Anda di halaman 1dari 3

Unsur Intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.

unsur intrinsik meliputi


tema, latar (set up), sudut pandang (point of view), alur, penokohan, gaya bahasa, dan amanat. Adapun
unsur ekstrinsik merupakan unsur di luar karya sastra, namun sangat berpengaruh terhadap karya
sastra tersebut. Misalnya, latar belakang sosial budaya pengarang, keadaan masyarakat, lingkungan
keagamaaan, dan pengalaman pengarang.
1. Tema adalah pokok permasalahan sebuah cerita, makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita.
Istilah tema sering disamakan penegertiannya dengan topik, padahal kedua istilah ini memiliki
pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema adalah
gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak dipegangkan dalam dan melalui karya fiksi. Tema cerita
biasanya bersifat tersirat (tersembunyi) dan dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita.
Tema fiksi umumnya diklasifikan ke dalam lima jenis, yaitu:
Tema Jasmaniah merupakan tema yang cenderung berkaitan dengan keadaan jasmani
seorang manusia. Tema jenis ini terfokus pada kenyataan diri manusia sebagai molekul, zat,
dan jasad. Oleh karena itu, tema percintaan termasuk ke dalam kelompok tema ini.
Tema Organik diterjemahkan sebagai tema tentang "moral" karena kelompok tema ini
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan moral manusia yang wujudnya tentang
hubungan antar manusia, antar pria-wanita.

Tema Sosial meliputi hal-hal yang berada di luar masalah pribadi, misalnya politik,
pendidikan, dan propaganda.

Tema Egoik merupakan tema yang menyangkut reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya
menentang pengaruh sosial.

Tema Ketuhanan merupakan tema yang berkaitan dengan kondisi dan situasi manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

2. Latar atau setting adalah tempat, waktu, atau keadaan yang melatari dan mewadahi berbagai
peristiwa dalam sebuah cerita. Secara garis besar latar fiksi dapat dikategorikan dalam tiga bagian,
yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Latar Tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi, misalnya latar
tempat di dalam Kubah, yang menunjukkan latar pedesaan, perkotaan, atau latar tempat
lainnya. Melalui tempat terjadinya peristiwa diharapkan tercermin pemerian tradisi
masyarakat, tata nilai, tingkah laku, suasana, dan hal-hal lain yang mungkin berpengaruh pada
tokoh dan karakternya.
Latar Waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa dalam plot secara historis. Melalui
pemerian waktu kejadian yang jelas, akan tergambar tujuan fiksi tersebut secara jelas pula.
Rangkaian peristiwa tidak mungkin terjadi jika dilepaskan dan perjalanan waktu yang dapat
berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan jaman tertentu yang melatarbelakangi.

Latar Sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan hakikat seseorang atau beberapa
orang tokoh dalam dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya. Statusnya dalam kehidupan
sosialnya dapat digolongkan menurut tingkatannya, seperti latar sosial bawah atau rendah,
latar sosial menengah, dan latar sosial tinggi.

3. Sudut Pandang (point of view) adalah visi pengarang atau cara pengarang mengambil posisi
dalam cerita. Lazimnya, sudut pandang yang umum dipergunakan oleh para pengarang dibagi menjadi
empat jenis, yakni:
Sudut Pandang First Person Central (Akuan Sertaan). Didalam sudut pandang akuan
sertaan, tokoh cerita sentral adalah pengarang yang secara langsung terlibat dalam cerita.
Biasanya pengarang menggunakan tokoh "aku" atau "saya" (orang pertama).
Sudut Pandang First Person Peripheral (Akuan Tak Sertaan). Sudut pandnag akuan tak
sertaan, tokoh "aku" biasanya hanya menjadi pembantu atau pengantar tokoh lain yang lebih
penting. Pencerita pada umumnya hanya muncul di awal atau di akhir cerita.
Sudut Pandang Third-Personil-Omniscient (Diaan Mahatahu). Di dalam sudut pandang
diaan mahatahu, pengarang berada di luar cerita, dan biasanya pengarang hanya menjadi
seorang pengamat yang maha tahu, bahkan mampu berdialog langsung dengan pembaca.

