Anda di halaman 1dari 15

LATAR BELAKANG ASPEK KEHIDUPAN PADA SISTEM PENAMAAN

JALAN DI KOTA YOGYAKARTA: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK

Prihadi dan Ari Listiyorini


Universitas Negeri Yogyakarta
email: prihadi.uny@gmail.com

Abstrak
Penelitian mengenai onomastika telah beberapa kali dilakukan. Lewat penelitian
onomastika dapat dijelaskan penggunaan aspek kebahasaan dan aspek lain seperti
sejarah dan budaya, kehidupan, motivasi, serta alasan motivasi dan tujuan penamaan
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek kehidupan pada sistem
penamaan jalan di Yogyakarta sebagai bagian dari keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian
dibatasi pada Kota Yogyakarta yang memiliki data nama jalan secara formal. Data
berupa nama-nama jalan. Sumber data berupa sumber data tertulis dan lisan. Teknik
pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan pencatatan. Analisis data
dengan kultural-historis. Validasi dilakukan dengan triangulasi data dan metode.
Penelitian menemukan 26 aspek kehidupan yang selanjutnya dapat dikelompokkan
menjadi 9 aspek kehidupan. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek tumbuhan dan
binatang, aspek tempat (asal-usul tempat, fungsi tempat, penanda tempat, dan arah
tempat), aspek yang berhubungan dengan keraton (kerabat keraton, prajurit keraton,
tempat tinggal pegawai keraton, senjata perang), aspek geografis (ciri-ciri geografis,
gunung/sungai, dan fenomena alam), aspek profesi, aspek pahlawan dan tokoh, aspek
harapan dan cita-cita, aspek nama wayang, dan aspek lainnya (aktivitas kerja, karakter,
dan sifat).

Kata kunci: nama jalan, aspek kehidupan, kultural-historis

BACKGROUNDS OF THE LIFE ASPECTS ON THE ROAD NAMING SYSTEM


IN YOGYAKARTA CITY: ANTHROPOLINGUISTIC STUDY

Abstract
Research on onomastics has been conducted a number of times. Through
onomastic research, road naming can be described in terms of the linguistic and
other aspects such as history and culture, ways of life, and motives and objectives.
This study is aimed at describing the aspects of life in the street naming system in
Yogyakarta as part of the special features of the Yogyakarta Special Region. This
study uses the descriptive research design. The research location in Yogyakarta is
limited to the city of Yogyakarta which has formal road name data. Data are in the
form of street names in the study location. Data sources are written and oral. Data

109
collection techniques are observation, interview, and recording. Data analysis is
cultural-historical. Validation is done by data and method triangulations. Results
show 26 aspects of life grouped into 9. These aspects are related to plants and animals,
places (origin, function, marker, and direction), palaces (family kinship, soldier
troop, official residence, and war weapon), geography (feature, mountain/river, and
natural phenomena), profession, hero and figure, hope and ideal, wayang figure, and
other (work activity, character, and nature).

Keywords: street names, aspects of life, cultural-historical aspect

PENDAHULUAN yang telah dilakukan tersebut terdapat


Penelitian mengenai penamaan atau satu kecenderung dalam memberikan
onomastika telah beberapa kali nama-nama pada badan usaha yang
dilakukan. Sebagai contoh penelitian masyarakat dirikan dan dalam penamaan
mengenai penamaan badan usaha seperti diri, yaitu penggunaan bahasa asing
toko dan rumah makan (Riani, 2014; dalam pemberian nama tersebut. Dalam
Wijana, 2014; Wahyono, 2009), penamaan badan usaha, bahasa Inggris
penamaan orang/nama diri (Wibowo, mulai menggeser pemakaian bahasa
2001; Nurhayati, 2012; Widodo, 2013), Indonesia dan bahasa daerah. Beberapa
dan penamaan tempat/toponimi alasan dikemukakan oleh pelaku usaha
(Sugianto, 2017). Berdasarkan penelitian berkaitan dengan penggunaan bahasa
onomastika tersebut selain dapat Inggris tersebut. Sebagian besar
diketahui aspek linguistik (bentuk-bentuk menganggap penggunaan bahasa Inggris
bahasa) yang digunakan, juga dapat dipandang lebih modern dan prestisius.
diketahui aspek-aspek lainnya, seperti Pelaku usaha tersebut berpikir konsumen
aspek sejarah dan budaya, aspek akan lebih tertarik dengan usaha mereka
kehidupan, motivasi dan tujuan, dan jika nama-nama yang digunakan
alasan motivasi dan tujuan penamaan menggunakan bahasa Inggris. Sementara
tersebut. Hal tersebut dikarenakan itu, bahasa Arab mulai mendominasi
bahasa tidak pernah lepas dari masyarakat penamaan diri. Dari penelitian yang
pemakainya. Bahasa mempunyai telah dilakukan banyak orang tua yang
hubungan yang sangat erat dengan menamakan anaknya dengan kata/
budaya, yang berwujud gagasan, tingkah bahasa Arab untuk menunjukkan
laku, dan hasil karya manusia tersebut. identitas keagaamaan mereka (muslim).
Bahasa dan budaya bagaikan keping Kecenderungan menggunakan bahasa
mata uang yang selalu bersisihan di asing baik bahasa Inggris maupun bahasa
kedua sisinya. Perwujudan suatu bahasa Arab dalam penamaan agaknya tidak
sangat dipengaruhi oleh latar belakang berlaku dalam penamaan yang berhu­
sosial budaya masyarakat penutur bahasa bungan dengan tempat geografi/toponimi
tersebut (Mardikantoro, 2016). ataupun nama jalan. Dari penelitian yang
Dari berbagai penelitian onomastika telah dilakukan mengenai desa atau

