Tema Sosial meliputi hal-hal yang berada di luar masalah pribadi, misalnya politik,
pendidikan, dan propaganda.
Tema Egoik merupakan tema yang menyangkut reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya
menentang pengaruh sosial.
Tema Ketuhanan merupakan tema yang berkaitan dengan kondisi dan situasi manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
2. Latar atau setting adalah tempat, waktu, atau keadaan yang melatari dan mewadahi berbagai
peristiwa dalam sebuah cerita. Secara garis besar latar fiksi dapat dikategorikan dalam tiga bagian,
yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Latar Tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi, misalnya latar
tempat di dalam Kubah, yang menunjukkan latar pedesaan, perkotaan, atau latar tempat
lainnya. Melalui tempat terjadinya peristiwa diharapkan tercermin pemerian tradisi
masyarakat, tata nilai, tingkah laku, suasana, dan hal-hal lain yang mungkin berpengaruh pada
tokoh dan karakternya.
Latar Waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa dalam plot secara historis. Melalui
pemerian waktu kejadian yang jelas, akan tergambar tujuan fiksi tersebut secara jelas pula.
Rangkaian peristiwa tidak mungkin terjadi jika dilepaskan dan perjalanan waktu yang dapat
berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan jaman tertentu yang melatarbelakangi.
Latar Sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan hakikat seseorang atau beberapa
orang tokoh dalam dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya. Statusnya dalam kehidupan
sosialnya dapat digolongkan menurut tingkatannya, seperti latar sosial bawah atau rendah,
latar sosial menengah, dan latar sosial tinggi.
3. Sudut Pandang (point of view) adalah visi pengarang atau cara pengarang mengambil posisi
dalam cerita. Lazimnya, sudut pandang yang umum dipergunakan oleh para pengarang dibagi menjadi
empat jenis, yakni:
Sudut Pandang First Person Central (Akuan Sertaan). Didalam sudut pandang akuan
sertaan, tokoh cerita sentral adalah pengarang yang secara langsung terlibat dalam cerita.
Biasanya pengarang menggunakan tokoh "aku" atau "saya" (orang pertama).
Sudut Pandang First Person Peripheral (Akuan Tak Sertaan). Sudut pandnag akuan tak
sertaan, tokoh "aku" biasanya hanya menjadi pembantu atau pengantar tokoh lain yang lebih
penting. Pencerita pada umumnya hanya muncul di awal atau di akhir cerita.
Sudut Pandang Third-Personil-Omniscient (Diaan Mahatahu). Di dalam sudut pandang
diaan mahatahu, pengarang berada di luar cerita, dan biasanya pengarang hanya menjadi
seorang pengamat yang maha tahu, bahkan mampu berdialog langsung dengan pembaca.
4. Alur adalah jalinan peristiwa dalam sebuah cerita yang memliki hubungan sebab akibat. Secara
sederhana, alur terdiri atas tiga tahapan, yakni tahap perkenalan, tahap pertikaian (konflik), dan tahap
penyelesaian (ending). Adapun dalam penceritaannya, pengarang biasanya menggunakan alur maju
(alur konvensional) atau alur mundur dengan teknik kilas (alur konversional).
Plot Cerita yang berisi urutan kejadian, tiap kejadiandihubungkan secara sebab akibat, peristiwa
yangs a t u d i s e b a b k a n a t a u m e n y e b a b k a n t e r j a d i n y a peristiwa yang lain,
(Stenton, 1965:14)
5. Tokoh dan Penokohan. Tokoh cerita yang dibuat pengarang biasanya memiliki karakter atau watak
yang khas. Dalam sebuah cerita biasanya jalan cerita akan berpusat pada tokoh utama. Oleh karena
itu, pengenalan watak tokoh utama pada awal cerita sangatlah penting. Pengenalan watak tokoh dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni sebagai berikut.
Cara Analitik yaitu penggambaran watak tokoh yang secara langsung diuraikan oleh
pengarang.
Cara Dramatik yaitu penggambaran watak tokoh yang tersirat dalam rangkaian cerita,
misalnya deskripsi fisik, deskripsi keadaan sekitarnya, atau dialog antartokoh.
Ditinjau dari segi keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi dua, yakni
tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh periferal atau tokoh tambahan (bawahan). Karena
acapkali sebuah fiksi melibatkan beberapa tokoh, perlu bagi kita untuk pertama kali menentukan
tokoh sentralnya.
6. Gaya Bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya
sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh pemilihan kata (diksi) yang
tepat. Gaya merupakan cara pengungkapan seseorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya
seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena
pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yag berhubungan erat dengan selera pribadinya dan
kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
7. Amanat adalah pesan yang disampaikan dalam sebuah cerita. Pesan tersebut biasanya bersifat
implisit sehingga pembaca akan mampu memperoleh pesan tersebut jika membaca keseluruhan isi
cerita.