bahwa Lalita
akan membuatnya merasa letih karena menghabiskan energi anak muda itu. Dari
sudut pandang Janaka, kesan yang tertangkap oleh pembaca mengenai tokoh
Lalita akan mungkin bergeser sesuai ide-ide yang diutarakan Ayu Utami melalui
tokoh Janaka ini. Hanya saja kedua tokoh tersebut selalu ditampilkan pro-kontra
satu sama lain. Ayu Utami tetap membangun relasi dengan pembaca novelnya
www.vincacallista.tumblr.com
147
www.vincacallista.tumblr.com
148
www.vincacallista.tumblr.com
149
lewat
tokoh
Marja
mengenai
responsnya
16
17
www.vincacallista.tumblr.com
terhadap
situasi
150
perselingkungan yang dilakukan oleh seorang kekasih seperti Sandi Yuda dengan
perempuan lain, yaitu Lalita. Marja digambarkan berusaha berbesar hati karena
perempuan lain yang menjadi saingannya bukanlah perempuan biasa-biasa saja,
melainkan perempuan yang spesial, seorang perempuan berkelas.
Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan
pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Apabila
kecemasan timbul, maka itu akan mendorong orang untuk melakukan sesuatu
supaya tegangan dapat dikurangi atau dihilangkan. Ayu Utami menggambarkan
lewat tokoh Marja bahwa langkah yang diambil oleh perempuan muda itu untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan kecemasannya berkenaan dengan
perselingkuhan Yuda adalah mencari tahu jati diri perempuan selingkuhannya.
Yang mana cara tersebut mengantar Marja kepada pengenalan dirinya dengan
profil diri Lalita yang memang menjadikan kecemasannya berkurang, sebab
kapabilitas Lalita memberi pengaruh kepada kesan perselingkuhan yang
disembunyikan Yuda darinya.
Nilai diri yang terkandung pada sosok Lalita tersirat dapat melambungkan
pula nilai diri orang-orang yang terkait dengannya. Sebagaimana digambarkan
oleh Ayu Utami lewat Marja, tokoh mahasiswi tersebut malah jadi memaklumi
kalau kekasihnya tertarik pada Lalita sebab nilai tawar yang dimiliki pribadi
Lalita sangat tinggi, menyebabkan Marja pun menganggap nilai dirinya jadi
terangkat pula jika kekasihnya berselingkuh dengan perempuan dari kelas atas
seperti Lalita. Faktor kekuasaan Lalita lainnya yaitu kecerdasan digambarkan oleh
Ayu Utami berpengaruh pula pada pengetahuan Marja, karena mereka memiliki
www.vincacallista.tumblr.com
151
ketertarikan yang sama di bidang seni dan Marja malah dapat belajar ilmu baru
dari Lalita, seperti pada teks ini.
Dari beberapa proyek yang ada, ia memilih satu, yang
dianggapnya akan mendekatkan dia pada Lalita. Pameran itu
menanggapi peralihan era fotografi kepada digital, yang telah
dirancang lama bersama Lalita sendiri. Marja belajar teknik
kamar gelap. Ia senang karena ia menyusul pengetahuan Yuda. Ia
juga belajar beberapa teori tentang warna, yang mengingatkan ia
kembali pada keajaiban-keajaiban alam. Betapa aneh, warnawarna dalam film negatif adalah warna-warna yang muncul di
pelupuk matamu ketika kau memejam secara seketika. Tapi, anakanak abad digital akan segera kehilangan pengetahuan itu.
Mereka akan tak lagi punya pengalaman dengan film dan negatif.
