PROPOSAL
Oleh
Arie Permada
NIM F1012141031
Peneliti,
Arie Permada
NIM F1012141031
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas kasih dan karunia-Nya
pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia Jurusan
Universitas Tanjungpura.
berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi berupa motivasi dan bimbingan.
berikut.
penyusunan rencana penelitian ini. Serta ucapan terima kasih kepada beliau
perkuliahan.
2. Dr. Laurensius Salem, M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua yang telah
penelitian ini.
3. Dr. Paternus Hanye, M.Pd., selaku dosen penguji pertama yang telah
membahas dan memberikan arahan serta masukan dalam rencana penelitian ini.
4. Agus Syahrani, S.Pd., M.M.S.Ling., selaku dosen penguji kedua yang telah
membahas dan memberikan arahan serta masukan dalam rencana penelitian ini.
5. Dr. Agus Wartiningsih, M.Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
6. Drs. Nanang Heryana, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
sangat bermanfaat.
8. Kedua orangtua yang selalu memberikan bantuan moril dan doa kepada
penyusunan rencana penelitian ini. Apabila masih terdapat kesalahan baik dari
segi penulisan maupun isi, hal tersebut merupakan ketidaksengajaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan dari semua
pihak demi kesempurnaan rencana penelitian ini. Semoga rencana penelitian ini
Peneliti,
Arie Permada
NIM F1012141031
DAFTAR ISI
1. Tabel 1 .......................................................................................................
2. Tabel 2 ........................................................................................................
3. Tabel 3 ........................................................................................................
4. Tabel 4 ........................................................................................................
5. Tabel 5 ........................................................................................................
A. Judul Penelitian
“Analisis Wacana Opini dalam Majalah Tempo Edisi 2–8 Oktober 2017:
B. Latar Belakang
lingkungannya. Dapat dikatakan, tiada hari dalam hidup kita yang terlewat tanpa
kepada pihak lain melalui sarana tertentu yang dapat membantu mengetahui suatu
suatu bangun bahasa. Oleh karena itu, wacana sebagai dasar dalam pemahaman
media tulis dapat kita temui dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari, satu
diantaranya wacana dalam media tulis majalah. Media tulis seperti majalah
berunjuk pada media massa, media massa seperti halnya majalah merupakan suatu
terdapat dua yaitu straight news dan feature. Media massa Majalah Tempo
dikenal dengan cara memuat wacana yang bergaya feature maksudnya wacana
yang menghibur pembaca ke dalam penulisan yang asik dibaca dan awet. Majalah
Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya meliputi berita
politik yang diterbitkan oleh Tempo Media Group. Majalah ini merupakan
memperoleh data yang akurat, dilihat dari penulisan wacana yang luas, rinci dan
mendalam. Majalah Tempo pada rubrik wacana opini dalam hal ini menjadi fokus
penelitian. Wacana opini pada Majalah Tempo memuat tulisan yang berisi
pendapat pribadi seseorang terhadap suatu isu atau masalah aktual. Isu tersebut
meliputi masalah politik, ekonomi, sosial, ataupun masalah ekonomi yang dimiliki
Majalah Tempo berdasarkan rubrik wacana opini, Edisi 2–8 Oktober 2017
memuat laporan utama dengan judul “Gaduh Jendral Gatot” yang memiliki
(1) Siasat Panglima dan Bencana Demokrasi; (2) Jangan Gaduh Panglima…; (3)
Berkonflik dengan Banyak Orang; (4) Kian Intim dengan Peci Putih; (5) Gatot
Nurmantyo: Saya Sudah Lapor Presiden; dan (6) Sang Jendral dan
Kontroversinya. Mengenai enam berita opini ini, dapat dikatakan laporan utama
Majalah Tempo, Edisi 2–8 terfokus pada wacana kontroversial Panglima Tentara
menuding ada insitusi negara yang mengimpor senjata secara ilegal dan
mengancam akan menyerbunya. Dan juga ada wacana mengenai pernyataan Gatot
bersiap terjun ke dunia politik. Apalagi belakangan dia kerap mendekati berbagai
kelompok Islam.
