KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Sintaksis dengan
judul “ Kalimat Majemuk ”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Sintaksis kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
KALIMAT MAJEMUK
Kalimat majemk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih (Valin, 2005,
menyebtnya dengan istilah juncture). Antara klausa yang satu dengan kalusa yang lain saling
berhubungan. Valin menyebut hubungan ini dengan istilah nexus.
Umumnya, ahli bahasa membagi hubungan antar klausa ke dalam dua jenis :
koordinasi dan subordinasi. Valin (1997:448-454) menambahkan satu hubungan antar
klausa, yaitu hubungan kosubordinasi (cosubordination). Dengan demikian, hubungan
antarklausa (nexus) dalam kelimat majemuk dipetakan menjadi: (1) koordinasi, (2)
subordinasi, (3) kosubordinasi.
Contoh :
Candi Gedong Songo memiliki Sembilan kelompok candi, tetapi sebagian kelompok candi
sudah hilang.
Kalimat di atas terdiri atas dua klausa: (a) Candi Gedong Songo memiliki sembilan
kelompk candi; (b) sebagian kelompok candi itu sudah hilang
Klausa pertama dan klasa kedua tersebut digabungkan secara koordinasi sehinga
terbentuklah kalimat majemuk setara (1). Oleh karena klausa-klausa dalam kalimat majemuk
yang disusun dengan cara koordinasi mempunyai kedudukan setara maka kedua klausa
tersebut merupakan klaua utama. Klausa yang satu bukan merupakan bagian dari klaua yang
lain. Perhatikan bagan berikut ini.
Selain tetapi, ada beberapa konjungsi lain yang digunakan dalam majemuk setara,
yaitu: dan, atau, lalu, kemudian, lagipula, hanya, padahal, sdangkan, baik…maupun, tidak…
tetapi, bukan(nya)…melainakan….
Contohnya :
Penggunaan kalimat konjungsi dan pada kalimat (1) dilakukan untuk menyatakan
penggunaan dua peristiwa yang berurutan. Kalimat (2) sampai (4) merupakan kalimat
majemuk setara karena menggunakan konjungsi koordinatif atau, lalu, sedangkan.
Kalimat (2) menggunakan konjungsi atau. Penggunaan konjungsi atau dilakukan untuk
menghubungkan dua klausa yang bermakna pilihan. Kalimat (3) menggunakan konjungsi
lalu untuk menyatakan urutan. Kalimat (4) menggunakan koordinatif sedangkan yang
menyatakan makna pertentangan. Dalam penulisannya digunakan tanda (,) sebelum
konjungsi sedangkan.
Contoh:
Candi Gedong Songo merupakan mutiara kehidupan karena menjadi sumber nafkah bagi
Kalimat di atas terdiri dari dua klausa, yaitu (a) Candi Gedong Songo merupakan
mutiara kehidupan, dan (b) (Candi Gedong Songo) menjadi sumber nafkah bagi
masyarakat sekitarnya. Kedua klausa itu dihubungkan oleh konjungsi karena klausa (a)
merupakan klausa utama, sedangkan klausa (b) merupakan klausa bawahan. Sistem
hierarki dalam kalimat majemuk ini, digamarkan sebagai berikut.
Ada empat jenis klausa bawahan dalam majemk bertingka. Keempat klausa tersebut
adala (1) Klausa nominal (pelengkap argument), (2) Klausa adverbial, (3) klausa
relative, dan (4) klausa perbandingan.
1. Klausa Nominal adalah klausa bawahan yang biasa menduduki kata tanya apa(kah),
bagaimana dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut ini!
a. Mendiknas mengatakan bahwa pelaksanaan UN harus berlansung dengan tertib.
b. Pemerinntah hendaknya tahu bagaimana menyelesaikan masalah kecurangan
dalam UN.
2. Klausa Adverbial adalah klausa yang mendudui fungsi keterangan. Komjungsi yang
digunakan dalam klausa keterangan sebagai berikut.
a. Konjungsi waktu: setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika,
tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai
b. Konjungsi syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
c. Konjungsi pengandaian: andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya
d. Konjungsi tujuan: agar, supaya
e. Konjungsi Konsesif: biar(pun), meski(pun), sungguh(pun), sekalipun,
walau(pun), kendati(pun)
f. Konjungsi pembandingan atau kemiripan: seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat
g. Konjungsi sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena
h. Konjungsi hasil atau akibat: sehingga, sampai(-sampai)
i. Konjungsi cara: dengan, tanpa
j. Konjungi alat: dengan, tanpa
3. Klausa Relatif adalah klausa yang dibentuk dengan menggunakan yang untuk
memperluas salah satu fungsi sintaksis S, P, O, Pel, dan K. Perhatikan contoh berikut
ini!
a. Mobil yang sangat terawat itu mogok di jalan raya.
