Anda di halaman 1dari 11

1

Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia

ADJEKTIVA BAHASA KAILI DIALEK TARA

Sandi, Syamsuddin, Laode Baisu.

Sandimuhammad544@gmail.com
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Kampus Bumi Tadulako Telp.(0451) 429743, 422611
Email: untad@.ac.id

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana ciri adjektiva bahasa Kaili dialek Tara.
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan ciri adjktiva bahasa Kaili dialek Tara. Lokasi penelitian
yang dipilih peneliti yaitu di desa Binangga, kecamatan Parigi Tengah, kabupaten Parigi
Moutong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif melalui
pendekatan kualitatif. prosesnya pengumpulan data mengikuti tahapan, yaitu tahap pengumpulan
data menggunakan metode simak dan metode cakap. Metode simak menggunakan teknik sadap,
teknik libat cakap, teknik bebas libat cakap, dan teknik catat. Sedangkan metode cakap
menggunakan teknik pancing, teknik cakap semuka, dan teknik diskusi. Analisis data
menggunakan metode padan dan metode distribusional. Tahap penyajian hasil analisis data
menggunakan metode formal dan informal. Berdasarkan data yang telah ditemukan adjektiva
bahasa Kaili dialek Tara mempunyai ciri morfologis, ciri sintaksis dan ciri semantis. Bentuk
adjektiva bahasa Kaili dialek Tara meliputi adjektiva dasar, adjektiva berafiks dan adjektiva
bereduplikasi. Jenis adjektiva bahasa Kaili dialek Tara meliputi adjektiva sifat, warna, ukuran,
jarak, waktu, panca indra, rasa, pandang, bau, pendengaran, sentuh, dan perasaan. Fungsi
adjektiva bahasa Kaili dialek Tara yaitu: fungsi atributif dan fungsi predikat.