Mengenai penulisan wacana ini harus ada penjelasan dalam bentuk analisis
penting terhadap struktur tekstualnya yang berada di balik wacana opini Majalah
Tempo. Diperlukan paradigma penelitian dan metode penelitian secara kritis yang
struktur tertentu pada suatu wacana. Seperti halnya untuk mengetahui dan
memahami sturktur tekstual enam wacana opini dalam Majalah Tempo yang
ke dalam tiga dimensi, yaitu: (a) struktur tekstual, (b) praktik kewacanaan, dan (c)
praktik sosiokultural. Tujuh wacana opini pada Majalah Tempo yang telah di
teks Framing sebagai paradigma analisis wacana kritis (AWK) oleh Zhongdong
Pan dan Gerald M. Kosicki. Adapun struktur analisis Framing meliputi: sintaksis,
skrip, tematik, dan retoris. Berkenaan pada (a) struktur sintaksis sebagai skema
penutup; (b) struktur skrip sebagai kelengkapan wacana bertujuan untuk melihat
cara wartawan mengisahkan fakta dengan mengamati unsur 5W+1H; (c) struktur
tematik sebagai detail, koherensi, bentuk ganti, kata ganti pada wacana bertujuan
untuk melihat cara wartawan menulis fakta dengan mengamati paragraf, proposisi,
metafora pada wacana bertujuan untuk melihat cara wartawan menekan fakta
Majalah Tempo, Edisi 2–8 Oktober 2017 secara linguistik, dengan melihat kosa-
pengertian. Semua elemen tersebut dianalisis untuk melihat tiga hal pada wacana
opini Majalah Tempo, ketiga hal tersebut sebagai berikut. Pertama idesional yang
merujuk pada repsentasi tertentu yang ingin ditampilkan dalam wacana opini,
yang umumnya membawa muatan ideologis tertentu. Analisis ini pada dasarnya
ingin melihat bagaimana sesuatu ditampilkan wacana opini yang dapat membawa
muatan ideologis tertentu. Kedua relasi yang merunjuk pada analisis bagaimana
identitas yang merujuk pada kontruksi tertentu dari identitas wartawan dan
pembaca, serta bagaimana personal dan identitas ini hendak ditampilkan dan
tersebut, maksudnya analisis isi dan bahasa yang di pakai dalam tajuk tersebut
eksplanasi yaitu menghubungkan produksi tujuh wacana opini itu dengan praktik
sosial dan budaya (sosiokultural) tempat pusat dimana Majalah Tempo itu berada.
Analisis ketiga model ini didasarkan bahwa teks tidak pernah bisa
dipahami atau dianalisis secara terpisah – hanya bisa dipahami dalam kaitannya
Berita. Hal ini termuat dalam Kurikulum 2013 dengan Kompetensi Dasar
wajib menjadi buku hasil studi yang memiliki manfaat khususnya peneliti pribadi
sebagai seorang guru, FKIP, kemudian yang paling penting adalah Sekolah
nilai) terhadap tenaga kerja guru di sekolah dalam cara menyampaikan materi
penelitian ini sebagai bahan referensi ilmu pengetahuan khususnya guru Bahasa
Indonesia terhadap materi Teks Berita, serta mendapatkan respon balik dari siswa,
dimana pemanfaatan metode pemecahan masalah yang ada pada skripsi ini dapat
diterapkan pada siswa, sehingga memudahkan siswa dalam ikut serta memahami
materi dan mengerjakan tugas yang diberi guru, khusunya pada pembelajaran
1. Batasan Masalah
Agar batasan masalah ini lebih terarah dan fokus maka permasalahan yang
dikaji dibatasi terhadap analisis wacana opini terhadap Majalah Tempo, Edisi 2–8
Oktober 2017 yang diterbitkan Tempo Media Group. Penelitian ini menggunakan
paradigma kritis dengan pisau analisis wacana kritis model Norman Fairclough.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah struktur tekstual pada wacana opini Majalah Tempo, Edisi 2–8
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
sosial yang terjadi sehari-hari di sekitar kita. Berupa analisis wacana kritis
terhadap media tulis maupun media lisan sebagai bentuk penggambaran linguistik
dari teks bahasa dan interpretasi hubungan antara proses-proses teks untuk
fenomena linguistik dengan mendasarkan interpretasi dari penulis saja, tetapi juga
Gatot Nurmantyo terkait isu politik dan masalah sosial yang terjadi.