Sudut Pandang Third-Person-Limited (Diaan Terbatas). Dalam diaan terbatas, pengarang


mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak ceritanya. Dalam hal ini
pengarang hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang dijadikan tumpuan cerita.

a. Sudut pandang persona ketiga : Dia


Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya Dia, narator
adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan
menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya
yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.
Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau
siapa yang bertindak.
Sudut pandang diadapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan
dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat
bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh dia, jadi bersifat
mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan pengertian terhadap tokoh dia
yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.
1) Dia mahatahu
Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut dia, namun pengarang, narator dapat
menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh dia tersebut. Narator mengetahui
segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh,
peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan
menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh
diayang satu ke dia yang lain, menceritakan atau sebaliknya menyembunyikan ucapan
dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan
motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
2) Dia terbatas, Dia sebagai pengamat
Dalam sudut pandang dia terbatas, seperti halnya dalamdiamahatahu, pengarang
melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita,
namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat
terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh dia, namun
mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh
pertama.
b. Sudut Pandang Persona Pertama: Aku
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first person
point of view), aku. Jadi: gaya aku, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam
cerita. Ia adalah si aku tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri,
mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan,
serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat
melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si aku
tersebut.
1) Aku tokoh utama
Dalam sudut pandang teknik ini, si aku mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku
yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya
dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si akumenjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita.
Segala sesuatu yang di luar diri si aku, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya
jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-
masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si aku menjadi tokoh utama
(first person central).
2) Aku tokoh tambahan
Dalam sudut pandang ini, tokoh aku muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai
tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh aku hadir untuk membawakan cerita
kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk
mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri
itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil,
membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
Setelah cerita tokoh utama habis, si akutambahan tampil kembali, dan dialah kini yang
berkisah.
Dengan demikian si aku hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya
cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si aku pada umumnya tampil sebagai pengantar dan
penutup cerita.

4. Alur adalah jalinan peristiwa dalam sebuah cerita yang memliki hubungan sebab akibat. Secara
sederhana, alur terdiri atas tiga tahapan, yakni tahap perkenalan, tahap pertikaian (konflik), dan tahap
penyelesaian (ending). Adapun dalam penceritaannya, pengarang biasanya menggunakan alur maju
(alur konvensional) atau alur mundur dengan teknik kilas (alur konversional).

Plot Cerita yang berisi urutan kejadian, tiap kejadiandihubungkan secara sebab akibat, peristiwa
yangs a t u d i s e b a b k a n a t a u m e n y e b a b k a n t e r j a d i n y a peristiwa yang lain,
(Stenton, 1965:14)
5. Tokoh dan Penokohan. Tokoh cerita yang dibuat pengarang biasanya memiliki karakter atau watak
yang khas. Dalam sebuah cerita biasanya jalan cerita akan berpusat pada tokoh utama. Oleh karena
itu, pengenalan watak tokoh utama pada awal cerita sangatlah penting. Pengenalan watak tokoh dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni sebagai berikut.
Cara Analitik yaitu penggambaran watak tokoh yang secara langsung diuraikan oleh
pengarang.
Cara Dramatik yaitu penggambaran watak tokoh yang tersirat dalam rangkaian cerita,
misalnya deskripsi fisik, deskripsi keadaan sekitarnya, atau dialog antartokoh.

Ditinjau dari segi keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi dua, yakni
tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh periferal atau tokoh tambahan (bawahan). Karena
acapkali sebuah fiksi melibatkan beberapa tokoh, perlu bagi kita untuk pertama kali menentukan
tokoh sentralnya.
6. Gaya Bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya
sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh pemilihan kata (diksi) yang
tepat. Gaya merupakan cara pengungkapan seseorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya
seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena
pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yag berhubungan erat dengan selera pribadinya dan
kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
7. Amanat adalah pesan yang disampaikan dalam sebuah cerita. Pesan tersebut biasanya bersifat
implisit sehingga pembaca akan mampu memperoleh pesan tersebut jika membaca keseluruhan isi
cerita.

Anda mungkin juga menyukai