Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Bahasa dan Sastra

Volume 4 No 1 (2019)
ISSN 2302-2043

VARIASI BAHASA DALAM SITUASI TIDAK FORMAL


PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA INDONESIA DI UNIVERSITAS TADULAKO

RIAS DWI SETIAWATI


Riasdwi_setiawati@yahoo.co.id
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Kampus Bumi Tadulako, Sulawesi Tengah

ABSTRAK - Permasalahan dalam penelitian ini yakni apa saja variasi bahasa dalam situasi tidak formal
pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia di Universitas Tadulako dan apa saja faktor
penyebab terjadinya variasi bahasa dalam situasi tidak formal pada mahasiswa prodi pendidikan bahasa
Indonesia di Universitas Tadulako. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan variasi bahasa dalam
situasi tidak formal pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia di Universitas Tadulako
dan mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya variasi bahasa dalam situasi tidak formal pada
mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia di Universitas Tadulako. Sumber data yaitu
berupa percakapan mahasiswa progran studi pendidikan bahasa Indonesia di Universitas Tadulako.
Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, terdiri dari : reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Setelah melakukan penelitian, pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa
Indonesia di Universitas Tadulako, di temukan beberapa variasi bahasa yaitu : 1)variasi bahasa dari segi
penutur, yaitu dialek; 2) variasi bahasa dari segi keformalan, yaitu ragam santai atau ragam kasual.
Faktor penyebab terjadinya variasi bahasa tersebut yaitu : 1) latar belakang geografis dan sosial
penutur, 2) medium pembicaraan, 3) pokok pembicaraan.

Kata Kunci: Variasi Bahasa; Dialek; Ragam santai.

PENDAHULUAN bahasa yang ada di Indonesia. Hal ini kemudian


yang membuat munculnya variasi bahasa.
Bahasa sangat dibutuhkan dalam situasi Terjadinya keragaman atau kevariasian
dan kondisi apapun. Selagi masih hidup di dunia bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para
manusia membutuhkan interaksi dengan penuturnya yang heterogen, tetapi juga karena
menggunakan bahasa sebagai alatnya. kegiatan interaksi sosial yang mereka
Keragaman atau kevariasian bahasa sangat lakukan sangat beragam. Keragaman ini akan
dibutuhkan dalam hal berkomunikasi, karena semakin bertambah kalau bahasa tersebut
dengan berada di situasi yang berbeda maka digunakan oleh penutur yang sangat banyak,
berbeda pula bahasa yang digunakan. Bahasa serta dalam wilayah yang sangat luas
ditumbuhkembangkan dalam segala aspek (Chaer dan Agustina, 2010: 61).
kehidupan bermasyarakat, karena bahasa Variasi bahasa merupakan penggunaan
mampu untuk meluapkan ide, gagasan, bahasa yang disesuaikan dengan situasi serta
keinginan, bahkan emosi seseorang kepada fungsi yang berlaku pada si penutur. Bahasa
orang lain. digunakan dalam segala situasi baik dari situasi
Variasi bahasa adalah keragaman bahasa formal maupun dalam situasi tidak formal.
yang disebabkan oleh adanya keragaman sosial Sebagai contoh bahasa akan tetap digunakan di
dan keragaman fungsi bahasa (Chaer, 2010 : lingkungan kampus baik pada saat menerima
62). Variasi bahasa merupakan gambaran atas matakuliah maupun dalam keadaan tidak
ketidakseragaman para pengguna bahasa dalam menerima matakuliah.
berinteraksi. Negara Indonesia sendiri Dalam penelitian ini, peneliti
merupakan negara yang terkenal dengan menggunakan teori variasi bahasa yang
beragam budaya yang dimilikinya. Selain dikemukaan oleh Chaer dan Agustina, 2010.
budaya keanekaragaman juga terdapat pada Bahwa variasi bahasa dapat dilihat dari empat

1
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 4 No 1 (2018)
ISSN 2302-2043
segi yaitu variasi dari segi penutur, variasi dari keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa
segi pemakaian, variasi dari segi keformalan, itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya
dan variasi dari segi sarana. Namun mengingat sebagai alat interaksi dalam berkomunikasi pada
bahwa penelitian ini dilakukan dalam situasi kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
tidak formal pada mahasiswa program studi Kedua pandangan ini biasa saja diterima
pendidikan bahasa Indonesia maka fokus ataupun ditolak. Yang pasti, variasi bahasa itu
peneliti hanya pada variasi bahasa dari segi dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya
penutur yaitu dialek, dan variasi dari segi keragaman sosial dan fungsi kegiatan di
keformalan yaitu ragam santai atau ragam masyarakat sosial. Menurut Chaer dan Leonie
kasual. variasi bahasa dibagi menjadi empat, dilihat dari
Rumusan masalah dalam penelitian ini segi penutur, pemakaian, keformalan, dan dari
yaitu apa sajakah variasi bahasa dalam situasi segi sarana.
tidak formal pada mahasiswa program studi 1. Variasi dari Segi Penutur
pendidikan bahasa Indonesia di Universitas (1) Idiolek
Tadulako dan apa sajakah faktor-faktor Idiolek merupakan variasi bahasa
penyebab terjadinya variasi bahasa dalam yang bersifat perorangan. Dilihat dari
situasi tidak formal pada mahasiswa program konsepnya idiolek, setiap orang dianggap
studi pendidikan bahasa Indonesia di Universitas memiliki variasi bahasanya atau
Tadulako. idioleknya masing-masing. Variasi dari
Tujuan penelitian ini adalah untuk segi idiolek ini berkenaan dengan warna
mendeskripsikan apa sajakah variasi bahasa suara, pilihan kata, gaya bahasa,
dalam situasi tidak formal pada mahasiswa susunan kalimat. Namun dari semua itu
program studi pendidikan bahasa Indonesia di yang paling dominan dalam idiolek
Universitas Tadulako dan menjelaskan faktor- adalah “ warna suara “. Sehingga bisa
faktor penyebab terjadinya variasi bahasa dalam mengenal dengan baik seseorang, hanya
situasi tidak formal pada mahasiswa program dengan suara bicaranya tanpa melihat
studi pendidikan bahasa Indonesia di Universitas orangnya, kita sudah dapat
Tadulako. mengenalinya. Dalam mengenali idiolek
seseorang lebih mudah dari bicaranya
KAJIAN PUSTAKA daripada dari karya tulisnya.
(2) Dialek
2.1 Variasi Bahasa Dialek merupakan variasi bahasa
Variasi bahasa merupakan tuturan yang dari sekelompok penutur yang jumlahnya
berkaitan dengan masyarakat dalam hal relatif yang berada pada suatu tempat
bagaimana cara melakukan interaksi yang atau wilayah tertentu. Hal mendasari
berhubungan dengan orang lain. Menurut dialek adalah wilayah atau tempat tinggal
Kridalaksana dalam (Hidayati, 2014) ragam si penutur. Hal menyebabkan dialek lazim
bahasa merupakan variasi bahasa menurut disebut sebagai dialek areal, dialek
pemakaiannya, yang dibedakan menurut topik, regional atau dialek geografi. Meskipun
hubungan pelaku, dan medium pembicaraan. setiap individu memiliki idioleknya
Chaer dan Leonie menyatakan bahwa Terjadinya masing-masing, namun mereka tetap
keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan mempunyai kesamaan ciri yang
hanya disebabkan oleh para penuturnya yang menandai bahwa mereka berada pada
tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan satu dialek yang berbeda dengan
interaksi sosial yang mereka lakukan sangat kelompok lain yang berada dalam
beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau dialeknya sendiri dengan ciri berbeda
menyebabkan terjadinya keragaman bahasa itu. yang menandai dialeknya sendiri. Bidang
Keragaman ini akan semakin bertambah kalau studi yang mempelajari tentang dialek
bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang adalah dialektologi.
sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat (3) Kronolek atau Dialek Temporal
luas. (2010 : 61) Kronolek atau dialek temporal
Dalam hal ini variasi bahasa dibagi menjadi merupakan variasi bahasa yang
dua pandangan. Pertama, variasi bahasa dilihat digunakan oleh kelompok sosial pada
sebagai akibat dari adanya keragaman sosial masa atau waktu tertentu. Maksudnya
penutur bahasa serta keragaman dari fungsi variasi bahasa yang digunakan pada
bahasa itu sendiri. Jadi variasi bahasa terjadi tahun sembilan puluhan, variasi bahasa
karena akibat dari adanya keragaman sosial dan yang digunakan pada tahun dua ribuan

