Anda di halaman 1dari 2

Zahra Nur Fadilah

180410140027
Discourse Analysis

Rangkuman Bab 1 Menganalisis Wacana


Analisis wacana atau discourse analysis digambarkan oleh Riggenbach sebagai bigger
picture (2000: 3; 1999) dari deskripsi bahasa yang sering tiadakan. Frasa tersebut dapat bermakna
bahwa analisis wacana adalah ranah yang lebih luas yang sering tidak terlihat atau tidak dianggap
dalam penggunaan bahasa. Analisis wacana juga mengandung keadaan sosial dan budaya dalam
penggunaan bahasa untuk membantu memahami bahasa tertentu yang digunakan.
Longman Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistics menjelaskan wacana
sebagai istilah umum dari bahasa sebagai hasil dari kegiatan berkomunikasi (2000: 3; Richards dkk.
1992: 111). McCarthy dan Carter dalam Language as Discourse: Perspective for Language Teaching
(2000; 1994: 1) menjelaskan discourse atau wacana sebagai:
Gambaran dari bahasa yang memperhitungkan fakta bahwa pola linguistik berada melintasi
bagian dari teks.
Menurut McCarthy dan Carter, wacana mengandung pola linguistik yang mengkaji kata-kata, klausa-
klausa, maupun kalimat. Pola tersebut telah menjadi perhatian dari pengajaran bahasa. Konteks
sosial dan budaya juga terlibat dalam penggunaan bahasa.
Analis wacana dapat terlibat dengan pembahasan struktur paragraf, pengorganisasian teks,
serta pola yang khas dalam berinteraksi, seperti bagaimana pembicara membuka dan menutup
percakapan.
Brown dan Yule (1983) mengartikan discourse analysis sebagai analisis dari penggunaan
bahasa. Analisis wacana memandang hubungan antara penggunaan bahasa dan konteks yang dalam
deskripsi dan analisis baik lisan maupun tulisan (2000; McCarthy, 1991). Chimombo dan Roseberry
analisis wacana menghadirkan pemahaman yang lebih mendalam.
Pragmatis membahas antara hubungan bahasa dengan konteks. Studi pragmatis mengkaji
bagaimana interpretasi bahasa tergantung pada keadaan di dunia, bagaimana ujaran digunakan dan
dipahami oleh pembicara serta struktur kalimat dipengaruhi oleh hubungan pembicara dengan
pendengar (Richards dkk. 1992).
Wacana dan pragmatis akan berfokus pada hubungan antara bahasa dengan konteks sosial
dan budaya, pengetahuan bahasa meliputi , klausa, frasa, dan kalimat, pola linguistik yang
berlangsung meliputi lisan dan tulisan, serta bagaimana bahasa menampilkan pandangan yang
berbeda dari dunia dan dari pemahaman yang berbeda.
Kemudian pragmatis dan analisis wacana terbadi menjadi dua area. Pragmatis menelaah
area konteks seperti hubungan antara ujaran, memahami konteks dan situasi tertentu. Sedangkan
wacana menelaah pola bahasa yang meliputi teks, paragraf, struktur, penyusunan teks secara
keseluruhan, aturan untuk pembuka dan penutup percakapan, pola kosakata, hubungan antar kata,
bagaimana bahasa mencerminkan pandangan berbeda dari dunia.
Tokoh penting dalam area pragmatis dan wacana adalah filsuf John L. Austin yang bukunya
berjudul How to do Things with Words (1962) yang menjadi dasar dari speech act theory (2000:
7) : yang mengkaji bagaimana kita menggunakan bahasa seperti memohon, memerintah, dan
memberi peringatan. Tokoh penting lain adalah Paul Grice yang temuannya adalah bagaimana
orang-orang bekerja sama dengan orang lain ketika berinteraksi. Grice menggunakan istilah
conversational implicature untuk menjelaskan bagaimana kita mendapatkan pengertian dari
situasi dimana bahasa digunakan.
Antropolog linguistik D.H. Hymes juga menjadi tokoh penting serta Harvey Sacks, Emanuel
Schegloff, dan Gail Jefferson yang mengkaji norma percakapan. Ada dua linguis lain seperti, Machael
Halliday dan Ruqalya Hasan. Peneliti terbaru yaitu, Gunther Kress, Norman Fairclough, Ruth Wodak,
dan Teun Van Dijk telah memandang penggunaan bahasa dari pandangan yang kritis, bagaimana
wacana dibentuk dari hubungan kekuatan dan ideologi.

Anda mungkin juga menyukai