MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan pada Mata Kuliah Sastra Lisan
Program Studi Sastra Indonesia
KELOMPOK 4
Alma Khalisa Humaira 221010700220
Daffa Nauval Haikal Akbar 221010700046
Ermy Eriyanthie Rahmayudha 221010700041
Muhamad Reihansyah 221010700037
Sendi Aji Afana 191010700300
Penyusun
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra Lisan sebagai satu ilmu kajian dalam ilmu sastra dan ilmu bahasa
mulai mengikuti perkembangan. Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan
strukturalisme dalam ilmu bahasa dan ilmu sastra. Sebagai perintis dalam
perkembangan ini, Vladimir Propp seorang tokoh dengan aliran Formalis Rusia.
Usaha yang dilakukan oleh Propp adalah penelitian untuk menemukan pola umum
alur dongeng pada umumnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Teori Vladimir Propp
Seorang tokoh peneliti Sastra dari Russia dengan nama lengkap Vladimir
Jakovlevic Propp, lahir pada tanggal 17 April 1895 di St. Petersburg. Hidup dari
keluarga yang merupakan imigran Jerman, Propp berhasil menempuh
pendidikannya di Universitas St. Petersburg (1913-1918) dengan bidang studi
filsafat Russia dan Jerman.
2
mengandung beberapa fungsi saja. Fungsi tersebutlah yang kemudian membentuk
kerangka pokok cerita. Berikut fungsi menurut Propp (dalam Jayawardana & Rosa,
2021):
No Fungsi Lambang
1. Absentation ketiadaan β
2. Interdiction larangan γ
3. Violation pelanggaran δ
4. Reconnaisance pengintaian ε
8. Villainy kejahatan Α
3
19. The initial misfortune or lack is liquated kebutuhan K
terpenuhi
20. Return kepulangan ↓
(1) Kejahatan (villain), tokoh yang membuat konflik dimana situasi berubah
menjadi kacau karena adanya penjahat. Lingkungan tindakan ini yang termasuk
didalamnya adalah; fungsi kejahatan, fungsi pengajaran, dan fungsi pertaruhan.
(2) Pemberi (donor), karakter yang memberikan bantuan kepad pahlawan dalam
menyelesaikan masalah. Lingkungan tindakan yang termasuk didalamnya adalah
fungsi pertama donor/penyumbang dan penerima alat sakti.
(3) Penolong (helper), dalam hal ini karakter membantu pahlawan secara langsung
dalam menyelesaikan masalah dan mengembalikan situasi menjadi normal
kembali. Lingkungan tindakan yang termasuk didalamnya adalah perpindahan
antara dua ruang, dua lokasi, panduan/petunjuk, penghapusan kemalangan atau
4
kekurangan terpenuhi, pahlawan diselamatkan, penyelesaian tugas, dan
penjelmaan.
(4) Putri (princess) dan ayahnya (father), karakter yang mengalami perlakuan buruk
dari penjahat secara langsung. Dalam narasi dapat berupa putri yang diculik,
disekap, disihir, dan pada akhirnya datang pahlawan yang menyelamatkan.
Sedangkan ayah merupakan raja yang mengalami perbuatan buruk dari penjahat
secara langsung. Lingkungan tindakan yang termasuk didalamnya adalah tugas
sulit, penandaan, pengungkapan, pengakuan, hukuman, dan pernikahan.
(5) Pengirim (dispatcher), karakter merupakan seorang raja atau orang bijak yang
mengirim atau mengutus pahlawan untuk menyelesaikan masalah yaitu melawan
penjahat. Lingkungan tindakan yang termasuk didalamnya adalah fungsi perantara
penghubung peristiwa.
(6) Pahlawan (hero), karakter ini adalah seseorang yang dianggap pahlawan karena
mampu melawan musuh, mengembalikan situasi kembali normal dan berhasil
menyelamatkan putri raja. Lingkungan tindakan yang termasuk didalamnya adalah
keberangkatan, reaksi pahlawan, dan pernikahan.
(7) Pahlawan palsu (false hero), karakter yang dianggap sosok “abu-abu” semula
memula digambarkan baik namun diakhir ternyata seorang penjahat. Lingkungan
tindakan yang termasuk didalamnya adalah keberangkatan, reaksi pahlawan, dan
tuntutan yang tidak berdasar.
5
2.2 Cara Kerja Teori Vladimir Propp
Kesimpulan dari penelitian Propp terdapat beberpa pokok pikiran yang
penting, diantaranya sebagai berikut (Trisari, 2021):
1. fungsi pelaku merupakan unsur yang tetap dan stabil tidak berubah dalam cerita
tidak menghiraukan bagaimana dan apa fungsi-fungsi tersebut dipenuhi.
