Anda di halaman 1dari 8

Pendekatan Ma‘nā-cum-Maghzā

dalam Penafsiran al-Qur’an


Sahiron Syamsuddin
UIN Sunan Kalijaga
Pengasuh PP Baitul Hikmah Krapyak
Yogyakarta
I. Pendahuluan

 Perlunya Mengembangkan Penafsiran atas al-


Qur’an
 Mengapa? (1) Perkembangan sains, teknologi dan
humaniora; (2) dinamika masyarakat; dan (3)
Perlunya perubahan pemikiran dan cara berfikir
 Bagaimana menafsirkan al-Qur’an?  kombinasi
antara ‘Ulum al-Qur’an dan perangkat ilmu
kontemporer  Ma‘nā-cum-Maghzā Approach
II. Pendekatan Ma‘nā-cum-Maghzā Approach

Definisi

Pendekatan ‘ma‘nā-cum-maghzā : Pendekatan dimana


seseorang berusaha menangkap makna historis/asal
(ma‘nā) sebuah teks, yakni makna yang dipahami oleh
pengarang dan atau audiens pertama, dan kemudian
mengembangkan signifikansi teks tersebut (maghzā)
untuk situasi kekinian (waktu dan atau tempat)
Paradigma

 Al-Qur’an: wahyu Allah sebagai rahmah bagi


manusia dan alam secara keseluruhan; mashālih al-nās
wa al- ‘ālam (goodness of human beings and universe).
 Pesan al-Qur’an itu universal
 Universalitas al-Qur’an perlu penafsiran,
reaktualisasi dan implementasi
 Tidak ada pertentangan antara wahyu dan akal
sehat
 Tidak ada naskh, tetapi setiap ayat (atau kumpuluan
ayat) memiliki konteksnya sendiri
Prinsip Penafsiran

 Penafsiran berdasarkan ilmu (dulu dan sekarang)


 al-muhafazhah ‘ala al-qadim al-shalih wal akhdz bi
al-jadid al-ashlah dalam konteks penafsiran
Penafsiran untuk kemaslahatan manusia dan alam,
bukan utk menimbulkan kekacauan
 Penafsiran itu dinamis dan terus berkembang
Penafsiran adalah relatif kebenarannya; yang absolut
adalah Allah dan ilmu-Nya
Metode Penafsiran
A. Mencari Makna Asal/Historis

 Analisa yang cermat atas bahasa Arab al-Qur’an: Bahasa Arab


abad ke 7 M./1 H.
 Intratekstualitas  Penafsiran dengan merujuk pada al-
Qur’an sendiri dengan tetap memperhatikan konteks tekstual
masing-masing (munasabat)
Intertekstualitas  Penafsiran dengan membandingkan
dengan teks-teks di luar al-Qur’an, seperti Hadis Nabi dan teks
lainnya.
 Memperhatikan konteks sejarah : Mikro (sabab al-nuzūl) dan
Makro (situasi bangsa Arab dan sekitarnya)
 Menagkap maqshad (maqashid) al-Qur’an ketika diturunkan
B. Signifikansi Ayat

 Memperhatikan kategori ayat (lihat misalnya:


muhkamah-mutasyābihah; hirarki nilai pada ayat-ayat
hukum dll.)
Mengembangkan maqshad (maqashid) al-āyat al-
Qur’āniyah
 Menangkap ma‘nā isyārī (makna simbolik)
berdasarkan pola pikir kekinian
 Memperhatikan situasi waktu dan tempat
 Menafsirkan ayat dari sudut pandang keilmuan lain
(psikologi, sosiologi, antropologi, sains, dll)
 Penyesuaian dan implementasi pesan ayat
Examples

1. See my interpretation of Q. Al-Hajj: 39-40


2. See my interpretation of Q. Al-Naml: 29-35
3. See my interpretation of Q. Al-Nisa’:34
4. See my interpretation of Q. Al-Shaffat: 100-103
5. See my interpretation of Q. Al-Ma’idah:51
6. See my interpretation of Q. Al-Baqarah: 111-113

Anda mungkin juga menyukai