Anda di halaman 1dari 18

JUDUL PROPOSAL

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM KUMPULAN CERPEN


MONUMEN KARYA NH. DINI SEBAGAI USULAN BAHAN AJAR
SASTRA KELAS VII SMP

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan untuk


menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada dasarnya pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa, terutama
dalam pembelajaran sastra.
Dalam UU Sisdiknas, menjadi bermanfaat itu dirumuskan dalam indikator
strategis, seperti beriman-bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
dalam memenuhi kebutuhan kompetensi Abad 21, UU Sisdiknas juga memberikan
arahan yang jelas, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah satunya melalui
penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan program
pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya. Dengan
demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi himpunan
kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).
Di dalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar
dapat menjadi orang beriman dan bertakwa, berilmu, dan seterusnya.
Mengingat pendidikan idealnya proses sepanjang hayat, maka lulusan atau
keluaran dari suatu proses pendidikan tertentu harus dipastikan memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya secara mandiri
sehingga esensi tujuan pendidikan dapat dicapai.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang
ditempatkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan
dan kedalaman bahan pengajaran. Tenaga pendidik adalah anggota masyarakat
yang bertugas membimbing, mengajar, dan/atau melatih peserta didik dan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar-mengajar.
Di dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara aktif
mengembangkan potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan
pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang
memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang dimiliki mereka menjadi
kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih. Pengalaman
belajar tersebut semakin lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar
mandiri dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat, yang
tadinya diberi tahu menjadi aktif mencari tahu.
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu
proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses
pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik
mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan
psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang
dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam
pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis,
dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses
pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran
tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan
pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran
langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses
pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan
dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena
itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi
selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan
perilaku yang terkait dengan sikap.
Dengan demikian untuk jenjang pendidikan di tingkat sekolah menengah
atas ada kurikulumnya untuk setiap pembelajaran.Dalam silabus kurikulum 2013,
Menganalisis teks cerita pendek, baik melalui lisan maupun tulisan. Dalam hal ini
untuk pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulumnya ada aspek sastra.
Dimana sastra sangat terkait erat dalam kehidupan manuia. Ia menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam pembelajaran budaya dan peradaban karya cipta manusia
itu sendiri.
Sastra di negar kita masih seperti dianak tirikan oleh dunia pendidikan.
Pendidikan sastra secara formal masih menjadi salah satu materi yang diajarkan di
dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Pendidikan sastra seolah hanya menjadi
pelengkap dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Sastra dianggap sebagai hafalan
belaka.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra juga berfungsi sebagai media
pendidikan dan hiburan, membentuk keperibadian anak, serta menuntun kecerdasan
emosi anak. Pendidikan dalam sastra memuat pendidikan tentang moral,
pembentukan keperibadian, mengembangkan imajinasi serta memberi pengetahuan
keterampilan peraktis bagi anak.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mencari karya sastra berbentuk
cerpen, dimana cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil
dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik.
Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak
menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Untuk itu peneliti berupaya mencari
kumpulan cerpen yang layak diberikan kepada siswa SMP dan akhirnya dari hasil
perburuan ini, peneliti menemukan kumpulan cerpen yang berjudul Monumen
karya Nh. Dini. Peneliti tertarik kepada kumpulan cerpen ini karena di dalamnya
terdapat cerita tentang orang-orang kecil yang selalu berusaha untuk bertahan
hidup.
Itulah sebabnya, peneliti menganalisis tiga karya sastra kumpulan cerpen
Monumen karya Nh. Dini ini, yang selanjtnya penulis lakukan yaitu mencoba
memanfaatkannya sebagai bahan ajar. Penulis akan mencoba memanfaatkan bahan
ajar sastra dengan bahan baku cerpen ini untuk kels XI SMA.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis unsur intrinsik
dalam kumpulan cerpem “Monumen” Nh. Dini. Dari cerpen ini terdapat 10 judul.
Penulis hanya akan menganalisis 3 judul cerpen, diantaranya adalah berjudul Si
Pencit, Ayam, Monumen. Untuk lebih lanjut penulis menemukan penelitian ini
dalam judul “Analisis Unsur Intrinsik Dalam Kumpulan Cerpen Monumen
Karya Nh. Dini Sebagai Usulan Bahan Ajar Sastra Kelas VII SMP ”.
B. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas dan karena
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka penulis membatasi masalah
sebagai berikut:
1) Yang akan dijadikan objek penelitian adalah kumpulan cerpen Monumen karya
Nh. Dini terdiri dari tiga judul yaitu “Si Pencit”, “Ayam” dan “Monumen”.
2) Gambaran unsur intrinsik khususnya tentang tema, setting, gaya bahasa,
penokohan, alur dan sudut pandang dalam kumpulan cerpen Monumen karya
Nh. Dini terdiri dari tiga judul yaitu “Si Pencit”, “Ayam” dan “Monumen”.
3) Gambaran pemanfaatan kumpulan cerpen Monumen karya Nh. Dini sebagai
usulanbahan ajar sastra kelas VII SMP.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan batasan masalah yang sudah dikemukakan, maka penulis