2. Manfaat Praktis
sebagai berikut.
a. Akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian ilmu linguistik
b. Masyarakat
Hasil dari penelitian ini memberikan penanaman sikap skeptic dan crtical
thingking pada masyarakat terhadap segala hal. Penanaman sikap ini akan
hal ini akan mendorong masyarakat untuk selalu berlatih berfikir sistematis.
c. Mahasiswa
d. Sekolah
(mutu atau nilai) terhadap tenaga kerja guru di sekolah dengan cara
siswa.
E. Definisi Operasional
3. Berita opini: adalah teks berita yang berisi pendapat pribadi seseorang
terhadap suatu isu atau masalah aktual. Berkenaan dengan berita opini pada
Majalah Tempo, Edisi 2–8 Oktober 2017 terdapat pemberitaan masalah sosial
yang secara signifikan dengan politik terkait laporan utama majalah dengan
tema “Gaduh Jendral Gatot” yang kemudian diikuti enam judul wacana yang
terkait.
dalam wacana berita yang bertujuan melihat cara wartawan menyusun fakta.
melihat cara wartawan menulis fakta. Perangkat yang diamati dalam sebuah
halaman 301-302).
memiliki arti yang sama, tapi memiliki makna dengan konteks yang berbeda.
berada.
agar penelitian ini terarah dan fokus terkait penyusunan skripsi dengan judul
“Analisis Wacana Opini dalam Majalah Tempo Edisi 2–8 Oktober 2017: Model
mendeskripsikan makna terhadap enam judul wacana opini yang termasuk dalam
laporan utama dengan tema “Gaduh Jendral Gatot” pada bahasan masalah terkait
dengan dimensi tekstual, praktik kewacanaan, dan praktik sosial dan budaya
(sosialkultural).
F. Kajian Teori
yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa secara sempurna. Dalam hal ini para
hakikat bahasa tersebut. Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu, dalam
arti tidak terpisah-pisah seperti dalam linguistik, semua unsur bahasa terikat pada
konteks pemakaian. Oleh karena itu, analisis wacana sangat penting untuk
bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan menganalisis
bahasa yang digunakan secara alamiah, baik secara lisan dan tulis, misalnya
analisis wacana bertujuan untuk mencari keteraturan, yaitu hal-hal yang berkaitan
ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih
makna wacana yang persis sama atau paling tidak sangat ketat dengan makna
yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau oleh penulis dalam
wacana tulis.
semantik (Beller).
Ciri-ciri dasar lain dapat diramu dari pendapat beberapa ahli, seperti
Merrit, Sclegloff dan Sacls, Fraser, Searle, Richard, Haliday, Hasan, dan Horn,
rangkaian.
4) Wujud bahasa dalam wacana itu lebih jelas karena didukung oleh situasi yang
tepat (all material used in real that is actually having occoured in appropriate
situasional).
lain.
Tokoh analisis wacana adalah Sinclair dan Coulthard (1979). Mereka
meneliti wacana yang dibentuk dalam interaksi guru dan murid di kelas. Mereka
analisis terhadap wacana berita. Berarti dalam ranah lingustik dan konteks
wacana kegiatan jurnalis yang dimuat dalam Majalah Tempo mingguan dalam
Menurut Coulthard (1997) analisis wacana dimulai oleh Ide Firth yang
berada dalam suatu konteks. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Brown dan
memaknai ujaran.