Kata Kunci: adjektiva bahasa Kaili dialek Tara

1. PENDAHULUAN Bahasa Kaili yang terdapat di Sulawesi


Bahasa Kaili adalah salah satu bahasa Tengah sangat beragam dan berbagai macam
daerah yang terdapat di Sulawesi Tengah pada dialek serta penuturnya diantaranya terdiri atas
umumnya dan di kabupaten Parigi Moutong beberapa dialek, seperti dialek Ledo, Doi, Ado,
pada khususnya. Bahasa Kaili sampai sekarang Tado, Da’a, Inde, Ija, Taa, Rai, Tara dan masih
masih dipeliharah oleh masyarakat pemakainya banyak lagi yang lain yang tidak dapat
sebagai lambang dan identitas suku Kaili yang disebutkan satu persatu oleh peneliti. Bahasa
digunakan sebagai alat komunikasi serta alat Kaili memegang peranan penting. Peranan ini
penghubung antarwarga masyarakat. Khususnya dapat terlihat sebagai alat komunikasi utama
masyarakat Kaili yang mendiami sebagian besar baik dalam berbagai aktivitas setiap hari maupun
kabupaten Parigi Moutong. dalam perwujudannya, seperti acara-acara adat
istiadat, pernikahan dan keagamaan.
Sehubungan dengan fungsi dan peranannya, tetap menggunakan bahasa persatuan yaitu
bahasa Kaili perlu dipelihara dan terus bahasa Indonesia.
dikembangkan agar tetap berperan sebagai alat Alasan peneliti memilih daera tersebut,
komunikasi dan pendukung kebudayaan warga karena peneliti sendiri adalah masyarakat
masyrakat pemakainya. Binangga dan sekaligus penutur asli bahasa
Hal yang mendorong peneliti memilih Kaili dialek Tara sehingga memudahkan dalam
bahasa Kaili dialek Tara sebagai penelitian yang proses pengambilan data.
berjudul adjektiva bahasa Kaili dialek Tara Penelitian ini adalah mengkaji tentang
dikarenakan beberapa sebab, yaitu (1) adjektiva bahasa Kaili dialek Tara. Menurut
merupakan langkah awal untuk menerapkan Alwi, dkk. (2000:07) adjektiva adalah kata yang
ilmu kebahasaan yang telah didapatkan di memberi keterangan yang lebih khusus tentang
bangku perkuliahan Program Studi Pendidikan sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam
Bahasa Indonesia di Universitas Tadulako, (2) kalimat. Melalui hal ini peneliti mengemukakan
karena bahasa Kaili dialek Tara merupakan alat beberapa kata sifat dasar yang belum mengalami
komunikasi yang ada di desa Binangga, (3) proses morfologis yang terdapat pada bahasa
bahasa Kaili dialek Tara juga merupakan bahasa Kaili dialek Tara. diantaranya, gaya ‘cantik’,
yang perlu dipelihara dan dikembangkan dan (4) momi ‘manis’,vaga ‘merah’, ja’a ‘jahat’ dan
penelitian bahasa Kaili dialek Tara berguna bagi pane ‘panas’. Contoh gaya lenje ‘cantik muka’
penutur bahasa daerah lain yang ingin gade momi ‘kue manis’ poruka vaga ‘celana
melakukan penelitian yang sama pada bahasa merah’ tau ja’a ‘orang jahat’ dan ue pane ‘air
daerahnya. panas’. Hal inilah yang menjadi salah satu daya
Penggunaan bahasa Indonesia mendominasi tarikan peneliti untuk meneliti tentang bahasa
percakapan masyarakat. Namun, bahasa Kaili Kaili dialek Tara itu sendiri.
tetap digunakan serta dikembangkan menjadi Adjektiva bahasa Kaili dialek Tara
bahasa pemersatu oleh penuturnya meskipun berbeda dengan bahasa Indonesia, Perbedaan
didominasi oleh orang dewasa menggunakan tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri pembentukan
bahasa tersebut yang berada di desa Binangga. adjektiva bahasa Kaili dialek Tara yang
Dengan adanya penduduk asli dan pendatang umumnya menggunakan pembentuk dari prefiks
yang mendiami desa tersebut, menyebabkan {na-} untuk menghubungkan dengan kata dasar,
bahasa Kaili agak tergeser posisinya. Bahkan dusu ‘kurus’ dan kata lompe ‘baik’. contohnya:
pergeseran generasi sekarang yang memakai Sindi ngana nadusu “Sindi anak yang kurus”,
bahasa Kaili dikarenakan dorongan orang tua nalompe ntoto ngana etu “baik sekali anak itu”.
yang membiasakan anak-anak mereka untuk Setelah melihat contoh tersebut, dapat
disimpulkan bahwa prefiks {na-} digunakan
3
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia

sebagai pelengkap kata sifat yang menjelaskan derivasional, dan adjektiva infleksional.
tentang nomina dalam kalimat tentang suatu “Morfologi Adjektiva Bahasa Bugis Dialek
keadaan. Keunikan selanjutnya ialah, afiksasi Sidrap” (Astuti 2015) di dalamnya dibahas
dalam bahasa Kaili dialek Tara, yang mana tentang bentuk adjktiva, jenis-jenis adjektiva,
afiksasi tersebut tidak merubah kelas kata yang makna adjektiva dan fungsi adjektiva.
dilekatinya melainkan hanya mempengaruhi “Morfologi Adjektiva Bahasa Banggai”
makna yang ditimbulkan. Contoh: kata sifat (Nuranisa A.Manio) di dalamnya dibahas
dasar naranindi ‘dingin’ apabila diberi afiks tentang ciri adjektiva, bentuk adjektiva, fungsi
{naka...si} + naranindi ‘dingin’ menjadi adjektiva, dan jenis adjektiva.
nakaranindisi ‘kedinginan’. Kemudian kata sifat 2. Kajian Pustaka
dasar napoi ‘asin’ apabila diberi afiks {naka...si} 1. Pengertian Adjektiva
+ napoi ‘asin’ menjadi nakapoisi ‘keasinan’. Dalam bahasa Indonesia adjektiva
Hal inilah yang menjadi alasan peneliti memilih adalah kata yang menerangkan nomina atau kata
adjektiva bahasa Kaili dialek Tara yang terletak benda dan secara umum dapat bergabung dengan
di desa Binagga, kecamatan Parigi Tengah, kata lebih dan sangat. Moeliono, A. dkk.
kabupaten Parigi Moutong yang akan dijadikan (1997:209) berpendapat, adjektiva adalah kata
sebagai bahan kajian dalam penelitian ini. yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan orang, benda, atau binatang. Adjektiva
2. KAJIAN PUSTAKA juga dapat diikuti oleh kata sangat, agak, dan
2.1 Penelitian Terdahulu partikel tidak untuk mendampingi nomina yang
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka menyatakan tingkat kualitas dan partikel lebih,
diketahui bahwa penelitian mengenai adjektiva paling, untuk menyatakan tingkat perbandingan.
sudah pernah dilakukan yang kesekian kalinya Setelah melihat pendapat pakar di atas,
oleh mahasiswa FKIP Universitas Tadulako. dapat disimpulkan bahwa adjektiva adalah kata
Penelitian yang dilakukan sebelumnya antara yang menerangkan tentang sifat dan keadaan
lain: “Morfologi Adjektiva Bahasa Kaili Dialek benda, serta menyatakan tingkat perbandingan
Ledo” (Eva Sirajudin 2004) yang di dalamnya dan kualitas dalam sebuah kalimat. Adjektiva
dibahas tentang ciri semantis, adjektiva dasar, menyatakan keadaan. Seperti kata tinggi, lama,
adjektiva turunan, adjektiva infleksional, dan baru. Contoh: ‘orang tinggi’, ‘radio lama’
reduplikasi adjektiva, makna reduplikasi dan ‘sepeda baru. Sedangkan adjektiva
adjektiva, dan fungsi atributif. “Morfologi menyatakan perbandingan, Seperti kata lebih
Adjektiva Bahasa Kaili Dialek Rai” (Masriana dan paling. Contoh: ‘lebih bagus’ dan ‘paling
2012) di dalamnya dibahas tentang adjektiva wangi’. Adjektiva yang meyatakan tingkat
dasar, adjektiva turunan, ciri semantis, adjektiva