merumuskan masalah sebagai berikut:
1) Bagaiman gambaran unsur intrinsik yang terdapat dalan kumpulan cerpen
Monumen karya Nh. Dini yang berjudul“Si Pencit”, “Ayam” dan “Monumen”
?
2) Bagaimanakah pemanfaatan kumpulan cerpenMonumen karya Nh. Dini untuk
penyusunan bahan ajar di SMP kelas VII ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasrkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan


penelitian ini adalah:
1) Mendeskripsikan unsur intrinsik khususnya tentang tema, setting, gaya
bahasa, penokohan, alur dan sudut pandang dalam kumpulan cerpen
Monumen karya Nh. Dini terdiri dari tiga judul yaitu “Si Pencit”, “Ayam” dan
“Monumen”.
2) Menghasilkan sebuah usulan bahan ajar Apresiasi Sastra di SMP.

E. MANFAAT PENELITIAN
Setiap penelitian yang dilakukan tentu akan mendapatkan manfaat, baik yang
bersifat teoritis maupun kepraktisan, manfaat yang diambil dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Bagi Peneliti
a) Secara administratif penelitian ini bermanfaat untuk menyusun skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan bahasa
dan satra Indoneia.
b) Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat menambah wawasan keilmuan dan
kebahasaan serta pengetahuan di bidang penelitian khususnya penelitian
unsur intrinsik dalam kumpulan cerprn islami karya anak bangsa.
c) Secara praktis, penelitian ini akan bermanfaat dalam hal menambah
pengalaman melakukan kegiatan penelitian.
2) Bagi Guru
a) Sebagai bahan masukan untuk alternatif pembelajaran yang dapat
digunakan dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen.
b) Sebagai bahan masukan guna meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen.
3) Bagi Siswa
Untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman serta menambah cakrawala
berpikir khususnya dalam memahami uncur intrinsik cerpen.
4) Bagi Dunia Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk
perbaikan-perbaikan di dalam upaya meningkatkan pembelajaran sastra
terutama dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen.

F. ANGGAPAN DASAR
Anggapan dasar diperlukan dalam sebuah penelitian untuk dijadikan titk
pijakan dalam membahas masalah-masalah yang sedang diteliti. Berikut ini
beberapa anggapan dasar yang digunakan penulis dalam penelitian adalah:
1) Tujuan pengajaran satra adalah untuk memperoleh pengalaman dan
pengetahuan tentang satra, sehingga dapat menumbuhkan dorongan untuk
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman itu. Misalnya
apabila kita telah membaca atau mendegarkan cerpen.
2) Mengapresiasikan sebuah karya sastra seperti cerpen dapat dilakukan dengan
menyajikan lingkungan yang memadai, misalnya berupa bahan bacaan sastra
yang menarik dan dorongan agar siswa senang menbaca serta menikmatinya,
sehingga dapat menggunakan tentang pengalaman yang terkandung dalam
karya sastra tersebut.
3) Dalam silabus kurikulum 2013, menganalisis cerpen merupakan salah satu
kompetensi inti yang harus dimiliki siswa SMA.

