PENDAHULUAN
1
pengalaman hidup pengarang pun dapat juga dijadikan acuan dalam menyusun
sebuah cerita.
Unsur-unsur luar tersebut kemudian diolah, diimajinasikan, untuk
selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk cerita, yang terjemahannya
dinyatakan dalam berbagai unsur intrinsik. Unsur intrinsik itu dapat berupa :
1. Tema
Tema merupakan dasar cerita yang sekaligus menjadi tujuan utama
suatu cerita.
2. Amanat
Amanat merupakan tujuan sampingan pengarang di luar tema. Tokoh
cerita dapat bersifat protagonis atau antagonis (bahkan mungkin bisa
tritagonis). Karakteristiknya bisa secara analitis, dramatis, atau
kontekstual. Dimensi penokohannya dapat secara fisiologis, psikologis,
ataupun sosiologis. Latar cerita bisa menunjuk tempat tertentu, waktu
tertentu, atau suasana tertentu.
Sudut pandang yang digunakan bisa berupa sudut pandang orang
pertama, orang ketiga, pengarang sebagai pengamat, atau campuran.
Pembayangan mengacu pada upaya menciptakan rangsangan pada diri
pembaca untuk bertanya, peristiwa apakah yang akan menimpa tokoh
cerita setelah ia menghadapi peristiwa- peristiwa sebelumnya.
3. Tokoh
Tokoh adalah orang-orang yang dimunculkan di dalam karya naratif
atau drama, oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan
tertentu. Menurut Nurgiyantoro (1998: 168) tokoh dikatakan wajar,
relevan, jika mencerminkan dan mempunyai kemiripan manusia
sesungguhnya (lifelike). Tokoh cerita hendaknya bersifat alami memiliki
sifat lifelikeness, “kesepertihidupan” yang menjadi bekal acuan pada
kehidupan realitas sehingga pembaca masuk dan berusaha memahami
kehidupan tokoh dalam dunia fiksi sebagai pencerminan kenyataan
situasional. Realitas kehidupan perlu dipertimbangkan pula dalam
kaitannya dengan kehidupan tokoh cerita yang bersifat kompleks,
sekompleks berbagai kemungkinan kehidupan itu sendiri.
Nurgiyantoro (1998: 176-192) juga mengklasifikasikan tokoh cerita
berdasarkan sudut pandang dan tinjauan dibedakan menjadi lima macam
yaitu berdasarkan peran, fungsi penampilan, perwatakan, kriteria, dan
pencerminan :
2
a. Berdasarkan peranan atau tingkat pentingnya, dibedakan menjadi
dua macam yaitu tokoh utama (central character) dan tokoh tambahan
(peripheral character). Tokoh utama merupakan tokoh sentral yang
diutamakan pencitraannya dan sering dikenai kejadian, sedangkan
tokoh tambahan keberadaannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh
utama.
b. Berdasarkan fungsi penampilan dibedakan menjadi dua macam,
yaitu tokoh protagonis (protagonistic character) dan tokoh antagonis
(antagonistic character). Dikatakan tokoh protagonis jika tokoh
tersebut memerankan peran yang memiliki sifat baik, sedangkan tokoh
antagonis adalah tokoh yang memerankan karakter jahat.
c. Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dibedakan menjadi dua
macam yaitu tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh
bulat (complex atau round character). Dikatakan tokoh sederhana jika
tokoh tersebut mudah dipahami karena hanya mempunyai satu
kualitas pribadi tertentu atau sifat yang tertentu juga, sedangkan tokoh
bulat atau kompleks adalah tokoh yang sulit dipahami dan tingkah
lakunya sering tidak terduga.
d. Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan,
tokoh dalam cerita dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh statis (static
character) dan tokoh berkembang (developing character). Tokoh
statis, jika perwatakan tokoh tersebut tidak mengalami perkembangan
atau perubahan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan atau
perubahan perwatakan yang disebabkan perubahan alur (plot) yang
dikisahkan.
e. Berdasarkan kemungkinan pencerminan, dibedakan menjadi dua
macam yaitu tokoh tipikal (typical character) dan tokoh netral (neutral
character). Tokoh tipikal adalah suatu tokoh yang keadaan
individualitasnya sedikit ditampilkan dan lebih banyak menonjolkan
kualitas pekerjaan atau kebangsaannya. Tokoh netral adalah tokoh
cerita yang hanya hidup dan bereksistensi demi cerita itu sendiri.
3
4. Penokohan
Penokohan merupakan penyajian watak tokoh penciptaan citra
tokoh. Penokohan memberikan ciri lahir (fisik) maupun batin (watak)
tokoh. Masalah penokohan dalam karya sastra tidak semata-mata hanya
berhubungan dengan masalah pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh
cerita saja, melainkan juga bagaimana melukiskan kehadiran dan
penghadirannya secara tepat sehingga mampu menciptakan dan
mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan. Kedua hal tersebut
saling mendukung dan melengkapi, kegagalan yang satu berarti kegagalan
yang lain.
Menurut Harjito (2005: 8) untuk menggambarkan tokoh atau
penokohan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara analitik dan cara
dramatik.Cara analitik yaitu pengarang langsung memaparkan tentang
watak atau karakter tokoh, menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati,
keras kepala, penyayang, dan sebagainya. Sedangkan cara dramatik
(disebut juga cara lukis tidak langsung) yaitu menggambarkan watak tidak
diceritakan langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui (a) pemilikan
nama tokoh, (b) penggambaran fisik, (c) dan dialog.