2. Jumlah fungsi yang diketahui dalam cerita jumlahnya terbatas. Propp hanya
menyebutkan 31 fungsi.
3. Urutan fungsi pelaku tersebut selalu sama.
4. Semua dongeng memiliki kesamaan dari segi strukturnya.
Fungsi dipandang dari segi maknanya memiliki definisi tindakan tokoh yang
dibatasi untuk membentuk jalan lakonnya. Fungsi-fungsi tesebut kemudian
dikelompokan menjadi empat sphere (lingkaran) satuan naratif, berikut
penjelasanya:
6
d) Memata-matai (reconnaissance), penjahat akan secara aktif mencarai
informasi dengan memata-matai seseorang, bahkan mungkin akan menggali
informasi dari orang terdekat korban yang polos. Dalm hal ini kemungkinan
pembaca akan terbawa untuk mengingatkan bahwa pahlawan dalam
keadaan bahaya.
e) Penyampaian (delivery), penjahat memperoleh informasi tentang
korbannya (pahlawan). Informasi dapat berupa apapun yang berhubungan
dengan korban.
f) Penipuan (trickery), penjahat melakukan penipuan terhadap korbannya
dengan tujuan untuk mengambilalih keadaan ataupun merampas barang
barang korban. Penjahat mungkin menangkap korban, mempengaruhi
pahlawan untuk mendapatkan keinginannya.
g) Kompleksitas, korban benar-benar tertipu dan tanpa disadarinya dia
menolong musuhnya. Korban ataupun pahlawan memberikan sesuatu
kepada penjahat, misalnya peta atau senjata magis yang digunakan secara
aktif untuk melawan orang-orang baik.
2. Lingkaran Kedua: Isi Cerita.
Pada lingkaran kedua ini dalam cerita dimulai dari fase dimana sang
pahlawan mulai melakukan keberangkatan.
a) Kejahatan (villainy), dalam hal ini penjahat melakukan kejahatan berupa
melukai salah satu anggota keluarga, misalnya menculik, mencuri kekuatan
magis membunuh, dll.
b) Kekurangan (lack), salah satu anggota keluarga kehilangan sesuatau atau
mengharapkan sesuatu, hal ini bisa terjadi secara bersamaan atau hanya
salah satunya saja. Dari kekurangan ini kita akan mengharapkan dan
mencari-cari seorang pahlawan.
c) Mediassi (mediation), kegagalan atau kehilangan itu justru menjadi
pengenal; pahlawan datang dengan sebuah permintaan atau suruhan; dia
dibiarkan pergi atau ditahan. Pahlawan menyadari adanya tindakan keji atau
mengetahui kekurangan yang dimiliki anggota keluarga.
7
d) Pahlawan mungkin menemukan keluarga atau komunitasnya yang sedang
menderita. Kita mungkin tidak menyadari bahwa pahlawan benar-benar
seorang pahlawan karena dia belum menunjukkan kualitasnya sebagai
pahlawan.
e) Aksi batasan dimulai (beginning counter-action), Pahlawan sekarang
memutuskan mengambil tindakan untuk mengatasi kekurangan. Inilah saat
bagi pahlawan untuk memutuskan sesuatu tindakan yang akan membuatnya
menjadi seorang pahlawan. Setelah keputusan dibuat, dia akan
melaksanakannya dengan penuh konsekuen.
f) Kepergian (departure): pahlawan pergi meninggalkan rumah
3. Lingkaran Ketiga: Rangkaian Donor
Pada lingkaran ketiga ini, pahlawan akan menacari cara agar permasalahan
yang ada segera terpecahkan. Pahlawan akan mendapat bantuan daro Donor
berupa hal-hal yang magis. Melalui rangkaian ini sebuah kisah dari cerita dapat
dikatakan sudah utuh dan dapat ditamatkan.
a) Fungsi pertama bantuan (first function of the donor). Pahlawan diuji,
diinterogasi, diserang, yang merupakan persiapan baginya menerima pelaku
atau penotong magis (donor).
b) Reaksi pahlawan (heros reaction). Reaksi pahlawan terhadap tindakannya
sebagai penolong di masa depan berhasil atau gagal, membebaskan tahanan,
menyatukan yang bertikai, melayani, menggunakan kekuatan musuh untuk
mengalahkan musuh.
c) Resep benda magis (receipt of a magical agent): pahlawan rneneliti cara
penggunaan benda magis.
d) Bimbingan (guidance): pahlawan dibawa, dipesan, atau dibimbing ke
sebuah tempat dari suatu objek pencaharian. Terjadi perubahan spasial
antara dua kerajaan.
e) Pertempuran (strugle): pahlawan dan penjahat terlibat dalam pertempuran
langsung.
f) Pengenalan (branding): pahlawan dikenali, misalnya terluka, menerima
cincin atau selendang.
