Anda di halaman 1dari 51

CRITICAL DISCOURSE

ANALYSIS
[Analisis Wacana Kritis]

J. Haryatmoko SJ
Urutan Presentasi
• 1. Pengantar: definisi, prinsip-prinsip & pentingnya AWK
• Gagasan-gagasan yang memengaruhi AWK
• 2. Apa arti kritis? Mengapa konstruktivis? Tujuan AWK

• 3. Pengertian wacana sebagai praksis sosial


• - Wacana: aturan yang mendikte tindakan & pikiran (Foucault)
• - Strategi kekuasaan: bahasa & kekerasan simbolis (Bourdieu)

• 4. Objek, Tujuan & Tiga Unsur Pemaknaan AWK


• 5. Tiga Dimensi AWK
6. Empat Langkah Analisis Wacana Kritis (latihan)
Inti AWK: Relasi Mikro-Makro
• AWK: elaborasi & penjelasan hubungan antara dua lingkup studi
• (Mikro-Makro), termasuk persinggungan lokal & global;
• struktur wacana & struktur masyarakat

• MIKRO: linguistik fokus pada studi tentang gramatika, semantik,


• speech-acts, fonetik & percakapan
fokus ke penggunaan bahasa & pikiran yg tampak dalam interaksi

• MAKRO: ilmu-ilmu sosial menganalisis struktur sosial & institusi,


• organisasi, relasi kelompok, & proses sosial-politik
• dipelajari pada tingkat wacana, komunikasi & interaksi
AWK: Metode Kritis Ilmu Sosial & Budaya
(R.Wodak 2009: 3)
• Simposium dua hari di Amsterdam, Januari 1991: T. van Dijk,
• N. Fairclough, G. Kress, T. van Leeuwen dan R. Wodak,
• “meresmikan” AWK sbg metode penelitian Ilmu sos-budaya

• Bahan diskusi: kesamaan/perbedaan teori & metode masing-masing


• sehingga bisa untuk pengembangan AWK .

• AWK ditandai oleh tiga prinsip ini (kesepatakan mereka):


• 1.Semua pendekatan berorientasi pada masalah sosial , maka
• menuntut pendekatan lintas-ilmu
• 2.Keprihatinan utama: mendemistifikasi ideologi & kekuasaan
• melalui penelitian sistematik data semiotik (tulisan/oral/visual)
• 3.Selalu reflektif di dalam proses penelitian
Definisi Wacana
1. M. Bloor: interaksi simbolis dlm berbagai bentuk lewat tulisan,
pembicaraan, kial, gambar, diagram, film, musik.

2. N. Fairclough:
a) Bahasa dlm kaitan dg praksis sosial tertentu (politik, budaya)
b)Cara menafsirkan aspek-aspek realitas dari perspektif sosial

Empat unsur wacana:


a. Ada subjek yang mengatakan
• b. Kepada siapa ditujukan
• c. Dunia/wahana yang mau direpresentasikan
• d. Temporalitas atau konteks waktu
Apa artinya “ Kritis” ?
• Apa yg salah dlm masyarakat: ketakadilan, ketaksetaraan,diskriminasi
prasangka negatif, penyalahgunaan kekuasaan, manipulasi
dianalisis sumber, sebab & bentuk perlawanannya:
• 1. Menganalisis hubungan pemaknaan & unsur sosial:
• bagaimana pemaknaan menentukan/mereproduksi/mengubah
• hubungan kekuasaan yang tidak seimbang & proses ideologisasi ?

• 2. Dinamika masyarakat tidak transparan/menyesatkan:


• dinamika yang dominan dites & ditantang untuk identifikasi solusi

• 3.Mengambil jarak terhadap data, meletakkan data dalam konteksnya,


• klarifikasi posisi politik partisipan wacana, & fokus selalu pd
• refleksi diri ketika melakukan penelitian (van Dijk)
Analisa Wacana CDA
(Objektif) (Critical Discourse Analysis)

1.Struktur -Deskripsi tentang fakta -Tradisi ilmu sosial kritis; tidak bebas
Pengetahuan dengan ambisi bebas nilai ; nilai ; subyek ikut terlibat
obyektif