4
b. Konflik
Konflik merupakan kejadian penting yang berupa peristiwa
fungsional, utama atau kernel. Konflik biasanya berupa peristiwa-
peristiwa manusiawi seru yang saling berkaitan satu dengan yang lain,
konflik disini cenderung disenangi pembaca. Bentuk konflik dapat
dibedakan ke dalam dua katagori yaitu konflik eksternal dan internal.
Konflik eksternal merupakan konflik yang terjadi antara tokoh cerita
dengan sesuatu yang di luar dirinya biasa dengan lingkungan alam
ataupun lingkungan manusia. Sedangkan konflik internal merupakan
konflik yang terjadi dalam jiwa seorang tokoh cerita.
c. Klimaks
Klimaks merupakan saat konflik telah mencapai tingkat intensitas
tetinggi dan sesuatu itu tidak dapat dihindari kejadiannya. Artinya
berdasarkan kelogisan cerita peristiwa itu memang harus terjadi dan
tidak dapat dihindari. Jadi klimaks dapat diartikan titik pertememuan
antara dua hal kejadian atau lebih yang dipertentangkan.
5
1.4 Ciri-ciri Novel
1. Ciri-Ciri Novel secara Umum:
Jumlah katanya lebih dari 35.000 kata.
Terdiri dari setidaknya 100 halaman.
Waktu untuk membaca novel setidaknya 2 jam atau 120 menit.
Ceritanya lebih dari satu impresi, efek, dan emosi.
Alur ceritanya cukup kompleks.
Seleksi ceritanya luas.
Ceritanya panjang, tapi banyak kalimat yang diulang-ulang.
Ditulis dengan narasi kemudian didukung dengan deskripsi untuk
menggambarkan suasanya yang ada didalamnya.
Itu tadi ciri-ciri novel secara umum, selanjutnya ada yang namanya
novel terjemahan, novel angkatan 20 dan 30an, dan novel remaja.
6
1.5 Jenis-Jenis Novel
1. Jenis novel berdasarkan nyata atau tidaknya kejadian
Novel fiksi, adalah novel yang tidak nyata atau tidak terjadi pada
kehidupan nyata.
Novel non-fiksi, adalah yang pernah ada atau nyata adanya.
7
BAB 2
ANALISIS NOVEL
8
Karena latar belakangnya, Mare ingin memberontak dan menyuarakan
keadilan dan kesetaraan pada kaumnya, Kaum Merah. Namun sempat
terhambat karena kelicikan Ratu dan Pangeran yang menjadi tunangannya,
Pangeran Maven. Belum lagi Cal yang mulai mencintai Mare dan sebaliknya.
Mare dan Cal awalnya saling bertentangan, karena Cal taat pada
pemerintahan yang telah ada. Namun karena taktik licik Ratu dan Pangeran
Maven, Cal dan Mare harus bekerja sama. Ratu dan Pangeran Maven
memfitnah Cal dan Mare sehingga seolah-olah Cal telah membunuh Raja dan
Mare telah berselingkuh dengan Cal. Hingga akhirnya Mare dan Cal dihukum,
namun mereka berhasil melarikan diri dengan dibantu komplotan yang
mendukung kesetaraan Kaum Merah, Barisan Merah.
9
2.2 Struktur Novel
1. Abstraksi
Aku benci Jumat Pertama. Hari itu membuat seisi desa penuh sesak,
dan saat ini, di tengah teriknya puncak musim panas, itu adalah hal
terakhir yang diinginkan siapapun. Pasar mulai sepi. Semua orang sibuk
menutup kios-kios mereka.
Hampir semua orang meanti-nanti kedatangan Jumat Pertama setiap
bulannya, saat pekerjaan dan sekolah berakhir lebih cepat. Namun tidak
dengan diriku. Tidak, aku lebih suka menetap di sekolah, tanpa belajar apa
pun di ruangan kelas yang penuh dengan anak-anak.
2. Orientasi
Ulang tahun kedelapan belasku akan segera tiba, dan bersamanya,
panggilan untuk berperang. Aku bukan pegawai magang, tidak punya
pekerjaan, jadi aku akan dikirimkan ke medan perang seperti halnya orang
lain yang menganggur. Abang-abangku – Shade, Bree, dan Tramy -
berangkat ke medan perang ketika mereka menginjak usia delapan belas,
katiganya dikirim untuk melawan Lakelanders. Usiaku tiga belas tahun
saat Bree pergi. Dia mencium pipiku dan memberikan sepasang anting
untuk dibagi bersama adikku, Gisa. Tramy dan Shade meneruskan tradisi
itu saat mereka pergi.
Ditengah jalan, di persimpangan Jalan Mill dan Marcher,
keramaian bertambah dan semakin banyak warga desa yang bergabung di
kerumunan. Sentuhan kecil di pinggangku membuat tubuhku berputar,
bergerak berdasar insting. Aku merenggut tangan orang bodoh itu dan
alih-alih kudapati bocah pencopet itu, kudapati sosok yang menyeringai
lebar. Kilorn Warren. Seorang nelayan magang, anak yatim piatu akibat
perang, dan mungkin satu-satunya teman sejatiku.
”Kau semakin gesit,” Dia terkekeh, sambil melepaskan
cengkeramanku.
Kemudian kami tiba di sebuah arena. Ini hari Jumat Pertama, dan
mereka sudah tak sabar ingin menyaksikan acara. Pertarungan antara dua
kaum perak. Bagi Kilorn dan yang lainnya ini adalah hiburan. Namun
bagiku, ini sebuah pesan yang terukur dan keji. Mereka bertarung untuk
menunjukkan kepada kami – Kaum Merah - kekuatan dan kekuasaan
mereka. Itu seperti tertulis di pukulan manusia super yang dilancarkan para
petarung.
10
Hari ini, dua kandidat petarung bersiap menghadapi tugas mereka.