8
g) Kemenangan (victory): penjahat dikalahkan, misalnya terbunuh dalam
pertempuran, dikalahkan dalam sebuah sayembara, dibunuh ketika sedang
tidur, atau dibuang.
h) Kegagalan pertama (liquidation): kemalangan dihadapi, tawanan lepas,
orang yang sudah dibunuh hidup kembali).
4. Lingkaran Keempat: Kembalinya Sang Pahlawan
Lingkaran keempat bersifat opsional. Dalam hal ini pahlawan pulang kerumah
dengan disambut baik, dan berharap tidak ada insiden lagi.
9
Propp menyampaikan dari 100 cerita rakyat yang telah dianalisis olehnya,
pada umumnya pelaku dapat dikelompokan menjadi berikut:
Selain itu penggunaan tanda dan lambang pada analisis Propp memiliki nilai
tersendiri meski dalam menganalisis tetap saja akan membuat analisis menurut
Propp tersebut terlihat rumit dan sedikit sukar karena adanya lambang-lambang
tersebut. Walaupun untuk mengatasinya dapat saja lambang-lambang tersebut
diabaikan.
10
Claude Levi-strauss juga turut mengkritik karya Propp tersebut.
Menurutnya karya Propp dinilai menghilangkan semua pertimbangan verbal dari
kajiannya. Menurut Levi-strauss cerita rakyat selalu lisan sehingga pertimbangan
terhadap nada, suasana, dan watak selalu berbeda antara cerita satu dengan cerita
yang lainya. Baginya pendekatan struktural lebih uggul dari pendekatan
formalisme.
Dari kubu Propp berpendapat kalau pendekatan yang dilakukan oleh Propp
tidak memiliki tujuan untuk mengungkapkan makna setiap cerita rakyat yang
dikajinya. Selain itu Propp juga tidak ada maksud untuk mencari unsur-unsur yang
menjadi pembeda antara cerita rakyat yang satu dengan cerita rakyat yang lain. Dari
pendekatan yang dilakukan oleh Propp, hanya bertujuan untuk mengungkapkan
unsur-unsur bangunan paling elementer yang menjadi dasar bagi pembentukan
struktur naratif dari berbagai cerita rakyat.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari analisis fungsi-fungsi cerita tersebut, dapat menyimpulkan bahwa
cerita-cerita rakyat Rusia lebih berkaitan dengan-kisah-kisah kepahlawanan:
perang, strategi, pengkhianatan, dan kemenangan. Dengan demikian, penerapan
model analisis ini pada cerita- cerita yang tidak bertemakan kepahlawanan menjadi
agak sukar. Selain itu tujuan dari pendekatan Propp adalah berfoksu pada unsur-
unsur bangunan paling elementer yang menjadi dasar bagi pembentukan struktur
naratif dari berbagai cerita rakyat.
3.2 Saran
Perlunya pemahaman yang lebih dalam, teruntuk penyusun makalah karena
kami merasa masih kurang dalam menyampaikan makalah ini. Memperbanyak
studi pustaka dengan menambah buku-buku referensi yang menjadi rujukan dalam
menulis makalah. Juga tentunya peran dosen dalam bimbingan materinya dapat
menjelaskan kembali pada bagian-bagian yang kurang dimengerti oleh kami. Selain
itu, tentunya dosen juga menunjukan hal manakah yang perlu diperbaiki dan yang
perlu dikembangkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Azis, M. S., Mahsun, M., & Mahyudi, J. (2022). Distribusi Fungsi Di Antara
Dramatik Persona Dalam Doyan Neda Perspektif Vladimir PROPP. Jurnal
Ilmiah Mandala Education, 8(2), 1737–1747.
https://doi.org/10.58258/jime.v8i2.3303
Jayawardana, M., & Rosa, S. (2021). Kunaung Njik Kileng: Analisis Fungsi
Vladimir Propp. Jurnal Bahasa Dan Sastra, 9(2), 98.
https://doi.org/10.24036/jbs.v9i2.111745
Modul Digital Sastra Lisan. (2013). PERTEMUAN KE-11 : TEORI VLADIMIR
PROPP. 68–81. Sastra Indonesia. Universitas Pamulang
Mauli Darajat, D., & Badruzzaman, M. (2020). Analisis Fungsi Narasi Model
Vladimir Propp dalam Film Surat dari Praha. CoverAge: Journal of Strategic
Communication, 10(2), 40–58. https://doi.org/10.35814/coverage.v10i2.1382
Trisari, A. (2021). Struktur Naratif Vladimir Propp (Tinjauan Konseptual). Jurnal
Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya Indonesia, 3(1), 10–19.
https://doi.org/10.33751/jsalaka.v3i1.3315
13