S P K
Pada kalimat (a), fungsi yang diperluas adalah (s) mobil itu dengan klausa relative yang
sangat terawatt. Pada kalimat (b), fungsi yang diperluas adalah (P) rambu lalu lintas dengan
klausa relative yang harus dipatuhi. Pada kalimat (C), fungsi yang diperluas adalah (O) obat
dengan klausa relatif yang tidak berefek buruk pada kesehatan. Pada kalimat (d), fungsi yang
diperluas adalah (pelengkap) orang dengan klasa relative yang senang berkendara pada
malam hari. Pada kalimat (e), fungsi yang diperluas adalah (K) di area peristirahatan dengan
klausa relative yang tersedia di sepanjang perjalanan.
Kalimat yang mengandung klausa relative (a) dapat dgambarkan sebagai berikut.
Dalam hubungan seperti ini, klausa relative mewatasi makna dari nomina yang
diterangkannya. Artinya, klausa relative tersebut berfungsi sebagai atributif.
Terdapat dua macam hubungan atributif yaitu atributif restriktif. Dan atributif takrestriktif
(Arifin, 2009:49-50). Hubungan atributif restriktif mewatasi makna nomina yang
diterangkannya. Akibatnya, keterangan pewatas itu menjadi bagian integral dari nomina yang
diterangkannya itu. Contoh:
Kalimat di atas menyiratkan makna bahwa anaknya tidak hanya satu orang, mungkin dua atau
lebih. Ada yang tinggal di Jakarta dan beberapa tinggal di luar Jakarta. Hal ini berarti,
pembicara memiliki beberapa anak, tetapi yang meninggal adalah anak yang di Jakara, bukan
yang lain.
Kalimat di atas menyiratkan makna bahwa pembicara hanya memiliki satu anak. Anak itu
tinggal di Jakarta. Klausa yang tinggal di Jakara hanya sekedar memberi keterangan
tambahan empat ana itu tinggal. Adanya tanda koma berimplikasi pada perbedaan makna.
Makna kalimat ini tentu berbeda dengan makna kalimat (f).
Kalimat majemuk bertingkat dengan klausa bawahan berupa perbandingan (a) dapat
digambarkan sebagai berikut.
C. Hubungan Kosubordinasi
Dalam hubungan koordinasi, Masing – masing klausa dapat berdiri sendiri terlepas dari
rantaian kalimat majemuk. Dalam hubungan subordinasi, terdapat klausa yang tidak
dapatberdiri sendiri, keberadaanya tergantung pada klausa utama, sehingga tak dapat
dilepaskan dari rantaian kalimat majemuk. Adapun hubungan kosubordinasi adalah hubungan
yang menyerupai koordinasi, tetapi masing- masing klausanya tidak dapat berdiri sendiri
sebagai suatu klausa bebas karena klausa yang satu terkait pada klausa yang lain.
Kalimat (1) terdiri dari dua klausa, yaitu Sam duduk dan (Sam) memainkan gitar. Kedua
klausa ini terhubug secara kosubordinasi, artinya klausa pertama Sam duduk seakan –
akan sejajar dengan klausa kedua memainkan gitar, tetapi klausa kedua tak bisa
dilepaskan dari klausa pertama (tak dapat berdiri sendiri) karena secara stuktur, klausa
kedua memainkan gitar merupakan bagian dari klausa pertama Sam duduk. Keduanya pun
tidak dihubungkan oleh konjungsi.
Hal ini juga terjadi pada kalimat (2). Kalimat (2) terdiri dari dua Klausa, yaitu Harry
keluar dan (Harry) membeli beberapa minuman. Keduanya pun terhubung secara
kosubordinasi tanpa konjungsi. Klausa pertama Hrry keluar tampak sejajar dengan klausa
kedua membeli beberapa minuman, tetapi keduanya bersifa hierarkis karena klausa kedua
merupakan bagian dari klausa pertama.
Contoh: Amir belajar Ilmu Pasti sedang adiknya Ilmu Pengetahuan Alam.
Contoh: Ibu memberi pengemis uang dan sedang ayah memberi pakaian.
D. Majemuk kompleks
Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa, ada yang
berhubungan secara (koordinatif), bertingkat (subordinatif), atau kosubordinatif.
Beberapa ahli menyebut bentuk ini sebagai majemuk campuran karena dalam satu
kalimat terdapat berbagai bentuk majemuk.
Contoh :
Untuk perjalanan jauh ke luar kota, hal pertama yang harus diperhatikan adalah kondisi
fisik dan hal kedua adalah kondisi keuangan.
Kalimat diatas merupakan kalimat majemuk kompleks karena tersusun atas klausa
bertingkat dan klausa setara. Kalimat tersebut digambarkan sebagai berikut.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Kalimat mejemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Antara klausa yang
satu dengan kalusa yang lain saling berhubungan. Kalimat majemuk dibedakan menjadi
empat. Yaitu : majemuk setara (koordinasi), majemuk bertingkat (Subordinasi), majemuk
rapatan (kosubordinasi), dan yang terakhir adalah majemuk kompleks (campuran).
Daftar Pustaka