2
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 4 No 1 (2018)
ISSN 2302-2043
pasti akan berbeda. Variasi pada zaman bentuk tertulis ragam beku sering kita
tersebut tentunya berbeda, baik dari segi jumpai dalam dokumen-dokumen
lafal, ejaan, morfologi, maupun sejarah, undang-undang dasar, akte
sintaksisnya. Namun yang paling tampak notaris, surat perjanjian jual beli,
biasanya dari segi leksikon, karena maupun sewa-menyewa.
bidang leksikon ini mudah sekali berubah (2) Ragam Resmi
akibat perubahan sosial, budaya, ilmu Ragam resmi merupakan variasi
pengetahaun, maupun teknologi. bahasa yang digunakan dalam berpidato
(4) Sosiolek atau Dialek Sosial kenegaraan, rapat, surat-menyurat
Sosiolek atau dialek sosial dinas, ceramah keagamaan, serta buku-
merupakan variasi bahasa mengenai buku pelajaran dan lain-lain. Pola dan
tentang kelas, status, maupun golongan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan
sosial dari penuturnya. Variasi sosiolek sebagai suatu standar. Ragam resmi
atau dialek sosial merupakam variasi pada dasarnya sama dengan ragam beku
bahasa yang paling banyak dibicarakan yang hanya digunakan dalam keadaan
serta menyita waktu paling banyak dalam resmi, dan tidak dalam situasi tidak
sosiolinguistik, karena variasi bahasa resmi. Contohnya, ragam resmi biasa
sosiolek menyangkut semua masalah digunakan dalam acara peminangan,
pribadi para penuturnya. Seperti atau diskusi di ruang kuliah saat
pendidikan, pekerjaan, tingkat matakuliah sedang berlangsung.
kebangsawanan, keadaan sosial (3) Ragam Usaha
ekonomi, usia dan sebagainya. Ragam usaha adalah variasi
bahasa yang biasa digunakan dalam
pembicaraan yang berorientasi kepada
hasil. Dapat dikatakan bahwa ragam
2. Variasi dari Segi Pemakaian usaha adalah variasi bahasa yang
Variasi bahasa dari segi pemakaian operasional. Wujud dari ragam usaha ini
merupakan variasi bahasa yang berada di antara ragam formal dan
berhubungan dengan pemakaiannya, ragam santai.
penggunaannya, atau fungsinya. Variasi (4) Ragam Santai
bahasa ini biasanya dibicarakan berdasarkan Ragam santai merupakan variasi
bidang pengguna, tingkat keformalan, gaya, bahasa yang digunakan dalam situasi
dan sarana pengguna. Variasi ini tidak resmi atau tidak formal. Variasi
menyangkut bahasa itu digunakan untuk bahasa ini biasa digunakan pada saat
keperluan atau bidang apa. Misalnya dalam berbincang-bincang dengan keluarga,
bidang kebahasaan, pertanian, kedokteran, teman, sahabat, atau pun pacar. Ragam
pertambangan, penerbangan, pendidikan, santai ini biasa dilakukan pada saat
serta dalam bidang keilmuan yang lainnya. istirahat, jalan-jalan, curhat-curhatan,
3. Variasi dari Segi Keformalan sambil berolah raga, duduk-duduk di
Berdasarkan tingkat keformalan, taman, berekreasi dan sebagainya.
Martin Joos dalam Chaer dan leonie Ragam santai ini banyak
(2010:70) dalam bukunya The Five Clock menggunakan bentuk kata atau ujaran
membagi variasi bahasa menjadi lima yang dipendekkan (alegro). Kosakatanya
macam gaya, yaitu gaya atau ragam beku, dipengaruhi oleh dialek dan unsur
resmi, gaya atau ragam usaha, gaya atau bahasa daerah. Begitu juga dengan
ragam santai, dan gaya atau ragam akrab. struktur morfologi dan sintaksisnya yang
(1) Ragam Beku sering kali unsur normatifnya tidak
Ragam beku merupakan variasi digunakan.
bahasa yang paling formal. Variasi ini (5) Ragam Akrab
biasanya digunakan dalam situasi Ragam akrab merupakan variasi
khidmat serta upacara-upacara resmi. bahasa yang biasa digunakan oleh
Seperti, pada saat khotbah di masjid, penutur dengan mitra tutur yang
tata cara pengambilan sumpah, ataupun hubungannya sudah akrab. Seperti saat
upacara kenegaraan. Variasi ini disebut bersama anggota keluarga maupun
dengan ragam beku karena pola maupun sahabat karib yang hubungannya sudah
kaidahnya telah dirancang secara mantap sangat akrab. Ragam ini ditandai dengan
dan tidak bisa diganggu gugat. Dalam penggunaan bahasa yang pendek-