Petarung pertama, Cantos Carros, seorang Perak dari Teluk Harbor di
wilayah timur. Dari layar video besar, sudah terlihat dari luar bahwa ia
berasal dari golongan lengan perkasa. Petarung satu lagi tampak pucat dan
ceking. Tapi baju zirah baja birunya tampak megah dan dipoles hingga
berkilau tajam. Nama belakangnya terdengar familier, tapi bukanlah hal
aneh. Kebanyakan Kaum Perak berasal dari keluarga-keluarga tenar, yang
disebut dengan klan, dengan lusinan anggota. Klan yang memerintah
wilayah kami, Lemnah Ibu Kota, adalah Klan Welle. Gubernur Welle
berasal dari golongan penghijau.
“Para petarung, bersiaplah.”
Mereka menancapkan tumit mereka di kedua sisi arena yang
berlawanan. Lengkingan lonceng terdengar, dan pertarungan dimulai.
Nampak Cantos sudah berusaha menyerang Samson dengan lengannya.
Samson hanya menghindar dan menghindar hingga Cantos melempar
tubuh Samson. Darah perak keluar dari tubuh Samson.
Inilah pemisah sejati antara Kaum Perak dan Merah: warna darah
kami. Perbedaan sederhana ini entah membuat mereka lebih kuat, lebih
pandai, dan lebih baik dari kami.
Cantos sudah bersiap, mencengkeran pedangnya, akan menebas
Samson. Namun dia berhenti. Samson menjentikkan jarinya dan Cantos
melangkah, mengikuti garakan Samson. Keheningan mencekan di seluruh
arena selagi kami menyaksikan adegan yang sedang terjadi.
“Pembisik,” ucapku lirih.
Cantos mengangkat pedang, kedua tangannya gemetar. Dia
berusaha melawan kekuatan Samson. Namun, betapapun kuat dirinya,
mustahil untuk bertarung melawan musuh dalam pikirannya. Satu putara
tangan Samson, dan darah perak tertumpah. Pedang Cantos menembus
baju zirahnya sendiri. Lampu-lampu biru menyala, menandakan akhir
pertarungan. Para petugas Keamanan bergerak lebih cepat dari yang
pernah kulihat sebelumnya.
Aku menapaki tangga ke rumah. Dari ketinggian ini aku dapat
melihat beberapa perahu yang mengarah ke hulu sungai dengan bangga
mengibarkan bendera mereka. Kaum Perak. Perahu itu pasti mengarah ke
Summerton, sebuah kota kecil yang ramai di sekeliling kediaman musim
panas raja. Gisa berada di sana hari ini, membantu penjahit yang menjadi
gurunya. Istananya dikenal sebagai Balairung Matahari.
Di dalam rumah, kulihat Ibu sedang sibuk di depan kompor dan
Gisa sedang menyulam di meja. Ayah melambaikan tangan dari kursi
rodanya saat aku datang.
11
“Oh, aku hampir saja lupa. Aku sempat mampir ke kantor pos
dalam perjalanan pulang dari Summerton. Ada sepucuk surat dari Shade.”
Aku membacakannya untuk mereka. Seperti biasanya, kata-kata
Shade menghujam hati kami. Aku nyaris bisa mendengarkan suaranya
kalau aku berusaha cukup keras. Ayah dan Ibu kembali ke kamar mereka,
begitu juga Gisa. Hingga kemudian aku mendengar panggilan Kilorn yang
tengah menanti dari balik bayang-bayang di balik rumah. Dia habis
menangis. Buku-buku jari tangannya juga berdarah dan aku yakin ada
tembok yang terluka sama parahnya di dekat sini.
“Ada apa? Apa yang salah?”
Dia mengambil waktu untuk menanggapi, mengumpulkan
keberaniannya.
“Atasanku – dia terjatuh. Dia tewas. Aku bukan murid magang
lagi.”
“Mereka akan mengirimku ke medan perang,”
“Pasti ada yang dapat kita lakukan,” seruku spontan. “Aku juga
sama terjerat peperangan sepertimu, tapi mereka juga tidak dapat
memaksaku. Jadi mending kita kabur saja.”
Namun di sinilah aku, mendengarkan diriku sendiri mengucapkan
tiga kata pembawa malapetaka.
“Serahkan semua kepadaku.”
3. Komplikasi
Barang-barang yang tidak bisa kami jual ke pemilik toko biasanya
harus kami bawa ke Will Whistle. Aku berusia sembilan tahun saat
mengenalnya yang tinggal di gerbong kereta. Baru bertahun-tahun
kemudian aku megetahui bahwa Will merupakan bagian dari sebuah
operasi yang jauh lebih besar. Sebagian menyebutnya jaringan bawah
tanah, dan sebagian lagi menyebutnya pasar gelap. Mereka mengangkut
barang-barang ilegal menuju seluruh penjuru negeri. Dan kini aku bertaruh
mereka mungkin akan membuat pengecualian dan sekali ini mengangkut
manusia.
“Tentu saja tidak.”
“Will, kumohon. Aku tahu kau bisa melakukannya – “
Will tentu melihat keputusasaanku, menghela napas, dan
mengajakku masuk.
Di balik bayang-bayang kereta. Seorang gadis dengan karisma
seorang ksatria dengan pistol di pinggulnya, diselipkan di sabuk selendang
merah bercorak matahari.
“Mare Barrow, perkenalkan Farley,” gumam Will.
12
“Kau ingi mengangkut kargo.” Gadis bernama Farley ini mungkin
bersedia melolongku. “Dan kemana tujuannya?”
“Di suatu tempat yang aman dari Kaum Prak. Itu saja.” Farley
mengerjapkan matanya kepadaku.
