DI KECAMATAN KARANGNUNGGAL
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tergesernya bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di
Kecamatan Karangnunggal oleh bahasa asing karena adanya globalisasi dan kemajuan
teknologi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang (1)
Bahasa Sunda dialek Tasikmalaya, (2) ciri-ciri pembeda Bahasa Sunda dialek Tasikmalaya
dengan Bahasa Sunda Lulugu, (3) bentuk kata Bahasa Sunda dialek Tasikmalaya, dan (4)
dialektometri Bahasa Sunda dialek Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif dengan teknik wawancara, simak, dan observasi. Instumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, daftar pertanyaan, dan alat rekam. Adapun
hasil dari penelitian ini yaitu: pertama, ada 486 kosa kata bahasa Sunda dialek Tasikmalaya;
kedua, terdapat 46 kata yang termasuk dalam pembeda fonetik, 7 kata termasuk pembeda
morfologis, 6 kata termasuk pembeda homonimi, 411 termasuk pembeda sinonimi, 22 kata
termasuk pembeda onomasiolgis, dan 15 kata termasuk pembeda semasiologis; ketiga,
terdapat 324 kecap salancar yang ada pada empat pola suku kata, kata terbanyak ada pada
pola dua suku kata, 137 kecap jembar yang terdiri dari 54 kecap rundayan, 28 kecap rajékan,
46 kecap kantétan, dan 9 kecap wancahan; keempat, hasil presentase dalektometri Bahasa
Sudna dialek Tasikmalaya yaitu 55,39 yang artinya ada pada tingkat beda dialek. Bahasa
Sunda dialék Tasikmalaya sudah sepatutnya dilestarikan oleh masyarakat khususnya
masyarakat Kabupaten Tasikmalaya di Kecamatan Karangnunggal.
Kata Kunci: bahasa Sunda, dialek, Tasikmalaya.
Abstract
This research was motivated by the shift of Sundanese dialect in Tasikmalaya, particularly
in Karangnunggal Subdistrict, due to foreign language campaign as the result of
globalization and technological advancement. The purpose of this research was to describe
about (1) Sundanese dialect Tasikmalaya, (2) the distinguishing features of Sundanese
dialect Tasikmalaya with Sundanese Lulugu, (3) wangun kecap Sundanese dialect
Tasikmalaya, and (4) dialectometry Sundanese dialect of Tasikmalaya. The method used in
this research wass descriptive method with interview technique, references, and observation.
The instruments used in this study were questionnaires, interview guides, and recording
tools. The results of this study were; first, there were 486 Sundanese soy sauce in
Tasikmalaya dialect; second, there were 46 words that belong to phonetic differentiator, 7
words including morphological differentiator, 6 words including homonymous
differentiation, 411 including synonymous differentiation, 22 words including
onomasiologis differentiator, and 15 words including semasiologic differentiator; third,
there were 324 kecap salancar available in four syllabic patterns, most said in the two
syllabic pattern, 137 kecap jembar consisting of 54 kecap rundayan, 28 kecap rajékan, 46
kecap kantétan, and 9 kecap wancahan; fourth, the result of dialectometry presentation of
Tasikmalaya’s dialect was 55,39 which means there is a different dialect level. Sundanese
124
Enur Sri Mulyani: Bahasa Sunda Dialek… | 125
peristiwa dan kejadian yang ada (Sudjana, hal. 53) yang menjelaskan bahwa
2015, hal. 52). informan adalah orang yang memberi
Teknik yang digunakan dalam informasi data basa dialek yang diteliti,
penelitian ini adalah wawancara, simak atau yang disebut pembahan
dan observasi. Adapun instrumen yang (Ayatrohaedi, 1979).