3
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 4 No 1 (2018)
ISSN 2302-2043
pendek atau tidak lagi lengkap, bahkan 3. Pokok pembicaraan.
dengan penggunaan artikulasi yang tidak
jelas. Hal ini terjadi karena antara si 2.3 Kerangka Pemikiran
penutur dengan mitra tutur sudah ada Variasi bahasa merupakan cermin tidak
saling memahami, mengerti, dan seragamnya para pengguna bahasa. Variasi
memiliki pengetahuan yang sama. bahasa merupakan keragaman bahasa yang
4. Variasi dari Segi Sarana penggunaannya disesuaikan dengan situasi dan
Variasi bahasa dari segi sarana ini fungsi yang berlaku. Situasi dalam variasi
dapat dilihat dengan adanya ragam lisan bahasa ada dua, yaitu situasi formal dan situasi
dan ragam tulis, atau pun variasi bahasa tidak formal. Dalam penelitian ini, peneliti
dengan menggunakan sarana atau alat mengambil variasi bahasa dalam situasi tidak
tertentu. Seperti, pada saat menelpon. formal pada mahasiswa program studi
Adanya ragam lisan dan ragam tulis pendidikan bahasa Indonesia di Universitas
didasarkan karena adanya kenyataan Tadulako.
bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis Dalam penelitian ini, peneliti
memiliki wujud yang berbeda. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Untuk
Adanya perbedaan wujud dari mengetahui bagaimana variasi bahasa pada
struktur ini karena dalam menyampaikan mahasiswa program studi pendidikan bahasa
informasi atau berbahasa lisan, kita Indonesia dalam situasi tidak formal.
dibantu oleh unsur-unsur di luar dari Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
linguistik. Yang berupa nada suara, yaitu pendekatan sosiolinguistik. Sosiolinguistik
gerak-gerik, gelengan atau pun merupakam ilmu yang mempelajari tentang
anggukkan kepala, dan segala gejala fisik bagaimana variasi bahasa dalam lingkungan
lainnya. Padahal di dalam variasi bahasa sosial.
tulis hal-hal yang seperti itu tidak ada.
Maka sebagai gantinya harus
dieksplisitkan secara verbal. Misalnya, METODE PENELITIAN
jika kita menyuruh seseorang untuk
membuka pintu, maka kita harus 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
mengatakan, “Tolong bukakan pintu itu Pendekatan yang digunakan peneliti
!”. Namun, dalam bahasa tulis karena dalam penelitian ini adalah pendekatan
tidakadanya unsur penunjuk pandangan sosiolinguistik, karena penelitian ini merupakan
pada pintu itu, maka kita harus penelitian mengenai variasi bahasa. Jenis
mengatakan “Tolong bukakan pintu itu !”. penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Jadi, dengan cara eksplisit menyebutkan yaitu penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan
kata pintu itu. Biklen dalam Zuriah (2009:92) penelitian
Dari contoh di atas, kesimpulan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan
yang dapat ditarik adalah bahwa dalam data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
berbahasa lisan kita harus lebih menaruh lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
perhatian agar kalimat-kalimat yang diamati.
telah kita susun dapat dipahami dengan Dalam penelitian ini tidak semua
baik. Kesalahpengertian dalam berbahasa percakapan mahasiswa program studi
lisan dapat diperbaiki, tetapi dalam pendidikan bahasa Indonesia yang terjadi diteliti
berbahasa tulis kesalahpengertian baru secara mendalam, karena cakupannya sangat
kemudian bisa diperbaiki. luas dan tidak memungkinkan peneliti untuk
menganalisisnya. Sehingga yang akan dijadikan
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Variasi data adalah hanya yang dalam percakapannya
Bahasa mengandung variasi bahasa dan dituturkan oleh
Faktor-faktor penyebab terjadinya variasi mahasiswa program studi pendidikan bahasa
bahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor Indonesia.
penentu antara lain :
Hartman dan Stork (dalam Chaer dan 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Agustina 2010:62) membedakan variasi Penelitian ini berlangsung di lingkungan
berdasarkan kriteria. program studi pendidikan bahasa Indonesia
1. Latar belakang geografi dan sosial dengan mahasiswa program studi pendidikan
penutur. bahasa Indonesia sebagai sasaran serta
2. Medium yang digunakan. percakapan yang mengandung variasi bahasa