“Barisan Merah mngabulkan, Mare Barrow.” Aku tersenyum,
namun tak lama berhenti.
“Pembayaran diharapkan secara penuh, senilai seribu crown,”
Farley melanjutkan.
Dua ribu crown. Harganya selangit. Kebebasan kami bernilai
selangit.aku nyaris tak bisa bernapas. Farley bertanya apakah aku mau
menerima persyaratannya.
“Aku menerima persyaratannya.”
13
“Kalian memercayai bahwa diri kalian merupakan penguasa dunia, akan
tetapi masa kekuasaan kalian sebagai raja dan dewa akan segera berakhir.
Sampai kalian mengakui kami sebagai manusia, sebagai makhluk setara,
pertarungan akan hadir di depan pintu rumah kalian. Bukan di medan
perang, melainkan di dalam kota-kota kalian. Di jalan-jalan kalian. Di
rumah-rumah kalian. Karena kalian tidak memandang kami, maka kami
berada dimana-mana.” Suaranya mendengungkan kekuasaan dan
ketenangan. “Dan kami akan bangkit, semerah rona fajar.”
Cuplikan berakhir dan langsung terjadi keributan. Para Kaum erak
disekitarku mengamuk kepada Kaum Merah yang ada di hadapan mereka.
Aku sebisa mungkin menghindar dan bersembunyi. Terjadi kekacauan,
semua panik dan marah. Hingga aku melewati toko perhiasan. Satu
perhiasan saja bisa menyelamatkan Kilorn. Namun dalam sekejap tubuhku
mmematung. Sesosok telky memusatkan pandangannya kepadaku. Aku
berusaha melarikan diri. Aku sempat tenggelam dalam ombak yang dibuat
nymph, hingga Gisa menyelamatkanku. Kami berlari menuju gerbang,
namun sebelum itu, tangan Gisa menyelip ke dalam tas seseorang. Dia
ketahuan, dan pemiliknya adalah seorang Perak. Seorang petugas
keamanan datang dan menghukum Gisa. dia mengahntamkan popor
senapannya ke bawah, mematahkan tulang-tulang di tangan jahit Gisa.
14
“Mare Barrow,” ucapku dan berjalan mendahului.
Cal banya bertanya, tapi dia memberiku sesuatu yang tidak bisa
aku tolak, koin-koin itu. “Aku punya pekerjaan bagus,” jelasnya. Dia
banyak bertanya mulai tentang aku yang akan dikirim ke medan perang
hingga tentang keadaan keluargaku. Tak lama setelah itu, dia pergi dan
aku sampai di rumah.
15
Aku terbangun dan jatuh berlutut di dalam sel, setelah mengalami
perjalanan di dalam pikiranku – terbawa ke alam bawah sadar, memutar
kembali kejadian yang sudah lalu antara aku dan keluargaku. Ternyata
perbuatan Ratu Elara, yang berusaha mencari tahu tentang siapa aku. Dia
seorang pembisik. Kemudian aku dibawa oleh seorang sipir, namanya
Lucas Samos. Dia seorang magnetron dan ternyata dia adalah sepupu
Evangeline. Dia memanduku. Ternyata menuju ruang singgasana. Di sana,
Raja, Ratu, dan kedua pangeran itu memandangiku.
Terjadi cukup banyak pembicaraan dan itu membuatku geram.
Kemudian diputuskan, aku akan dinikahkan dengan Pangeran Maven. Aku
tidak bisa menolak, karena menolak berarti mati. Ternyata mereka
memanfaatkanku untuk menenangkan mereka –orang-orang yang sedang
kacau di luar sana. Untuk pengalih perhatian. Mereka memberiku identitas
baru.
“Ayahmu adalah Ethan Titanos., jenderal Legiun Besi, tewas
terbunuh saat dirimu masih bayi. Seorang prajurit, pria Merah,
mengangkatmu sebagai anaknya sendiri dan membesarkanmu di lumpur,
tak pernah mengungkapkan silsilah aslimu. Kau tumbuh besar dan
meyakini dirimu bukan apa-apa, dan kini, berkat sebuah kesempatan, kau
pun menjadi sosok sejatimu kembali. Kau seorang Perak, seorang putri
dari Klan Terkemuka yang menghilang, seorang bangsawan dengan
kekuatan besar, dan suatu hari nanti, tuan putri Norta.” Begitu hebatnya
raja ini membuat kebohongan yang terlihat nyata. Lady Mareena Titanos,
terlahir dari Lady Nora Nolle Titanos dan Lord Ethan Titanos, Jenderal
Legiun Besi. Pewaris Klan Titanos. Mareena Titanos. Nama baruku.
Mereka memerintahkanku untuk tinggal, dan menjalani kehidupan
di istana layaknya seorang Perak. Kehidupanku akan dikontrol penuh
dengan jadwal-jadwal khusus yang mereka berikan. Dan sebagai gantinya,
aku memohon kepada mereka untuk memulangkan ketiga abangku dari
medan perang dan tidak membawa Kilorn pergi ke medan perang.
Pagiku diawali dengan kehadiran para pelayan yang datang untuk
mendadaniku. Mereka memoles diriku dengan cat putih, menutupi kulit
kemerahanku, menjadikanku layaknya seorang Perak sungguhan. Lucas
sekarang menjadi pengawal pribadiku. Pangeran Maven melamarku secara
resmi di hadapan banyak klan. Dan Cal memilih Evangeline, sudah
kuduga. Hari-hari selanjutnya kujalani dengan mengikuti jadwal khusus
dari Ratu Elara, untuk membuatku beradaptasi dengan cara hidup ini.