110 LITERA, Volume 19, Nomor 1, Maret 2020


dusun, tidak ada satu pun yang keunikannya dan keistimewaannya.
menggunakan bahasa asing dalam nama- Sebagaimana tercantum dalam Undang-
nama desa/ dusun tersebut. Begitu juga Undang Republik Indonesia Nomor 13
dengan observasi awal yang telah Tahun 2012 tentang Keistimewaan
dilakukan mengenai nama jalan. Jalan Daerah Istimewa Yogyakarta tentang
biasanya dinamai dengan aspek yang kebudayaan. Dalam bab IX pasal 31 ayat
berhubungan dengan nama-nama tokoh 1 disebutkan bahwa kewenangan
masyarakat yang berjasa pada waktu itu kebudayaan diselenggarakan untuk
ataupun dengan kondisi geografis daerah memelihara dan mengembangkan hasil
tersebut. Selain kedua aspek tersebut, cipta, rasa, karsa, dan karya, yang berupa
masih banyak aspek kehidupan lain yang nilai-nilai pengetahuan, norma, adat
dijadikan sumber penamaan jalan di suatu istiadat, benda, seni, dan tradisi luhur
masyarakat. Dari pengamatan tersebut yang mengakar dalam masyarakat DIY.
tidak ada nama jalan yang menggunakan Penamaan jalan di Yogyakarta inilah
bahasa Inggris ataupun bahasa asing sebagai salah satu cara untuk memelihara
lainnya. dan mengembangkan budaya tersebut.
Begitu juga observasi awal mengenai Berkaitan dengan keistimewaan
nama jalan yang ada di Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta ada suatu
Penamaan jalan-jalan yang ada di peristiwa yang berhubungan dengan
Yogyakarta dapat menunjukkan berbagai nama jalan, yaitu penggantian beberapa
macam aspek, baik aspek linguistik, ruas nama jalan di Yogyakarta, pada
aspek kehidupan, aspek kesejarahan, tahun 2013. Penggantian nama ruas jalan
maupun aspek sosial budaya yang tidak yang dikembalikan ke nama aslinya
lepas dari keistimewaan Daerah Istimewa tersebut bertujuan untuk menghidupkan
Yogyakarta. Sebagai contoh Jalan filosofi asli nama jalan tersebut. Nama-
Batikan, Jalan Kemasan, dan Jalan nama jalan yang dikembalikan sesuai
Jlagran. Penamaan ketiga jalan tersebut aslinya sebagai contoh misalnya Jalan
berhubungan dengan pekerjaan Trikora dikembalikan ke Jalan
masyarakat yang mendiami wilayah Pangurakan, Jalan Ahmad Yani kembali
tersebut, yaitu sebagai pembuat batik, menjadi Jalan Margomulyo, dan Jalan
pengrajin emas, dan pembuat jlogro atau pangeran Mangkubumi menjadi Jalan
nisan. Lalu ada Jalan Affandi yang Margoutomo. Penelitian mengenai
menunjukkan tokoh budaya di penamaan jalan di Yogyakarta tentunya
Yogyakarta. menarik untuk dicermati, diteliti, untuk
Selain berbagai aspek yang mengetahui bagaimana situasi sejarah
melatarbelakangi munculnya penamaan sosio kultural masyarakat Yogyakarta
jalan, juga dapat dilihat motivasi dan sebagai propinsi yang menyandang status
tujuan, serta alasan motivasi dan tujuan istimewa ini dibalik nama-nama jalan
penamaan jalan di Yogyakarta. Nama- yang ada di Yogyakarta. Dengan
nama jalan tersebut dapat digunakan penelitian ini diharapkan masyarakat
untuk melihat masyarakat Yogyakarta Yogyakarta, baik generasi saat ini
dari berbagai sisi dengan segala maupun generasi berikutnya mengetahui

Latar Belakang Aspek Kehidupan pada Sistem Penamaan Jalan di Kota Yogyakarta: Kajian... 111
tentang aspek linguistik, aspek Data dalam penelitian ini adalah
kehidupan, sejarah, dan situasi sosio nama-nama jalan yang ada di Yogyakarta,
kultural masyarakat Yogyakarta secara khususnya di Kota Yogyakarta. Sumber
keseluruhan. Dari berbagai aspek yang data tertulis dan sumber data lisan
melatarbelakangi munculnya penamaan menjadi sumber data dalam penelitian
jalan di Yogyakarta, penelitian ini ini. Sumber data tertulis diperoleh dari
bertujuan untuk mendeskripsikan aspek arsip Dinas Perhubungan dan Bina
kehidupan pada sistem penamaan jalan Marga Kota Yogyakarta mengenai nama-
di Yogyakarta sebagai bagian dari nama jalan, kamus, ensiklopedi, buku-
keistimewaan Daerah Istimewa buku folklore, sejarah, dan budaya.
Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan Sementara itu, sumber data lisan berasal
desain penelitian deskriptif. dari pemerhati budaya dan pustakawan
serta pakar ahli budaya.
METODE Pada dasarnya peneliti sendiri (human
Penelitian ini menggunakan desain instrument) yang menjadi instrumen
penelitian deskriptif kualitatif. Dalam dalam penelitian ini. Teknik wawancara,
penelitian deskriptif ini dideskripsikan teknik baca, dan teknik catat sebagai
aspek-aspek kehidupan yang melatar­ teknik pengumpulan data. Teknik wa­
belakangi penamaan jalan di Yogyakarta wan­ cara dilakukan untuk mengumpul­
sebagai bagian dari keistimewaan Daerah kan informasi dari narasumber. Semen­
Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian tara itu, teknik baca dan catat juga
deskriptif bertujuan untuk mendes­krip­ dilakukan untuk mengumpulkan infor­
sikan gambaran ciri-ciri data secara masi mengenai nama jalan yang berasal
akurat sesuai dengan sifat alamiah data dari arsip pemerintah daerah Kota
itu sendiri (Djajasudarma, 2006:16). Yogyakarta dan dari dokumen tertulis
Kota Yogyakarta dipilih sebagai lainnya. Dari penyediaan data tersebut,
lokasi penelitian dikarenakan hanya kemudian dilakukan pengidentifikasian
Kota Yogyakarta yang memiliki arsip data dan selanjutnya dilakukan pemilah­
data nama jalan. Empat kabupaten an untuk membuat klasifikasi data.
lainnya, yaitu Kabupaten Sleman, Teknik historis kultural digunakan
Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon­ sebagai teknik analisis data dalam
progo, dan Kabupaten Gunungkidul penelitian ini. Teknik historis kultural
tidak memiliki arsip nama jalan. Seandai­ yang alat penentunya di dalam bahasa
nya ada arsip tentang nama jalan, hanya yang bersangkutan digunakan untuk
berisi nama-nama ruas jalan, seperti yang menganalisis aspek kehidupan dari
ada di Kabupaten Sleman. Sebenarnya, nama-nama jalan yang ada di Yogyakarta.
di setiap ruas jalan terdapat papan yang Validitas atau pemeriksaan keabsahan
menunjukkan nama jalan tersebut. Akan data dilakukan dengan teknik triangulasi
tetapi, untuk keotentikan data, akhirnya data dan triangulasi metode. Dalam
hanya Kota Yogyakarta sajalah yang triangulasi data dilakukan pengumpulan
dijadikan lokasi dalam penelitian ini. data dari berbagai sumber data, yaitu