4
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 4 No 1 (2018)
ISSN 2302-2043
dalam situasi tidak formal atau saat mahasiswa dijadikan sebagai pelengkap data dalam
prodi pendidikan bahasa Indonesia tidak sedang menelaa hasil rekaman yang kurang
menerima matakuliah sebagai datanya. Waktu jelas.
yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian ini
yaitu selama 1 bulan. Mulai dari proposal ini 3.5 Instrumen Penelitian
disetujui untuk diteruskan dalam proses Instrumen penelitian merupakan alat
penyusunan yang utuh kemudian diteruskan bantu dalam mengumpulkan, mengolah,
dengan penyusunan selanjutnya. menganalisis, serta menyajikan data sesuai
dengan yang dibutuhkan peneliti. Dalam
3.3 Jenis dan Sumber Data penelitian ini menggunakan instrumen alat
Jenis data dalam penelitian ini adalah perekam (handphone atau rekorder). Peneliti
data primer, karena data yang diperoleh bertindak langsung di lapangan untuk merekam
langsung dari informan di lokasi penelitian. Data percakapan pada mahasiswa Prodi Pendidikan
tersebut berupa data verbal berwujud tuturan Bahasa Indonesia yang terjadi dalam situasi
yang mengandung variasi bahasa serta tidak formal.
berlangsung dalam situasi tidak formal yang
diperoleh dengan cara merekam dan mencatat. 3.6 Teknik Analisis Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah Penelitian ini merupakan penelitian
percakapan mahasiswa program studi kualitatif. Sehingga setelah peneliti
pendidikan bahasa Indonesia yang mengandung mengumpulkan data melalui teknik observasi
variasi bahasa akan dijadikan data dalam dan rekam, data yang diperoleh tersebut
penelitian ini. Data tersebut diperoleh langsung kemudian diolah dengan cara menyalinnya
lewat kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk tulisan, setelah rekaman itu
dengan cara mendengar pembicaraan menjadi bentuk tulisan, data tersebut kemudian
mahasiswa program studi pendidikan bahasa dipilah-pilah mana tuturan yang mengandung
Indonesia dalam situasi tidak formal baik yang variasi bahasa sehingga membentuk sebuah
disengaja maupun tidak disengaja dengan data asli yang langsung diperoleh dari
menggunakan alat rekam. mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia di
Dalam penelitian ini peneliti dikatakan Untad.
sebagai nonpartisispan karena peneliti tidak Teknik analisis data kualitatif ini mengacu
terlibat dalam percakapan guna menghindari pada Miles dan Huberman dalam Sugiyono
ketidakaslian data yang diperoleh dan hanya (2009:91) yaitu sebagai berikut.
merekam percakapan yang terjadi. a) Reduplikasi Data
Pada tahap pertama ini, seorang
3.4 Teknik Pengumpulan Data peneliti dituntut untuk memiliki
Penelitian ini berfokus pada penggunaan kemampuan berfikir sensitif dengan
variasi bahasa pada mahasiswa program studi kecerdasan, keluasan, serta kedalaman
pendidikan bahasa Indonesia dalam situasi tidak wawasan yang tinggi. Mereduksi data
formal seperti saat kumpul-kumpul dengan berarti menyederhanakan, memilih hal-
temannya waktu tidak masuk matakuliah. hal yang penting, memfokuskan pada
Teknik pengumpulan data yang hal-hal yang pokok, dan membuang yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi tidak perlu. Data yang telah direduksi
dan rekam. tersebut akan memberikan gambaran
a) Teknik Observasi, teknik ini digunakan yanag jelas serta mempermudah peneliti
untuk mengamati dan meninjau situasi dalam melakukan pengumpulan data
saat akan meneliti. selanjutnya.
b) Teknik Rekam, teknik ini digunakan
untuk merekam percakapan yang terjadi b) Penyajian Data
secara rahasia agar objek yang menjadi Pada tahap ke dua ini, peneliti
sasarannya tidak mengetahui. Sehingga banyak terlibat dalam kegiatan ini,
memberikan data asli bagi peneliti untuk karena kegiatan penyajian atau
melakukan penelitian murni tanpa penampilan dari data yang dikumpulkan
rekayasa. dan dianalisis yang sebelumnya telah
c) Teknik Catat, teknik ini digunakan untuk dilakukan oleh peneliti. Pada langkah ini
mencatat bunyi ujaran yang kurang jelas peneliti berusah untuk menyusun data
karena jarak yang membatasi peneliti yang relevan, sehingga menjadi suatu
saat melakukan penelitian dan dapat informasi yang dapat disimpulkan.

5
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 4 No 1 (2018)
ISSN 2302-2043
Penyajian data yang baik merupakan sebanyak 5 data, 4) Dialek Ampana
salah satu langkah penting menuju sebanyak 2 data, 5) Dialek Manado
tercapainya analisis kualitatif yang valid sebanyak 4 data, 6) Dialek bahasa Jawa 2
dan handal. data, dan 7) dialek Luwuk sebanyak 2 data.
c) Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan Dari ke empat puluh data tersebut, hanya
Tahap yang terakhir adalah tahap 20 data yang dipaparkan pada hasil
verifikasi atau penarikan kesimpulan, penelitian untuk mewakili data yang
verifikasi data merupakan proses untuk terlampir pada lampiran 1 dalam data
mendapatkan bukti-bukti di lapangan. lampiran.
Langkah verifikasi yang dilakukan oleh 1) Dialek Bahasa Kaili
peneliti sebaiknya masih tetap terbuka Dialek bahasa Kaili merupakan bentuk
untuk menerima masukan data. ujaran yang digunakan masyarakat di tanah
Walaupun data tersebut merupakan data Kaili. Bahasa Kaili memiliki banyak dialek
yang tergolong tidak memiliki variasi diantaranya yaitu dialek Ledo, Rai, Tara dan
bahasa. Penelitian pada tahap ini, masih banyak lagi. Dalam penelitian ini
seharusnya peneliti sudah dapat peneliti menemukan sebanyak 11 data
memutuskan antara data mana yang mengenai dialek bahasa Kaili yakni bahasa
mempunyai variasi bahasa dan data Kaili dialek Ledo. Hal ini dikarenakan peneliti
mana yang tidak termaksud ke dalam melakukan penelitian di kota Palu yang
variasi bahasa. penuturnya umumnya menggunakan dialek
Ledo. Dari ke 11 data tersebut, hanya 6
PEMBAHASAN data yang dipaparkan untuk mewakili data
lain terlampir pada lampiran 1 dalam data
Berdasarkan penelitian yang telah lampiran.
dilakukan tentang variasi bahasa dalam situasi Data 01
tidak formal pada mahasiswa program studi A : Apalagi kalau ada bazar, tanggal 2
pendidikan bahasa Indonesia di Universitas ada bazar itu.
Tadulako. Variasi bahasa yang terdapat dalam B : Nandasa itu.
percakapan mahasiswa program studi A : Anak ekonomi
pendidikan bahasa Indonesia meliputi; 1) Variasi B : Oh anak fekon.
dari segi penutur yaitu dialek. 2) Variasi bahasa Percakapan data di atas menunjukkan
dari segi keformalan yaitu ragam santai atau penggunaan dialek, yaitu bahasa Kaili dialek
ragam kasual. Ledo. Hal ini bisa dilihat pada kata “nandasa”
Faktor-faktor penyebab terjadinya variasi yang dalam bahasa Kaili Ledo berarti “mampus
bahasa dalam situasi tidak formal pada atau kasian kau”.
mahasiswa program studi pendidikan bahasa Data 02
Indonesia meliputi; 1) Latar belakang geografi, A : Ko darimana ? te ada ko dapat? iss
2) Media yang digunakan, dan 3) Pokok ... nambongo anak ini ee !
pembicaraan. B : Masa ta masuk di dalam sadel motor.
Berikut peneliti akan memaparkan Percakapan di atas menunjukkan
beberapa data yang telah ditemukan selama penggunaan dialek, yaitu bahasa Kaili Ledo. Hal
penelitian pada mahasiswa program studi ini bisa dilihat pada kata “nambongo” yang
pendidikan bahasa Indonesia di Universitas dalam bahasa Kaili Ledo berarti “tidak
Tadulako. mendegar”.
Data 03
4.1.1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur A : Kalau sudah dapat saya
Adapun bentuk variasi bahasa dari berhenti sudah
segi penutur yang ditemukan dalam B : Hih ... najeko
percakapan mahasiswa program studi A : Bercanda
pendidikan bahasa Indonesia yaitu dialek. B : Berarti ko terakhir jo dant
1) Dialek Percakapan di atas menunjukkan
Penggunaan dialek yang ditemukan penggunaan dialek, yaitu bahasa Kaili dialek
dalam percakapan tidak formal mahasiswa Ledo. Hal ini bisa di lihat pada kata “najeko”
program studi pendidikan bahasa Indonesia yang dalam bahasa Kaili Ledo berarti “Curang”.
yaitu sebanyak 40 data yaitu : 1) Dialek Data 04
Bahasa Kaili sebanyak 11 data, 2) Dialek A : Sa tidak ada, cuman orang tuaku
Palu sebanyak 14 data, 3) Dialek Bugis bagaimana ee. Kan dari SD, SMP, SMA