digunakan dalam penelitian ini adalah Dalam penelitian ini, informan
kuisioner, daptar tanyaan, dan alat rekam. penelitian dipilih berdasarkan kriteria:
Teknik mengolah data yang a. berjenis kelamin laki-laki atau
digunakan dalam penelitian ini adalah perempuan,
metode padan. Artinya, suatu hal yang b. berusia ± 30 s.d. ± 60 tahun,
dibandingkan mempunyai makna dan c. lahir dan besar di desa setempat,
hubungan. Oleh sebab itu, padan dalam d. dapat berbahasa sunda,
konteks ini diartikan selaku hubungan- e. dapat berbahasa indonesia, dan
bandingan (Mahsun dalam Widyastuti, f. sehat rohani dan jasmani, dalam arti
2017, hal. 102). Dalam penelitian ini, alat bicaranya sempurna (Zulaeha,
metode padan digunakan untuk 2010, hal. 54).
menganalisis adanya perbedaan unsur
kebahasaan bahasa Sunda dialek HASIL DAN PEMBAHASAN
Tasikmalaya di Kecamatan Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya di
Karangnunggal dan bahasa Sunda lulugu Kecamatan Karangnunggal
(standar). Kata merupakan bagian kalimat
Berdasarkan sifatnya, sumber paling kecil yang sifatnya bebas serta
penelitian dialek bisa dibagi dua bagian, mengandung makna tertentu (Sudaryat,
yaitu sumber lisan dan sumber tulisan dkk. 2013, hal. 48). Contohnya kata
(Ayatrohaedi, 1979, hal. 11). Sumber lisan “kopok”. Kata itu termasuk ke dalam
berkaitan dengan masih adanya bahasa kecap sebab memiliki arti yaitu kasakit
atau dialek yang sampai sekarang belum dina ceuli anu kaluar jiga nanah. Kata
terdapat dokumen-dokumen yang tertulis. “kopok” merupakan salah satu kata yang
Sumber lisan itu berupa bahasa atau dialek ditemukan dalam penelitian ini.
itu sendiri maupun hal-hal yang Lokasi dalam penelitian ini yaitu
terkandung di dalamnya, seperti cerita semua desa yang berada di Kecamatan
rakyat, adat istiadat, kepercayaan, dan Karangnunggal. Jumlah desa seluruhnya
perundagian (Guiraud dalam Ayatrohaedi, ada 14 desa yang terdiri dari Desa
1979, hal. 11). Sementara itu, sumber Cidadap, Desa Kujang, Desa Sarimukti,
tulisan memberikan bantuan di dalam Desa Ciawi, Desa Cikapinis, Desa Cikupa,
usaha penelitian sumber lisan. Bahkan, Desa Karangnunggal, Desa Karangmekar,
kadang-kadang penelitian dialektologi Desa Cibatuireng, Desa Cibatu, Desa
hanya dapat dilakukan dengan Sukawangun, Desa Cintawangi, Desa
menggunakan sumber tulis saja, seperti Cikukulu, jeung Desa Sarimanggu.
naskah-naskah kuno, kamus, atlas bahasa, Dari hasil penelitian, ditemukan
dan dokumen-dokumen laind alam dialek 486 kata bahasa Sunda dialek
yang diteliti (Zulaeha, 2010, hal. 52). Tasikmalaya di Kecamatan
Sumber data lisan dalam penelitian ini Karangnunggal dari 417 kata bahasa
yaitu bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di Sunda lulugu yang dibandingkan.
Kecamatan Karangnunggal.
Sumber data lisan dalam penelitian Ciri Pembeda Bahasa Sunda Dialek
ini adalah informan. Informan yaitu Tasikmalaya dan Bahasa Sunda Lulugu
seseorang yang memberi informasi Dari 486 kata bahasa Sunda dialek
tentang data yang sedang diteliti. Hal ini Tasikmalaya di Kecamatan
sejalan dengan pendapat Zulaeha (2010, Karangnunggal, dianalisis berdasarkan
128 | LOKABASA Vol. 9, No. 2, Oktober 2018
ciri pembeda dialek menurut Guiraud kata céntong dalam bahasa Sunda dialek
(dalam Zulaeha, 2010, hal. 31) yaitu Tasikmalaya di Kecamatan
pembeda fonetik, pembeda morgologis, Karangnunggal artinya séndok gedé
pembeda semantic, pembeda paranti nyiuk angeun tina panci,
onomasiologis, dan pembeda sedangkan kata céntong dalam bahasa
semasiologis. Sunda lulugu artinya séndok paranti nyiuk
sangu.