Jadwal yang ketat dan membosankan, mulai dari pelatihan, pelajaran
protokol, makan siang kerajaan. Benar-benar membosankan dan
melelahkan.
16
Aku dan Evangeline tidak begitu rukun. Dia sempat mencurigaiku
dan berusaha mengalahkanku di arena berlatih. Berbahaya jika darahku
sampai tertumpah, merah. Pelajaran protokol dibimbing oleh Lady Blonos.
Dia wanita yang tegas. Pengajar selanjutnya adalah Julian Jacos. Dia
ramah dan bijak. Seiring berjalan waktu, dia memberi tahu bahwa dia
adalah adik dari mendiang Ratu Coriane, dan dia adalah seorang
penyenandung. Mengendalikan dengan suara mereka. Fakta lain juga
mengejutkanku. Ratu Coriane meninggal karena bunuh diri, dan itu karena
Ratu Elara. Fitnah yang mengerikan.
Aku semakin dekat dengan Maven dan Cal, menurutku mereka
tidak buruk. Suatu hari, Cal pernah mengantarku mengunjungi rumahku di
desa. Semuanya di rumah, kecuali seseorang. Shade. Dia gugur sebelum
ditarik dari medan perang. Hatiku hancur. Dia adalah kakak kesayanganku.
Kemudia aku memberi tahu kepada mereka tentang apa yang telah terjadi
padaku. Mereka tidak bisa apa-apa, hanya bisa mendukungku dan berdoa
agar aku bisa menjalani semuanya dengan baik.
Terjadi pemadaman listrik yang disengaja. Aku dibantu seorang
palayan –Walsh– menuju hutan terdekat. Di sana ada Farley dan
kelompoknya. Aku memutuskan untuk bergabung ke Barisan Merah.
Namun sebelum itu, Maven datang. aku terkejut, dia ingin bergabung juga.
Dia meyakinkan kami bahwa dia tidak seperti ibunya. Hingga akhirnya
Farley menyetujui. Kami merencanakan sebuah aksi, dan Maven memilih
sasarannya. Kami menargetkan pesta dansa kerajaan yang akan segera
diadakan, setelah acara Pemilihan Ratu dan sebagai penutup. Di antara
kelompok Farley yang menutup wajah mereka dengan kain mereka, salah
satu maju dan melepaskan penutup wajah mereka. Kilorn. Hatiku hancur
dan kecewa. Padahal aku melakukan ini semua agar dia tetap aman, tapi
dia malah menjerumuskan dirinnya ke bahaya itu, berkali-kali lipat lebih
berbahaya.
17
Hari Pesta Dansa tiba. Kami semua bersiap. Aku harap matahari
akan bangkit, semerah rona fajar. Targetnya adalah petinggi-petinggi
kerajaan yang bidangnya berhubungan dengan pengadaan perang. Dengan
melenyapkan pimpinanya, perang akan dihentikan. Begitu pikir kami.
Bunyi tembakan terdengar, mereka menjerit di lantai dansa. Aku ikut
menjerit. Aku mencoba berlari ke tempat yang aman. Tak lama, terdengar
ledakan bom. Tidak. Kami tidak merencanakan adanya bom. Dan ternyata
itu berasal dari Cal, dia pengendali api.
Ada barisan yang berhasil tertangkap. Farley, Walsh, Tristan, dan
Kilorn. Aku berpura-pura untuk menjadi pedukunng perak. Dan kemudian
di suatu malam, dengan kerja keras, ku mencoba membujuk Julian untuk
membantuku membebaskan mereka dengan kekuatannya. Julian paling
memahamiku, dan dengan latar belakangnya sebagai adik mendiang Ratu
Coriane yang dibunuh oleh Ratu Elara, menurutku dia tidak akan berpihak
kepada kerajaan, khususnya sang ratu.
Keesokan pagi, aku banggun dengan berpura-pura terkejut dengan
berita hilangnya buronan. Dan saat aku menuju ruangan Julian, dia akan
pergi. Aku mulai curiga jika Ratu Elara sudah mengetahui perbuatan kami
semalam. Julian dipindahtugaskan, mengecek teks-teks lama di Delphie,
tidak lagi menjadi pengajarku. Kami pun mengucapkan salam perpisahan.
Sangat berat memang. Di sini, hanya Julian yang tahu persis bagaimana
keadaanku. Aku harap semua akan baik-baik saja.
Tiba waktunya untukku pergi. Lebih tepatnya, seluruh anggota
keluarga kerajaan pergi. Pergi menuju Ibukota Archeon, ke Istana Api
Putih, tempat mereka yang sesungguhnya. Rasanya sangat berat begiku.
Ini berarti aku akan sangat susah bertemu dengan keluargaku, mereka bisa
saja melupakanku. Perjalanan menuju Archeon seperti parade di atas
kapal. Bagaikan memamerkan kekuasaan mereka, atau mungkin memang
itu tujuannya. Yah setidaknya, di kapal ini, aku akan melihat rumahku dari
kejauhan, meski hanya sebentar. Setelah melalui Desa Jangkungan, kami
melintasi banyak wilayah lain. Ternyata tidak kalah memprihatinkannya.
Dan semua penumpang kapal ini terlihat biasa saja, tentu saja, yang
memprihatinkan adalah Kaum Merah, bukan kaumnya. Kemudian
perbedaaan kontras terjadi, kota yang rapi dengan berbagai teknologinya,
ya, kami sudah memasuki wilayah Archeon.