6
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 4 No 1 (2018)
ISSN 2302-2043
merekakan sudah anu 1,2,3,4 eeh tidak A : Nilai akhirkan ? berarti nilai di ijazah
ada 1. 2,3,4. Pas SMA ma sa tidak itu ?
dapat juara cuma peringkat, biar saja B : Bukan, kita ke sekolahnya
mama tahu ko itu, kelasmu itu kelas dorang
anu saingan. A : Huahh... bagus, kita turun ke
B : Oh madai ee SD, kita turun ke SMP.
Percakapan di atas menunjukkan Percakapan di atas menunjukkan
penggunaan dialek, yaitu bahasa Kaili dialek penggunaan dialek, yaitu dialek Palu. Hal ini bisa
Ledo. Hal ini bisa di lihat pada kata “madai” di lihat pada kata “dorang” yang dalam
yang dalam bahasa Kaili Ledo berarti “bukan kesehariannya biasa digunakan oleh orang di
main”. Palu sebagai ujaran untuk mengantikan kata
Data 06 “dia orang atau mereka”.
A : Titin, ko lama sekali ! so sa capkan Data 15
B : Ahahaaa A : Biar kita kencing saja, kendati dia
A : Nasae iko temani. Dia temani kita ba kencing
Percakapan di atas menunjukkan B : Dorang anu sto, apa dorang yang ba
penggunaan dialek, yaitu bahasa Kaili dialek kuasa
Ledo. Hal ini bisa di lihat pada kata “nasae iko” Percakapan di atas menunjukkan
yang dalam bahasa Kaili Ledo berarti “lama penggunaan dialek, yaitu dialek Palu. Hal ini bisa
kau”. di lihat pada kata “sto” yang dalam
2) Dialek Palu kesehariannya biasa digunakan oleh orang di
Dialek Palu merupakan bentuk ujaran yang Palu sebagai ujaran untuk mengantikan kata
digunakan masyarakat di kota Palu. Dialek Palu “mungkin”.
kebanyakan menyerap dari dialek Manado dan Data 16
dialek Bugis dikarenakan letak geografis kota A : Temanku satu kali dia coba,
Palu berada di tengah pulau Sulawesi dan habis itu ta gantung dia, dia beli
karakteristik masyarakatnya yang sangat lagi
mengayomi sehingga dialek asli Palu sudah sulit B : Bah ? betul ?
ditemukan. Dalam penelitian ini peneliti A : Kalau begitu Cuma satu kali diisap
menemukan sebanyak 14 data mengenai dialek habis sudah, eeh ta gantung. Dia beli
Palu. Dari ke 14 data tersebut, hanya 7 data lagi, uang kos abiskan ?
yang dipaparkan untuk mewakili data lain Percakapan di atas menunjukkan
terlampir pada lampiran 1 dalam data lampiran. penggunaan dialek, yaitu dialek Palu. Hal ini bisa
Data 12 di lihat pada kata “ta” yang dalam
A : Eeh menurut kamu gaga Sri kesehariannya biasa digunakan oleh orang di
itu? Cuma gaga di foto sih Palu sebagai ujaran untuk mengantikan awalan
B : Dia itu gaga kalau buka jilbab “ter”.
Percakapan di atas menunjukkan Data 17
penggunaan dialek, yaitu dialek Palu. Hal ini bisa A : Dia ba cari lagi fotonya
di lihat pada kata “gaga” yang dalam B : Iya noh
kesehariannya biasa digunakan oleh orang di A : Mo ta lempar lagi itu HP
Palu untuk mengantikan kata ”cantik, tampan, Percakapan di atas menunjukkan
bagus, dan keren”. penggunaan dialek, yaitu dialek Palu. Hal ini bisa
Data 13 di lihat pada kata ”ba” yang dalam
A : Itu sabu-sabu ditaro di daging kesehariannya biasa digunakan oleh orang di
mentah begitu dant kaya daging sapi. Palu sebagai ujaran untuk mengantikan awalan
Hama anu masa itu daging ba asap “ber dan mem”.
B : Panas dia Data 18
A : Apalagi kalau tubuhnya A : Mana lagi orang di kampung
manusia kena begitu ee mo baku tau akan yang bagitu
Percakapan di atas menunjukkan B : Tidak, kita tetap ke sekolah karena
penggunaan dialek, yaitu dialek Palu. Hal ini bisa ada dorang punya file setiap tahun.
di lihat pada kata “hama” yang dalam Ko telfon tata usahanya!
kesehariannya biasa digunakan oleh orang di Percakapan di atas menunjukkan
Palu sebagai ujaran pertanda “kaget atau penggunaan dialek, yaitu dialek Palu. Hal ini bisa
terkejut”. di lihat pada kata ”mo” yang dalam
Data 14