Pembeda Fonétik
Dari hasil analisis data, terdapat 46 Sinonimi
kata basa Sunda dialek Tasikmalaya di Perbedaan bahasa Sunda dialek
Kecamatan Karangnunggal yang Tasikmalaya di Kecamatan
termasuk dalam pembeda fonetik. Dari 46 Karangnunggal dengan bahasa Sunda
kata yang termasuk pembeda fonetik, lulugu yaitu adanya persamaan arti dalam
ditemukan 24 kata yang beda karena bentuk kata yang berbeda. Dari hasil
hilangnya fonem; contohnya hilang foném analisis data, ditemukan 411 kata yang
d : céndol → cénol , 20 kata yang termasuk dalam perbedaan sinonimi.
patukeur foném; contohnya patukeur Contohnya seperti kata babantal dalam
foném /j/ → /y/ : rinjing → rinying, dan bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di
ditemukan 2 kata yang termasuk dalam Kecamatan Karangnunggal dengan kata
tukeur posisi foném; contohnya tukeur katimus dalam bahasa Sunda lulugu
posisi foném /l/ → /d/ : kelud → kedul. memepunyai arti yang sama yaitu papais
sampeu anu di jerona make gula tur
Pembeda Morfologis diasakanna diseupan.
Pembeda morfologis yang
ditemukan dari hasil analisis data yaitu
ada 7 kata. Dari 7 kata tersebut, ada tiga Onomasiologis
kata yang bertambah rarangkén tukang – Setiap daerah, pasti memiliki
an contohnya congé → congéan, satu kata bahasa khasnya sendiri yang disebut
yang bertambah rarangkén tukang –na dialek. Walaupun bahasa itu termasuk
yaitu nénéh → nénéhna, satu kata yang dalam dialek, tetapi memeliki konsep atau
bertambah rarangkén hareup ka- yaitu dasar yang hamper sama dengan bahasa
nénéh → kanénéh, dan dua kata yang lulugu.
bertambah rarangkén N- di depan Begitupun di Kabupaten
contohnya kelud → ngelud. Tasikmalaya Kecamatan Karangnunggal,
terdapat dua puluh dua kata yang termasuk
Pembeda Semantik dalam pembeda onomasiologis. Seperti
Dari hasil analisis data, dalam contohnya kata babareuhan memiliki
bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di konsep yang hamper sama dengan kata
Kecamatan Karangnunggal ditemukan busung dalam bahasa lulugu. Kata
adanya pembeda semantik yang terdiri babareuhan asalnya dari kata bareuh
dari homonimi dan sinonimi. direduplikasi dwipurwa binarung
rarangkén tukang –an artinya sama
Homonimi dengan kata busung yaitu bareuhna
Perbedaan bahasa Sunda dialek beuteung lantaran kasakit di jero
Tasikmalaya di Kecamatan beuteung.
Karangnunggal dengan bahasa Sunda Contoh lain yaitu kata bobokoh
lulugu yaitu adanya perbedaan arti dalam berasal dari kata boboko + -h yang sama
bentuk kata yang sama. Dari hasil analisis artinya dengan wadah sééng dalam bahasa
data, terdapat enam kata yang termasuk ke lulugu. Zaman dahulu, jika mengangkat
dalam perbedaan homonimi. Contohnya,
Enur Sri Mulyani: Bahasa Sunda Dialek… | 129
sééng dari hawu suka disimpan di atas apapun. Dari hasil analisis data, terdapat
boboko yang diisi abu. 324 kata yang termasuk dalam kecap
salancar. Contohnya, kata angel, béca,
Pembeda Semasiologis bagenyél, bengkok, béwér, jst.