oleh Krippendorff (1980) dan Berger (1982) yang membahas adanya empat teknik
membaca suatu naskah dengan memakai salah satu metode analisis wacana
3. Berdasarkan level analisis diterapkan: (a) analisis pada level naskah, baik
dalam bentuk text, talks, act, dan artifact; baik secara sintagmatis atapun
secara paradigmatis; dan (b) analisis multilevel yang dikenal dengan analisis
wacana dalam bentuk tulisan, ucapan, tindakan, peninggalan (jejak); baik yang
wacana sebagai penelitian karya ilmiah. Subjek dan objek yang digunakan peneliti
sebagai penelitian karya ilmiah yaitu Majalah Tempo terkait berita kontroversial
Jendral Tentara Nasional Indonesia (TNI) yaitu Gatot Nurmantyo. Penelitian ini
yang sudah menjadi landasan kajian terhadap ilmu bidang bahasa. Dalam
penelitian ini, peneliti ingin memberikan tujuan dan manfaat mengenai bagaimana
bentuk wacana dalam Majalah Tempo ketika di analisis secara spesifik untuk
pada model analisis Norman Fairclough meliputi dimensi struktur tekstual, praktik
Norman Fairclough
lingusitik dari teks bahasa, interpretasi hubungan antara proses-proses tak sama
dan teks, penjelasan hubungan antara proses-proses tidak sama dan proses-proses
kohorensi dan kohesivitas, bagaimana antara kata atau kalimat tersebut digabung
untuk melihat tiga masalah berikut. Pertama, ideasional yang merujuk pada
referensi tertentu, yang ingin ditampilkan dalam teks, yang umumnya membawa
muatan ideologi tertentu. Kedua, relasi yang merunjuk pada analisis bagaimana
disampaikan secara informal atau formal, terbuka atau tertutup. Ketiga, identitas
penulis dan pembaca serta bagaimana personel dan identitas ini hendak
ditampilkan.
berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Produksi teks cerita
semacam ini berbeda dengan ketika seorang penyair menghasilkan teks puisi,
yang umumnya dihasilkan dalam suatu proses yang personal. Konsumsi juga bisa
menikmati puisi).
berhubungan dengan konteks di luar teks dan konteks, di sini memasukan banyak
hal, seperti konteks situasi, lebih luas adalah konteks dari praktik institusi dari
media sendiri dalam hubungan dengan masyarakat atau budaya dan politik
Norman Fairclough
1) Struktur Tekstual
pada dengan melihat kosakata, semantik, dan tata kalimat dan antarkalimat
menggunakan cara deskripsi, yakni menguraikan isi dan analisis secara deskriptif
atas teks. Di sini teks dijelaskan tanpa hubungan dengan aspek lain.
sebuah media, artinya di dalam sebuah wacana yang ditulis wartawan pasti
memiliki unsur-unsur yang harus diketahui oleh pembaca. Mengenai hal ini, tentu
harus ada teori yang bisa menjelaskan unsur-unsur di dalam sebuah wacana. Di
dalam sebuah paradigma analisis wacana kritis (AWK) terdapat penelitian yang
peristiwa yang dilihat oleh seseorang wartawan yang bekerja pada media massa.
Salah satu orang yang mendalami analisis framing adalah Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki.
Eriyanto mengutip pernyataan Pan dan Kosicki bahwa ada dua konsepsi
framing yang saling berkaitan, yaitu konsepsi psikologi dan sosiologis. Konsep
Berikut analisis framing oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang
Tabel 3: Analisis framing metode Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (Erisyanto, halaman
295).
Berikut penjelasan berkenaan struktur analisis Framing sebagai Paradigma
a. Struktur Sintaksis
dalam tuturan. Unsur bahasa yang termasuk dalam lingkup sintaksis adalah frase,
klausa dan kalimat. Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonprediksi. Klausa adalah satuan gramtika yang berupa kelompok kata, yang
Kalimat adalah satuan bahasa gramatikal yang secara relatif berdiri sendiri yang
Pada konteks berita, sintaksis dapat dilihat dari kerangka penulisan berita
yang dinamakan piramida terbalik. Dalam konsep itu sesuatu hal yang paling
selanjutnya, semakin tidak penting. Proses ini akan terlihat peristiwa apa yang
lebih ingin ditonjolkan oleh wartawan. Berikut unit yang perlu diamati pada
sintaksis di dalam suatu wacana: (1) headline, (2) lead, (3) latar, (4) informasi, (5)
kutipan, (6) informasi, (7) kutipan, (8) sumber, (9) pernyataan, (10) penutup.
b. Struktur Skrip
adalah pada penulisan 5W+1H karena berita yang baik adalah yang tidak
membuat pembaca bertanya-tanya. Agar tidak terjadi hal tersebut, maka penulisan
terjadi, atau siapa orang yang terlibat pada peristiwa itu dapat dilihat point
Unsur Keterangan
What Apa yang terjadi?
Where Dimana peristiwa itu terjadi?
When Kapan peristiwa itu terjadi?
Who Siapa yang terlibat dalam kejadian itu?
Why Kenapa peristiwa itu bisa terjadi?