7
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 4 No 1 (2018)
ISSN 2302-2043
kesehariannya biasa digunakan oleh orang di untuk mewakili data lain terlampir pada
Palu sebagai ujaran untuk mengantikan “mau”. lampiran 1 dalam data lampiran.
3) Dialek Bugis Data 32
Dialek Bugis merupakan bentuk ujaran A : Kau ini lea, maksudku itu torang ini
yang digunakan masyarakat yang berasal dari ba cari di bahasa Inggris, di kelas A,
suku Bugis. Suku Bugis memiliki berbagai dialek baru torang gabung
di antaranya adalah dialek Pinrang, dialek B : Terserah.
Sidrap, dialek Majene, dialek Bulukumba, dialek Percakapan di atas menunjukkan
Makassar, dan masih banyak lagi. Dalam penggunaan dialek, yaitu dialek Ampana. Hal
penelitian ini peneliti menemukan sebanyak 5 ini bisa di lihat pada kata “lea dan torang”
data mengenai bahasa Bugis dialek Makassar. yang dalam kesehariannya biasa digunakan
Dari ke 5 data tersebut, hanya 3 data yang oleh masyarakat Ampana kata “lea” sebagai
dipaparkan untuk mewakili data lain terlampir ujaran “untuk meyakinkan seseorang” dan
pada lampiran 1 dalam data lampiran. kata “torang” sebagai singkatan dari kata
Data 26 “kita orang”.
A : Kakimu Indar iih, buang saja 5) Dialek Manado
tasnya Safa ini ! Dialek Manado merupakan bentuk ujaran
B : Kenapa ji ? iyo buang saja ! yang digunakan masyarakat Manado. Dalam
Percakapan di atas menunjukkan penelitian ini peneliti menemukan sebanyak 4
penggunaan dialek, yaitu bahasa Bugis dialek data mengenai dialek Manado. Dari ke 4 data
Makassar. Hal ini bisa di lihat pada kata ”ji” yang tersebut, hanya 2 data yang dipaparkan
dalam kesehariannya biasa digunakan oleh untuk mewakili data lain terlampir pada
masyarakat bugis di Makassar sebagai ujaran lampiran 1 dalam data lampiran.
yang berarti “hanya”. Data 33
Data 27 A : Bagini ee ! kata Ical, kita cari siapa
A : Itu pak Laode ! nama baru torang gabung, nantilah
B : Mana ? torang urus bagitu ee !
A : Itu e di belakang B : Intinya kau cari dua orang
B : Tidak kentara moko saja, jadi sudah satu tim
Percakapan di atas menunjukkan Percakapan di atas menunjukkan
penggunaan dialek, yaitu bahasa Bugis dialek penggunaan dialek, yaitu dialek Manado. Hal ini
Makassar. Hal ini bisa di lihat pada kata “moko” bisa di lihat pada kata “bagini dan bagitu” yang
yang dalam kesehariannya biasa digunakan oleh dalam kesehariannya
masyarakat bugis di Makassar sebagai “ujaran biasa digunakan oleh masyarakat Manado
kepada lawan bicara yang seumuran atau lebih mengganti ujaran be menjadi ba sehingga
muda”. munculnya ujaran “bagini dan bagitu” untuk
Data 28 mengganti kata“begini dan begitu”.
A : Arisan ? Data 34
B : Ko mo ikut arisan ? A : Hama so te ada doi. So kena kita,
A : Berapa Per minggu? baru pas ba goyang itu berapa de pe
B : Tidak per minggu dia, satu kali ba dapat ?
saja per bulan dia B : Co hitung ! 50.50,50,50,50,50.
A : Iya pale, saya ikut. tapi mulai dari 300 ribu
sekarang dua ribu saja saya bayar ee Percakapan di atas menunjukkan
Percakapan di atas menunjukkan penggunaan dialek, yaitu dialek Manado. Hal
penggunaan dialek, yaitu bahasa Bugis dialek ini bisa di lihat pada kata “doi” yang dalam
Makassar. Hal ini bisa di lihat pada kata “pale” kesehariannya biasa digunakan oleh
yang dalam kesehariannya biasa digunakan oleh masyarakat Manado untuk mengganti kata
masyarakat Bugis di Makassar sebagai “ujaran “uang” dan kata “de pe” untuk mengganti
untuk memperjelas perkataan”. kata“dia punya”.
4) Dialek Ampana 6) Dialek Bahasa Jawa
Dialek Ampana merupakan bentuk ujaran Dialek bahasa Jawa merupakan bentuk
yang digunakan masyarakat Ampana. Dalam ujaran yang digunakan masyarakat yang
penelitian ini peneliti menemukan sebanyak 2 bersuku Jawa. Dalam penelitian ini peneliti
data mengenai dialek Ampana. Dari ke 2 data menemukan sebanyak 2 data mengenai
tersebut, hanya 1 data yang dipaparkan dialek bahasa Jawa. Dari ke 2 data tersebut,
hanya 1 data yang dipaparkan untuk