Sebaliknya dari onomasiologis, Berdasarkan pola suku katanya,
semasiologis yaitu suatu kata mempunyai ditemukan beberapa pola suku kata dalam
beberapa konsep atau makna. Dalam kecap salancar bahasa Sunda dialek
bahasa Sunda dialek tasikmalaya di Tasikmalaya yaitu kecap salancar
Kecamatan Karangnunggal, terdapat lima saengang, kecap salancar dua engang,
belas kata yang termasuk dalam pembeda kecap salancar tilu engang, dan kecap
semasiologis. Contohnya, kata pipir salancar opat engang. Pola itu merupakan
mempunyai tiga arti yaitu (1) buruan, (2) vokal (V) atau kombinasi vokal (V)
panyawéran, jeung (3) sisi, kata titit konsonan (K).
mempunyai tiga arti yaitu (1) anak éntog, Dari hasil analisis data, kecap
(2) anak hayam, jeung (3) anak meri, kata salancar yang paling banyak ditemukan
cemé mempunyai dua arti yaitu (1) anak ada pada pola kecap salancar dua engang,
munding dan (2) anak sapi, kata béwér sedangkan yang paling sedikit ada pada
mempunyai dua arti yaitu (1) épés méér pola kecap salancar saengang. Dalam
dan (2) ogo, serta kata ené mempunyai dua kecap salancar saengang ada dua pola,
arti yaitu (1) sesebutan keur awéwé kolot yang paling banyak ada pada pola KVK,
dan (2) nini. contohnya kata jol. Dalam kecap salancar
dua engang ada 12 pola, dan kata yang
Bentuk Kata Bahasa Sunda Dialek paling banyak ada pada pola KV-KVK,
Tasikmalaya di Kecamatan contohnya kata camat, célot, gojéh,
Karangnunggal jangél, dan kétos . dalam kecap salancar
Bentuk atau tata kata merupakan tilu engang ada 13 pola, dan kata yang
wujud kata dilihat dari morfem yang paling banyak ada pada pola KV-KV-
menjadi unsur pembentuknya. Begitu pula KVK, contohnya kata celetok, gonokeun,
bentuk kata bahasa Sunda dialek jenolan, kabelih, dan soronoy. Dalam
Tasikmalaya di Kecamatan kecap salancar opat engang ada 7 pola,
Karangnunggal bisa dilihat dari morfem kata yang paling banyak ada pada pola
yang menjadi unsur pembentuknya. KV-KV-KV-KVK, contohnya kata
Berdasarkan hasil analisis data, bentuk bébélécék, kekelekey, kilikiben,
kata bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di parupuyan, dan seseledek.
Kecamatan Karangnunggal terdiri dari
kecap salancar dan kecap jembar. Dalam Kecap Jembar
kecap jembar terdiri dari kecap rundayan, Kecap jembar dalam bahasa Sunda
kecap rajékan, kecap kantétan, dan kecap dialek Tasikmalaya di Kecamatan
wancahan. Karangnunggal mengacu pada kata bahasa
Sunda dialek yang dibentuk oleh dua
Kecap Salancar morfem atau lebih. Dari hasil analisis data,
Kecap salancar yaitu kata yang ditemukan 137 kata yang termasuk dalam
dibentuk oleh satu morfem bebas, yang kecap jembar. Dari 137 kata itu, ada yang
disebut leksem salancar, tanpa adanya termasuk dalam kecap rundayan, kecap
perupahan apapun (Sudaryat, dkk. 2013. rajékan, kecap kantétan, dan kecap
Hal. 59). Kecap salancar dalam bahasa wancahan.
Sunda dialek Tasikmalaya di Kecamatan
Karangnunggal mengacu pada kata bahasa Kecap Rundayan
Sunda dialek yang dibentuk oleh satu Kecap rundayan yaitu kata yang
morfem bebas tanpa ada perubahan dibentuk dengan cara menambahkan
130 | LOKABASA Vol. 9, No. 2, Oktober 2018
imbuhan (afiks) pada bentuk dasarnya Dari hasil analisis data, terdapat 28
(Sudaryat, dkk. 2013, hal. 59). Kecap kata yang termasuk dalam kecap rajékan,
rundayan bahasa Sunda dialek contohnya kata ancam-éncém, babantal,
Tasikmalaya di Kecamatan cécémpéh, gagaruan, kekelekey, dsb.