2.Kerangka -Tidak mau condong ke -Dimotivasi oleh tujuannya memberi dasar


Acuan nilai atau politik tertentu ; ilmiah bagi pertanyaan kritis thd
mengambil jarak; untuk kehidupan sosial dlm rangka moral,
menjelaskan, kontrol dan politik, keadilan sosial & kekuasaan
prediksi (berpihak)

3.Tujuan -Memberdayakan bentuk-


bentuk kehidupan sosial -Menumbuhkan kesadaran kritis
agar bisa bekerja lebih -Membongkar bentuk-bentuk dominasi yg
efektif dan efisien tanpa disembunyikan menjadi agent of change
merasa terlibat dalam -Mencairkan ideologi di balik bahasa
masalah moral dan politik -Menantang kebebasan untuk membuka
kemungkinan bertindak kreatif
-Memperlihatkan kesejarahan sistem
Mengapa Perlu Analisis Wacana Kritis?

• Perlu analisis kritis terhadap penggunaan bahasa, karena:


• 1. Bahasa digunakan untuk beragam fungsi & konsekuensi
2. Bahasa sekaligus dikonstruksi & mengonstruksi
3. Fenomen yg sama bisa dideskripsikan dengan beragam cara:
variasi laporan/cerita, harafiah/fiksi/representasi/virtual
4. Ada retorika, manipulasi & penyesatan
• 5. Alasan Metodologi:
Riset ilmu Sosial/Budaya memakai beragam pendekatan : pengamatan
jajak pendapat, kuestioner, statistik (prosentase, grafik, angka, tabel)

Transformasi wacana ke bentuk representasi masalah, rumusan


jawaban dalam bentuk simbol-simbol.
Tujuan AWK (M.Bloor)
• 1.Menganalisis praktik wacana yg mencerminkan atau
• mengonstruksi masalah sosial

• 2.Meneliti bagaimana ideologi dibekukan dalam bahasa dan


• menemukan cara bagaimana mencairkan ideologi yg mengikat
• bahasa/kata

• 3.Meningkatkan kesadaran akan masalah:


• ketidakadilan, diskriminasi, ketakbebasan, prasangka negatif
• dan penyalahgunaan kekuasaan
• dengan menunjukkan masyarakat ke arah perubahan
Gagasan yang Memengaruhi AWK
• Mashab Frankfurt : dominasi & eksploitasi dipertahankan melalui
• budaya & ideologi  konsep “kritis”

• Hegemoni Gramsci: mengarahkan konsensus sebagai proses subordi-


nasi kesadaran dibangun tanpa kekerasan melalui budaya & persuasi

• L. Althusser: ideologi  kegiatan kongkrit sehingga bahasa dilihat
• dalam konstruksi ideologis subyek

• M. Bakhtin: tanda linguistik merupakan materi ideologi


• M. Foucault: hubungan pengetahuan-kebenaran-kekuasaan yang
• bertumpu pada wacana
• P. Bourdieu: bahasa sebagai instrumen kekuasaan
AWK: Konstruksi Mental
• Analisis wacana proses mental itu konstruktif:
• representasi mental berasal dari membaca teks
• bukan hanya mengopi teks atau maknanya, tapi…

Hasil proses strategis konstruksi atau memberi makna dengan


menggunakan unsur-unsur teks:

• 1. Unsur yang diketahui pengguna bahasa tentang konteks

• 2. Unsur-unsur kepercayaan yang sudah dimiliki sebelum


• mulai komunikasi (habitus, pra-pemahaman)
Konstruksi: Memberi Makna
• 1. Cerita peristiwa dibangun dari sumber bahasa yang sudah ada
• 2. Konstruksi mengandaikan seleksi
• 3. Konstruksi menekankan peran penting bahasa.

• Interaksi sosial dibangun dalam kerangka versi bahasa tertentu

• Cerita/konsep bisa mengkonstruksi realitas.

• Konstruksi muncul ketika orang mencoba memberi makna fenomena


• atau terlibat dalam aktivitas sosial yg tidak disadari
• (menyalahkan atau membenarkan).
Konstruksi Sosial & Ideologi
N.Fairclough

• Dampak teks ideologi (representasi yg menetapkan, memelihara,


• mengubah hubungan kekuasaan & eksploitasi)

• Teks menanamkan, menopang, mengganti ideologi


• Analisis teks: melihat corpus teks untuk melihat dampak terhadap
• hubungan-hubungan kekuasaan

• Konsep “globalisasi” menuntut:


• 1) kemampuan negara untuk bersaing agar bisa survive
• 2) menuntut model manajemen baru
Praksis Sosial = Praksis Wacana

• 1. Praksis sosial selalu diskursif karena diorganisir oleh nilai-nilai,


• representasi kebutuhan manusia, & estetika.