Anak-anak abad digital akan kehilangan pemahaman mengenai
bayang-bayang, kata sang kurator. Entah kenapa, mungkin
karena cara mengatakannya, kalimat itu menempel di pelupuk
mata Marja: Anak-anak abad digital akan kehilangan pemahaman
mengenai bayang-bayang (Utami, 2012 : 211 212).
www.vincacallista.tumblr.com
152
www.vincacallista.tumblr.com
153
4.3
Analisis Ideasional
Komponen ideasional merujuk pada kekuatan makna penutur sebagai
pengamat (Halliday, 1978 : 112; Santoso, 2012 : 96). Hal ini merupakan fungsi ini
dari bahasa atau bahasa sebagai about something. Komponen bahasa ini
menginformasikan bahwa melalui sebuah bahasa seorang penutur akan
menyandikan atau mengodekan pengalaman kultural dan pengalaman individunya
sebagai anggota budaya atau kultur masyarakat tertentu. Topik permasalahan yang
diangkat untuk judul penelitian ini diawali dengan ketertarikan peneliti mengenai
adanya tanda-tanda kekuasaan perempuan yang direpresentasikan oleh Ayu Utami
lewat tokoh Lalita. Adanya hal tersebut membuat peneliti merasa tertarik karena
teks selalu diproduksi dalam konteks sosial, teks selalu dipengaruhi oleh/dan
direproduksi nilai budaya dan mitos dari konteks sosial tempat teks tersebut
diproduksi. Pada sisi inilah peneliti ingin mengaji tentang kekuasaan perempuan
dilihat dari tanda-tanda yang digambarkan oleh Ayu Utami. Ditemukan bahwa
teks dipengaruhi oleh konteks sosial dan konteks budaya tempatnya diproduksi.
Representasi kekuasaan perempuan yang ditemukan pada aspek-aspek
untuk kontrol sosial dalam penokohan Lalita mengacu pada wacana eksistensialis
yang berdasar pada pemikiran Simone de Beauvoir untuk teori feminisme
eksistensialis. Ideologi tentang kekuasaan perempuan yang digambarkan oleh Ayu
Utami dalam novel Lalita ini berkaitan dengan wacana feminisme dan
mengandung penjelasan dari analisis tekstual dan analisis interpersonal yang telah
diungkap sebelumnya.
www.vincacallista.tumblr.com
154
Dari tema representasi penampilan fisik ditemukan analisis tekstual tandatanda kekuasaan perempuan dilihat dari tubuh yang ramping, kulit kuning langsat,
kuku-kuku bercat, jari-jari yang panjang dan lentik, dan memiliki rambut yang
bagaikan benang-benang sutra. Simone de Beauvoir menyatakan bahwa
perempuan adalah kandungan, sebagai penjelasannya tentang bagaimana
sulitnya bagi perempuan untuk menjadi dirinya sendiri, bagaimana kemudian ia
menjadi apa yang disebut sebagai yang lain (the Other). Ia didefinisikan
berdasarkan pendapat laki-laki dan ia mencari restu dari laki-laki. Laki-laki jelas
di sini menjadi subyek, ia absolut sedangkan perempuan adalah obyek atau yang
lain (the Other) (Arivia, 2003 : 122 123). Tetapi tokoh Lalita digambarkan oleh
Ayu Utami sebagai perempuan yang menempatkan posisinya sebagai subjek pada
hubungannya dengan orang lain, terutama dengan kaum laki-laki. Lalita
menentukan sendiri caranya berpenampilan pada usianya yang kepala empat dan
memiliki pendapatnya sendiri dalam bersikap, sebagaimana yang digambarkan
pada teks berikut ini.
Lalita menurunkan Oscar di sebuah mulut jalan yang
menyedihkan. Setidaknya malam itu, di mata Lalita, Oscar tampak
menyedihkan. Setelah itu si perempuan membawa Yuda tanpa
meminta izin lagi. Seorang ratu yang percaya penuh bahwa lelaki
tidak akan menolak ia (Utami, 2012 : 27).
www.vincacallista.tumblr.com
155
dalam dunianya. Sehingga terjadi usaha untuk mengobyekkan orang lain (Arivia,
2003 : 123). Lalita direpresentasikan oleh Ayu Utami sebagai perempuan yang
menganggap penampilan suatu aspek penting untuk membentuk identitas dan
kepercayaan dirinya dalam berhubungan dengan orang lain, terutama dengan
kaum laki-laki seperti yang tergambar pada teks di atas. Tilaar (1999 : 55)
menyatakan bahwa dari penampilan bisa dilihat apakah seorang perempuan
memiliki kepribadian yang mantap, atau sebaliknya, tidak memiliki keyakinan diri
dan daya pesona. Suatu gambaran positif yang bisa menambah rasa percaya diri.