112 LITERA, Volume 19, Nomor 1, Maret 2020


dari pengamatan secara langsung, dari Polowijan, Jalan Cendana, Jalan
dokumentasi, dan dari narasumber. Menjangan, Jalan Sukonandi, Jalan
Sementara itu, triangulasi metode Gagak Rimang, Jalan Modang, dan lain
dilakukan dengan menggunakan ber­ sebagainya. Melihat banyak data nama
bagai macam metode dalam penelitian jalan di Kota Yogyakarta yang bersumber
ini, yaitu metode kultural-historis, dari nama tumbuhan dan nama binatang
observasi langsung, wawancara, dan dapat dipahami bahwa masyarakat
pencatatan. pemilik atau pemberi nama jalan tersebut
mempunyai budaya kehidupan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dekat atau lekat dengan dunia tumbuhan
Hasil dan dunia binatang.
Dari hasil penelitian yang telah Jalan Tegal lempuyangan, Jalan
dilakukan dapat ditemukan beberapa Kapas I, Jalan Polowijan, dan Jalan
aspek kehidupan yang melatarbelakangi Cendana adalah nama-nama jalan yang
penamaan jalan di Kota Yogyakarta. dilatarbelakangi oleh aspek tumbuhan.
Ada 26 aspek, tetapi dalam Tabel 1 Dunia tumbuhan atau pohon menjadi
dikelompokkan menjadi 9 aspek saja. sumber kehidupan masyarakat
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui Yogyakarta, menjadi bagian yang penting
aspek-aspek yang melatarbelakangi dalam hidup mereka, memberikan
munculnya nama-nama jalan di wilayah inspirasi dan motivasi pada kehidupan
Kota Yogyakarta. Nama yang dijadikan mereka, memberikan harapan hidup dan
subjek penelitian ada 130 nama jalan. menenteramkan hidup mereka. Jalan
Nama-nama jalan tersebut bersumber Tegal Lempuyangan berhubungan
dari aspek kehidupan masyarakat dengan tumbuhan/ tanaman lempuyang.
Yogyakarta sebagai pemiliknya. Sumber Tumbuhan ini merupakan salah satu dari
aspek kehidupan kehidupan masyarakat rempah-rempah yang banyak digunakan
Yogyakarta yang menjadi inspirasi dalam masyarakat Jawa. Rempah-
penamaan jalan dapat dikategorikan ke rempah yang banyak ditanam oleh
dalam sembilan kategori aspek masyarakat Jawa selain lempuyang,
kehidupan. misalnya cengkeh, kemiri, kayu manis,
jahe, lengkuas, kapulaga, pala, kunyit,
Pembahasan kencur, dan lain sebagainya. Selain
Pembahasan akan diurutkan sesuai sebagai bumbu dapur atau bahan
dengan frekuensi penggunaanya sebagai masakan, rempah-rempah termasuk
berikut. lempuyang ini banyak digunakan sebagai
obat dan bahan baku obat herbal (http://
Aspek Tumbuhan dan Binatang bppp.kemendag.go.id). Jalan Kapas
Penamaan jalan yang bersumber pada berhubungan dengan kapas (kapuk),
aspek kehidupan dunia tumbuhan dan tumbuhan yang banyak tumbuh di
binatang contohnya adalah Jalan Tegal masyarakat Jawa. Kapas dapat digunakan
Lempuyangan, Jalan Kapas I, Jalan sebagai bahan isi kasur (walaupun saat

Latar Belakang Aspek Kehidupan pada Sistem Penamaan Jalan di Kota Yogyakarta: Kajian... 113
Tabel 1. Aspek Kehidupan dalam Penamaan Jalan di Kota Yogyakarta
No. Aspek Kehidupan Frekuensi Contoh Nama Jalan
1. Aspek tumbuhan dan binatang 21,7% Jalan Tegal Lempuyangan,
Jalan Kapas I, Jalan Polowijan,
Jalan Cendana, Jalan Menjangan,
Jalan Sukonandi,
Jalan Gagak Rimang,
Jalan Modang
2. Aspek tempat (asal-usul tempat, 19,7% Jalan Lowanu, Jalan Ngeksigondo,
fungsi tempat, penanda tempat, Jalan Kricak, Jalan Kleben,
dan arah tempat) Jalan Panti Panaungan,
Jalan Tegal Gendu,
Jalan Pangurakan,
Jalan Magangan Kulon
3. Aspek yang berhubungan dengan 14,5% Jalan Mantrigawen Lor,
keraton Jalan Madyosuro,
(kerabat keraton, prajurit keraton, Jalan Patang Puluhan,
tempat tinggal pegawai keraton, Jalan Sultan Agung,
senjata perang) Jalan P. Benawa,
Jalan Nyi pembayun,
Jalan Suryomentaraman
4. Aspek geografis (ciri-ciri 9,9% Jalan Jetis Pasiraman,
geografis, Jalan Semanu,
gunung/ sungai, dan fenomena Jalan Mendung Warih, Jalan Prau,
alam) Jalan Kali Sahak,
Jalan Kemitbumen,
Jalan Gowongan Kidul
5. Aspek Profesi 9,9% Jalan Klitren, Jalan Pandeyan,
Jalan Patehan Tengah,
Jalan Kemasan
6. Aspek pahlawan dan tokoh 7,5% Jalan Jendral Sudirman,
Jalan I Dewa Nyoman Oka,
Jalan Prof. Dr. Herman Yohanes,
Jalan Kiai Gunomerico
7. Aspek harapan/cita-cita 6,9% Jalan Lobaningratan, Jalan Gejayan,
Jalan Tohpati, Jalan Pamularsih,
Jalan Madubronto
8. Aspek nama wayang 6,9% Jalan Abimanyu,
Jalan Bimosakti,
Jalan Permadi,
Jalan Pandu
9. Aspek lainnya (aktivitas kerja, 3% Jalan Landung, Jalan Nitikan
karakter/
sifat)