8
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 4 No 1 (2018)
ISSN 2302-2043
mewakili data lain terlampir pada lampiran 1 Percakapan di atas menunjukkan
dalam data lampiran. penggunaan ragam santai atau ragam kasual.
Data 37 Hal ini bisa di lihat pada kata “ liat dan fb”
A : Panas, ayo lari ! yang merupakan singkatan dari kata “lihat
B : Tidak ah, nanti nyungsep dan facebook” .
Percakapan di atas menunjukkan Data 43
penggunaan dialek, yaitu dialek bahasa Jawa. A : Te tahu hu ...
Hal ini bisa di lihat pada kata “nyungsep” B : Iya hu ...
yang dalam bahasa Jawa artinya “jatuh ke A : Macam orang utan
depan”. Percakapan di atas menunjukkan
7) Dialek Luwuk penggunaan ragam santai atau ragam kasual.
Dialek Luwuk merupakan bentuk ujaran Hal ini bisa di lihat pada kata “utan” yang
yang digunakan masyarakat yang berdomisili merupakan singkatan dari kata “hutan” .
di Luwuk. Dalam penelitian ini peneliti Data 44
menemukan sebanyak 2 data mengenai A : Kamu mentang-mentang dia
dialek Luwuk. Dari ke 2 data tersebut, hanya gelap
1 data yang dipaparkan untuk mewakili data B : Eeh jan begitu ee !
lain terlampir pada lampiran 1 dalam data Percakapan di atas menunjukkan
lampiran. penggunaan ragam santai atau ragam kasual.
Data 39 Hal ini bisa di lihat pada kata “jan” yang
A : Siapa mo nyontek tugasku merupakan singkatan dari kata “jangan” .
B : Ebeh ... Balekos. Data 45
Percakapan di atas menunjukkan A : Kaya garam dia ... kaya garam
penggunaan dialek, yaitu dialek Luwuk. Hal bentuknya
ini bisa di lihat pada kata “ebeh balekos” yang B : Kaya garam atau kaya tepung ?
dalam kesehariannya digunakan masyarakat A : Kaya tepung halus sekali
Luwuk yang berarti “Ah kamu bohong” . B : Kaya tepung itu halus sekali ?
A : Kaya garam begitu, kaya viksin
4.1.2. Variasi Bahasa dari Segi Keformalan Percakapan di atas menunjukkan
Adapun bentuk variasi bahasa dari segi penggunaan ragam santai atau ragam kasual.
keformalan yang ditemukan dalam percakapan Hal ini bisa di lihat pada kata “kaya” yang
mahasiswa program studi pendidikan bahasa merupakan singkatan dari kata “kayak atau
Indonesia yaitu ragam santai atau ragam menyerupai” .
kasual. Data 46
1) Ragam Santai atau Ragam Kasual A : Kita ini disuruh ke sekolahnya kita
Penggunaan ragam santai atau ragam lalu
kasual yang ditemukan dalam percakapan B : Hamaa ko suruh saya ke Toili ?
tidak formal mahasiswa program studi ba tejo
pendidikan bahasa Indonesia yaitu sebanyak Percakapan di atas menunjukkan
22 data. Dari ke 22 data tersebut, hanya 10 penggunaan ragam santai atau ragam kasual.
data yang dipaparkan pada hasil penelitian Hal ini bisa di lihat pada kata “tejo” yang
untuk mewakili data yang terlampir pada merupakan singkatan dari kata “tidak jelas”.
lampiran 1 dalam data lampiran. Data 47
Data 41 A : Ini berarti kelompok ?
A : Co kita tiga B : Tida, ini satu orang. Sa juga pikiranku
B : Hayii ... Cuma sepotong satu kelompok, ternyata satu orang
A : Yah ... ba liat ke mana mataku Percakapan di atas menunjukkan
ini ? penggunaan ragam santai atau ragam kasual.
Percakapan di atas menunjukkan Hal ini bisa di lihat pada kata “tida” yang
penggunaan ragam santai atau ragam kasual. merupakan singkatan dari kata “tidak”.
Hal ini bisa di lihat pada kata “co” yang Data 48
merupakan singkatan dari kata “coba” . A : Iyalah apa ko kerja juga, jadi
Data 42 tiada waktumu. Baru ko so te ikut
A : Hoh yang anu itu ? LDK
B : Hah ? B : Biarlah
A : Yang ko liat di FB ? Percakapan di atas menunjukkan
penggunaan ragam santai atau ragam kasual.

9
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 4 No 1 (2018)
ISSN 2302-2043
Hal ini bisa di lihat pada kata “tiada dan LDK” faktor media yang digunakan adalah variasi dari
yang merupakan singkatan dari kata “tidak segi keformalan yaitu ragam santai atau kasual.
ada dan Latihan Dasar Kepemimpinan”. Data 58
Data 49 A : Sakka den Yani
A : Beso hari apa ? hari Kamis aa? B : ....
te ada mata kuliah toh ? A : Hoh, di kampung ko ini?
B : Ada, eh ko tida ba program anu B : ....
sto semester lima A : Adohh ... oh iya dant, oke-oke
Percakapan di atas menunjukkan Pada percakapan tersebut salah satu
penggunaan ragam santai atau ragam kasual. mahasiswa program studi pendidikan bahasa
Hal ini bisa di lihat pada kata “beso” yang Indonesia menggunakan media telepon
merupakan singkatan dari kata “besok”. genggam untuk melakukan percakapan dengan
Data 50 temannya sesama mahasiswa bahasa Indonesia
A : Besok kita masuk PKN yang berada di kampung. Variasi bahasa yang
B : Masa ? masuk pagi besok sa ini terjadi dalam percakapan tersebut adalah variasi
A : Masuk pagi ko beso ? dari segi keformalan, terbukti dengan adanya
B : Jadi sa mo ba apa ini dant ? istirahat kata “den” yang merupakan singkatan dari kata
jo ? “dengan” .
Percakapan di atas menunjukkan 3) Pokok Pembicaraan
penggunaan ragam santai atau ragam kasual. Pokok pembicaraan termasuk salah satu
Hal ini bisa di lihat pada kata “PKN ” yang faktor terjadinya variasi bahasa. Hal itu
merupakan singkatan dari kata “Pendidikan dikarenakan pokok pembicaran biasanya
Kewarga Negaraan” dan kata “sa ” yang memancing emosi dari seseorang untuk
merupakan singkatan dari kata “saya ”. meluapkan segala kekesalahannya melalui
bahasa. Sehingga memungkinkan munculnya
4.2. Faktor-faktor Penyebabkan Terjadinya variasi bahasa.
Variasi Bahasa Data 62
Faktor-faktor yang menyebabkan variasi A : Eeh malming nanti kamu kemana?
bahasa dalam situasi tidak formal pada pi jalan-jalan kita ?
mahasiswa program studi pendidikan bahasa B : Eeh pigi jo kau, pe banyak tugas
Indonesia di Universitas Tadulako yaitu : ini
A : Oh iyo ee, dikumpul minggu
1) Latar Belakang Geografi depan ee ?
Latar belakang geografi sangat B : Iyo, makanya sa stres ini.
mempengaruhi variasi bahasa, karena setiap Pada percakapan tersebut topik yang
masyarakat yang berasal dari daerah yang letak dibicarakan mengenai tugas kampus yang begitu
geografinya berbeda maka berbeda pula bahasa banyak. Variasi bahasa terlihat pada kata
yang mereka gunakan. “malming” yang termasuk ke dalam ragam
Data 35 santai atau ragam kasual karena merupakan
A : Kenapa ngana te pigi ? singkatan dari kata “malam minggu” , kata “pi
B : Sapa mo tidur sanakah ? harus dan pe” yang termasuk ke dalam variasi bahasa
tidur sana dari segi penutur yaitu dialek khususnya dialek
A : Hoh iyo Palu yang berarti “pergi dan punya”.
Data 40
A : Jangan ba ganggu ! KESIMPULAN DAN SARAN
B : Ini ee !
A : Ebeh nga pe kelakuan 5.1 Kesimpulan
Data 35 merupakan dialek Manado yang Berdasarkan analisis yang telah
menggunakan kata “ngana” untuk dilakukan, maka ditemukan variasi bahasa
menggantikan kata “kamu” , sedangkan pada dalam situasi tidak formal pada mahasiswa
data 40 merupakan dialek Luwuk yang program studi pendidikan bahasa Indonesia
menyingkat kata “ngana” menjadi “nga” untuk sebanyak 62 data yang meliputi; 1) variasi
kata ”kamu”. bahasa dari segi penutur yaitu dialek, terdiri dari
2) Media yang digunakan (a) Dialek Bahasa Kaili sebanyak 11 data,
Media yang digunakan juga sangat (b)Dialek Palu sebanyak 14 data, (c) Dialek
berpengaruh terhadap terjadinya variasi bahasa. Bugis sebanyak 5 data, (d) Dialek Ampana
Variasi bahasa yang biasanya terjadi karena sebanyak 2 data, (e) Dialek Manado sebanyak 4