G. KAJIAN PUSTAKA

A. Ihwal Cerita Pendek

1.Pengertian Cerita Pendek


Cerpen merupakan jenis sastra yang berkembang luas dalam masyarakat.
Banyak buku kumplan cerpen yang telah terbit, bahkan ada majalah yang khsus
memuat cerpen atau sebagian besar isinya berupa cerpen. Di samping itu, berbagai
majalah hiburan atau bahkan hampir setiap surat kabar di Indonesia pada waktu-
waktu tertentu menyediakan rubrik khusus cerpen.
Seperti juga sulit bagi kita untuk membuat batasa yang tepat dan memuaskan
terhadap istilah-istilah fiksi, novel, novelet, maka begitu pula halnya bagi istilah
cerita pendek atau short story. Namun demikian ada baiknya kita terakan beberapa
definisi atau pendapat dari beberapa penulis mengenai cerita pendek tersebut.
Cerpen atau cerita pendek, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah
kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang
dominan, dan memusatkan daripada satu tokoh disatu situasi (pada suatu ketika).
Sebenarnya tidak ada rumusan yang baku mengenai pengertian cerpen.
Kalangan sastrawan memiliki rumusan yang tidak sama. Seperti Sang Paus Sastra
Indonesia, H.B. Jasin mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki
bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian. Sedangkan A. Bakar Hamid
berpendapat bahwa yang disbut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu
banykanya perkataan yang dipakai antara 500-20.000, adanya satu plot, adanya satu
watak, dan adanya satu kesan.
Noto Susanto (dalam Tarigan 1957:30) Cerita pendek adalah cerita yang
panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto sepasi rangkap yang
terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Tarigan (2011:132) Cerita pendek adalah sebagai suatu cerita rekaan, cerpen
hanya berisi kejadian-kejadian rekaan pengarang saja. Kejadian-kejadian dalam
cerpen tidak digali dari hal-hal yang aktual (yang benar-benar terjadi) tetapi dari
hal-hal yang real (yang mungkin terjadi).
Dari beberapa pendapat di atas peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud
dengan cerita pendek adalah cerita rekaan yang bersifat fiktif yang menceritakan
suatu kejadian dalam kehidupan pelaku relatif singkat tetapi padat.

2. Ciri-ciri Cerita Pendek


Sebagai sebuah karya sastra, cerita pendek tentu saja memiliki ciri-ciri
tersendiri yang membedakannya dengan karya sastra lainnya seperti puisi, novel,
dan drama. Namun ternyata menetapkan ciri-ciri cerpen bukanlah hal yang mudah.
Sumardjo (2004:7) mengemukakan lima ciri cerpen yaitu:
1) Menurut wujud fiksinya adalah cerita yang pendek
2) Ceritanya bersifat rekaan atau fiksi
3) Ceritanya bersifat naratif atau penceritaan
4) Ceritanya habis dibaca selama 10 menit sampai dengan setengah jam
5) Ceritanya hanya mementingkan salah satu efek dan unsur saja