Karangnunggal mengacu pada kata bahasa Dari 28 kecap tersebut, ada 8 kata
Sunda dialek diberi imbuhan, baik itu yang termasuk dalam kecap rajékan
imbuhan depan (prefiksasi), imbuhan dwilingga, 5 kata termasuk dalam kecap
belakang (sufiksasi), maupun (konfiksasi). rajékan dwi murni, contohnya kata ulu-
Dari hasil analisis data, dalam bahasa ulu, aclé-acléan, dsb; dan 3 kata termasuk
Sunda dialek Tasikmalaya tedapat 54 kata kecap rajékan dwiréka yaitu kata ancam-
yang termasuk kecap rundayan. éncém, cuam-caém, dsb. Selain itu,
Contohnya kata angkatan, ayakan, ditemukan pula 20 kata yang termasuk
bageuran congéan, kabelik, kadeudeuh, kecap rajékan dwipurwa, contohnya kata
dsb, . babantal, bébécék, bébélécék, cécémpéh,
Dari hasil analisis data, dalam gogodoh, dsb.
bahasa Sunda dialek Tasikmalaya
ditemukan 11 pola kecap rundayan. Kecap Kantétan
Pertama, pola D+ -an contohnya kata Kecap kantétan yaitu kata yang
angkatan, ayakan, bageuran, dsb. Kedua dibentuk dengan cara menggabungkan
pola D+ -eun, contohnya kata dua bentuk dasar, serta mengandung arti
barusuheun, cicingeun, dan gonongeun. yang mandiri (Sudaryat, dkk. 2013, hal.
Ketiga pola D+ -na, contohnya kata 61). Kecap kantétan dalam bahasa Sunda
manéhna dan nénéhna. Keempat pola ka dialek Tasikmalaya di Kecamatan
+ -D, contohnya kata kadeudeuh, Karangnunggal mengacu pada kata bahasa
kanénéh, kaselek, dsb. Kelima pola ka + D Sunda dialek Tasikmalaya yang memiliki
+ -an, contohnya kata kabuhulan dan arti baru setelah digabungkan dengan kata
kalamporan. keenam pola N + D, lain. Dari hasil analisis data, terdapat 46
contohnya kata ngabata, ngarona, ngedul, kecap kantétan contohnya kata anak
nyamut, dsb. Ketujuh pola pa + N+ D, dulur, balas panganeun, bau héor, catang
yaitu kata panyiuk. Kedelapan pola pa + hawu, dudukuy cetok, dsb.
N+ D+ -an, contohnya kata Dari hasil analisis data, ditemukan 9
pangangonan, panyitakan. Kesembilan pola dalam kecap kantétan. Pertama pola
pola pe+ N+ D, yaitu kata penulis. KB + KB, contohnya kata kanang emé,
Kesepuluh pola sa + D, yaitu kata kanang japati, kanang sapi, dsb. Kedua
sabudeur. Kesebelas pola sing+ D+ -eun, pola KB + KS, contohnya kata bedog
yaitu kata singsireumeun. Kecap tekok, dudukuy cetok, sair bongkok.
rundayan bahasa Sunda dialek Ketiga pola KB + KP, contohnya kata
Tasikmalaya paling banyak ditemukan kalingsir meuting, sawah garap, sawah
pada pola D+ -an. kontrak, tempat wulu. Keempat pola KS +
KS, contohnya kata bau héor, bau héos.
Kecap Rajékan Kelima pola KS + KB, contohnya kata
Kecap rajékan yaitu kata yang beurat birit, bodas ceuli, goréng adat, dsb.
dibentuk dengan cara menyebut dua kali Keenam pola KS + KP seperti kata gedé
atau lebih bentuk dasarnya (Sudaryat, dkk. amek, gedé haok, dan nyeri kiih. Ketujuh
2013, hal. 60). Kecap rajékan bahasa pola KP + KB, contohnya kata pagawé
Sunda dialek Tasikmalaya di Kecamatan désa. Kedelapan pola Kpan + KS, seperti
Karangnunggal mengacu pada kata bahasa kata teu kaopan. Kesembilan pola Kpan +
Sunda dialek yang disebut dua kali, baik KP, yaitu kata teu kagarap. Kecap
itu semuanya atau sebagian, binarung kantétan dalam bahasa Sunda dialek
rarangkén ataupun tidak.
Enur Sri Mulyani: Bahasa Sunda Dialek… | 131