How Bagaimana peristiwa itu terjadi?
c. Struktur Tematik
secara runtun. Oleh karena itu tidak boleh ada penulisan peristiwa yang penting
naratif yang akhirnya akan menentukan apakah seseorang menerima naratif itu
(West. Dkk, 2008:52). Berikut unit yang perlu diamati pada struktur tematik di
dalam suatu wacana, yaitu: (1) paragraf, (2) proposisi (3) kalimat, dan (4)
hubungan antarkalimat.
d. Struktur Restoris
menekankan fakta. Penggunaan bahasa yang digunakan salah satu upaya dalam
retoris. Pembantaian dan pembunuhan memiliki arti yang sama, tapi memiliki
Selain menggunakan kata, restoris juga muncul dalam sebuah grafik atau
gambar. Grafis dibuat sebagai pendukung dari tulisan yang ingin ditonjolkan. Saat
begitu mencekam.
Selain gambar, penggunaan huruf dengan cetak tebal dan pemberian warna
pembaca melihat sebuah tulisan yang berbeda dengan tulisan lain. Elemen seperti
itu mengontrol ketertarikan dan perhatian secara intensif dan menunjukkan kepada
pembaca suatu hal yang dipusatkan (Eriyanto, halaman 306). Berikut unit yang
perlu diperhatikan pada sruktur retoris, yaitu: (a) kata, (b) idiom, (c) gambar/foto,
grafik
2) Praktik Kewancanaan
itu memiliki karakter yang lebih institusi, sedangkan yang lain berupa proses-
proses penggunaan dan penyebaran wacana. Berkenaan dengan proses-proses
meliputi cara-cara para pekerja media memproduksi teks. Hal ini berkaitan dengan
wartawan itu sendiri selaku pribadi; sifat jaringan kerja wartawan dengan sesama
pekerja media lainnya; pola kerja media sebagai institusi, seperti cara meliputi
(1) produksi, (2) penyebaran, dan (3) penggunaan teks. Dengan demikian, ketiga
a. Produksi Teks
Pada tahap ini dianalisis pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi
teks itu sendiri (siapa yang memproduksi teks). Analisis dilakukan terhadap pihak
pada level terkecil hingga bahkan dapat juga pada level kelembagaan pemilik
modal. Contoh pada kasus wacana media perlu dilakukan analisis yang mendalam
pimpinan media, pemilik modal, dll). Hal ini mengingat kerja redaksi adalah kerja
kolektif yang tiap bagian memiliki kepentingan dan organisasi yang berbeda-beda
sehingga teks berita yang muncul sesungguhnya tidak lahir dengan sendirinya,
b. Penyebaran Teks
Pada tahap ini dianalisis bagaimana dan media apa yang digunakan dalam
dikaji karena memberikan dampak yang berbeda pada efek wacana itu sendiri
Contoh: pada kasus wacana media wacana yang disebarkan melalui televisi dan
koran memberi efek/dampak yang berbeda terhadap kekuatan teks itu sendiri.
keterbatasan waktu. Sementara itu koran tidak memiliki kekuatan gambar dan
suara, tapi memiliki kekekalan waktu yang lebih baik dibandingkan televisi.
c. Konsumsi Teks
Pada tahap ini dianalisis pihak-pihak yang menjadi sasaran penerima atau
pengonsumsi teks. Contoh pada kasus wacana media perlu dilakukan analisis
yang mendalam mengenai siapa saja pengonsumsi media itu sendiri. setiap media
3) Praktik Sosiokultural
didasarkan pada pendapat bahwa konteks sosial yang ada di luar media se-
sungguhnya memengaruhi bagaimana wacana yang ada ada dalam media. Ruang
redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau ruang kosong yang steril, tetapi juga
sangat ditentukan oleh faktor-faktor di luar media itu sendiri. Praktik sosial-
budaya menganalisis tiga hal yaitu ekonomi, politik (khususnya berkaitan dengan
isu-isu kekuasaan dan ideologi) dan budaya (khususnya berkaitan dengan nilai
eksternal, (c) tingkat sosial, berkaitan dengan situasi yang lebih makro, seperti
sistem politik, sistem ekonomi, dan sistem budaya masyarakat secara keseluruhan.