Membaca ciri-ciri di atas ternyaa wujud fiksi menjadi pokok penting dalam
sebuah cerpen. Selain itu unsur rekaan atau fiksi juga dimunculkan dari cerpen itu,
unsur waktupun menjadi bahan pemikiran dari pengarang. Unsur yang mendukung
harus semua dimunculkan, tapi dibatasi namun tidak beratri dilupakan. Cerpen
dapat menimbulkan pancaran kehidupan.
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat dikatakan bahwa cerpen itu merupakan
cerita rekaan atau fiksi, yang bersifat naratif dan ceritanya pendek berdasarkan
realitas kehidupan, serta hanya mengandung suatu kejadian atau efek bagi pembaca.
Selain pendapat di atas, Notosusanto (dalam Tarigan 1957:28) memberikan
batasan bahwa ciri khas sebuah cerita pendek adalah sebagai berikut.
1) Ciri-ciri utama cerita pendek adalah: singkat, padat dan intensif (beauty, vunity
and intensity)
2) Unsur-unsur cerita pendek adalah: adegan, tokoh dan gerak (scene,
characterand action).
3) Bahasa cerita pendek haruslah tajam, sugestif dan menarik perhatian (incisive,
suggestive and alert)
4) Cerita pendek harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya
mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
5) Sebuah cerita pendek harus menimbulkan satu efek dalam pikiran pembaca.
6) Harus menimbulkan perasan pada pembaca bahwa jalan ceritanyalah yang
pertama manarik perasaan dan baru kemudian menarik pikiran.
7) Cerita pendek mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang dipilih
dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam
pikiran pembaca.
8) Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan
cerita.
9) Cerita pendek harus mempunyai seorang pelaku utama.
10) Cerita pendek harus mempunyai satu efek atau kesan yang menarik.
11) Cerita pendek bergantung pada (satu) situasi.
12) Cerita pendek memberikan impresi tunggal.
13) Cerita pendek memberikan suatu kebulatan efek.
14) Cerita pendek menyajikan satu emosi.
15) Jumlah kata-kata yang terdapat dalam cerita pendek biasnay dibawah 10.000
kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata (atau kira-kira 33 halaman kuarto sepasi
rangkap).

Ciri-ciri cerpen yang diberikan oleh Notosusanto ini lebih rinci. Jika
dibanding dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Sumardjo. Namun pada
dasarnya mengandung persamaan yaitu cerpen merupakan salah satu jenis karya
sastra berbentuk prosa fiksi, hanya memiliki satu alur atau efek dan ceritanya
singkat, sehingga dapat dibaca dalam waktu antara 10 menit hingga setengah jam.
Cerita pendek atau seting disingkat sebagai cerpen adalah salah satu bentuk
prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya
dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novel. Cerita pendek
biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting
yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-
unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar, setting, situasi dan
tokoh utamanya); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan
konflik); aksi yang meningkat, kritis (saat yang menentukan bagi sitokoh utama dan
komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam
pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau
terpenting); penyelesaian (bagian certita dimana konflik dipecahkan); dan
moralnya.
Cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai
contoh, yang lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai
ditengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, pola dari cerita
pendek juga mengandung kelimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari
banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau
dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran peraktis. Seperti banyak bentuk seni
manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.