18
Setelah disambut dengan kegiatan-kegiatan kerajaan yang
melelahkan dan penuh kebohongan, aku berdiam diri di kamar. Aku
melihat tumpukan buku peninggalan Julian, kubuka salah satu buku, dan
aku menemukan surat dari Julian. Bingung dan heran, aku mulai
membacanya. Kebiingunganku berubah menjadi keterkejutan. Disana
Julian menulis bahwa dia telah meneliti darahku, membandingkan dengan
yang lainnya. Aku adalah merah sekaligus perak, dan lebih kuat dari
keduanya. Dan aku tidak sendiri, ada dua puluh tujuh orang lagi yang sama
sepertiku, atau mungkin lebih. Aku harus mencari mereka dan melatihnya
untuk bersama-sama menaklukkan kerajaan.
Aku dan Maven sedang melakukan perjalanan kerajaan, bekeliling
ibukota, menyapa warga. Aku sduah memberi tahu semuanya kepada
Maven, tentang orang-orang sepertiku, dan dia akan membantuku. Hingga
kemudian sesuatu membawaku ke sebuah teater. Teater Hexaphine. Aku
tahu ini sebuah petunjuk dari barisan. Kami masuk, tanpa mengijinkan
siapapun masuk, dengan alasan kami sedang ingin bermesraan. Hingga
layar terbuka, menampilkan Farley dan yang lainnya, membawaku ke
suatu tempat melalui jalan rahasia. Gerbong kereta. Kereta melaju menuju
wilayah selatan yang konon teradiasi. Itu hanya kebohonngan yang dibuat
oleh para techies yang merupakan Kaum Merah. Di sini para barisan
membangun peradaban tanpa diketahui. Keren. Kemudian kami berunding
tentang cara menunjukkan eksistensi kami sebagai kaum yang harus
disetarakan. Maven mengusulkan sebuah rencana, menggaet sosok
berpegaruh di kerajaan. Dia adalah Cal. Aku tidak yakin dengan itu. Cal
adalah sosok yang taat pada peraturan. Namun Maven meyakinkanku, dia
meyakinkanku bahwa aku bisa membujuk Cal. Aku pun pasrah dan
berusaha meyakinkan diriku bahwa aku bisa.
“Dia akan selalu memilihmu,” kata Maven.
4. Klimaks
Keesokan paginya, sebelum matahari muncul dengan gagahnya,
aku dan Maven sudah pergi ke suatu tempat, menemui Farley dan barisan.
“Kalian sudah siap?” bsik Farley, memandangi kami bergantian.
Kami menjawab, “Kami siap.”
Farley dan barisan dengan gesit bergerak ke dalam saluran pembuangan di
bawah tanah. Hingga kemudian terdengar ledakan, itu dari Maven.
Ledakan itu nyaris merobohkan jembatan. Hingga kemudian prajurit Cal
terbangun. Mereka berlari dengan sigap. Cal menyadari keberadaanku,
berusaha menolongku. Aku menolaknya, dan sesuai rencana, aku
membujuknnya bergabung, membela Barisan Merah.
19
Namun aku salah, Cal tidak memilihku. Aku dan Maven ditangkap.
Dan para barisan, sudah pasti mati dengan suara ledakan hasil para
prajurit.
Kami dibawa menghadap Raja dan Ratu. Ratu sangat terkejut saat
mengetahui putranya berkhianat. Pembicaraan alot terjadi dengan segala
kesalahan dan tindakan kami yang dikuliti satu persatu. Hingga kemudian
hal mengerikan terjadi. Ratu mengendalikan Raja. Dan Cal yang ingin
menyelamatkannya pun tidak bisa, dia juga dikendalikan. Hingga
kemudian, Maven berhasil melepaskan diri dari borgol rantai. Namun
anehnya, dia tidak segera menolongku. Tidak. Dia berkhianat kepadaku.
Atau lebih tepatnya, dia tidak pernah ada di pihakku.
Semua kejadian berlalu dengan cepat, Cal membunu Raja dengan
pedangnya atas kendali Ratu Elara. Dan bertepatan dengan itu, kamera-
kamera pengawas menyala, Ratu Elara dan Maven memainkan perannya.
Tentu saja. Pandangan masyarakat adalah yang terpenting.
Aku dan Cal mencoba melarikan diri. Namun sudah pasti, kami
tidak akan bisa.
5. Resolusi
Aku dan Cal dibawa ke sebuah arena, tempat eksekusi yang sudah
lama tidak digunakan, sistem eksekusi lama, Mangkuk Bengkarak. Aku
berusaha mengeluarkan kekuatanku, namun tidak bisa. Arven pasti ada di
sekitar sini. Sebelum dieksekusi, kesalahan kami ditampilkan di layar
video, dihadapan semua Kaum Perak yang menonton, dikuliti satu persatu.
Mulai dari kekuatanku yang mereka anggap palsu dan hanya
menggunakan sebuah teknologi, ciumanku dengan Cal, dan pembunuhan
Raja. Bagus, paandangan masyarakat adalah yang terutama. Kemudian
kami dihadapkan dengan para petarung. Tidak. Lebih tepatnya eksekutor
kami. Seorang lengan perkasa, Rhambos. Nymph yang siap
menenggelamkan api Cal, Lord Osanos. Arven yang hening dan mampu
membuat kekuatanku tidak bisa kugunakan, dan dua orang magnetron,
Evangeline dan Ptolemus. Mengerikan,
Pertarungan dimulai. Cal berusaha melindungiku yag tidak
mempunyai kekuatan. Semua berjalan dengan sengit. Aku berusaha
menggunakan ketangkasan dan kecerdikanku untuk mencari celah. Hingga
suatu waktu, Rhambos memojokkanku dan membidik, aku meghempaskan
diriku di pasir. Tombaknya mengenai Arven yang ada di belakangku.
Kekuatanku kembali. Aku berusaha melawan mereka dengan kekuatanku,
menyelamatkan Cal yang tenggelam dalam ombak Osanos.