Kepercayaan diri yang bertambah tentu akan berdampak positif terhadap
kepribadian seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ayu Utami
menggambarkan adanya pengaruh penampilan fisik Lalita dengan kepercayaan
diri yang tampil dari sikap tubuhnya.
Maka dari itu, analisis ideasional yang ditemukan pada teks tentang
representasi penampilan fisik tokoh Lalita pun sejalan dengan pemikiran Melliana
(2006 : 14 15), bahwa pada umumnya orang berasumsi bahwa perempuan yang
menarik fisiknya tidak hanya digemari dan disukai sebagai pasangan kencan atau
teman, namun juga diasosiasikan dengan hal-hal baik. Misalnya, mereka
dipandang akan lebih sukses dalam kehidupannya, lebih berbakat, lebih sosial dan
lebih percaya diri, sekaligus mendapat perlakuan yang lebih baik di masyarakat.
Dari representasi penampilan fisik tokoh Lalita yang diciptakan oleh Ayu Utami
ditemukan tanda yang mengarah kepada feminisme.
Dari tema representasi kecerdasan ditemukan analisis tekstual tanda-tanda
kekuasaan perempuan dilihat dari kemampuan berbahasa Inggris dan Prancis
www.vincacallista.tumblr.com
156
sebagai bahasa asing, kesukaan membaca sastra dan filsafat, sehingga seorang
perempuan dikategorikan sebagai perempuan yang canggih. Irianto (2006 : 466)
mengemukakan sudut pandang Simone de Beauvoir tentang empat strategi
aktualisasi diri perempuan sebagai langkah penolakan dijadikan Objek adalah
dengan bekerja, menjadi intelektual, menjadi transformator sosial di masyarakat
dan menolak internalisasi Liyan-nya dengan menolak menjadi Objek.
Sehubungan dengan strategi menjadi intelektual, menguasai bahasa asing
seperti yang diterapkan Ayu Utami pada karakter tokoh Lalita membutuhkan
kompetensi dalam berbahasa. Arifuddin (2013 : 115 116) menuturkan bahwa
pemerolehan bahasa kedua memerlukan penguasaan pengetahuan bahasa
(competence) dan penampilan bahasa (performance). Kompetensi mengandung
pemahaman dan produksi bahasa. Kompetensi merupakan proses penguasaan
pengetahuan bahasa. Penampilan bahasa (performance) mengacu kepada
kemampuan pembelajar dalam memahami dan menghasilkan ujaran secara aktual
dalam aktivitas komunikasi. Dalam performasi bahasa pasti terjadi perlibatan
pengetahuan atau kaidah-kaidah bahasa yang dituturkan. Kecerdasan lingustik
yang ditampilkan oleh Ayu Utami lewat tokoh Lalita berkaitan dengan ciri
lainnya, yaitu suka membaca karya sastra dan filsafat. Orang-orang yang
membaca karya sastra dan filsafat perlu memahami esensi dari karya tersebut,
harus memiliki kompetensi linguistik.
www.vincacallista.tumblr.com
157
Arivia (2003 : 123) mengiyakan bahwa dalam hal relasi antara laki-laki
dan perempuan, laki-laki mengobyekkan perempuan dan membuatnya sebagai
yang lain (Other). Dengan demikian, laki-laki mengklaim dirinya sebagai jati
diri dan perempuan sebagai yang lain, atau laki-laki sebagai subyek dan
perempuan sebagai obyek. Di lain hal, apa yang dituntut dari sudut pandang
feminisme eksistensialis adalah perempuan diakui sebagai makhluk yang
bereksistensi dan yang mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Maka dari
itu, kecerdasan tokoh Lalita sebagaimana yang diceritakan oleh penulis Ayu
Utami menjadi salah satu representasi kekuasaan.
Yuda jadi merasa agak kurang terpelajar. Kenapa pula orang
harus pakai istilah yang susah. Jika ada kata rancang, kenapa
pakai kurator. Tapi ia harus cepat-cepat menghapus jejak
ketidaktahuannya. O ya. Pameran foto apa? Kamu tahu
Kassian Cephas? Sial. Ia tidak tahu juga. Nama itu susah betul.
