A. Pengertian: Cerita rakyat, Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang dan
hidup di kalangan masyarakat. Cerita rakyat berkembang secara turun-
temurun dan disampaikan secara lisan. Cerita rakyat adalah cerita atau kisah
yang asal muasalnya bersumber dari masyarakat serta tumbuh berkembang
dalam masyarakat di masa yang lampau
1. Fabel : meupakan jenis cerita rakyat yang pelaku atau tokoh dalam cerita adalah
hewan/binatanga (Kancil dan Buaya,Kancil dan Harimau dll)
2. Legenda
4. Sage : adalah bentuk cerita rakyat yang bercerita tentang kepahlawanan. Contoh
:Si Jampang Jago Betawi
5. Hikayat : cerita Melayu Klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri
kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya.
7. Cerita Jenaka
Karya sastra klasik lainnya yang cukup terkenal adalah cerita jenaka, seperti Pak
Belalang, Lebai Malang. Lebai Malang menggambarkan orang yang karena
keserakahanya justru selalu tidak memperoleh apa-apa.
1. Tema
Tema merupakan inti persoalan yang menjadi dasar dalam sebuah cerita. Oleh
karenanya, agar bisa mendapatkan tema dalam sebuah cerita, pembaca tentunya
harus membaca cerita tersebut hingga selesai. Tema pada cerita rakyat akan
dikaitkan dengan pengalaman kehidupan. Biasanya tema cerita rakyat mengandung
elemen alam, kejadian sejarah, kesaktian, dewa, misteri, hewan, dll.
Latar adalah informasi mengenai waktu, suasana, dan juga lokasi dimana cerita
rakyat itu berlangsung. : Latar Lokasi atau Tempat
Latar lokasi adalah informasi pada cerita yang menjelaskan tempat cerita itu
berlangsung. Sebagai Contoh latar lokasi cerita adalah di kerajaan, di desa, di
hutan, di pantai, di kahyangan, dll. : Latar Waktu
Latar waktu merupakan saat terjadinya peristiwa dalam dongeng, sebagai contoh
pagi hari, pada jaman dahulu kala, malam hari, tahun sekian, saat matahari
terbenam dll. :Latar Suasana
Latar suasana adalah informasi yang menyebutkan suasana pada kejadian dalam
dongeng berlangsung. Sebagai contoh latar suasana adalah rakyat hidup damai dan
sejahtera, masyarakat hidup dalam ketakutan karena raja yang kejam, hutan
menjadi ramai setelah purbasari hidup disana, dll
3. Tokoh
Tokoh merupakan pemeran pada sebuah cerita rakyat. Tokoh pada cerita rakyat
dapat berupa hewan, tumbuhan, manusia, para dewa dll.
a. Tokoh utama ( protagonis) adalah tokoh yang menjadi sentral pada cerita.
Tokoh ini berperan pada sebagian besar rangkaian cerita, mulai dari awal
sampai akhir cerita. Pada umumnya, tokoh utama ditampilkan sebagai tokoh
tokoh yang memiliki sifat baik. Tetapi tidak jarang ditemukan tokoh utama
diceritakan lucu, unik atau jahat sekalipun.
b. Tokoh lawan ( antagonis). merupakan tokoh yang selalu berlawanan
dengan tokoh protagonis. Pada umunya, tokoh antagonis ditampilkan
sebagai tokoh ”hitam”, yaitu tokoh yang bersifat jahat.
c. Tokoh pendamping (tritagonis). Tritagonis merupakan tokoh
pendukung/berkarakter keduanya
Secara langsung (analitis) yaitu watak tokoh bisa dikenali pembaca karena
telah dijelaskan oleh pengarang secara langsung dalam cerita
(pemeberni
Secara tidak langsung (dramatis) yaitu watak tokoh bisa dikenali pembaca
dengan membuat kesimpulan sendiri dari
tingkah laku,
penampilan,
bahasa tokoh
4. Alur
5. Sudut pandang
merupakan nilai-nilai yang terkandung didalam cerita dan ingin disampaikan agar
pembaca mendapatkan pelajaran dari cerita tersebut.
• 1. Terdapat kemustahilan
• 2. Memiliki bentuk-bentuk klise dalam susunan penceritaan maupun
pengungkapannya (bahasa)
• 3. Memiliki kesaktian pada tokoh-tokohnya
• 4. Bersifat anonim
• 5. Bersifat istanasentris bercerita seputar kerajaan, termasuk tokoh-tokohnya
• 6. Menggunakan alur berbingkai, tidak lurus tetapi sering bebolak-balik alur
dalam menceritakannya.