3. Karakteristik Cerita Pendek


Sebenarnya, tidak ada rumusan yang baku mengenai apa itu cerpen. Kalangan
sasterawan memiliki rumusan yang tidak sama. H.B. Jassin-Sang Paus Sastra
Indonesia- mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian
perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.A. Bakar Hamiddalam tulisan “Pengertian
Cerpen” berpendapat bahwa yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari
kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya
satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan. Sedangkan Aoh. KH,
mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang
sering disebut kisahan prosa pendek. Dan masih banyak sastrawan yang
merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga
tidak saling bertentangan satu sama lain. Hampir semuanya menyepakati pada satu
kesimpulan bahwa cerita pendek atau yang biasa disingkat cerpen adalah cerita
rekaan yang pendek.
Dari beberapa buku dan uraian yang layak dijadikan pedoman, tampaknya
pendapat pakar cerita pendek dunia, Edgar Allan Poe, sangat cocok menjadi
panduan- karena secara teoritis ia memenuhi kriteria ilmiah, tetapi secara praktis ia
dapat diaplikasikan. Pendapat yang dirinci Muhammad Diponegoro dalam bukunya
Yuk, Nulis Cerpen Yukdisederhanakan sebagai berikut:
1) Cerita pendek harus pendek. Seberapa pendeknya? Sebatas rampung baca
sekali duduk menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre karcis bioskop.
Disamping itu ia juga harus memberi kesan secara terus-menerus hingga
kalimat terakhir, berarti cerita pendek harus ketat, tidak mengobral detail,
dialog hanya diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan cerita
atau menampilkan problem.
2) Cerita pendek mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan unik.
Menurut Poeketunggalan pikiran dan aksi bisa dikembangkan lewat satu garis
dari awal sampai akhir. Di dalam cerita pendek tak dimungkinkan terjadi aneka
peristiwa digresi.
3) Cerita pendek harus ketat dan padat. Setiap detil harus mengarus pada pada
satu efek saja yang berakhir pada kesan tunggal. Oleh sebab itu ekonomisasi
kata dan kalimat sebagai salah satu ketrampilan yang dituntut bagi seorang
cerpenis.
4) Cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-
benar terjadi, bukan suatu bikinan, rekaan. Itulah sebabnya dibutuhkan suatu
ketrampilan khusus, adanya konsistensi dari sikap dan gerak tokoh, bahwa
mereka benar-benar hidup, sebagaimana manusia yang hidup.
5) Cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai, tidak lagi mengusik dan
menggoda, karena ceritanya seperti masih berlanjut. Kesan selesai itu benar-
benar meyakinkan pembaca, bahwa cerita itu telah tamat, sampai titik akhirnya,
tidak ada jalan lain lagi, cerita benar-benar rampung berhenti di situ.
Rumusan Poe inilah saya sepakat dengan Korrie Layun Rampan sesungguhnya
yang cukup bisa mewakili pengertian cerita pendek secara umum.Gambaran umum
karakteristik cerpen bisa ditangkap dalam rumusan Edgar Alan Poe, di atas. Untuk
mempertegas perbedaan cerpen dengan novel, IsmailMarahimin, dalam Menulis
Secara Populer menjelaskan bahwa cerpen memang harus pendek dan singkat.
Sedangkan cerita rekaan yang panjang adalah novel. Apa ukuran panjang-pendek
suatu cerpen itu? Jumlah halamannyakah? Jumlah kata-katanyakah? Menjawab hal
ini, rumusan Poecukup menjelaskan. Meskipun ada yang berpendapat jumlah
katanya tidak lebih dari 10.000 kata (The Liang Gie). Ada yang membatasi jumlah
katanya antara 500 – 30.000 kata (Helvy Tiana Rosa).
Karakteristik utama cerpen adalah pendek dan singkat. Di dalam cerita yang
singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak
jumlahnya, bisa jadi hanya seorang, atau bisa juga sampai sekitar empat orang
paling banyak. Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu
diungkapkan di dalam cerita. Fokus atau, pusat perhatian, di dalam cerita itu pun
hanya satu. Konfliknya pun hanya satu, dan ketika cerita itu dimulai, konflik itu
sudah hadir di situ. Tinggal bagaimana menyelesaikan saja.
Karena pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan
di dalam cerita. Tidak ada cabang-cabang cerita. Tidak ada kelebatan-kelebatan
pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke berbagai hal dan masalah. Peristiwanya
singkat saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita
tidak menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika cerita
berakhir. Dan ketika konflik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu
bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, cerita itu.Dan karena
jumlah tokoh terbatas, peristiwanya singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu
lama, kata-kata yang dipakai harus hemat, tepat dan padat, maka diantara
karakteristik cerpen tempat kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 tempat
saja.Perlu ditegaskan bahwa cerpen bukan penggalan sebuah novel. Bukan pula
sebuah novel yang dipersingkat. Cerpen itu adalah sebuah cerita rekaan yang
lengkap: tidak ada, tidak perlu, dan harus tidak ada tambahan lain. Cerpen adalah
sebuah genre atau jenis, yang berbeda dengan novel.Namun demikian, sebuah
cerpen meskipun singkat tetap harus mempunyai tikaian dramatik, atau dalam
bahasa The Liang Giekonflik dramatik, yaitu perbenturan kekuatan yang
berlawanan. Baik benturan itu terlihat nyata ataupun tersamarkan. Sebab inilah inti
suatu cerpen.