a. Situasional
Setiap teks yang lahir pada umumnya lahir pada sebuah kondisi (lebih
mengacu pada waktu) atau suasana khas dan unik. Atau dengan kata lain, aspek
situasional lebih melihat konteks peristiwa yang terjadi saat berita dimuat.
b. Institusional
organisasi pada praktik ketika sebuah wacana diproduksi. Institusi ini bisa berasal
dari kekuatan institusional aparat dan pemerintah juga bisa dijadikan salah satu
c. Sosial
Aspek sosial melihat lebih pada aspek mikro seperti sistem ekonomi,
melalui analisis wacana model ini, kita dapat mengetahui inti sebuah teks dengan
masyarakat dapat mengikuti alur keinginan penulis teks tersebut. Namun, ketika
melakukan analisis menggunakan model ini kita pun harus berhati-hati jangan
sampai apa yang kita lakukan malah menimbulkan fitnah karena tidak
3.1 Kurikulum
kurikulum adalah usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk mempengaruhi belajar
yang baik di kelas. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan
berbentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam satuan tertentu
inti merupakan operasionalisasi SKL berbentuk kualitas yang harus dimiliki oleh
kompetensi inti 2 sikap sosial, kompetensi inti 3 pengetahuan, dan kompetensi inti
4 keterampilan.
dari kompetensi inti. Kompetensi dasar yang merupakan turunan kompetensi inti
ini juga harus dikuasai peserta didik, setiap mata pelajaran untuk setiap kelas.
didik.
Kemendikbud mengatakan, kompetensi Dasar merupakan kompetensi
setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti.
Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti yang harus
turunan atau pengembangan dari kompetensi inti yang juga harus dikuasai peserta
didik, yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang merupakan
berdasarkan kurikulum 2013 adalah kompetensi dasar pada mata pelajaran Bahasa
kompetensi dasar 3.3 menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini,
Berita
antara wacana berita dengan murid, wacana berita dengan pengajar, pengajar
dengan murid, atau murid dengan murid dengan refleksi kehidupan sosial sesuai
dengan nuansa pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini
pembelajaran tidak lagi bernuansa hafalan, sekadar penjelasan dan tanya jawab,
namun lebih dari itu pembelajaran yang berlangsung hendaknya ditandai ciri
responsif dan kolaboratif. Dalam pembelajaran yang demikian itu, murid dan
Komunikasi dalam kelas itu didasarkan pada konstruksi sosial melalui kegiatan
wacana, baik itu dilakukan oleh pengajar maupun murid. (2) Pengajar
dengan murid maupun pengajar dengan murid. (3) Pengajar tidak lagi
pendapatnya secara variatif, baik secara lisan maupun tertulis. (4) Pembelajaran
tertulis.
Dengan aktivitas seperti itu, diharapkan akan mendorong munculnya
aktivitas murid yang satu dengan yang lain untuk (1) saling menceritakan
yang tersirat dalam wacana berita tertentu; (3) bertukar pendapat dalam
memberikan penilaian terhadap makna dalam wacana berita tertentu; dan (4)
bekerja sama dalam menuliskan pemahaman dan komentar terhadap suatu wacana
a. Pemahaman untaian kata dan kalimat dalam wacana berita secara analitis.
langsung.
dengan wacana sosial, ekonomi, opini, seni maupun informasi lainnya dari
majalah serta koran sebagai informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar
penafsiran.
dalam wacana dan inferensi. Ketika membaca wacana berita, pembaca perlu
masyarakat secara umum yang menuliskan berita terkait politik dan sosial.
upaya mengetahui struktur wacana berita maupun makna yang berada dibalik
kepribadian murid mengandaikan adanya visi dan misi pengajar untuk mengubah
dalam wacana berita adalah sebuah opini dan opini hanya dapat diperoleh melalui
berita yang mereka baca, merefleksikan dan membuat proses berpikir mereka
eksplisit. Untuk itu, para murid dapat dibantu untuk mengajukan pertanyaan-
wacana berita yang mereka baca: murid-murid dibawa masuk ke dalam situasi
edukatif dan kultural. Untuk itu pembelajaran yang memandang wacana berita
yang problematik.
G. Metodologi Penelitian
data yang digunakan dalam penelitian merupakan data yang tidak terdiri dari
kesimpulan.