H. FUNGSI CERITA RAKYAT
1. S arana hiburan
2. Sarana Pendidikan (ada nilai2 yang dapat dicontoh dalam kehidupan)
3. Sarana menunjukkkan dan melestarikan budaya bangsa karena mengandung
nilai sosial dan budaya.
Tersebutlah seorang ulama dari Negeri Arab bernama Syekh Muhidin. Ia dikirim
dari Negeri Arab ke Negeri Jawa untuk menyebarluaskan agama Islam. dengn
menaiki perahu, tibalah Syekh Muhidin di Bulakan, daerah Cisalak, Pulau Jawa.
Ketika ia tiba bersamaan dengan tibanya waktu Dhuhur. Syekh Muhidin lalu
mengerjakan shalat.
Setelah mengerjakan shalat, Syekh Muhidin lantas meninggalkan daerah itu. Tas
bawaannya tertinggal. Empat puluh penduduk Bulakan lalu mendatangi tas itu.
Mereka tertarik untuk mengetahui isi tas orang asing itu. Ketika mereka
membukanya, mereka mendapati biji-bijian tanaman di dalamnya. Mereka lantas
menyebarkan biji-bijian itu. Keajaiban pun terjadi. Seketika bijibijian itu
disebarkan di tanah, tumbuhlah pohon- pohon. Cepat sekali pohon-pohon itu
tumbuh hingga dalam waktu sekejap itu pohon-pohon itu telah berbuah.
Tidak ada seorang pun penduduk Bulakan itu yang mengetahui pohon apakah yang
cepat tumbuh dan berbuah itu. Mereka tidak berani memakan buah-buah dari
aneka pohon itu dan bahkan tidak tahu bagaimana cara memakannya. Empat puluh
penduduk Bulakan itu lantas bersepakat mencari orang asing itu untuk bertanya
perihal buah-buah aneh itu. Syekh Muhidin mereka temukan di tepi laut di daerah
Cikonang.
"Maaf." salah seorang penduduk Bulakan itu bertanya, "Siapakah Tuan ini?"
"Nama saya Syekh Muhidin. Saya berasal dari Negeri Arab. Kedatangan saya ke
daerah ini untuk menyebarluaskan agama Islam," jawab Syekh Muhidin.
Penduduk Bulakan itu lantas menjelaskan adanya bibit-bibit tanaman yang terdapat
di dalam tas Syekh Muhidin yang telah mereka sebarkan hingga menjadi aneka
pohon yang telah berbuah. "Pohon apakah itu dan bagaimana cara memakan
buahnya?"
Syekh Muhidin bersedia menjawab pertanyaan itu asalkan para penduduk Bulakan
itu bersedia masuk agama Islam. Empat puluh penduduk Bulakan itu menyatakan
kesediaannya untuk memeluk agama Islam. Syekh Muhidin lantas mengislamkan
mereka dan menjadikan mereka selaku murid-muridnya. Syekh Muhidin
menjelaskan aneka pohon berikut cara memakannya.
Ketika hendak melaksanakan shalat Jum'at itulah Syekh Muhidin mendadak ingin
buang air kecil.Ia lantas buang air kecil di dalam batok kelapa. Diletakkannya
batok kelapa berisi air seninya itu di atas balai bambu. Ia lalu kembali ke dalam
masjid setelah berwudhu.
Ketika Syekh Muhidin memimpin shalat Jum'at, seekor babi hutan betina lewat di
tempat balai bambu dan kemudian meminum air seni Syekh Muhidin.
Terperanjatlah Syekh Muhidin ketika mendapati batok kelapa tempatnya
menyimpan air seninya itu telah kosong seusai melaksanakan shalat Jum'at.
Waktu terus berlalu. Sembilan bulan kemudian telah terlewati. Ketika shalat Jum'at
selesai dilaksanakan, mendadak Syekh Muhidin dan jama'ah masjid mendengar
tangis bayi. Mereka bergegas mencari dan menemukan bayi itu berada di kolong
masjid di bagian pengimaman. Kegemparan pun terjadi, mereka bertanya-tanya
perihal bayi perempuan siapakah yang berada di kolong masjid itu?
Anak-anak yang tengah bermain di depan masjid lantas bercerita, bahwa bayi
perempuan itu diletakkan oleh seekor babi hutan di bawah kolong masjid. Orang-
orang akhirnya mengambil bayi itu dan merawatnya bersama secara bergiliran.
Dalam perawatan orang-orang, bayi itu terus tumbuh membesar hingga ia bisa
merangkak kemudian. Orang-orang tetap penasaran, siapa sesungguhnya ayah dari
anak perempuan tersebut. Juga perihal nama yang paling pantas untuk si anak
perempuan. Mereka lantas mengungkapkannya kepada Syekh Muhidin.