4. Macam-macam Cerita Pendek


Cerpen sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur pembangun yang
sama. Cerpen dibangun dari dua unsur intrinsik dan ektrinsik. Cerpen memiliki
unsur pristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang dan lain-lain. Karena
bentuknya yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak
sampai pada detil-detil khusus yang “kurang penting” yang lebih bersifat
memperpanjang cerita.
Cerpen sebagai karya sastra prosa memiliki unsur-unsur dalam (intrinsik)
yang membangunnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah unsur-unsur tersebut
membentuk kesatuan yang utuh. Dalam hal ini, satu unsur akan mempengaruhi
unsur lainnya.
Nurgiyantoro (2012:23) menyebutkan bahwa unsur intrinsik adalah unsur-
unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya satra, unsur-unsur yang secara
faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Adapun unsur intrinsik itu
antara lain: peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang,
penceritaan, bahasa atau gaya bahasa.
Lebih lanjut, Nurgiyantoro (2012), menyebutkan bahwa unsur ektrinsik
adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu sendiri.
Wallk & Warren dalam Nurgyiantoro (2012:24) mengemukakan bahwa
unsur ektrinsik itu antara lain: unsur biografi, unsur psikologi, keadaan lingkungan
dan pandangan hidup pengarang.
Dari uraian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa untuk membuat suatu
cerpen hal pertama yang harus dilakukan sebagai modal utama dalam membuat
karya prosa adalah menguasai terlebih dahulu unsur-unsur yang membangun
sebuah karya sastra.
Sumardjo (2007:99). Sebuah cerpen yang baik adalah cerpen yang
merupakan suatu kesatuan bentuk, utuh, menunggal, tidak ada bagian-baian yang
tak perlu, tetapi juga tak ada sesuatu yang terlalu banyak, semua pas, integral, dan
mengandung suatu arti.
Artinya sebuah cerpen harus memberikan sebuah gambaran sesuatu yang
tajam, meskipun hanya sebagai cerita pendek.Cerpen merupakan karya fiksi. Itulah
sebab nya penggolongan cerpen pun dapat dilihat dari unsur-unsur karya fiksi
tersebut.
B. Ihwal Tentang Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar


Usulan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata benda yang
berarti sesuatu yang diusulkan. Usulan berasal dari kata dasar usul yang berarti
anjura (pendapat dan sebagainya) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan atau
untuk diterima.
Sebelum peroses belajar mengajar dilaksanakan, guru harus menyiapkan
bahan ajar yang diperlukandalam proses pembelajaran. Kelengkapan bahan ajar
akan membantu guru dalam kegiatan mengajar, dan membantu siswa dalam proses
belajar. Bahan ajar ikut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar
merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (BSNP,2006).
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/nstrumen daalam melaksanakan kegiatan belejar mengajar di kelas. Bahan
yang dimaksud bisa berupa bahan yang tertulis maupun bahan tidak tertulis.
(Natioal Center For Vocational Education Research Ltd/National Center for
Competency Based Training). Pengertian lain bahan ajar adalah seperangkat materi
yang disusn secara sistematis baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Muhaimin dalam modul Wawasan Pengembangan Bahan Ajar
mengemukakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru/instrumen dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Sudjana (1996: 95) bahan ajar merupakan suatu pendekatan yang digunakan
oleh seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui
tahapan-tahapan tertentu sehingga dapat mengikuti proses belajar megajar.
Menurut Prastowo (2011: 7) menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan
segala bahan (baik informasi, atau maupun teks) yang disusun secara sistematis,
yang menampilkan soosk utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik
dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran.

Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran. Posisinya


adalah sebagai representasi (wakil) dari penjelasan guru didepan kelas. Keterangan-
keterangan guru, uraian-uraian yang harus disampaian guru, dan informasi yang
harus disajikan guru dihimpun didalam bahan ajar. Dengan demikian guru akan
dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan pelajaran. Di kelas, guru akan memiliki
banyak waktu untuk membimbing siswa dalam belajar atau membelajarkan siswa.
2. Prinsip-Prinsip Bahan Ajar
Ada beberapa perinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan
ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-perinsip dalam pemilihan materi
pembelajaran meliputi perinsip relevensi, konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevensi artinya ketertarikan. Materi pembelajaran hendaknya
relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian kompetensi inti
dan kompetensi dasar. Kompetensi Inti (KI) bukan untuk diajarkan, melainkan
untuk dibentuk melalui pembelajaran mata pelajaran yang relevan.Kompetensi
Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu mata
pelajaran di kelas tertentu.
Perinsip konsisteni artinya keajegan. Jika kompetensi ajar yang harus
dikuasi siswa empat macam , maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus
meliputi emapat macam. Misalnya, kompetensi ajar yang harus dikuasi siswa
adalah pengoprasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian, maka materi yang diajrkan juga harus meliputi teknik penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian.
Perinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
akan kurang membantu mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak
perlu unuk mempelajarinya.
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran. Diantara prinsip pembelajaran tersebut adalah: mulai dari yang
mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang
abstrak. Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih
memahai suatu konsep. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus
disajikan secara tepat dan bervarisai sehaingga tidak membosankan. Umpan balik
positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa, untuk itu jangan
lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil belajar siswa.