kualitas, seperti kata tidak. Contoh ‘tidak lurus’, nomina, seperti kata baru, merah, dan mahal.
‘tidak berat’, dan ‘tidak terang’. Contoh: ‘mobil baru’, ‘sepatu merah’, dan
2. Ciri-ciri Adjektiva ‘rumah mahal’.
Adjektiva yang juga disebut kata sifat 3. Bentuk Adjektiva
atau makna atau kata yang dipakai untuk Dari segi bentuknya, adjektiva terdiri
mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda dari adjektiva dasar yang selalu monomorfemis
atau binatang. Kridalaksana, (Putrayasa dan adjektiva turunan yang selalu polimorfemis.
2008:75) menjelaskan, adjektiva adalah kategori 1. Adjektiva Dasar
yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1) Sebagian besar adjektiva dasar merupakan
bergabung dengan partikel tidak (2) bentuk yang monomorfemis, meskipun ada yang
mendampingi nomina, atau (3) didampingi bentuk perulangan semu. Monomorfemis adalah
partikel atau lebih, sangat, agak, (4) dapat hadir adjektiva yang hanya terdiri dari satu morfem.
berdampingan dengan kata lebih, daripada, atau Perhatiakn contoh berikut: arif, anggun, rajin,
paling untuk menyatakan tingkat perbandingan, malas, besar, mewah, putih, pura-pura, sia-sia.
(5) mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –if, (http:// taman tulis. blogspot. co. id)
er, (6) dapat dibentuk menjadi nomina debgan 2. Adjektiva Turunan
konfiks ke-an, dan (7) dapat berfungsi sebagai Adjektiva turunan terbagi atas tiga bagian yaitu
atributif dan predikatif. adjektiva turunan berafiks dan adjektiva turunan
Setelah melihat penjelasan di atas, dapat bereduplikasi.
disimpulkan kemungkinan untuk bergabung 1) Adjektiva turunan berafiks.
dengan partikel ‘tidak’ dapat dilihat pada (1) Prefiks yaitu proses pengimbuhan yang di
contoh: ‘tidak benar’.Adjektiva yang berdiri letakan di sebelah kiri kata dasar. contoh:
lansung mendampingi nomina, seperti ‘kursi terpandai, terlama, terbaru. Kesakitan, dan
panjang. Merupakan frasa nomina. Adjektiva kesepian.
dapat diberi keterangan pembanding, seperti kata (2) Infiks atau sisipan yaitu proses penyisipan
lebih, seperti ‘lebih banyak’. Adjektiva dapat yang dilakukan di dalam kata dasar. contoh:
diberi keterangan penguat, seperti sangat, sekali, gemetar,gemuruh, kemilau, semerbak.
dan terlalu, ‘sangat asin’, ‘cantik sekali’ dan (3) Sufiks merupakan hasil penyerapan adjektiva
‘terlalu dekat’. Adjektiva dapat diulang dengan berafiks -i, -iah, atau - wi, dan yang berafiks –ih,
awalan se- dan akhiran –nya, seperti ‘sebaik -i, -ia, -wi, seperti: alamiah, abadi, insani,
baiknya’. Dapat dibentuk menjadi nomina rohania, manusiawi, duniawi.
dengan konfiks ke-an, seperti ‘kepanasan’. 2) Adjektiva turunan bereduplikasi, misalnya:
Adjektiva yang dapat berfungsi sebagai atribut (1) Adjektiva bentuk berulang sempurna,
pada frasa nomina atau dapat mendampingi contoh: elok-elok, kecil-kecil, dan cantik-cantik.
5
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia

(2) Adjektiva yang mirip dengan bentuk sebagai predikat atau pelengkap dalam klausa.
berulang, yaitu yang merupakan hasil (Masnur M. 1990:95).
penggabungan, sinonim dan antonim, contoh: 1. Contoh fungsi atributif
indah jelita, gelap gulita, dan arif bijaksana. Adjektiva yang berfungsi sebagai
(3) Adjektiva mejemuk yaitu adjektiva yang atributif adalah adjektiva pewatas dalam frasa
merupakan gabungan morfem terikat dengan nominalnya yang nominanya menjadi subjek,
morfem bebas dan ada yang merupakan objek atau pelengkap. seperti: kambing
gabungan dua morfem bebas. hitam,ular panjang, orang rajin, orang kikir,
4. Jenis-jenis Adjektiva sarung panjang, dan baju mera.
Adjektiva atau kata sifat adalah kelas 2. Contoh fungsi predikat
kata yang mengubah nomina atau pronomina, Adjektiva dapat berfungsi sebagai predikat
biasanya lebih menjelaskan dan membuatnya bersama verba tertentu dalam klausa. Seperti:
lebih spesifik. Alwi, dkk (2003:172) membagi setelah makan siang merekapun gembira
adjektiva menjadi tujuh jenis, yaitu:
1) Kata adjektiva sifat, seperti nafoe ‘Bersih’, 3. METODE PENELITIAN
nagaya ‘indah’, nasana ‘senang’, ranindi 1. Jenis Penelitian
‘dingin’. Penelitian yang digunakan ialah
2) Kata adjektiva warna, seperti: vuri ‘hitam’, penelitian jenis kualitatif. Dikatakan kualitatif
vaga ‘merah’, bula ‘putih’, kuni ‘kuning’. karena penelitian ini bersifat alamiah dan
3) Kata adjektiva ukuran, seperti naboku didasarkan pada pengamatan manusia dalam
‘pendek’, nabose ‘besar’, natomo ‘berat’, nanipi proses mendapatkan data yang berhubungan
‘tipis’. dengan penelitian. Data deskriptif berupa kata-
4) Kata adjektiva jarak, seperti nakafao jauh, kata tertulis atau lisan dari orang-orang, yang
dan namosu dekat. tidak dapat dijelaskan, diukur atau tidak dapat
5) Kata adjektiva waktu seperti nasae ‘lama’, digambarkan melalui pendekatan kuantitatif
naole ‘lambat’ , nagasi ‘cepat’. (Saryono, 2010:1). Dikatakan data deskriptif,
6) Kata adjektiva sikap batin, seperti nalompe karena data yang dikumpulkan berupa data-data
‘baik’ dan serius ‘serius’. dan bukan data yang menghasilkan angka-angka.
7) Kata adjktiva cerapan, 2. Lokasi dan Waktu penelitian
seperti nafau ‘busuk’, naalusu halus, napoi Lokasi penelitian dilaksanakan di desa
‘asam’, nafongi ‘harum’. Binangga kecamatan Parigi Tengah kabupaten
5. Fungsi Adjektiva Parigi Moutong. Peneliti memilih lokasi tersebut
Adjektiva berfungsi sebagai atribut atau untuk mempermudah penelitian karena peneliti
pelengkap dalam frasa nomina dan berfungsi berdomisili di desa tersebut, dan warga yang
mendiami desa ini mayoritas adalah warga asli mencatat hal-hal yang berhubungan dengan data
yang menggunakan bahasa Kaili dialek Tara yang diperlukan.
sebagai bahasa keseharian mereka. 3) Teknik bebas libat cakap, kegiatan menyadap
3. Jenis Data dan Sumber Data dilakukan dengan tidak berpartisipasi ketika
Jenis data yang akan diperoleh yaitu menyimak atau tidak ikut serta dalam proses
berupa data lisan yang diperoleh melalui pembicaraan orang-orang yang sedang berbicara
informan. Sumber data dalam penelitian ini atau berkomunikasi.
adalah bahasa Kaili dialek Tara yang digunakan 4) Teknik catat, dilakukan dengan mengadakan
oleh penuturnya yang berada di kabupaten Parigi pencatatan data yang diperlukan dalam
Moutong, kecamatan Parigi Tengah, tepatnya di penelitian.
desa Binangga Data yang diperoleh melalui Metode cakap adalah metode yang
penelitian ini yaitu bersumber dari informan, digunakan ketika terjadi percakapan atau dialog
dengan demikian peneliti menetapkan sumber antar penutur pengguna bahasa yang berstatus
informasi dengan kriteria sebagai berikut: suku Kaili (informan). Menggunakan teknik:
1. Informan adalah penutur asli bahasa Kaili 1) Teknik pancing, percakapan diwujudkan
dialek Tara. dengan memancing seseorang atau beberapa
2. Laki-laki ataupun wanita yang memiliki alat orang agar mau berbicara tentang masalah yang
artikulasi yang sempurna. berhubungan dengan penelitian.
3. Usia minimal 25 tahun. 2) Teknik cakap semuka, kegiatan memancing
4. Informasi sehat rohani dan jasmani. berbicara dilakukan dengan percakapan
4. Metode dan Teknik Penyediaan Data langsung, tetapi muka atau bersemuka jadi lisan.
Adapun metode yang dipakai dalam 3) Teknik diskusi, kegiatan dilakukan dengan
pengumpulan data pada penelitian ini adalah cara langsung pada salah seorang informan atau
metode simak dan metode cakap. Menurut suku masyarakat Kaili dialek Tara.
Mahsun (2005:92) metode simak adalah cara 5. Instrumen Penelitian
yang digunakan untuk memperoleh data Instrumen penelitian adalah alat atau
dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa fasilitas yang digunakan dalam mengumpulkan
secara lisan. Metode simak menggunakan teknik data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya
yakni: lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan
1) Teknik sadap, dengan menyadap sistematis sehingga lebih mudah diolah
pembicaraan informan dengan sengaja tanpa (Arikunto, 2006:160). Adapun instrumen
mereka ketahui. penelitian atau alat yang digunakan dalam
2) Teknik libat cakap, dilakukan dengan cara penelitian ini adalah berupa alat leptop, kamera
berpartisipasi sambil menyimak percakapan dan
7
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia

dan alat tulis (buku, polpen, dan lain 1. Ciri-ciri adjektiva bahasa Kaili dialek
sebagainya). Tara
6. Metode dan Teknik Analisis Data Ciri adjektiva bahasa Kaili dialek Tara
Metode yang digunakan dalam analisis terbagi atas tiga bagian, yaitu: (1) ciri
data ialah metode padan dan metode morfologis adjektiva bahasa Kaili dalek Tara,
distribusional, dengan menggunakan teknik (2) ciri sintaksis adjektiva bahasa Kaili dialek
ganti dan teknik perluas. Metode padan Tara, (3) ciri semantis adjektiva Bahasa Kaili
digunakan untuk menjelaskan setiap makna dialek Tara.
adjektiva dalam bahasa Kaili dialek Tara. 1) Ciri Morfologis Adjektiva Bahasa Kaili
Metode ditribusional digunakan untuk dialek Tara
menjelaskan dan mendeskripsikan unsur-unsur 1. Adjektiva Dasar
kebahasaan khususnya yang mengenai tentang Adjektiva dasar adalah sebuah morfem
adjektiva dalam bahasa Kaili dialek Tara. bebas seperti kata vuri ‘hitam’, momi ‘manis’.
Teknik yang digunakan dalam penelitian Adjektiva dasar ini dapat berfungsi sebagai
ini adalah teknik ganti dan teknik perluas. atributif dalam frase nomina. Contoh: asu vuri
Teknik ganti adalah teknik analisis data dengan ‘anjing hitam’, gade momi ‘kue manis’. Akan
cara mengganti satuan kebahasaan tertentu tetapi, kata dasar tersebut tidak dapat berfungsi
dalam suatu kontruksi dengan satuan kebahasaan sebagai predikat dalam susunan kalimat. Dalam
yang lain di luar kontruksi yang bahasa Kaili dialek Tara adjektiva dasar ini
bersangkutTeknik perluas juga digunakan dalam dapat berfungsi sebagai predikat apabila diberi
penelitian ini. teknik perluas adalah teknik awalan {na-}. Contoh: navuri taveve etu ‘hitam
analisis data dengan cara memperluas satuan kucing itu’, namomi uta etu ‘manis sayur itu’.
kebahasaan yang akan dianalisis dengan 2. Adjektiva Turunan
menggunakan satuan kebahasaan tertentuan. Adjektiva turunan yang dimaksud ialah
7. Penyajian Data adjektiva afiksasi. Afiksasi adalah bentuk terikat
Hasil analisis disajikan dengan metode yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan
formal dan informal. Metode penyajian formal mengubah makna dan membentuk kata baru.
adalah perumusan dengan tanda-tanda dan Contoh:
lambang-lambang sedangkan penyajian metode 1) {naka...si} + naranindi ‘dingin’ menjadi
informal menyajikan hasil analisis dengan uraian nakaranindisi ‘kedinginan’.
atau kata-kata biasa. (Sudaryanto, 1993:145). 2) {naka...si} + napoi ‘asam’ menjadi nakapoisi
IV HASIL PENELITIAN DAN ‘keasinan’. Kata
PEMBAHASAN dasar naranindi ‘dingin’ napoi, ‘asam’ yang
telah dibumbuhi afiks {naka...si} tidak merubah
kelas kata adjektiva. Akan tetapi, pengimbuhan 1. ngana etu namau ante nabodoh ri sikolah
tersebut berpengaruh pada makna yang “anak itu malas dan bodoh di sekolah”
dihasilkan sehingga memunculkan arti menjadi 2. tete etu narau ante nepojua ri sapo
‘agak sangat’. “tante itu marah dan dendam di rumah”
2) Ciri Sintaksis Adjektiva Bahasa Kaili 3) Ciri Semantis Adjektiva Bahasa Kaili
Dialek Tara dialek Tara
Ciri sintaksis adjektiva terbagi atas tiga Ada tiga macam tingkat perbandingan
bagian, yaitu (1) frasa (2) klausa (3) kalimat. yang dapat dijadikan sebagai penanda semantis,
(1) Frasa yaitu (1) tingkat perbandingan ekuatif, (2)
Frasa merupakan kesatuan kata yang tingkat perbandinagan komparatif dan (3)
terbentuk dari kelompok kata atau gabungan dari tingkat perbandingan superlatif.
dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. (1) Tingkat Perbandingan Ekuatif
Contoh: Tingkat perbandingan ekuatif adalah
1. namomi ntoto tingkat yang menyatakan bahwa dua hal yang
H T dibandingkan itu sama. Contoh:
‘manis sekali’ 1. nasimbayu + adjektiva + -nggu
H T nasimbayu + bosenggu + ante + towainngu
2. tara namomi sama besarku dengan adikku
T H 2. nasimbayu + adjektiva + -mu
‘tidak manis’ nasimbayu + langgatimu + ante + ananggu
T H sama tinggimu dengan anakku
(2) klausa (2) Tingkat perbandingan Komparatif
Klausa adalah sebuah satuan gramatikal Tingkat perbandingan menyatakan
yang terdapat dalam tata bahasa, Klausa bahwa satu dari dua wujud yang dibandingkan
memiliki susunan kata melebihi frasa namun itu lebih dari yang lain. contoh:
kurang lengkap untuk menjadi sebuah kalimat. Adjektiva + pa + pade
Contoh: 1.navongi ‘wangi’
1.kumu etu nakodi ntoto “sarung itu kecil sekali” navongipa+baju+Wati+pade+baju+Ara
2.ue etu napane ntoto “air itu panas sekali” lebih wangi baju Wati daripada baju Ara
(3) kalimat 2. nasanapa + yaku + pade + ia
Kalimat adalah kumpulan kata yang “lebih senang saya daripada dia”
berkumpul dan berkaitan satu sama lain dan (3) Tingkat Perbandingan Superlatif
membentuk satu gagasan yang utuh, serta Tingkat perbandingan superlatif
mempunyai intonasi akhir. Contoh: menyatakan bahwa dari sekian banyak yang
9
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia

dibandingkan satu melebihi dengan yang lain “Emen kegatalan satu badan”
contoh: (Emen kegatalan satu badan)
Adjektiva + ntoto c. Adjektiva Sufiks {-mo}
1.naeka ‘takut’ narau → naraumo
iamo + anu + naeka + ntoto + ri + sapo + etu ‘marah‘ ‘sudah marah’
dialah yang takut paling di rumah itu #Papa naraumo ante siko#
3. nagolu ‘kotor’ “Papa suda marah dengan kamu”
nagolu + ntoto + motoro + etu (Papa sudah marah dengan kamu)
kotor sekali motor itu B. Reduplikasi Adjektiva
2. Bentuk-Bentuk Adjektiva Bahasa Kaili a. Reduplikasi adjektiva tanpa imbuhan
Dialek Tara Contoh:
1) Adjektiva Bentuk Dasar nyama → nyama-nyama
Adjektiva dasar atau yang biasanya ‘enak’ ‘enak-enak’
disebut sebagai adjektiva monomorfemis, karena #nyama-nyama panggoni#
hanya terdiri atas satu morfem, yang belum “enak-enak makanan”
mendapat proses afiksasi. (makanan enak-enak)
Berikut dikemukakan contohnya: b. Reduplikasi adjektiva berimbuhan
gero ‘rusak’ contoh:
bunggu ‘bungkuk’ namomi → namomi-momi
vali ‘pintar’ ‘manis’ ‘manis-manis’
rate ‘panjang’ #namomi-momi gademu#
bose ‘besar’ “manis-manis kuemu”
2) Adjektiva Turunan (kuemu manis-manis)
A. Adjektiva Berafiks 3. Jenis-Jenis Adjektiva Bahasa Kaili Dialek
a. Adjektiva Berprefiks {na-) Tara
{na-}+ oro → naoro 1. Adjektiva Sifat
‘lapar’ ‘lapar’ Adjektiva sifat adalah adjektiva yang
#ngana etu naoro# memberi pengertian sifat sebagai unsur
“anak itu lapar” keterangan yang tidak dianggap bagian yang
(anak itu lapar) terpisah dari nomina. Contoh:
b. Adjektiva Konfiks {naka...si} #balbiine etu nae’a#
nakakata → nakakatasi ‘perempuan itu malu’
‘gatal’ ‘agak sangat gatal’ 2. Adjektiva Warna
#Emennakakatasi sanggoro#
Adjektiva warna adalah adjektiva yang 2) Adjektiva Pandang (mata)
memberi pengertian warna sebagai unsur nagaya → ‘indah’
keterangan. reme → ‘terang’
Contoh: 3) Adjektiva Bau
navuri → ‘hitam’ navongi→ ‘harum’
nabula → ‘putih’ navau → ‘bau’
3. Adjektiva Ukuran 4) Adjektiva Pendengaran
Adjektiva ukuran adalah adjektiva yang naoni → ‘nyaring’
memberi penjelasan mengenai ukuran sebagai nakanano → ‘ribut’
unsur keterangan. 5) Adjektiva sentuh
Contoh: naalusu → ‘halus’
sangguya tomona nakasara → ‘kasar’
‘berapa beratnya’ 7. Adjektiva Perasaan
4. Adjektiva Jarak Adjektiva perasaan adalah adjektiva
Adjektiva jarak adalah adjektiva yang yang memberi pengertian mengenai konsep
memberi pengertian konsep ruang antara dua tentang perasaan seseorang.
benda atau keadaan sebagai penjelas. Contoh:
Contoh: nasesah → ‘susah’
namosu → ‘dekat’ narau → ‘marah’
rapa → ‘rapat’ 4. Fungsi Adjektiva Bahasa Kaili Dialek Tara
5. Adjektiva Waktu Berdasarkan hasil penelitian, Fungsi
Adjektiva waktu adalah adjektiva yang adjektiva yang terdapat dalam bahasa Kaili
memberi pengertian konsep waktu atau masa dialek Tara terdiri dari dua bagian yaitu (1)
sebagai unsur keterangan. fungsi atributif dan (2) fungsi predikatif.
Contoh: 1. Fungsi Atributif
naole → ‘lambat’ Dalam bahasa Kaili dialek Tara, kata
nasae → ‘lama’ adjektiva yang mewatasi nomina, digunakan
6. Adjektiva Pancaindra penghubung pewatas itu dengan kata anu ‘yang’.
Adjektiva pancaindra adalah adjektiva Contoh:
yang memberi pengertian mengenai konsep rasa, 1)ngana anu nalompe
pandang, dengar, bau, dan konsep sentuh. H T
1) Adjektiva Rasa ‘anak yang baik’
napa’i → ‘pahit’ H T
napoi → ‘asam’ 2) tau anu naja’a
11
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia

H T Masnur M. (1990). Garis-Garis Besar Tata


‘orang yang jahat’ Bahasa Baku Bahsa Indonesia. Malang:
H T Yayasan Asih Asah Asuh Malang.
Mahsun (2005). Metode Penelitian Bahasa.
2. Fungsi Predikat Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Selain fungsi atributif dalam bahasa Moeliono, A. Dkk. (1997). Tata Bahasa Baku
Kaili dialek Tara, kata adjektiva (kata sifat) Bahasa Indonesia. Cetakan Ke-8 Jakarta:
dapat digunakan sebagai pelengkap dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
klausa. Putrayasa, I.A. (2008). Kajian Morfologi
1) #motoro vaga etu navoe ntoto# ”Bentuk Derivasional dan infleksional”.
S P Bandung: PT Refika Aditama.
‘motor merah itu bersih sekali’ Saryono (2010). Metode Penelitian Kualitatif
S P dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
2)#laranta’i tau etu tara nasana# Nuha Medika.
S P Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik
‘hati orang itu tidak akan senang’ Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
S P University Pres.
Sugiyono (2009). Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta, cv.
DAFTAR PUSTAKA
Tulis, T. (2011).Pengertian, Ciri-Ciri dan
Alwi, dkk. (2000). Tata Bahasa Baku Bahasa
Bentuk Adjektiva Bahasa Indonesia.
Indonsia. Cetakan IX. Jakarta: Departemen
[Online].Tersedia:http://tamannulis.blogspo
Pendidikan dan Kebudayaan.
t.co.id/2011/12/pengertian-ciri-ciri-dan-
Alwi, Hasan dkk. (2003). Tata Bahasa Baku
bentuk.html [29 Maret 2016].
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian Sosial
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu
dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: PT
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bumi Aksar.
Keraf, Goris. (1988). Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kusuma, Tri Mastoyo Jati. (2007). Pengantar
(metode) penelitian bahasa. Yogyakarta:
Carasvatibooks.

Anda mungkin juga menyukai