114 LITERA, Volume 19, Nomor 1, Maret 2020


ini banyak yang menggunakan springbed), Di daerah Kota Yogyakarta, atau
bahan pembuatan benang, bahan utama Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung­
membuat kain, perban dan plester luka, kidul, dan Kulon Progo zaman dahulu
cotton bud, bahan kecantikan, dan juga sebagian besar penduduk bermata
sebagai komoditi ekspor. pencarian di bidang pertanian, perikanan,
Jalan polowijan berhubungan dengan dan peternakan, di samping ada sebagian
palawija, tanaman selain tanaman pokok kecil sebagai pegawai atau karyawan,
yang dimanfaatkan untuk memenuhi yang dikenal sebagai masyarakat agraris.
kebutuhan pokok. Yang termasuk Sementara itu, penamaan jalan yang
tanaman palawija, yaitu jagung, kentang, bersumber dari nama hewan/binatang
ubi, singkong, kacang panjang, wortel biasanya binatang piaraan, sebagai
dan lain sebagainya. Masyarakat contoh Jalan Menjangan, Jalan
Yogyakarta pada umumnya memanfaat­ Sukonandi, Jalan Gagak Rimang, Jalan
kan tanaman padi sebagai bahan Modang. Jadi tidak sembarang nama
makanan pokok. Namun, ada kalanya hewan/binatang. Binatang piaraan tentu
mereka juga menanam dan memanfaat­ binatang yang menghadirkan kesenangan
kan tanaman palawija ketika musim atau keuntungan atau binatang yang
kering tiba. Palawija ini juga sering dianggap mulia atau bertuah dalam
ditanam di beberapa daerah yang tidak pandangan masyarakat. Sebagai contoh
bisa tumbuh padi dengan baik. Menjangan: binatang yang lincah, Gagak
Selanjutnya, Jalan cendana, atau juga rimang: burung yang gagah perkasa, dan
sering disebut dengan kayu wangi. Modang: burung yang berbulu warna
Kayunya yang wangi dimanfaatkan kuning dan kicauannya indah.
sebagai bahan pembuat perabot rumah
tangga. Sementara itu, bagian pohon Aspek Tempat (asal-usul tempat, fungsi
lainnya dapat diimanfaatkan sebagai tempat, penanda tempat, dan arah tempat)
minyak herbal untuk mengatasi berbagai Penamaan jalan ini bersumber dari
macam keluhan seperti pusing, aspek asal-usul tempat sebagai contoh
imsomnia, masalah kulit, aroma terapi, yaitu Jalan Lowanu, Jalan Ngeksigondo,
bahan dupa, dan campuran parfum. Jalan Kleben, dan Jalan Kricak. Jalan
Apabila dihubungkan dengan pene­ Lowanu menunjuk pada fakta bahwa
litian penamaan di belahan dunia barat, para pejuang yang berperang di wilayah
penamaan jalan di Kota Yogyakarta yang TKP adalah prajurit Pangeran
bersumber pada tumbuhan merupakan Diponegoro yang datang dari Lowanu,
temuan yang penting dalam penelitian Daerah Purworejo, sedangkan Jalan
ini karena cermin bahwa pola pikir Ngeksigondo itu menunjuk pada fakta
masyarakat Kota Yogyakarta dekat bahwa Pangeran Sutowijoyo (Raja
sekali dengan dunia tanaman/tumbuhan. Mataram Islam), ngeksi berarti mata,
Hal itu sesuai dengan fakta bahwa bidang gondo berarti bau harum, jadi digabung
mata pencaharian penduduk di Propinsi menjadi matarum nama sandi dari
Daerah Istimewa Yogyakarta zaman Mataram. Jalan Kleben dikarenakan
dahulu dipengaruhi oleh tipe daerahnya. daerah tersebut merupakan dataran

Latar Belakang Aspek Kehidupan pada Sistem Penamaan Jalan di Kota Yogyakarta: Kajian... 115
rendah/ daerah yang rendah dan sering tahun 2009, dua gajah yang terdapat di
kebanjiran. Jalan Kricak itu menunjuk kandang gajah tersebut dititipkan di
pada fakta bahwa di daerah tersebut Kebun Binatang Gembira Loka dika­
banyak batu kerikil (kricak). renakan perawatan dan pemeliharaan
Penamaan jalan yang bersumber pada yang menyedot biaya (https://regional.
aspek fungsi tempat, seperti: Jalan Panti kompas.com).
Panaungan, Jalan Tegalgendu, Jalan
Pangurakan, dan Jalan Magangan Kulon. Aspek yang Berhubungan dengan Keraton
Jalan Panti Panaungan menunjuk pada (kerabat keraton, prajurit keraton, tempat
tempat berlindung, yaitu di tempat tinggal pegawai keraton, senjata perang)
tersebut ada pondok pesantren yang Ada beberapa nama jalan di Kota
dapat dijadikan untuk hidup nyaman Yogyakarta yang dilatarbelakangi oleh
lepas dari ajaran buruk, Jalan Tegalgendu aspek yang berhubungan dengan
menunjuk pada fakta bahwa tempat Keraton, seperti Jalan Mantrigawen Lor,
tersebut cocok untuk tempat pertemuan Jalan Madyosuro, Jalan Patang Puluhan,
yang santai dan akrab, yaitu ada tanah Jalan Sultan Agung, Jalan P. Benawa,
perbukitan dan taman di tepi Sungai Jalan Nyi Pembayun, dan Jalan
Gajah Wong. Jalan Pangurakan Suryomentaraman.
menunjuk pada fakta bahwa di tempat Penamaan jalan di lingkungan Kota
itu digunakan untuk mengikat kuda para Yogyakarta dilihat dari aspek kehidupan
tamu keraton, dan Jalan Magangan ada yang mendasarkan diri pada fakta
Kulon menunjuk pada fakta bahwa sejarah keberadaan Keraton Yogyakarta
tempat itu digunakan untuk menyimpan dan dengan pola pikir kehidupan budaya
gamelan keraton, yakni Kyai Guntur Keraton Yogyakarta, yaitu penamaan
madu dan Nogowilogo. jalan bersumber pada peristiwa sejarah
Penamaan yang bersumber pada arah keberadaan Keraton Yogyakarta dengan
tujuan, seperti: Jalan Magelang, Jalan segala seluk-beluknya, seperti: tempat
Batikan, dan Jalan Gading. Jalan tinggal kerabat keraton, pejabat keraton,
Magelang menuju ke arah Kota nama diri kerabat keraton, prajurit
Magelang, Jalan Batikan menuju ke keraton, pegawai keraton, dan simbol-
tempat pekerja batik, dan Jalan Gading simbol kekuasaan keraton baik yang
menuju ke tempat kandang gajah. Jalan berupa bagian dari bangunan keraton
Gading yang menuju kandang Gajah ini maupun prasasti. Salah satunya adalah
berada di Alun-Alun Kidul/ selatan. Di nama diri kerabat keraton. Penamaan
sebelah barat alun-alun kidul ini terdapat jalan di Kota Yogyakarta yang bersumber
Gajah yang merupakan lambang pada nama diri kerabat keraton, antara
kebijaksanaan. Binatang sebagai simbol lain: Jalan Sultan Agung, Jalan P.
sangat lekat dengan kehidupan Benawa, Jalan Nyi Pembayun, Jalan
masyarakat Jawa. Dengan lambang ini Suryomentaraman, dan lain-lain.
diharapkan Sultan dapat bijaksana dalam Jalan Sultan Agung berkaitan dengan
memutuskan sesuatu. Dahulu, gajah di Raja Kerajaan Mataram yang merupakan
kandang selalu ada. Namun, sejak akhir kerajaan terbesar di Jawa dan nusantara