2. Paradigma Penelitian
melihat bahasa sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan untuk
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih jauh
yakni seputar wacana politik serta sosial yang diulas Majalah Tempo, Edisi 2–8
Jendral Gatot Nurmantyo. Tujuh wacana dengan mengusut judul laporan utama
“Gaduh Jendral Gatot” tersebut memiliki tema yang sama seputar pemberitaan
opini. Perlu diketahui bahwa wacana bertemakan opini yang menjadi data
penelitian ini tampak selalu menjadi laporan utama dalam setiap edisi penerbitan
Majalah Tempo.
Sumber data dalam penelitian ini ada Majalah Tempo. Majalah tempo
merupalam majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya meliputi berita dan
politik dan diterbitkan oleh Tempo Media Group, dan memiliki kantor pusat di
Jakarta. Majalah tempo memiliki motto di setiap edisi yang diterbitkan, tepatnya
pada cover majalah dengan mengusung kalimat “Enak Dibaca dan Perlu”.
Majalah Tempo di jadikan sumber data karena majalah ini menjadi pilihan
yang tepat, karena peneliti memiliki pandangan bahwa majalah ini memiliki acuan
dalam usaha meningkatkan kebebasan publik untuk berfikir dan berpendapat serta
berpegang pada kode etik, kemudian hal yang paling penting dari Majalah Tempo
adalah merupakan bacaan yang memperkaya khazanah artistik, intelektual,
ideologi melalui peningkatan ide-ide baru, bahasa, dan tampilan visual yang baik.
Majalah Tempo menjadi data serta sumber data dalam penelitian ini.
Majalah Tempo khusus yang bertemakan wacana opini dalam rentang waktu
Tabel 5: Data terhadap Wancana Opini dalam Majalah Tempo, Edisi 2-8 Oktober 2017
Sumber kajian dokumentasi pada penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data pokok atau data utama yang diperoleh melalui
berita-berita yang dimuat oleh Majalah Tempo terkait pemberitaan opini pada
fakta dibalik isu politik dan sosial. Sedangkan data sekunder adalah data
penelitian ini, beberapa situs internet dan apabila perlu dapat juga dilakukan
5. Instrumen Penelitian
sebagai berikut.
Berita)
a. Sintaksis
b. Skrip
c. Tematik
d. Retoris
a. Produksi
b. Penyebaran
c. Konsumsi
a. Unsur Situasional
b. Unsur Institusional
c. Unsur Sosial
terhadap materi Teks Berita menggunakan metode analisis wacana kritis atau
menganalisis wacana menjadi tiga dimensi: analisis teks, praktik wacana dan
analisis sosial-budaya.
proses produksi teks tersebut. Analisis atas isi dan bahasa yang dipakai dalam
tajuk tersebut dihubungkan dengan proses produksi dari suatu tajuk di surat
kabar.
penjelasan atas hasil penafsiran kita pada tahap kedua. Penjelasan itu
Indonesia terhadap materi Teks Berita. Hal ini termuat dalam Kurikulum 2013
(Sembilan).
B. Analisis Praktik
7. Kewancanaan pada Menafsirkan tekstual
Wacana Opini dalam dihubungkan dengan proses
Majalah Tempo Edisi produksi dan konsumsi
2–8 Oktober 2017 wacana tersebut
Hasil analisis data akan disajikan baik dalam bentuk deskripsi kualitatif
mengkaji data mentah pada media tulis wacana opini dalam Majalah Tempo, Edisi
2–8 Oktober 2017. Sebagai penunjang paparan deskripsi tersebut maka digunakan
sajian penunjang seperti bagian data tabel. Data yang terkumpul diharapkan
mendapat penjelasan lebih mendalam dalam bentuk deskripsi yang bersifat
kualitatif.
penelitian. Bab II adalah kerangka teori dan konsep yang menyajikan teori yang
Bab III adalah metodelogi yang menguraikan mengenai metode penelitian yang
implementasi hasil analisis pada pembelajaran di sekolah. Bab terakhir, yakni Bab
Prakoso, Jaffry Prabu. 2014. Relasi Bahasa, Kuasa, dan Indeologi Tokoh Media
(Analisis Wacana Kritis Isu Korupsi dalam Pemberitaan Dahlan Iskan
Melawan Anggota DPR di Koran Tempo). (Skripsi S1). Jakarta: Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayahtullah Jakarta.