Segenap murid Syekh Muhidin lantas membuat aneka kue. Masing-masing kue
buatan mereka berbeda-beda, baikjenis, bahan, maupun warnanya. Masing-masing
membuat kue semenarik mungkin untuk menarik perhatian anak perempuan kecil
itu. Masing-masing dari mereka ingin menjadi ayah angkat anak perempuan itu.
Berbeda dengan sekalian muridnya, Syekh Muhidin membuat kue dari dedak
halus. Tidak pula dibuatnya semenarik mungkin agar terpilih si anak perempuan.
Tampaknya, Syekh Muhidin tidak berminat menjadi ayah angkat anak perempuan
itu. Masing-masing kue dijajarkan dan si anak perempuan yang baru bisa
merangkak itu diminta untuk memilih. Sangat mengejutkan, si anak perempuan
ternyata memilih kue buatan Syekh Muhidin.
Selesai berpesan, Syekh Muhidin lantas meninggalkan Nyi Hartati dan empat
puluh muridnya itu. Kepulangannya ke Negeri Arab diiringi keharuan dan
kesedihan Nyi Hartati dan empat puluh muridnya.
Waktu kembali berlalu. Nyi Hartati telah tumbuh menjadi seorang gadis yang amat
jelita parasnya. Serasa tak terbilang banyaknya pemuda yang mengimpikan dapat
menyuntingnya.
Syandan pada suatu hari orang-orang menemukan sebuah jamur yang tumbuh di
kolong masjid. Jamur yang aneh. Tidak hanya bentuknya yang besar, batangnya
juga terlihat sangat kokoh. Beberapa orang mencoba mencabut, namun jamur besar
itu tetap tidak tercabut. Orang-orang menjadi penasaran. Mereka mencoba
menebang batang jamur tersebut. Namun, jamur itu tetap utuh tanpa terluka sedikit
pun. Pisau, golok, pedang, dan aneka senjata tajam lainnya tidak mampu
menciderainya meski ditebaskan sekuat tenaga dan berulang-ulang.
Orang-orang menjadi keheranan dan juga cemas. Menurut mereka, jika jamur itu
terus tumbuh membesar niscaya akan merobohkan masjid. Seketika terbayang
mereka pada Syekh Muhidin, mereka pun segera menghubungi Nyi Hartati.
Mereka jelaskan perihal tumbuhnya jamur aneh di tempat Nyi Hartati dahulu
diketemukan ketika masih bayi.
"Jika kita biarkan, jamur itu akan terus membesar dan bisa jadi masjid kita akan
roboh jika jamur itu telah tumbuh membesar. Oleh karena itu, tolonglah Nyi,
barangkali jamur aneh itu akan tercabut jika engkau yang mencabutnya," pinta
mereka.
Nyi Hartati lantas menuju kolong masjid untuk melihat jamur aneh yang diributkan
murid-murid ayahandanya itu. Setelah mengamati, Nyi Hartati pun berujar, "Aku
bersedia mencabut jamur itu asalkan kalian membuatkan aku sebuah perahu."
Empat puluh murid Syekh Muhidin itu lantas bekerja sama bahu-membahu
membuat perahu yang diminta Nyi Hartati. Tak berapa lama perahu itu pun telah
jadi. Kebetulan hari itu hari Jum'at. Selesai membuat perahu, empat puluh murid
Syekh Muhidin itu lalu melaksanakan shalat Jum'at. Ketika mereka melaksanakan
shalat Jum'at itulah Nyi Hartati mencabut jamur aneh. Sangat mengherankan,
jamur itu sangat mudah dicabut Nyi Hartati.
Keanehan pun terjadi. Seketika jamur itu dicabut Nyi Hartati, dari tempat
tumbuhnya jamur itu mendadak memancar air yang sangat deras. Begitu derasnya
air yang memancartersebut hingga daerah itu Iangsung terbenam. Masjid berikut
empat puluh murid Syekh Muhidin tenggelarn.
Daerah itu pun berubah menjadi sebuah danau. Orang-orang pun menyebutnya
Rawa danau. Adapun empat puluh murid Syekh Muhidin kemudian menjelma
menjadi buaya-buaya yang diyakini masyarakat menjadi penunggu Rawa danau.
Pesan moral dari artikel unsur unsur dalam cerita rakyat : asal mula rawa danau
adalah kita hendaknya memercayai sepenuhnya takdir yang telah ditetapkan
Tuhan. Betapa pun kita berusaha menghindar, niscaya takdir Tuhan akan tetap
terjadi pada diri kita.