116 LITERA, Volume 19, Nomor 1, Maret 2020


pada masa itu. Sementara itu, Jalan P. berbunyi bahwa bahasa membentuk
Benawa berkaitan dengan Pangeran persepsi manusia terhadap realitas dunia
Benawa. Pangeran Benawa adalah Putra luar. Sebaliknya, bisa dinyatakan bahwa
Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang bagaimana suatu masyarakat meman­
merupakan raja pertama Pajang. dang realitas dunia luar dapat dilihat dari
Pangeran Benawa adalah raja ketiga bahasanya. Senada dengan pendapat
Kesultanan Pajang yang bergelar Sultan tersebut, Wierzbicka (1992) menyatakan
Prabuwijaya. Dalam sejarahnya disebut­ bahwa bahasa mencerminkan konsep­
kan bahwa Pangeran Benawa adalah tualisasi manusia, penafsiran manusia
figur putra raja yang tulus ikhlas. Dia terhadap dunia.
memilih untuk menjadi seorang pertapa Di sisi lain, bahasa adalah cermin
saja dengan melepas tahtanya kepada pikiran dan pengalaman manusia yang
kakak angkatnya, Danang Sutawijaya sempurna. Pernyataan tersebut sesuai
atau Panembahan Senopati (putra Ki dengan teori bahwa bahasa merupakan
Ageng Pemanahan). Jalan Nyi Pembayun lambang yang sempurna dari pengalaman
berkaitan dengan Pembayun, anak dari manusia, bahasa tidak dapat dipisahkan
Sutawijaya yang bersuamikan Ki Ageng dari tindakan, dan bahasa merupakan
Mangir. Ki Ageng Mangir merupakan wahana ungkapan yang nuansanya
musuh dan sekaligus juga sebagai sangat halus (Bright, 1947: 66). Di sinilah
menantu Panembahan Senapati/ Raden letak kerangka hubungan antara pikiran
Sutawijaya, raja Kerajaan Mataram yang dan bahasa.
pertama. Yang terakhir yaitu jalan Penamaan jalan yang bersumber pada
Suryamentaram. Suryamentaram, yang nama prajurit keraton, sebagai contoh:
bernama kecil Raden Mas Kudiarmadji, Jalan Madyasuro, Jalan Matrigawen, dan
adalah anak ke-55 Hamengkubuwana Jalam Siliran Lor. Jalan Madyosuro
VII dengan Raden Ayu Retnomandojo menunjuk pada fakta ada kelompok
(salah satu selir raja, putri Patih Danureja pegawai keraton (abdi dalem) yang
VI). Walaupun sebagai seorang anak disebut pegawai madyosuro; pegawai
raja, tetapi Suryamentaram memutuskan yang mengurusi gamelan, prajurit
untuk menjadi rakyat jelata, dan menjadi mantrigawen: mengurusi para pekerja di
seorang ahli kebudayaan dan filsuf. keraton, dan prajurit siliran: pegawai
Beliau mengembangkan ajaran kawruh yang mengontrol penerangan di keraton.
jiwa yang dapat digunakan dalam
psikoterapi, hal yang fundamental dalam Aspek Geografis (ciri-ciri geografis,
psikologi (Kholik, A., & Himam, 2015). gunung/ sungai, dan fenomena alam)
Aspek kehidupan keraton/kerajaan Latar belakang penamaan jalan ada
adalah bagian yang penting dalam yang bersumber dari aspek geografi.
kehidupan masyarakat ini. Data hasil Penamaan jalan yang bersumber pada
penelitian ini sesuai dengan hipotesis aspek geografi juga menonjol dalam
Saphir dan Whorf (Sampson, 1980) banyak penamaan, bukan hanya nama
bahwa budaya akan mempengaruhi jalan saja, tetapi juga pada toponimi
bahasa. Lebih lanjut hipotesis mereka suatu tempat. Dalam hal nama jalan

Latar Belakang Aspek Kehidupan pada Sistem Penamaan Jalan di Kota Yogyakarta: Kajian... 117
dapat dicontohkan seperti: Jalan Jetis Pandeyan, Jalan Patehan Tengah, dan
Pasiraman, Jalan Semanu, Jalan Jalan Kemasan. Nama-nama jalan
Mendung Warih, dan sebagainya. Jetis tersebut berturut-turut menunjuk pada
itu menunjuk wilayah yang terletak di profesi kuli kereta api, pembuat barang
sudut, sedangkan pasiraman menunjuk dari besi (pande), pembuat teh (di
air terjun (grojogan:Jw.), Semanu sama keraton), dan pembuat emas. Nama-
dengan semangu yang artinya air terjun, nama jalan yang bersumber pada profesi
mendung warih menunjuk awan yang seperti disebutkan di depan memang
tebal sehingga akan turun hujan. cukup banyak digunakan, yaitu ada
Terdapat juga penamaan jalan yang 9,9%. Hal ini membuktikan bahwa aspek
bersumber pada penyebutan gunung dan kehidupan profesi termasuk bagian yang
sungai yang masuk ke dalam kategori penting dalam kehidupan masyarakat
aspek geografi, sebagai contoh penamaan Yogyakarta khususnya masyarakat Kota
jalan: Prau, Kali Sahak, Celeban, dan Yogyakarta. Bisa juga dinyatakan
Kemit Bumen. Nama-nama jalan yang masyarakat Yogyakarta menghormati
bersumber pada gunung dan sungai itu hadirnya profesi tersebut dalam kehi­
terdapat di wilayah Kota Baru Yogyakarta dupannya.
sebelum nama-nama jalan tersebut
diubah menjadi nama-nama pahlawan Aspek Pahlawan dan Tokoh
atau pejuang. Jalan Kali sahak, Jalan Penamaan jalan ada yang bersumber
Prau itu merupakan nama jalan di sekitar pada nama-nama pahlawan/pejuang.
Masjid Suhada, sedangkan Jalan Celeban Tentu sudah pasti dengan penamaan
dan Jalan Kemit Bumen berada di jalan dengan nama pahlawan/pejuang
wilayah Glagahsari. Rupa-rupanya Jalan itu merupakan bentuk cara menghormati
Kali Sahak menunjuk pada keberadaan dan mengenang jasa mereka. Contoh
sungai yaitu Sungai Code yang nama jalan dari nama pahlawan/pejuang
melambangkan kehidupan yang makmur, itu seperti: Jalan Jendral Sudirman, Jalan
sedangkan Jalan Prau menunjuk pada I Dewa Nyoman Oka, Jalan Prof. Dr. Ir.
fakta bahwa zaman dahulu untuk Herman Yohanes, dan lain-lain. Jenderal
menyeberang Sungai Code perlu naik Sudirman merupakan pahlawan
prau. Jalan Celeban menunjuk pada fakta Indonesia yang gigih berjuang dan
lokasi ini dilewati aliran Sungai Gajah bergerilya bersama para parajuritnya
Wong sehingga sering terendam bila melawan tentara Belanda pada agresi
banjir karena topografinya tanah rendah, militer II walaupun dalam keadaan sakit.
sedangkan Jalan Kemit Bumen menunjuk Beliau merupakan Panglima Besar
fakta bahwa jalan ini sangat sempit. Tentara Nasional Republik Indonesia.
Selain itu, Jenderal Sudirman juga
Aspek Profesi merupakan pahlawan kemerdekaan
Urutan selanjutnya penggunaan nasional (Ayuningtyas, dkk., 2017:11).
nama jalan yang dilatarbelakangi oleh Pada akhir hayatnya, beliau dimakamkan
aspek profesi, seperti: Jalan Klitren, Jalan di Tamam Makam Pahlawan Kusuma