20
Evangeline berkata lirih karena keterkejutan melihat kekuatanku.
Mengendalikan badai. “Bukan trik, bukan kebohongan.”
Hingga kemudian pertarungan berhenti. Aku menyadari para
penonton sudah tidak ada di tempatnya. Lagi-lagi menjaga pandangan.
Aku masih mengendalikan badaiku, dan itu sangat menguras tenagaku.
Hingga pada suatu titik, para sentinel datang, bersiap dengan tembakan
mereka. Di belakang kami, lubang gelap menganga, dan aku tahu itu pasti
senjata air Osanos. Tembakan terdengar, namun tidak ada peluru mengenai
kami. Kami kerhuyung dan jatuh ke dalam lubang, tenggelam.
6. Koda
Lubang hitam itu surut. Dan aku dapat merasakan deritan mesin.
Sebuah kereta. Aku membuka mata, melihat sekeliling wajah-wajah
familier. Cal, Farley, Kilorn, dan Shade. Shade tidak mati, dia masih
hidup, dan dia bisa melakukan teleportasi. Dia sama sepertiku. Kami pun
menuju suatu tempat. Dan aku berjanji akan membunuh Maven. Aku akan
membunuhnya.
21
2. Tiberias ketujuh (Cal)
Serorang putra mahkota dari Kerajaan Norta. Kaum Perak
dari golongan pengendali api. Putra dari mendiang Ratu
Coriane. Dia adalah pangeran yang taat pada peraturan, pandai
dalam bertarung dan urusan kerajaan lainnya. Dia cerdas dan
tegas.
Buktinya, dia tetap menjalani tradisi pemilihan ratu
(istrinya) padahal dia tidak mencinai lady-lady tersebut. dia
menjadi pemipin Legiun Besi untuk turun ke medan perang.
Dia sempat menciptakan sebuah teknologi transportasi, motor.
3. Pangeran Maven
Seorang pangeran dari Karajaan Norta. Kaum Perak
golongan pengendali api. Saudara Cal, namun berbeda ibu. Dia
adalah putra Ratu Elara. Dia licik dan pandai bersandiwara.
Pengkhianat, serakah, dan tidak punya hati nurani.
Buktinya, awalnya dia baik kepada Mare, membantu Mare
dan barisan, namun ternyata itu semua adalah tipu muslihat.
Dia memfitnah Cal dan Mare. Membunuh orang-orang yang
berusaha menghalangi jalannya menjadi raja.
4. Ratu Elara
Ratu Kerajaan Norta. Seorang Perak dari golongan
pembisik. Dia licik, kejam, serakah, dan menyalahgunakan
kekuatannya. Dia tidak punya hati nurani dan dibutakan
kekuasaan.
Buktinya, dia menghukum orang-orang tidak bersalah yang
menghalangi rencana jahatnya. Mengendalikan Mare dalam
pikirannya, mengawasi Mare, dan memfitnah Mare di hadapan
orang banyak.
5. Raja Tiberias Calore Keenam
Raja Kerajaan Norta. Perak dari golongan pengendali api.
Raja yang bijaksana, namun mudah terpengaruh.
Buktinya, selama menjadi raja, keputusannya banyak diatur
oleh sang ratu.
6. Kilorn
Sahabat Mare di desa. Seorang merah. Anak yatim piatu,
seorang nelayan magang. Dia orang yang seru, murah senyum,
dan aktif. Sahabat yang penuh kasih dan ketulusan.
Buktinya, Mare senang bersahabat dengannya. Dia rela
berkorban untuk membantu Mare dalam barisan.
22
7. Farley
Gadis pemimpin Barisan Merah. Seorang Merah, tentu saja.
Gadis pemberani, cerdik, gesit, dan pandai bertarung. Dia
pemimpin yang tegas.
Buktinya, dia berani memimpin barisan dalam gerakan-
gerakan yang cukup berbahaya. Namun dia selalu selamat. Dia
sangat berambisius dalam gerakan kesetaraan. Dia menampung
para merah yang mau berjuang.
8. Shade
Salah satu kakak Mare. Kakak kesayangan Mare. Dia sama
seperti Mare. Seorang Merah istimewa, dengan kekuatan.
Kekuatannya adalah berteleportasi. Dia kakak yang penyayang.
Buktinya, dia lolos dari eksekusi karena kekuatannya. Dia
rajin mengirim surat untuk keluarga selama di medan perang
dan tidak lupa salamnya untuk Mare.
9. Evangeline
Seorang Perak dari golongan magnetron. Dia berasal dari
klan terkemuka. Dia adalah kandidat yang dipilih Cal dalam
pemilihan ratu, dia adalah tunangan Cal. Evangeline pamdai
dalam bertarung. Dia mampu menggunakan kekuatannya
dengan baik.
Buktinya, dia menjadi kandidat terkuat dalam pemilihan
ratu. Saat di tempat berlatih, dia mampu menunjukkan
kekuatannya. Dan saat di Mangkuk Bengkarak, dia cukup
pandai untuk mengalahkan Cal dan Mare.
10. Julian Jacos
Seorang Perak dari golongan penyenandung. Dia termasuk
dalam keluarga kerajaan, lebih tepatnya, dia adalah adik dari
mendiang Ratu Coriane, paman Cal. Dia adalah sosok yang
cerdas dan ingin tahu. Dia gemar membantu. Dia berada di
pihak Mare.
Buktinya, dia meneliti darah Mare, mencari tahu tentang
kekuatan Mare. Dia membantu Mare melatih kekuatannya. Dia
juga mambantu Mare membebaskan beberapa anggota barisan
yang tertangkap.
c. Alur
Alur yang digunakan adalah alur campuran, yaitu terdapat alur
maju dan alur mundur.