Rupanya banyak yang ia tidak tahu di dunia fotografi. Ia merasa
terasing lagi. Ia menyesal telah mengajukan pertanyaan yang
hanya menunjukkan ketololannya. Kassian Cephas adalah
fotografer pribumi pertama di Indonesia, kata perempuan itu
bersemangat. Sebagai lelaki, diam-diam Yuda terbiasa tidak
bahagia jika kedapatan kurang tahu dibanding perempuan (Utami,
2012 : 10).
www.vincacallista.tumblr.com
158
18
menjadi diri sendiri (Subjek). Maka dari itu, dalam kaitannya dengan analisis
ideasional, teks tentang representasi kecerdasan pada tokoh Lalita mengandung
tanda-tanda feminisme.
Dari tema representasi kemandirian ditemukan analisis tekstual tandatanda kekuasaan perempuan dilihat dari kemandiriannya menyetir sendiri, jadi
pengendara BMW, konsumen sepatu Christian Louboutin, dan konsumen tas
Louis Vuitton. Banyak konsumen yang menganggap BMW sebagai mobil yang
amat mahal perawatannya (Shimp, 2003 : 243). Mobil baru dikatakan mewah,
apabila fungsinya tidak sekadar alat, melainkan sebagai simbol prestise: Mercy,
BMW (Praptadiharja, 2004 : 231). Maka dari itu, mengendarai sendiri atau
18
www.vincacallista.tumblr.com
159
www.vincacallista.tumblr.com
160
www.vincacallista.tumblr.com
161
Vistara adalah pemilik Lalitas Artspace, bisnis galeri yang memiliki ruang
pamer di Jakarta, Bali, Singapura, dan Hongkong (Utami, 2012 : 209).
Perspektif eksistensial telah memungkinkan kita untuk mengerti
bagaimana kondisi biologis dan ekonomi dari pandangan primitif telah membawa
kita pada supremasi laki-laki (Arivia, 2003 : 19). Analisis interpersonal yang
ditemukan pada representasi kemandirian tokoh Lalita pun menyangkut
hubungannya dengan tokoh lainnya, termasuk aspek ketidaktergantungan Lalita
pada laki-laki, sebagaimana yang digambarkan oleh Ayu Utami dalam teks
berikut ini.
Lalita mengajak ia dan Oscar makan malam. Agaknya, untuk tidak
memberi kesempatan Lalita menunjukkan kekuasaan dengan kartu
kredit platinumnya, Oscar menolak pergi ke tempat nan gaya, yang
hanya Lalita yang sanggup bayar tanpa menggerutu (Utami, 2012
: 26)
Tokoh Lalita dalam novel Lalita digambarkan oleh Ayu Utami tidak
memiliki pasangan tetap yang membiayai hidupnya, Lalita mempunyai pekerjaan
dan mampu membiayai hidupnya sendiri, sekaligus memiliki barang-barang
mewah yang menunjang kelas sosialnya. Feminisme eksistensialis mengatakan
bahwa pilihan perempuan untuk bekerja merupakan salah satu bentuk penolakan
menjadi Liyan atau menjadi Objek. Irianto (2006 : 466) menuturkan bahwa
perempuan beraktualisasi dengan bekerja di luar rumah seperti laki-laki. Seperti
empat strategi aktualisasi diri perempuan yang dicetuskan oleh Beauvoir, salah
satunya adalah dengan bekerja.
www.vincacallista.tumblr.com
162
www.vincacallista.tumblr.com
163
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil yang diperoleh selama penelitian, peneliti dapat menarik
fisik,
kecerdasan,
dan
kemandirian.
Representasi
www.vincacallista.tumblr.com
164
Ayu
yang
Utami
menyisipkan
berkuasa
lewat
penggambarannya
penokohan
Lalita
tentang
Vistara,
www.vincacallista.tumblr.com
165
5.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis peneliti, saran yang dapat
www.vincacallista.tumblr.com