• 2.Praksis sosial diorganisir sesuai dengan sejarah pemaknaan.


•  ilmu sosial/budaya perlu bantuan analisis wacana
• a. Praksis sosial  praksis wacana
• b. Alasan metodologi: data berupa wacana
• c. Alasan epistemologi: bagaimana pengetahuan terbentuk

• Analisis Wacana: debat ttg pendasaran pengetahuan, pembentukan


• subjektivitas & pengaturan masyarakat dg fokus pd hakikat makna
Apa artinya praksis sosial adalah praksis wacana?

KEKUASAAN DALAM BENTUK REZIM WACANA

WACANA sebagai WACANA WACANA mempunyai


praktik-praktik yang mengubah konstelasi otonomi, klaim
terorganisir dan sosial dan atas kebenaran
yang mengorganisir menghasilkan sesuatu dan kontekstual
Istilah “Praxis”, bukan “Praktik”

• 1.Aktivitas kreatif, aktivitas yg membentuk, mengubah,


• merombak sejarah & individu.

• 2..Praksis revolusioner: aktivitas manusia yg menantang,


• merombak dan membalik praksis sosial yang ada

• Aristoteles: aktivitas meliputi Teoria, Praxis & Poesis


Bahasa Mendikte Perilaku
• 1. Mendefinisikan & menghasilkan objek pengetahuan

• 2. Mengarahkan cara bagaimana topik bisa dibicarakan


• secara bermakna & rasionalitasnya

• 3. Mempengaruhi bgmn gagasan-gagasan dipraktikkan &


• digunakan untuk mengatur perilaku

• 4. Wacana mengatur cara membahas sesuatu,


• mendefinisikan cara bicara, menulis, bertindak
Bourdieu: Teori Sosial tentang Bahasa
Linguistik lebih melihat bahasa sebagai:
• -Objek pemahaman
• -Dunia sosial: pertukaran simbolis tindakan sbg komunikasi
• -Wacana: menggunakan kode, angka, bahasa & budaya

Teori sosial Bourdieu ttg Bahasa:

-Bahasa dilihat sebagai instrumen tindakan/kekuasaan


• -Hubungan sosial (dominasi) sebagai interaksi simbolis:
• komunikasi yg mengimplikasikan pengetahuan & kekuasaan
• -Komunikasi: pertukaran bahasa sbg hubungan kekuasaan simbolis
Kapital Simbolik
• P. Bourdieu: kapital ekonomi, budaya, sosial & simbolik

• Kapital simbolik: pengakuan sosial yang terlembagakan atau tidak

• Supaya ritual agama sah harus ada syarat sosial yang menjamin
• produksi (dari yang mengatakan & yang partisipasi).

• Efektivitas simbolis bahasa terancam bila berhenti fungsi


• mekanisme yang menjamin hubungan pengakuan otoritas
• (institusi mendefinisikan pelaku, tempat, waktu, rumusan)

• Tidak ada kekuasaan simbolik tanpa simbolik kekuasaan.


• Atribut (pakaian, pangkat, tongkat)manifestasi publik resmi
• pendelegasian & kompetensi (otoritas utk berbicara)
Doxa
• Doxa: sudut pandang penguasa/dominan yg menyatakan diri
• & memberlakukan diri sbg sudut pandang yg universal
• (Raison Pratique, 129)

• Struktur kognitif yg telah terintegrasi dlm diri pelaku yg


• sesuai dg struktur objektif & menjamin kepercayaan
• thd tatanan yg ada (Raison Pratique, 128)

• Suatu visi terbatas krn partisipan menduduki posisi tertentu


• dlm jalinan posisi konfliktual dr struktur masyarakat /
• ritual seakan visi itu berlaku universal.
DOXA Bourdieu HEGEMONI Gramsci
-Sudut pandang penguasa atau yang dominan yang -Pengorganisasian konsensus yg merupakan proses di
Definisi menyatakan diri dan memberlakukan diri sebagai mana subordinasi kesadaran dibangun tanpa
sudut pandang yang universal kekerasan atau koersi, tp dg melandaskan pd budaya
& intelektualitas.