23
Alur Maju :
Hampir semua cerita memiliki alur maju. Sangat jarang
ditemui alur mundur. Alur maju berjalan dari awal cerita,
kemudian berhenti saat setelah Mare ditangkap dan pikirannya
dirasuki oleh Ratu Elara. Kemudian alur maju kembali berjalan
ketika Mare sudah sadar dari pengaruh Ratu Elara.
Alur Mundur :
Alur mundur sangat jarang ditemukan. Alur mundur
terdapat ketika Mare ditangkap setelah ajang pemilihan ratu. Di
dalam sel penjara, pikirannya dirasuki oleh Ratu Elara,
menampilkan kehidupan Mare dari masa kecil.
d. Setting
Latar
1. Arena Desa Jangkungan
Bukti : Kami tiba di sebuah arena, matahari bersinar terik di
atas kepala. Dibangun sepuluh tahun lalu, arena itu sudah jelas
merupakan bangunan terbesar di Desa Jangkungan.
2. Summerton
Bukti : Meski Summerton hanya hadir di musim ini,
ditinggalkan sebelum salju pertama turun, ini merupakan kota
terbesar yang pernah kulihat.
3. Balairung Matahari
Bukti : Jalanan ini tidak seramai kemarin, dan para petugas
keamanan tampak bertebaran di jalan. Balairung aman
terkendali, ucap si pelayan sebelumnya.
4. Rumah Mare
Bukti : Rumah kecil kami, bahkan menurut ukuran warga
Jangkungan, tapi setikdaknya kami memiliki pemandangan
yang indah.
5. Ibukota Archeon
Bukti : Api Putih lebih tua dari Balairung, tembok-temboknya
terbuat dari batu dan kayu yang dipahat, alih-alih kaca berlian.
6. Kota Reruntuhan, Naercey
Bukti : “Slemat datang di Kota Reruntuhan, di Naercey,”
ujarnya, menggunakan nama kuno yang telah lama terlupakan.
Waktu
1. Pagi hari
Bukti : Keesokan paginya, saat membuka mata kudapati
sesosok bayangan berdiri di sisi ranjangku.
24
2. Siang hari
Bukti : Kami tiba di sebuah arena, matahari bersinar terik di
atas kepala.
3. Malam hari
Bukti : Darah akan tertumpah malam ini.
4. Jumat Pertama
Bukti : Aku benci Jumat Pertama. Hari itu membuat seisi desa
penuh sesak, saat ini, di tengah teriknya puncak musim panas,
itu adalah hal terakhir yang diinginkan siapapun.
Suasana
1. Menegangkan : suasana menegangkan banyak terdapat di novel
ini. Diantaranya saat dialog kerajaan dan saat pertarungan.
2. Sendu : suasana sendu banyak terdapat saat tokoh
mencerutakan tentang sisi lain kehidupannya. Dan saat dialog
dengan orang-orang tersayang seperti keluarga Mare.
3. Bahagia : suasana bahagia terdapat saat Jumat Pertama Mare
bersama dengan Kilorn, saat Mare bertemu abang-abangnya,
dan saat akhir, mare bertemu Shade.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pada novel ini adalah sudut
pandang orang pertama (tokoh utama). Sudut pandang Mare.
f. Amanat
Amanat yang bisa di ambil dari novel ini adalah bahwa kita
tidak boleh membeda-bedakan karena setiap orang adalah setara.
Kekuasaan janganlah membuat kita buta dan serakah. Dan
kesetiaan adalah kunci terikatnya sebuah hubungan.
2. Unsur Ekstrinsik
a. Latar Belakang Penulis
Victoria Aveyard adalah seorang penulis dan penulis
skenario, lahir dan besar di sebuah kota kecil di Massachusetts
Barat. Dia memiliki BFA dalam Penulisan untuk Film & Televisi
dari Sekolah Seni Sinematik Universitas California Selatan. Buku-
bukunya termasuk empat novel terlaris #1 New York Times dan
novel terlaris USA Today, dua novel terlaris New York Times,
koleksi cerita pendek terlaris New York Times. Dia tinggal penuh
waktu di Los Angeles. Serial Red Queen saat ini sedang
diterjemahkan ke dalam 41 bahasa dan terus bertambah. Dia adalah
penulis novel fantasi.
25
b. Nilai-nilai
1. Nilai Moral
Nilai Moral yang bisa dipelajari saat dalam novel ini yaitu
ketika Mare berusaha melakukan apapun untuk menyelamatkan
Kilorn dari penjaringan perang.
2. Nilai Sosial
Novel ini mengandung nilai sosial tentang pentingnya
kesetaraan dalam kehidupan. Semua sama dan tidak ada yang
patut merasa berkuasa dan merasa paling hebat.
3. Nilai Budaya
Budaya dalam novel ini adalah budaya kerajaan monarki
dan belum mengenal banyak teknologi seperti motor dan
telepon. Nama-nama tokoh seperti nama-nama orang barat.
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Novel Red Queen adalah Novel terjemahan bergenre fantasi. Bercerita
tentang perjuangan seorang gadis dalam memperdenngungkan kesetaraan di
negeri tempatnya tinggal. Tentang kesetiaan, dan ketulusan.
3.2 Saran
Karena merupakan novel terjemahan, bahasa yang digunakan agak
berat dan perlu ketelitian dalam membaca. Untuk para pembaca atau calon
pembaca, sebaiknya membaca novel ini saat benar-benar santai dan tidak
terburu-buru agar cerita dapat benar-benar diserap dan diimajinasikan dengan
baik.
27