118 LITERA, Volume 19, Nomor 1, Maret 2020


Negara Yogyakarta. Sementara itu, I Aspek Nama Wayang
Dewa Nyoman Oka adalah seorang Penamaan jalan yang bersumber pada
pejuang yang berasal dari Bali yang gugur aspek kehidupan wayang atau harapan/
pada tahun 1945, pada serangan umum cita-cita menandakan bahwa kesenian
ke markas Jepang. Prof. Dr, Herman wayang merupakan kesenian yang ada di
Yohanes ialah tokoh yang pernah hati dan pikiran masyarakat Yogyakarta.
menjadi Rektor UGM, digunakan Kesenian wayang adalah kesenian yang
sebagai nama jalan karena untuk populer di kalangan masyarakat Jawa.
mengenang sekaligus menuju ke UGM Kesenian ini, pada masyarakat Jawa,
karena beliau juga merupakan mantan tumbuh dan berkembang serta diwariskan
rektor UGM. secara turun-temurun (Nurgiyantoro,
Penamaan jalan ada juga yang 2011:18).
bersumber pada nama tokoh ulama, Di samping sebagai hiburan, wayang
seperti Jalan Kyai Gunomerico. Jalan juga mengandung banyak nilai-nilai
Kyai Gunomerico menyebut salah satu luhur yang terkandung di dalamnya,
kyai yang mengasuh di pondok pesantren antara lain nilai pendidikan, nilai moral,
di daerah tersebut. nilai kepemimpinan dan keteladanan,
perilaku baik buruk, juga ilmu
Aspek Harapan dan Cita-cita supranatural. Sebagai hiburan wayang
Penamaan jalan yang bersumber pada menyajikan banyak menyampaikan
harapan/cita-cita akan mampu berbagai nilai seni, seperti jalan cerita/
memberikan inspirasi pada anggota alur yang menggambarkan proses
masyarakat bagaimana jalan hidup ini, kehidupan itu sendiri, seni pedalangan,
hidup akan dibawa ke mana, apa yang seni nyinden, dan seni kerawitan. Dewasa
harus dilakukan untuk sampai ke sana. ini, warisan budaya tradisional ini telah
Tentu harapan/citacita yang terkandung menjadi milik bangsa Indonesia, tidak
di dalam nama jalan merupakan hanya milik masyarakat etnik tertentu
harapan/cita-cita mulia sehingga mampu saja (Nurgiyantoro, 2016).
menuntun kehidupan manusia ke arah Sebagai contoh nama tokoh wayang
kehidupan yang mulia. Sebagai contoh yang digunakan dalam penamaan jalan
jalan yang dilatarbelakangi oleh aspek di Kota Yogyakarta, yaitu Abimanyu,
harapan/cita-cita, yaitu Jalan Yomodipati, Bimosakti, Permadi, Pandu,
Lobaningratan, Jalan Gejayan, Jalan dan sebagainya. Tokoh-tokoh wayang
Pamularsih, Jalan Madubronto, dan yang dipilih sebagai penamaan jalan
sebagainya. Lobaningratan berarti tersebut pada umumnya mempunyai
harapan untuk dapat hidup dengan baik, watak dan karakter yang baik dan kuat.
gejayan berasal dari kejayan yang berarti Sebagai contoh Permadi yang merupakan
harapan supaya jaya atau berhasil nama lain dari Arjuna. Arjuna dalam
menakhlukkan atau mengalahkan wayang digambarkan sebagai tokoh yang
sesuatu, pamularsih mengasihi sesama, mempunyai watak yang halus, baik
madubronto berarti berjuang untuk tingkah lakunya dan pemberani.
mendapatkan kesuksesan. Sementara itu, Abimanyu merupakan