10
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 4 No 1 (2018)
ISSN 2302-2043
data, (f) Dialek Jawa sebanyak 2 data, (g) [11] PermataPress. (2015). Pedoman Umum EBI : Ejaan
Bahasa Indonesia. Permata Press
Dialek Luwuk sebanyak 2 data. 2) Variasi
[12] Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif.
Bahasa dari segi keformalan yaitu ragam santai Bandung: ALFABETA, CV
atau ragam kasual sebanyak 22 data. [13] Sumarsono. (2012). Sosiolinguistik. Yogyakarta:
Faktor-faktor penyebab terjadinya variasi SABDA ( Lembaga Studi Agama, Budaya dan
Perdamaian)
bahasa dalam situasi tidak formal pada
[14] Susanti, Ni Nyoman Tri. (2015). Variasi Keformalan
mahasiswa program studi pendidikan bahasa Penggunaan Bahasa Bali pada Masyarakat Bali di Desa
Indonesia yaitu 1) latar Belakang geografi dan Malakosa Kecamatan Balinggi. Skripsi Sarjana pada
sosial penutur, 2) medium pembicaraan, 3) FKIP Universitas Tadulako Palu: Tidak diterbitkan
[15] Willy. (2013). Pengantar Bahasa melayu Dialek
pokok pembicaraan.
Manado. (artikel Online) melalui
(http://googleweblight.com) diakses 20 November
2017, pukul 19.43 WITA
5.2 Saran [16] Zuriah, Nurul. (2009). Metodologi Penelitian Sosial
dan Pendidikan: Teori Aplikasi. Jakarta: PT Bumi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
Aksara
referensi bagi penelitian selanjutnya agar
melakukan penelitian tentang variasi bahasa
secara lebih mendalam dan tidak hanya terbatas
pada ranah tertentu saja. Sehingga hasil
penelitian berikutnya benar-benar dapat
menggambarkan variasi bahasa dalam situasi
tidak formal pada mahasiswa program studi
pendidikan bahasa Indonesia di Universitas
Tadulako. Selain itu juga variasi dapat diteliti
dari segi variasi bahasa dalam melaksanakan
pembelajaran, variasi bahasa dalam film, novel,
dan lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

[1] Ambarmizu. (2013). Variasi Bahasa Berdasarkan


Tingkat Keformalan. (artikel online) melalui
(http://ambarmizu2013.wordpress.com) diakses 16
Maret 2017, pukul 19.47 WITA
[2] Amri, Baso. dkk. (2013). Panduan Tugas Akhir
(SKRIPSI) & Artikel Penelitian. Palu: FKIP UNTAD
[3] Asmira. (2014). Implikatur Percakapan Tidak Formal
Mahasiswa Prodi Bahasa Indonesia di Universitas
Tadulako. Skripsi Sarjana pada FKIP Universitas
Tadulako Palu: Tidak diterbitkan
[4] Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. (2010).
Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka
Cipta
[5] Dwi, Nastiti. (2015). Ragam dan Variasi Bahasa.
(artikel online) melalui
(http://dwinastiti7.blogspot.com) diakses 17 Maret
2017, pukul 09.34 WITA
[6] Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. (2005). Teknik
Menulis Karya Imliah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel,
Makalah, dan Laporan Penelitian. Jakarta: PT Rineka
Cipta
[7] Maharani, Elia Putri. (2011). Ragam Bahasa dalam
Jejaring Sosial Facebook.
(artikel online) melalui
(Http://bahasadalamjejaringsosial.blogspot.co.id)
diakses 18 Maret 2017, pukul 14.56 WITA
[8] Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif
(edisi revisi). Bandung : ROSDA
[9] Hidayati. (2014). Variasi Bahasa Lisan Pedagang Kaki
Lima dalam Lingkungan Alun-alun Kapuas. ( artikel
online ) melalui (http://dedehida.blogspot.co.id)
diakses 20 Maret 2017, pukul 18.45 WITA
[10] Pateda, Mansoer. (2015). Sosiolinguistik. Bandung:
CV Angkasa

11

Anda mungkin juga menyukai