-Struktur kognitif yg telah terintegrasi dlm diri - Tahap hegemoni: kemajuan kesadaran di mana
Struktur/ pelaku yg sesuai dg struktur obyektif & menjamin kelas tdk hanya disadari secara ekonomi, tapi juga
kepercayaan terhadap tatanan yg ada. dlm kerangka kesadaran moral dan intelektual
Proses bersama, suatu budaya bersama. Kelas yg koheren
disatukan dlm konsepsi ekonomi, politik & budaya
yang sama.
-Dlm tindakan, partisipan cenderung diarahkan
oleh kepentingan-kepentingannya, maksud dan -Konsep ini menunjuk pada pentingnya bagi
Tujuan perasaan, yg tergantung pd posisi & proletariat utk mengembangkan strategi politik yg
pemahamannya akan seluruh situasi. akan melemahkan persetujuan kelas penguasa yang
ada sekarang

-Suatu visi terbatas krn berasal dari partisipan yg


Posisi menduduki posisi dominan dlm jalinan posisi yg -Intelektual organis merupakan kelompok dominan
konfliktual dalam struktur masyarakat & struktur yg menjalankan fungsi hegemoni sosial & politik :
Dominan ritual tertentu seakan visi itu berlaku universal. persetujuan spontan diberikan oleh massa terhadap
-Pemaknaan & raison d’être, tp juga arah masa arah umum yg dipaksakan dlm kehidupan sosial oleh
depan pelaku dg pertaruhannya kelompok dominan; persetujuan ini disebabkan oleh
prestise berkat posisi & fungsinya dlm produksi.
Dari Kekuasaan Simbolik ke Kekerasan
Simbolik
• Kekuasaan simbolis berjalan karena pengakuan, kesediaan
• & keterlibatan yg didominasi atau diatur (terkait dg doxa).

• Prinsip simbolis diketahui & diterima baik oleh yg menguasai


maupun
• yg dikuasai.
• Prinsip simbolis: bahasa, cara berpikir, kerja & bertindak.

• Kekerasan simbolis karena dampak yg biasa dilihat dlm kekerasan


fisik tidak tampak: tidak ada luka, ketakutan, kegelisahan,
korban tidak merasa didominasi/dimanipulasi
Kekerasan Simbolik
• Kekerasan simbolik : penetapan makna partikular sebagai universal
• dengan menyembunyikan hubungan kekuasaan:

• 1. Dengan persetujuan tersirat dr yg didominasi karena hanya punya


• kategori-kategori pemikiran yg diberlakukan oleh dominan:
• pendidikan, televisi, media, keluarga
• 2. Pembatinan dominasi sosial yg melekat pd posisi di arena
• 3. Dasar: dominasi struktural krn tdk dilihat para pelaku.

• 4. Jadi sumber rasa rendah diri, merasa tak bermakna, tidak berguna,
• tidak bisa apa-apa, yang benar menjadi salah
• 5. Beroperasi melalui: bahasa, simbol & representasi
Bahasa & Kekuasaan Simbolik

Dinamika Politik & Bahasa Strategi Bahasa


Pemaknaan

1. Kekuasaan 1. Distinction
simbolis 2. Subversi
1. Habitus Bahasa
2. Efektivitas 3. Strategi Condescendance
2. Gramatika
simbolis 4. Eufemisasi
3. Perbendaharaan
3. Doxa 5. Praktik Askese
4. Pengucapan
4. Heterodoxa 6. Representasi
5. Wacana
5. Arena Sastra 7. Depolitisasi wacana politik
6. Produksi
6. Ritus Institusi 8. Sensor
7. Pasar Bahasa
7. Ranah Sosial 9. Neologisme
8. Makna Obyektif
10.Aristokratisme Universitas
Objek AWK: Semua Sumber Data
• Sumber data : dokumen, kertas diskusi, pidato, perdebatan
• parlemen, kartun, film, foto, koran atau sumber media
• lain, iklan, risalah politik, artikel, pamflet, meme

• Objek pengamatan juga:


