0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
158 tayangan8 halaman
Makalah ini membahas pendekatan Ma'na-cum-Maghza dalam penafsiran al-Quran, yaitu pendekatan yang berusaha menangkap makna historis teks al-Quran dan kemudian mengembangkan makna kontemporer untuk situasi saat ini dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip menjaga warisan Islam yang baik serta mengadopsi hal-hal baru yang lebih baik, selalu untuk kemasla
Makalah ini membahas pendekatan Ma'na-cum-Maghza dalam penafsiran al-Quran, yaitu pendekatan yang berusaha menangkap makna historis teks al-Quran dan kemudian mengembangkan makna kontemporer untuk situasi saat ini dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip menjaga warisan Islam yang baik serta mengadopsi hal-hal baru yang lebih baik, selalu untuk kemasla
Makalah ini membahas pendekatan Ma'na-cum-Maghza dalam penafsiran al-Quran, yaitu pendekatan yang berusaha menangkap makna historis teks al-Quran dan kemudian mengembangkan makna kontemporer untuk situasi saat ini dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip menjaga warisan Islam yang baik serta mengadopsi hal-hal baru yang lebih baik, selalu untuk kemasla
Qur’an Mengapa? (1) Perkembangan sains, teknologi dan humaniora; (2) dinamika masyarakat; dan (3) Perlunya perubahan pemikiran dan cara berfikir Bagaimana menafsirkan al-Qur’an? kombinasi antara ‘Ulum al-Qur’an dan perangkat ilmu kontemporer Ma‘nā-cum-Maghzā Approach II. Pendekatan Ma‘nā-cum-Maghzā Approach
Definisi
Pendekatan ‘ma‘nā-cum-maghzā : Pendekatan dimana
seseorang berusaha menangkap makna historis/asal (ma‘nā) sebuah teks, yakni makna yang dipahami oleh pengarang dan atau audiens pertama, dan kemudian mengembangkan signifikansi teks tersebut (maghzā) untuk situasi kekinian (waktu dan atau tempat) Paradigma
Al-Qur’an: wahyu Allah sebagai rahmah bagi
manusia dan alam secara keseluruhan; mashālih al-nās wa al- ‘ālam (goodness of human beings and universe). Pesan al-Qur’an itu universal Universalitas al-Qur’an perlu penafsiran, reaktualisasi dan implementasi Tidak ada pertentangan antara wahyu dan akal sehat Tidak ada naskh, tetapi setiap ayat (atau kumpuluan ayat) memiliki konteksnya sendiri Prinsip Penafsiran
Penafsiran berdasarkan ilmu (dulu dan sekarang)
al-muhafazhah ‘ala al-qadim al-shalih wal akhdz bi al-jadid al-ashlah dalam konteks penafsiran Penafsiran untuk kemaslahatan manusia dan alam, bukan utk menimbulkan kekacauan Penafsiran itu dinamis dan terus berkembang Penafsiran adalah relatif kebenarannya; yang absolut adalah Allah dan ilmu-Nya Metode Penafsiran A. Mencari Makna Asal/Historis
Analisa yang cermat atas bahasa Arab al-Qur’an: Bahasa Arab
abad ke 7 M./1 H. Intratekstualitas Penafsiran dengan merujuk pada al- Qur’an sendiri dengan tetap memperhatikan konteks tekstual masing-masing (munasabat) Intertekstualitas Penafsiran dengan membandingkan dengan teks-teks di luar al-Qur’an, seperti Hadis Nabi dan teks lainnya. Memperhatikan konteks sejarah : Mikro (sabab al-nuzūl) dan Makro (situasi bangsa Arab dan sekitarnya) Menagkap maqshad (maqashid) al-Qur’an ketika diturunkan B. Signifikansi Ayat
Memperhatikan kategori ayat (lihat misalnya:
muhkamah-mutasyābihah; hirarki nilai pada ayat-ayat hukum dll.) Mengembangkan maqshad (maqashid) al-āyat al- Qur’āniyah Menangkap ma‘nā isyārī (makna simbolik) berdasarkan pola pikir kekinian Memperhatikan situasi waktu dan tempat Menafsirkan ayat dari sudut pandang keilmuan lain (psikologi, sosiologi, antropologi, sains, dll) Penyesuaian dan implementasi pesan ayat Examples
1. See my interpretation of Q. Al-Hajj: 39-40
2. See my interpretation of Q. Al-Naml: 29-35 3. See my interpretation of Q. Al-Nisa’:34 4. See my interpretation of Q. Al-Shaffat: 100-103 5. See my interpretation of Q. Al-Ma’idah:51 6. See my interpretation of Q. Al-Baqarah: 111-113