Latar Belakang Aspek Kehidupan pada Sistem Penamaan Jalan di Kota Yogyakarta: Kajian... 119
putra Arjuna yang gugur di medan adalah cermin pikiran (Thomas, L., &
peperangan di Kurusetra. Pandu adalah Wareing, S., 1999). Oleh karena aspek
ayah dari Arjuna, seorang satria yang kehidupan yang melatarbelakangi pena­
gemar berkelana, bertapa, dan suka maan jalan di Kota Yogyakarta cukup
menuntut ilmu. Bima dan Yomodipati variatif maka dari fakta ini dapat
digambarkan sebagai tokoh yang kuat dinyatakan bahwa aktivitas memberi/
dan keras. membuat nama jalan merupakan cermin
pikiran yang lebih kompleks dan luas.
Aspek Lainnya (Aktivitas kerja, dan Ditegaskan dalam penelitian ”Sistem
karakter manusia) Nama diri dalam Masyarakat Jawa” oleh
Penamaan jalan yang bersumber pada Suharno (1987) dinyatakan ada 5 (lima)
aktivitas kerja, seperti: Jalan Nitikan dan macam, antara lain, penanda jati diri,
Jalan Dongkelan. Jalan Nitikan menun­ cita-cita, harapan, pemujaan tokoh, dan
juk pada aktivitas orang sedang membatik kepercayaan. Demikian pula dalam
dan Jalan Dongkelan menun­ juk pada penelitian Sumarsih (1981) yang meng­
aktivitas orang mengerjakan kebun tebu. kla­
sifikasikan fungsi penamaan yakni
Penamaan jalan yang bersumber pada untuk mengenang tokoh dan atas dasar
karakter manusia, seperti: Jalan Sidikan profesi.
dan Jalan Landung. Jalan Sidikan Hal ini diperkuat oleh pendapat Frans
menunjuk pada karakter manusia yang Magnis Suseno bahwa sistem penamaan
jujur dan Jalan Landung menunjuk pada (Onomastika) dapat bersumber pada tiga
karakter manusia yang sabar. kaidah dasar hidup. Tiga kaidah dasar
yang dimaksud adalah prinsip keru­
Pola Pikir Masyarakat Yogyakarta yang kunan/kekerabatan, rasa hormat, dan
Berhubungan dengan Aspek-Aspek Yang etika keselarasan sosial (Suseno,1991).
Melatarbelakangi Penamaan Jalan di Kota Lebih lanjut penamaan jalan dapat
Yogyakarta bersumber pada pandangan hidup
Dari uraian aspek-aspek yang masyarakat. Suseno (1991) menyatakan
melatarbelakangi penamaan jalan di pandangan hidup adalah keyakinan
Kota Yogyakarta di atas dapat dijelaskan deskriptif tentang realitas sejauh
bahwa pola berpikir atau wawasan merupakan suatu kesatuan daripadanya
masyarakat Yogyakarta dalam membuat manusia memberi suatu struktur yang
nama-nama jalan termasuk masyarakat bermakna kepada alam pengalamannya.
yang berwawasan luas. Cakupan aspek Pandangan hidup merupakan kerangka
kehidupan yang dijadikan dasar acuan bagi manusia untuk dapat mengerti
pembuatan nama jalan banyak dan masing-masing unsur pengalamannya.
beragam/bervariasi. Fakta tersebut dapat Pandangan hidup Jawa merupakan
dintepretasikan secara historis-kultural realitas yang tidak terpisah satu sama
(antropologis) bahwa pola berpikir lain, tetapi realitas sebagai satu kesatuan
masyarakat Kota Yogyakarta dalam yang menyeluruh. Lebih lanjut
membentuk nama jalan berada pada dinyatakan bahwa pandangan hidup
tahap tataran kompleks karena bahasa bukanlah pengertian yang abstrak,

120 LITERA, Volume 19, Nomor 1, Maret 2020


melainkan berfungsi sebagai sarana penuturnya. Bahasa dapat mempengaruhi
untuk berhasil mengatasi masalah- penuturnya dalam berpikir, melihat
masalah kehidupan. Nilai pragmatis lingkungan dan alam sekitarnya sehingga
pandangan. Hidup orang Jawa untuk untuk sampai menemukan konteks hasil
mencapai keadaan psikis tertentu adalah budaya, seperti penamaan jalan atau
ketenangan, ketentraman, dan keseim­ sejarah penamaan jalan. Persitiwa
bangan batin. tersebut perlu dirunut melalui kesimpulan
Pada sisi yang lain, dari hasil bahwa tanpa bahasa kita tidak dapat
penelitian ini, nama jalan yang menunjuk berpikir, bahasa mempengaruhi persepsi,
pada nama diri kerabat keraton dan bahasa mempengaruhi pola berpikir
merupakan temuan dalam penelitian ini (Thomas, L. dan Wareing, S., 1999:32).
dan membedakan dengan penelitian Karakteristik yang penting terkait
nama-nama jalan sebelumnya di dalam dengan penamaan jalan Kota Yogyakarta
maupun di luar negeri. Hasil temuan adalah kehidupan masyarakat yang
tersebut akan dapat mengukuhkan bahwa didasarkan pada adanya pemerintahan
permasalahan hubungan kekerabatan di kerajaan. Fakta sejarah membuktikan
keraton atau pada masyarakat umumnya, bahwa pada abad 16, di Kecamatan
bangsa Indonesia, merupakan bagian Kotagede berdiri sebuah kerajaan,
yang penting, khususnya dalam bernama Mataram Kuno/Hindu dengan
kehidupan masyarakat Yogyakarta dan raja Ki Pemanahan. Dalam sejarah
umumnya masyarakat Indonesia. Kerajaan Mataram inilah di kemudian
Untuk mengakhiri pembahasan hari akan menjadi cikal-bakal berdirinya
tentang penamaan jalan, dengan tetap kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat
berpegang pada prinsip pokok bahwa dengan raja Sultan Agung yang bergelar
bahasa sebagai sistem representasi pola Sultan Hamengku Bowono I (HB I) dan
pikir, pola perilaku, dan pola budaya sampai sekarang Sultan Hamengku
masyarakat, akan dapat dikukuhkan Buwono X. Kehidupan kerajaan ini pasti
kebenaran paradigma Sapir-Whorf, merupakan faktor yang sangat penting
yakni tentang hubungan antara bahasa dan faktor yang mewarnai segi-segi
dengan budaya, atau sebaliknya. Jadi, kehidupan masyarakat Yogyakarta.
studi antropolinguistik adalah kajian
interdisipliner antara bahasa dan budaya SIMPULAN
atau sebaliknya (Foley, 1997; Duranti, Dari uraian yang telah dipaparkan
1997). dapat disimpulkan bahwa terdapat
Bahasa terikat oleh konteks budaya. banyak aspek kehidupan dalam
Dengan ungkapan yang lain, bahasa masyarakat Yogyakarta yang melatar­
dapat dipandang sebagai perluasan belakangi penamaan jalan di Kota
budaya. Berdasarkan hipotesis Sapir- Yogyakarta. Aspek-aspek dalam pena­
Whorf, sebenarnya setiap bahasa maan jalan ini sangat variatif. Hal ini
menunjukkan dunia simbolik yang khas, terbukti dari ditemukannya 26 aspek
yang melukiskan realitas pikiran, kehidupan yang dapat dikelompokkan
pengalaman batin, dan kebutuhan menjadi 9 aspek kehidupan, dari aspek