• materi kampanye, kelompok lobby, aktivis atau
• organisasi-organisasi HAM, LSM.
Membongkar Hubungan Ideologi & Bahasa
• 1. Menunjukkan pemaknaan bahasa di dalam hubungan
• kekuasaan & hubungan sosial

• 2. Meneliti bagaimana makna diciptakan di dalam konteks


• sosial-politik tertentu

• 3. Meneliti peran tujuan pembicara/penulis atau posisi
• pengarang di dalam konstruksi wacana

• 4. Bahasa sudah membekukan suatu ideologi & kepentingan


Dinamika Wacana - Praksis

Tindak Tutur Memproduksi Pesan memiliki Membidik agar


Wacana
(Speech-Act) suatu pesan kekuatan melakukan apa
persuasif yg dipesankan

Dimensi Makna/Maksud Kekuatan Efek


Pragmatis LOCUTIONARY ILLOCUTIONARY PERLOCUTIONARY
wacana=teks/gambar Konstatif (tersurat) Membuat percaya
Direktif (tersirat)  Mendorong untuk
melakukan…

B.Johnstone, Discourse Analysis, 2010


Tiga Unsur Proses Pemaknaan
• 1. Produksi teks: produktor, pengarang, pembicara, penulis.
• 2. Teks sendiri: analisa struktural/tingkat relasi/linguistik
• 3. Penerimaan teks: tafsir, pembaca, pendengar.

• Produktor: maksud, identitas, ideologi, pengetahuan

• Tiga unsur rentan muatan ideologis:


• 1. Posisi institusional, kepentingan, nilai, intensi, hasrat
• produktor
• 2. Hubungan berbagai tingkat dalam teks
• 3. Posisi institusional, pengetahuan, maksud, nilai,
• kepentingan receptor.
Hubungan Luar Teks
• 1.Analisa hubungan luar teks: analisa hubungan dg unsur
lain peristiwa sosial (praktek sosial dan struktur sosial),
termasuk aksi, identifikasi dan representasi.

• 2.Hubungan luar teks: hubungan antara teks dan teks lain:


• 1). bagaimana unsur lain scr intertekstual terkait dg teks
• 2). bagaimana suara-suara lain termuat dalam teks
• 3). bgmn teks lain disinggung, diasumsikan, didialogkan
Intertekstualitas & Asumsi
• Intertekstualitas:
• 1. Kehadiran unsur-unsur dari teks lain dalam suatu teks
• (kutipan, acuan, isi, perbandingan)
• 2. Dlm laporan, bukan hanya kutipan, tapi juga ringkasan

Asumsi menghubungkan satu teks dg yg lain, tanpa harus


kelihatan dalam teks.
Teks memiliki asumsi: yg dikatakan dlm teks utk mendukung/
melawan latar belakang dr yg tdk dikatakan, tp dianggap ada.

-apa yg dilaporkan sungguh pernah dikatakan


-yg diasumsikan sungguh dikatakan/ditulis di suatu tempat,
-yg pernah didengar atau dibaca oleh lawan bicara
INTERTEKSTUALITAS ASUMSI

DEFINISI 1.Kehadiran unsur-unsur dari 1.Apa yg dikatakan dlm teks


teks lain dalam suatu teks dikatakan untuk melawan latar
(kutipan, acuan, isi) belakang dr apa yg tdk dikatakan,
tp dianggap ada

FUNGSI 2. Menghubungkan satu teks 2.Menghubungkan satu teks dg yg


dg yg lain dg mengatribusikan lain. Hanya asumsi tdk
pd teks ttt. Ada hubungan diatribusikan pd teks tertentu. Ada
antara teks & apa yg hubungan antara teks & apa yg
dikatakan, ditulis, dipikirkan di dikatakan/didekrit, ditulis,
suatu tempat dipikirkan di suatu tempat

PERBEDAAN 3.Terbuka terhadap perbedaan 3.Cenderung mereduksi perbedaan


dengan memasukkan suara- dengan mengasumsikan titik
suara lain ke dalam teks kesamaan.

DIALOG 4.Menekankan aspek dialogis 4.Asumsi mengurangi aspek


teks antara suara pengarang dialogisnya
dan suara-suara lain
Interdiskursivitas
• Suatu teks memiliki aspek intertekstualitas:

• Dari aspek intertekstualitas: genres, wacana, & styles agar


• ketiganya beroperasi dlm suatu artikulasi tertentu

• Analisa tekstual: analisa linguistik & analisa gambar


• visual & bahasa tubuh.

bentuk-bentuk teks ini disebut interdiskursif


Aspek Makna: Wacana, Genre, Style

1. Wacana: cara semiotik merepresentasikan aspek-aspek


dunia (fisik/mental/sosial) yg dpt diidentifikasi dg beragam
posisi/perspektif dari beragam kelompok /aktor sosial.

2. Beragam genres: interview, laporan, narasi, argumen,


deskripsi, percakapan, atau propaganda.
-Genre campuran: feature, artikel, iklan, brochure.

3. Style: wacana terkait dg sikap dlm membentuk identitas

 cara menggunakan bahasa utk identifikasi diri /posisi diri


Style Wacana
(van Dijk)
• Style: variasi ungkapan terkait dengan konteks.

Pilihan istilah khusus (style) tergantung pada:


• 1.Tipe wacana (laporan, editorial, propaganda)
• 2.Posisi kelompok yg mengatakan, opini pembicara/penulis.

• Deskripsi perang Afganistan: acuan ke beragam kelompok


memakai istilah “pejuang”, “teroris”, atau “pemberontak”.

Style: fungsi konteks (pembicara, perspektif, audience)



Definisi Konteks
• 1). Konteks: struktur sosial yg relevan untuk produksi
• dan penerimaan wacana.

• 2).Konteks lokal: setting (waktu, tempat, situasi), partisipan
• & peran sosial/komunitas (pembicara, teman, pemimpin),
• maksud, & tujuan

• 3).Konteks global: melekat pd tindakan prosedur organisasi/

• institusi (legislasi, sidang, pengajaran, pelaporan berita)


• & terlibat interaksi sbg anggota kategori sosial (laki-laki/
• perempuan, kulit hitam/putih, parleman, polisi, agama).
Rekontekstualisasi
N. Fairclough

• Bentuk kolonisasi suatu bidang atau institusi oleh yg lain,


juga apropriasi wacana-wacana dari luar atau penyatuan
wacana-wacana ke dlm strategi yg dipakai suatu kelompok
khusus aktor sosial di dlm rekontekstualisasi arena .

rekontekstualisasi wacana (wacana “swastanisasi”) yg


disatukan secara beragam ke dalam strategi pengusaha baru,
pejabat pemerintah, manager industri negara.
misal: kasus Eropa Timur ketika menerapkan kapitalisme
Model Tiga Dimensi AWK Fairclough
(1995:98)

Proses Produksi
DESKRIPSI
TEKS Analisis Teks
(Mikro)
Proses Interpretasi

PRAKTIK DISKURSIF INTERPRETASI


Analisis Produksi
(Meso)

EKSPLANASI
PRAKTIK SOSIO-BUDAYA Analisis Sosial
(Makro)
Tiga Dimensi AWK Fairclough
• 1.Teks mengacu ke wicara, tulisan, grafik,& kombinasi:
• multimediabentuk-bentuk linguistik teks (khasanah kata,
• gramatika, syntax, struktur matafora, retorika)

• 2.Praktek diskursif: produksi & konsumsi teks proses


• menghubungkan produksi & konsumsi teks

• 3.Praktek sosial tertanam dlm tujuan, jaringan dan praktek budaya


• sosial yg luas pemahaman intertekstual, peristiwa sosial
Teks membentuk: fokus pd cara pengarang teks mengam-
• bil wacana & genres yg ada dg fokus pd bgmn hubungan
• kekuasaan dimainkan: mediasi & dibentuk praktek sosial
Perbedaan Co-text & Context
• Co-text: kata-kata yg melingkupi • Context: bagaimana makna
kata khusus atau bagian di dlm bisa dipahami tanpa
teks yg memberi konteks & mengandalkan pada maksud
membantu memberi makna atau asumsi.
• Misalnya:
• “Kunci” pintu • Makna dibentuk melalui pema-
• “Kunci” untuk memecah masalah haman akan lingkungan, situasi,
• “Kunci” kekuatan latar belakang atau setting yg
menentukan, menspesifikasi &
• “pintu”, “masalah”, “kekuatan”
menjelaskan makna terhadap
• adalah co-text bagi “kunci” suatu kejadian/kata
Metodologi, Metode & Teknik
(B.Hoed, 2007:6-7)

• Metodologi:
• cara memperoleh pengetahuan/pemahaman dari obyek yang kita teliti serta bgmn
pengetahuan & pemahaman itu memenuhi tujuan penelitian.

• Tiga tataran metodologi:


• 1.Paradigma metodologis: kuantitatif, kualitatif, gabunganpenelitian teks/artefaks,
• partisipatoris

• 2.Metode: satu tataran di bawah paradigma metodologi.


• Bagaimana obyek dikumpulkan, digolongkan, dipilah menjadi data &
• bagaimana data dianalisis.

• 3.Untuk tujuan itu dipakai sejumlah teknik agar data yg diperoleh menjadi
• perwakilan yang handal & dapat dipercaya
Semiosis
: semua bentuk pembuatan makna melalui gambar visual,
 bahasa tubuh, termasuk bahasa verbal.

Kehidupan sosial: jaringan praksis sosial yg saling terhu-


 bung dari beragam kegiatan (ekonomi, pol., budaya).
 setiap praksis sosial mengandung unsur semiotik
.
AWK adalah analisa hubungan-hubungan dialektik antara
 semiosis dan unsur-unsur lain praksis sosial.
Empat Langkah Metodologi CDA
(N.Fairclough, 2010: 234)

• 1.Memfokuskan pada ‘ketidakberesan sosial’ dalam aspek semiotik

• 2.Mengidentifikasi hambatan-hambatan untuk menangani


• ‘ketidakberesan sosial’itu.

• 3.Apakah tatanan sosial itu ‘membutuhkan’ ketidakberesan itu

• 4.Mengidentifikasi cara-cara yang mungkin untuk mengatasi


• hambatan-hambatan
• Refleksi kritis ke empat langkah analisa ini untuk
• membongkar kepentingan penganalisa
I. Ketidakberesan Sosial (Aspek Semiotik)
• 1. Pilihlah satu topik penelitian ttg ketidakberesan sosial yang
• dapat secara produktif didekati dengan pendekatan lintas ilmu

• 2. Mengonstruksi objek penelitian dg menteoritisasi topik


• penelitian lintas ilmu.

• Dalam mengonstruksi objek penelitian untuk topik tersebut


• harus dengan corpus teori relevan (politik/ekonomi) untuk
• menteoritisasi, menganalisa & mengambil posisi
Analisa Teks & Praktek Diskursif
Analisa Teks:
1.Perbendaharaan kata (makna, istilah, metafora)
• 2.Tatabahasa (kata kerja transitif, tema, modalitas)
• Tema=fungsi tekstual; modalitas=fungsi interpersonal
• 3.Kohesi (keterpaduan kalimat & pemaknaan kata)
• 4.Struktur teks (logika argumen untuk pembenaran)

Analisa Praktek Diskursif:


• 1.Kekuatan Pernyataan (mendorong tindakan/afirmatif)
• 2.Koherensi teks-teks (wilayah interpretasi, bukan teks)
• 3.Intertekstualitas teks (1992: 75)
Perbendaharaan Kata
• 1. Makna kata: satu kata bisa mempunyai banyak makna,
• dan makna berbeda tergantung dr konteksnya.
• Maka diperlukan kejelian untuk memahaminya.

• 2.Penggunaan istilah: utk mempermudah inti kelompok


• pembaca mengidentifikasi diri dg penulis & menetapkan
• ‘trust’ di dalam opininya

• 3.Metafora: misal “bolabasket seperti kehidupan”


Analisa Linguistik Teks
(Wetherell, 2001: 241-242)

 1.Organisasi bahasa keseluruhan teks: narasi, argumentasi,


 struktur teks, cara dialog disusun
 2.Kombinasi anak kalimat: hubungan kalimat-kalimat, cara-
 cara lain menghubungkan kalimat-kalimat
 3.Kalimat sederhana: gramatika dan semantiknya termasuk
 (transitif/intransitif), kata kerja yg terkait dg tindakan
 (berpikir, bicara, memiliki, ada); kalimat aktif/pasif,
 mode (deklarasi, pertanyaan, perintah), modalitas
 (tingkat komitmen thd kebenaran/ keniscayaan)
 4.Pilihan kata: hubungan dengan kata (sinonim, hyponym),
 denotasi/konotasi; collocation (pola co-occurrence),
 penggunaan metafora
Pilihan Kata Cenderung Ideologis(Fowler)
• 1. Kata menetapkan klasifikasi: ‘penguasa’- ‘kelas yang dikuasai’;
• klasifikasi memungkinkan arena untuk mengontrol realitas- wacana

• 2. Kata membatasi perspektif: pilihan kata mengarahkan


• pikiran & menafikan cara pikir yang lain

• 3. Kata menunjuk arena pertarungan wacana. Pengguna memilih kata


• sesuai dengan kepentingan, tujuan, & menetapkan versinya

• 4. Kata memarginalisasi & mendominasi: memarjinalkan


• wacana orang/kelompok lain
II.Identifikasi Hambatan
• 1.Analisa hubungan dialektik antara semiosis dan unsur-
• unsur sosial lainnya: antara tatanan wacana dan unsur
• praktik sosial lain, antara teks dan unsur kejadian.

• 2.Memilih teks, fokus dan kategori untuk analisa sesuai


• dengan pembentukan obyek penelitian

• 3.Melakukan analisa teks, baik analisa interdiskursif


maupun analisa linguistik dan semiotik
tujuan: mengembangkan titik masuk ke objek penelitian
• khas semiotik yg dibentuk dg cara lintas ilmu,
• melalui dialog antara berbagai teori.
III.Tatanan Sosial = Ketidakberesan sosial?
• Apakah ketidakberesan sosial melekat pada tatanan sosial?

• Apakah dapat ditangani dlm sistem itu atau hanya bisa


ditangani bila sistem diubah.?

• Jika tatanan sosial menghasilkan ketidakberesan sosial besar


 alasan untuk memikirkan agar sistem diubah.
Kaitan dg ideologi: wacana selalu ideologis sejauh
• mendukung hubungan kekuasaan & dominasi tertentu
IV.Identifikasi Cara Mengatasi Hambatan
• Identifikasi kemungkinan untuk mengatasi hambatan-
hambatan menangani ketidakberesan sosial.

• Mencari titik masuk semiotik ke dlm penelitian: hambatan


itu dites, ditantang & ditolak, dalam kelompok sosial/politik
yg terorganisir/gerakan, atau masyarakat dlm keseharian
hidup pekerjaan, sosial dan keluarga.

• Fokus semiotik pada cara-cara wacana dominan direaksi,


dilawan, dikritisi atau dibantah (dalam argumentasi,
representasi dunia atau representasi identitas sosial)
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Rick, 2001: A Theory of Narrative, Oxford: Blackwell
Bloor, Meriel & Thomas, 2007: The Practice of Critical Discourse Analysis.
An Introduction, London: Holder Education
Fairclough, Norman, 2003, Analysing Discourse. Textual analysis for social research,
New York: Routledge
-------------------------, 2010, Critical Discourse Analysis. The Critical Study of
Language. Edinburg: Longman
Fowler, Roger, 1991: Language in the News, Discourse and Ideology in the Press,
London: Raoutledge
------------------, 2009: Linguistic Criticism, Oxford: Oxford University Press
Gee, James Paul, 2011, How to do Discourse Analysis, New York: Routledge
--------------------, 2005, An Introduction to Discourse Anlysis, theory and Method,
New York: Routledge
Howarth, David, 2010: Discourse, Berkshire: Open University Press
Jackendoff, Ray, 2007, Language, Consciousness, Culture, Cambridge: MIT
Johnstone, Barbara, 2008, Discourse Aanlysis, Oxford: Blackwell
Meyer, Michael & Wodak, Ruth, 2009: Methods of Critical Discourse Analysis,
London: Sage
Van Dijk, Teun A., 1998: Discourse as Structure and Process, London: Sage
Van Leeuwen, Theo, 2008: Discourse and Practice. New Tools for Critical Discourse
Anlysis, Oxford: Oxford University Press
Wetherell, Margaret, 2001: Discourse as Data, Milton Keynes: The Open University
-------------------------, 2001: Discourse Theory and Practice. A Reader, London: Sage

Anda mungkin juga menyukai