3. Keriteria Bahan Ajar yang Baik


Bahan ajar yang berkualitas adalah bahan ajar yang materinya dapat
menjawab permasalahan siswa untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, artinya
dapat memberikan pengetahuan keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa
untuk mencapai setandar kompetensi yang telah ditentukan.
Sebelum menetapkan bahan ajar seorang guru terlebih dahulu harus
memahami keriteria yang ada dalam bahan ajar. Bahan ajar itu berkaitan dengan
kurikulum. Bahan ajar yang baik harus relevan dengan kurikulum (Mikdi, 2005: 9).
Dalam penyusunan bahan ajar juga perlu dimengerti oleh siswa dalam mempelajari
sehingga dapat tercapai secara optimal.
Dalam pengembangan bahan ajar, maka bahan ajar harus memiliki beberapa
keriteria sebagi beriut.
a) Bahan ajar harus relevan denagn tujuan pembelajaran;
b) Bahan ajar harus sesuai dengan taraf perkembangan akan;
c) Bahan yang baik ialah bahan yang berguna bagi siswa, baik sebagai
perkembangan pengetahuannya dan keperluan bagi tugas kelad di lapangan;
d) Bahan itu harus menarik dan merangsang aktivitas siswa;
e) Bahan itu harus disusun secara sistematis, bertahap dan berjenjang; dan
f) Bahan yang disampaikan kepada siswa harus menyeluruh lengkap dan utuh.
Bahan ajar yang bauk dan menarik mempersyaratkan penulisan yang
menggunakan ekspresi tulis yang efektif. Ekspresi tulis yang baik akan dapat
mengkomunikasikan pesan, gagasan, ide, atau konsep yang disampaikan dalam
bahan ajar kepada pembaca/pemakai dengan baik dan benar. Ekpresi tulis juga
dapat menghindarkan salah tafsir atau pemahaman.

4. Fungsi Bahan Ajar


Fungsi bahan ajar adalah sebagai motivasi dalam proses kegiatan yang
dilakukan oleh guru dengan materi pembelajaran yang kontekstual agar siswa dapat
melaksanakan tugas belajar secara optimal.
Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang
disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang
akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan
tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
1) Fungsi bahan ajar bagi pendidik, antara lain:
a) Menghemat waktu pendidik dalam mengajar;
b) Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang
fasilitator;
c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif;
d) Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik;
e) Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil belajar.
2) Fungsi bahan ajar bagi peserta didik, antara lain:
a) Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta
didik yang lain;
b) Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki;
c) Peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing;
d) Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri;
e) Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri;
f) Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.
3) Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelajaran yang digunakan
a) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain:
1) sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan
pengendali proses pembelajaran.
2) sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang
diselenggarakan.
b) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain:
1) sebagai media utama dalam proses pembelajaran.
2) sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses
peserta didik dalam memperoleh informasi.
3) sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.
c) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain:
1) sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok,
dengan cara memberikan informasi tentang latar belakang materi,
inforasi tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar
kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya
sendiri;
2) sebagai bahan pendukung bahan ajar utama dan apabila dirancang
sedemikian rua, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

H. METODE PENELITIAN

Metode yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif, karena penelitian yang dilakukan bersifat mendeskripsikan
atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Penelitian
ini dikembangkan berdasrkan masalah-masalah suatu fenomena yang dihubungkan
dengan teori-teori dari suatu ilmu tertentu untuk memecahkan masalah itu secara
rasional.
Masalah yang dipecahkan peneliti bersifat aktual dan terjadi pada masa
sekarang, yaitu kumpulan cerpen yang berjudul Monumen. Itulah sebabnya peneliti
menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini, karena masalah yang
seringkali ada pada masa sekarang. Penelitian dilakukan dengan menempuh
prosedur mengumpulkan data, klasifikasi data, dan menarik kesimpulan.