Latar Belakang Aspek Kehidupan pada Sistem Penamaan Jalan di Kota Yogyakarta: Kajian... 121
tumbuhan dan binatang, aspek kehidupan Foley, W.A. (1997). Anthropological
dan kerabat karaton, sampai dengan Linguistics. Massachusetts: Blackwell
aspek harapan dan cita-cita. Semua aspek Publisher Inc.
dalam penamaan jalan ini menggam­ https://regional.kompas.com/
barkan kehidupan masyarakat Yogya­ read/2010/02/24/14172840/
karta dari zaman dahulu ataupun saat ini G a j a h . Ke r a t o n . S i m b o l . ya n g .
yang masih relevan dengan kehidupan Hilang?page=all. “Gajah Keraton,
sehari-hari. Simbol yang Hilang”.
Kementerian Perdagangan Republik
UCAPAN TERIMA KASIH Indonesia, Badan Pengkajian dan
Artikel ini adalah bagian dari hasil Pengembangan Perdagangan.
penelitian unggulan yang dibiayai dengan (2017). Potensi Ekspor Rempah-
dana DIPA UNY tahun 2018. Ungkapan rempah Indonesia http://bppp.
terima kasih dicurahkan kepada Rektor kemendag.go.id/media_
Universitas Negeri Yogyakarta yang telah content/2017/08/ Leaflet- Potensi_
memberi kesempatan untuk melakukan Ekspor_Rempah-Rempah_
penelitian ini. Selain itu, terima kasih Indonesia.pdf).
kepada narasumber yang telah berkenan Kholik, A dan Himam. F. (2015). Konsep
memberikan informasi terkait dengan Psikoterapi Kawruh Jiwa Ki Ageng
penelitian ini. Suryomentaram. Gadjah Mada
Journal of Psychology, 1(2), 120-134.
DAFTAR PUSTAKA https://jurnal.ugm.ac.id/gamajop/
Ayuningtyas, D. R., Suharso, R., & article/view/ 7349/5726.
Sodiq, I. (2016). Perjuangan Mardikantoro, H.B.(2016).
Panglima Besar Jenderal Soedirman Pemertahanan Bahasa Jawa dalam
pada Masa Revolusi Fisik Tahun Pertunjukan Kesenian Tradisional
1945-1950. Journal of Indonesian di Jawa Tengah. Jurnal Litera:Jurnal
History, 5(1), 10-17, https://journal. Penelitian Bahasa, Sastra, dan
unnes.ac.id/sju/index.php/jih/ Pengajarannya, Volume 15, Nomor 2,
article/view/19720. Oktober 2016. https://journal.uny.
Bright, B. (1947). Studi es in Linguistics ac.id/index.php/litera/article/
Relativity in Headings in Social view/11828/8471
Psychology, E.E. Maccoby, dkk. (ed.). Nurgiyantoro, B. (2011). Wayang dan
New York: Hold Rinehart and Pengembangan Karakter Bangsa.
Winston. Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1), 18-
Djajasudarma, T.F. (2006). Metode 34. https://journal.uny.ac.id/index.
Linguistik Ancangan Metode Penelitian php/ jpka/article/ view/1314/1092.
dan Kajian. Bandung: PT. Eresco. ______________. (2016). Transformasi
Duranti, A. (1997). Linguistic Anthropology. Cerita Wayang dalam Novel Amba
Cambridge: Cambridge University dan Pulang. Jurnal Litera:Jurnal
Press. Penelitian Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, Volume 15, Nomor 2,

122 LITERA, Volume 19, Nomor 1, Maret 2020


Oktober 2016. https://journal.uny. Suseno, F.M. (1991). Etika Jawa; Sebuah
ac.id/index.php/litera/article/ Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan
view/11823/8466 Hidup Jawa. Jakarta: PT. Gramedia
Nurhayati. (2012). From Marto to Pustaka Utama.
Marfelino: A Shift in Naming in Thomas, L. & Wareing, S. (1999).
Gotputuk Village. Makalah pada Language, Society, and Power. New
prosiding Seminar International York: Routledge.
Language Maintenance and Shift Wahyono, H. (2009). Bahasa Asing
(LAMAS) II. ISSN: 2088-6799,. 254-59. dalam Teks Papan Nama Usaha di
http://eprints.undip.ac.id/54066/1/ Magelang. Jurnal Penelitian Inovasi,
Proceedings_International_Seminar__ 32(2), 115-84. https://media.neliti.
July_5-6_2012_no_scure_-_Andi_ com/media/publications/17871-
Rizki_Fauzi.pdf. ID-bahasa-asing-dalam-teks-papan-
Riani. (2014). Dominasi Bahasa Inggris nama-usaha-dimagelang.pdf.
pada Papan Nama Badan Usaha di Wibowo, R. M. (2001). Nama diri etnik
Yogyakarta. Widyaparwa 42(2), 141- Jawa. Jurnal Humaniora, 12(1), 45-55.
152. DOI: https://doi.org/10.26499/ https://jurnal.ugm.ac.id/ jurnal-
wdprw.v42i2.92. humaniora/ article/view/710/556.
Sampson, G. (1980). School of Linguistics. Widodo, S.T. (2013). Konstruksi Nama
London: Hutchinson. Orang Jawa: Studi Kasus Nama-
Sugianto, A. (2017). Pola Nama Desa di Nama Modern di Surakarta. Jurnal
Kabupaten Ponorogo pada Era Humaniora 25(1), 82—91. https://
Adipati Raden Batoro Katong. jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/
Jurnal Sosio Humaniora, 2017, 10(1), article/view/ 1815/1633.
hal https://iptek.its.ac.id/index. Wijana, I. D. P. (2014). Bahasa,
php/jsh/article/view/2300. Kekuasaan, dan Resistensinya: Studi
Suharno. (1987). Sistem Nama Diri tentang Nama-Nama Badan Usaha
dalam Masyarakat Jawa. Laporan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian. Yogyakarta: Proyek Jurnal Humaniora, 26(1), 56-64.
Pembinaan Bahasa & Sastra https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-
Indonesia dan Daerah DIY. h u m a n i o r a / a r t i c l e /
Sumarsih, S. (1981). Asal-Usul Nama view/4700/4115.
Kampung yang Ada Hubungannya Wierzbicka, A. (1992). Semantic,
dengan Kraton Kasunanan Cognition, and Culture. London:
Yogyakarta. Patra Widya, Nomor Oxford University Press.
33:43-140. Yogyakarta: Jaranitra.

Latar Belakang Aspek Kehidupan pada Sistem Penamaan Jalan di Kota Yogyakarta: Kajian... 123

Anda mungkin juga menyukai