I. JADWAL PENELITIAN

Dalam penelitian ini ada dua teknik yang dipergunakan oleh penulis yaitu
teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Berikut akan penuli jelaskan,
kedua teknik tersebut.
A. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, ada beberapa teknik yang digunakan penulis,
diantaranya adalah:
1) Studi pustaka atau studi literatur
Studi pustaka atau studi literatur, yaitu membaca dan mempelajari buku-buku
yang berkaitan dengan materi penelitian.
Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka ini peneliti gunakan dengan
alasan bahwa studi pustaka adalah studi yang mengambil objek buku atau pustaka
yang mencakup kegiatan inventarisasi, pencatatan, komulasi (pengumpulan
pendapat), dan interpretasi (menafsirkan). Sejumlah besar fakta dan data tersimpan
dalam bahan dokumentasi. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu
sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui banyak hal dalam
dokumen tersebut. Peneliti pun menggunakan referensi sebagai acuan sehingga
buku-buku yang berkenaan dengan ilmu sastra dalam disiplin ilmu lain yang
relevan sehingga dapat menunjang pemecahan suatu masalah.
2) Teknik pengutipan
Teknik pengutipan penulis gunakan dalam penelitian ini untuk
mempermudah dalam menentukan pokok-pokok yang dijadik sumber untuk
dianalisis. Hal ini sangat penting karen dari hasil kutipan tersebut yang dijadikan
bahan menganalisis cerpen yang dijadikan sumber penelitian.
3) Teknik analisis
Teknik analisis merupakan pokok dalam penelitian yang dipakai penulis. Dari
hasil analisis kumpulan cerpen yang meliputi berupa tema, alur, latar atau setting,
penokohan, sudut pandang dan gaya, untuk disusun kembali sesuai kebutuhan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.

B. Teknik Pengolahan Data


Untuk mengolah data yang penulis perlukan dalam penelitian digunakan
teknik analisis deskripsi. Penulis mengolah data untuk menemukan unsur intrinsik
dan nilai pendidikan karakter cerpen yang berjudul Monumen. Unsur intrinsik yang
meliputitema, alur, latar atau setting, penokohan, sudut pandang dan gaya. Langlah-
langkah yang ditempuh diantaranya adalah:
1) Membaca beberapa kumpulan cerpen yang berjudul Monumen karya Nh. Dini
secara berulang-ulang sehingga benar-benar dimengerti dan dipahami.
2) Menganalisis unsur intrinsik pada kumpulan cerpen yang berjudul Monumen
karya Nh. Dini.
3) Membuat susunan hasil bahan ajar menganalisis unsur intrinsik pada kumpulan
cerpen di SMA kelas XI berdasarkan Kurikulum 2013 dengan memanfaatkan
hasil analisis kumpulan cerpen yang berjudul Monumen karya Nh. Dini.
4) Membuat jawaban pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan cara mengaitkan
hasil analisis dengan pertanyaan penelitian yang terdapat pada rumusan
masalah.
5) Membuat kesimpulan hasil analisis dan usulan bahan ajar menganalisis unsur
intrinsik pada kumpulan cerpen di SMA kelas XI.
6) Membuat saran berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan.

J. DAFTAR PUSTAKA

Aminudin.2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Dini. Nh. 2014. Monumen Kumpulan Cerita Pendek. Bandung: Pustaka Jaya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2011. Kamus Besar Bahasa
Indonesia(KBBI). Jakarta.

Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta.

Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV. Angkasa.

Nurgyantoro. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diba Press.

Sumardji Jakob. 2007. Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen. Bandung: Pustaka
Pelajar.

Tarigan, H. G. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai