Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA 1

“MENDUNIAKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA”


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 7 NOVEMBER 2018

SASTRA POPULER DAN


MASALAH KEHIDUPAN BANGSA
1)
Trismanto

Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang


email: trismanto_tris@yahoo.co.id

Abstract
Kehadiran karya sastra tidak dapat dilepaskan dengan fenomena sosial budaya yang lain,
seperti politik, ekonomi. agama, dan sebagainya. Dalam proses kelahiran karya sastra, baik
sastra Indonesia maupun sastra lainnya, terjadi saling keterkaitan antara penciptaan sastra
dengan fenomena kehidupan masyarakatnya. Dalam arti lebih lanjut, tidak pernah terjadi
keajegan dalam penciptaan karya sastra, tetapi senantiasa berubah dan berkembang sejalan
dengan perubahan dan perkembangan serta dinamika kehidupan masyarakat pendukungnya.
Sastra populer yang ditulis untuk “selera populer” dikenal dengan bacaan populer. Genre
sastra ini memang diciptakan lebih banyak untuk bacaan hiburan. Sebagian orang
berpendapat bahwa sastra populer tidak memiliki kualitas seperti sastra serius. Bahkan dari
penggunaan bahasanya pun banyak menyimpang termasuk penggunaan unsur-unsur idiom di
kalangan anak muda. Sangat berbeda dengan sastra serius yang diciptakan dengan
memperhatikan kualitas isi maupun bahasanya sehingga masyarakat khususnya kaum
akademisi maupun pecinta sastra serius harus memahami betul proses sejarah sastra, teori,
maupun kritik sastra untuk mengkajinya.Pengkajian sastra populer dan peranannya dalam
kehidupan berbangsa bertujuan menemukan permasalahan mengapa genre karya sastra ini
belum menghasilkan karya yang fenomenal seperti karya sastra serius. Seandainya genre
sastra ini ditulis dengan pemikiran tajam dan dalam agar menghasilkan sumbangsih yang luar
biasa terhadap kehidupan bangsa ini, yakinlah akan menjadikan perubahan yang luar biasa.
Mengingat kemudahan dalam pemahamannya, tidak tertutup kemungkinan jumlah
pembacanya jauh lebih banyak daripada sastra serius yang dalam proses kontemplasinya
membutuhkan berbagai rujukan. Di samping itu genre karya sastra ini kebanyakan ditulis oleh
tokoh-tokoh muda yang notabene masih memiliki semangat berkarya dan idealisme yang
tinggi.

PENDAHULUAN perkembangan serta dinamika kehidupan


masyarakat pendukungnya
Kehadiran karya sastra tidak dapat Membaca kehidupan sosial masyarakat
dilepaskan dengan fenomena sosial budaya dalam karya sastra adalah suatu hal yang lumrah
yang lain, seperti politik, ekonomi. agama, dan karena sastra merupakan cerminan dari
sebagainya. Dalam proses kelahiran karya masyarakat itu sendiri. Latar sosial berhubungan
sastra, baik sastra Indonesia maupun sastra dengan perilaku sosial masyarakat di suatu
lainnya, terjadi saling keterkaitan antara tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
penciptaan sastra dengan fenomena kehidupan Nurgiyantoro (1995:233-234) berpendapat
masyarakatnya. Dalam arti lebih lanjut, tidak bahwa tata cara kehidupan sosial masyarakat
pernah terjadi keajegan dalam penciptaan karya mencakup berbagai masalah yang kompleks. Ia
sastra, tetapi senantiasa berubah dan dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat,
berkembang sejalan dengan perubahan dan tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara

256
SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA 1
“MENDUNIAKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA”
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 7 NOVEMBER 2018

berpikir, dan cara bersikap. Sejalan dengan itu, Nenden Lilis A dalam artikelnya yang
Plato dalam Ahadiat (2007 : 51) berpendapat berjudul “Perlukah Periodisasi Sastra Populer”
bahwa karya sastra adalah tiruan dari kenyataan menjelaskan perkembangan sastra populer
sehari-hari. Sementara kenyataan sehari-hari selama beberapa dekade. Ia berpendapat
adalah juga merupakan tiruan dari dunia ideal bahwa sejarah sastra Indonesia seolah
atau dunia ilahi. “meniadakan” sastra populer karena dikaitkan
Dalam perkembangan zaman, sastra cara pandang moderenisme yang menganggap
menjadi bagian yang dipandang sebelah mata di luar sastra serius atau sastra tinggi bukanlah
oleh masyarakat. Anggapan ini muncul karena sastra.
menurut sebagian besar masyarakat, sastra Prima Hariyanto menjelaskan bahwa ada
tidak memiliki peran penting dalam kehidupan. kebudayaan tinggi dan kebudayaan populer
Sastra hanya dipandang sebagai pelengkap, yang masing-masing memiliki karakteristik
sebagai bacaan hiburan untuk mengisi waktu sendiri-sendiri. Sastra populer sebagai produk
luang. Padahal jauh lebih besar dari itu, sastra budaya populer memiliki karakteristik antara
memiliki peran sangat penting dalam kehidupan lain berasal dari rakyat biasa bukan kaum
masyarakat. Bahkan pada awal terbentuknya ningrat (pejabat atau petinggi), sederhana, tidak
negara Indonesia, sastra turut menentukan arah membutuhkan biaya tinggi dalam proses
kebudayaan bangsa, seperti yang dipolemikkan produksinya, dan bersifat komersial.
Sutan Takdir Alisyahbana dan Sanusi Pane. Budi Darma (2004:4-7) secara tegas
membedakan dua genre sastra, yaitu sastra
PERMASALAHAN serius dan sastra hiburan. Sastra serius adalah
genre sastra untuk ditafsirkan atau sastra yang
Sastra merupakan sebuah sarana cenderung merangsang pembaca untuk
komunikasi yang efektif, sebagai mediator menafsirkan atau menginterpretasikan makna
dalam menggambarkan pola hidup dan karya sastra itu. Sastra hiburan adalah karya
kebiasaan-kebiaaan masyarakat. Lotman sastra untuk pelarian (escape) dari kebosanan,
seorang kritikus sastra asal Inggris dari rutinitas sehari-hari, atau dari masalah yang
mengungkapkan bahwa sastra merupakan suatu sukar diselesaikan. Menurutnya, karena sifatnya
wacana yang memodelkan semesta yang tidak menghibur sehingga banyak digemari pembaca.
terbatas dalam satu semesta imajiner yang Karena banyak digemari, sastra hiburan juga
terbatas. dinamakan sastra pop, sastra populer. Ia juga
Sebelum membahas tentang seluk beluk menjelaskan lebih lanjut bahwa salah satu ciri
sastra populer, beberapa pertanyaan yang sastra hiburan adalah tokohnya tampan, kaya,
pantas dilontarkan berkaitan dengan eksistensi dicintai, dikagumi, dan sanggup mengatasi
sastra populer yaitu (1) apa itu sastra populer ? segala macam masalah dengan mudah.
(2) bagaimana perkembangan sastra populer ? Pembaca dipancing untuk melakukan
(3) Mengapa sastra populer belum dapat identifikasi diri seolah dirinya adalah tokoh itu
menyampaikan solusi permasalahan bangsa sendiri. Dengan memasuki sastra hiburan,
yang demikian kompleks ini secara lebih berani pembaca merasa bahwa dirinya seolah serba
dan mendalam ? hebat. Oleh karena itu, apa yang dipancing oleh
sastra hiburan tidak lain adalah impian yang
KAJIAN PUSTAKA tidak mungkin dicapai. Pembaca dibuai bukan
oleh masalah hakiki kehidupan, melainkan oleh
Sebelum membicarakan tentang sastra ilusi.
populer dan peranannya dalam kehidupan Sementara berkaitan dengan sejarah
bangsa, perlu dipaparkan tulisan-tulisan atau sastra populer, Jakob Sumarjo (1982: 37-39)
hasil pembahasan seputar sastra populer dan menjelaskan bahwa Istilah “sastra populer”
perkembangan dalam dunia kesusastraan mulai lazim dipakai pada tahun 70-an lewat
Indonesia. suksesnya novel Karmila (Marga T.) dan Cintaku
di Kampus Biru (Ashadi Siregar). Hal ini ditandai

257
SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA 1
“MENDUNIAKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA”
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 7 NOVEMBER 2018

dengan semakin besarnya jumlah pembaca meliputi cerita-cerita tentang kehidupan para
sastra dengan latar belakang sekolah menengah nyai, cerita-cerita kriminal yang diangkat dari
dan perguruan tinggi. Pembaca sastra populer kisah-kisah nyata di pengadilan, cerita silat,
kebanyakan perempuan remaja dan ibu rumah cerita hantu (gaib), dan cerita percintaan.
tangga. Namun, kesusasteraan populer tidak Jenis sastra di atas mengalami masa surut
lahir begitu saja di tahun itu. Lebih lanjut ia pada zaman pendudukan Jepang (1942-1949).
menjelaskan bahwa kesusasteraan populer yang Surutnya dikarenakan zaman itu penuh
berkonotasi hiburan dan barang dagangan pergolakan politik dan sosial. Untuk menulis dan
sudah sudah muncul sejak tahun 30-an, ketika membaca dibutuhkan ketenangan khusus yang
Balai Pustaka sedang merajalela. sulit diperoleh pada masa seperti ini. Dari
berbagai literatur, tidak banyak terdeskripsikan
ANALISIS sastra populer pada masa ini.
Sastra populer merebak kembali pada masa
Sastra populer adalah karya sastra yang kemerdekaan, yakni 1950-1968-an. Dalam kurun
cenderung menggunakan bahasa sehari-hari di waktu ini muncul novel-novel dan cerpen-
kalangan remaja. Karya ini sering disebut karya cerpen dengan cerita-cerita percintaan yang
pop (KBBI, 2015: 1002). Sastra populer dibumbui sensualitas.
merupakan bentuk-bentuk sastra yang Tahun 1970-an sastra populer mengalami
mempunyai akar pada kebutuhan, cara berpikir, pergeseran dari ciri sebelumnya. Sastra populer
pengetahuan, problema dan selera orang-orang pada masa ini banyak ditulis kaum perempuan.
kebanyakan. Cerita-cerita yang mendominasi pada masa ini
Di Indonesia, kehadiran sastra populer adalah masalah rumah tangga. Kemudian
diawali pada tahun 1890-an dengan banyaknya berkembang pula cerita-cerita remaja, baik
bacaan yang ditulis oleh orang Cina-Melayu berupa cerita petualangan, maupun cinta
menggunakan bahasa Melayu rendahan yang remaja). Hal ini berlangsung hingga 1990-an.
dibaca hanya terbatas pada kalangan tertentu Pasca-Orde Baru, yang sering disebut era
saja. reformasi, berkembang pesat karya-karya sastra
Sebuah karya sastra disebut populer di populer dengan motif-motif keagamaan.
antaranya karena tema, cara penyajian teknik Berkembang pula novel dan cerpen-cerpen
bahasa, dan penulisannya mengikuti pola umum remaja yang menceritakan perempuan
yang tengah digemari masyarakat pembacanya, kosmopolitan dengan keseharian kehidupan
termasuk di Indonesia. Sastra populer tidak perkotaan dalam karya-karya chicklit dan
hanya sekedar menghibur, tetapi juga dinikmati teenlit. Jenis-jenis cerita yang ada pada era
sebagai karya seni sehingga sastra populer sebelumnya memang masih berkembang sekali
terutama dalam bentuk novel tidak saja pun tidak mendominasi. Namun, pada periode
dipandang sebagai barometer perkembangan ini sastra populer tidak banyak diwarnai tema-
sosial, budaya, dan ekonomi masyarakatnya, tema kekerasan (kriminalitas).
tetapi juga bagi masyarakat dunia. Telah banyak Selanjutnya, sekitar tahun 1970-an hingga
ahli membicarakan sastra populer dalam 1990-an, fiksi populer kembali bermunculan,
kaitannya dengan masyarakat, namun jelas pula ditandai dengan terbitnya novel Cintaku di
bahwa banyak diantaranya sama sekali tidak Kampus Biru, Lupus, Balada si Roy dan Jejak-
bertolak dari gagasan adanya perbedaan antara jejak Jejaka. Novel-novel tersebut menjadikan
yang populer dan elit dalam sastra. remaja sebagai segmentasi utamanya.
Sastra populer di Indonesia telah tumbuh Kemudian pada dekade 2000-an,
sejak abad 19, terutama pada masa bermunculanlah novel-novel berjenis chick lit
pemerintahan Hindia Belanda. Sastra populer dan teenlit. Kelahiran chick lit dan teenlit
pada masa ini ditulis, baik oleh kaum Indo- menjadi salah satu fenomena literer yang
Belanda, peranakan Cina, maupun kaum menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan
pribumi, dengan menggunakan bahasa Melayu pembaca karya sastra. Fenomena kemunculan
Pasar. Sastra populer yang ditulis pada masa ini novel-novel tersebut merupakan salah satu

258
SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA 1
“MENDUNIAKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA”
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 7 NOVEMBER 2018

penanda bangkitnya kembali sastra populer kondisi alam yang kaya melimpah serta berbagai
dalam dunia kesusastraan Indonesia yang suku dengan adat yang berbeda memiliki
sempat mati suri. segudang permasalahan dalam kehidupannya
Sastra populer lebih cenderung dikaitkan seperti masalah politik, sosial, ekonomi,
dengan kondisi perkembangan kebutuhan kebudayaan, pendidikan bahkan kemanusiaan.
masyarakat modern, yang menuntut Sebuah pertanyaan lanjutan apakah karya sastra
kedisiplinan, profesionalisme, dan kerja keras. populer sudah berkontribusi memberikan
Dalam posisi tersebut, sastra populer dikatakan pandangan kontemplatif terhadap
sebagai sastra pelarian, artinya sebagai upaya permasalahan bangsa yang kompleks yang
menghibur diri dari kenyataan hidup keseharian sedang dihadapi pada masa sekarang ini ?
yang monoton dan menjemukan. Membicarakan perananan karya sastra
Era reformasi, yang ditandai jatuhnya terhadap kehidupan suatu bangsa tidak bisa
rezim Orde Baru tahun 1998, telah dilepaskan dari ranah budaya masyarakatnya.
memunculkan banyak fenomena dalam Kebudayaan populer (popular culture)
kesusastraan Indonesia, di antaranya tergalinya merupakan kebudayaan yang diciptakan oleh
kembali jenis-jenis dan karya-karya sastra yang rakyat biasa dengan sederhana dan ditujukan
selama ini terpinggirkan, termasuk sastra untuk tujuan komersil sehingga dapat dinikmati
populer. Fenomena yang terkait dengan sastra oleh seluruh lapisan masyarakat.
populer dan ditunjukkan pada era ini adalah Kebudayaan populer (popular culture)
maraknya keberadaan sastra yang menjadi ciri merupakan salah satu bagian dari ranah studi
penting kesusastraan pasca-Orba. Selain marak, budaya (cultural studies) karena kebudayaan
sastra populer era ini juga menunjukkan populer juga bagian dari budaya yang
keberagaman dan secara mencolok memperkaya khasanah kebudayaan masyarakat
memperlihatkan karakteristik yang berbeda mana pun. Bahkan, dapat dikatakan bahwa
dengan sastra populer di era sebelumnya. kebudayaan populer memiliki cakupan yang
Ada yang bisa dicatat dari fenomena lebih luas daripada kebudayaan tinggi.
sastra populer era mutakhir ini, yakni Kebudayaan populer dapat dinikmati oleh
munculnya pergeseran dalam bobot tema yang seluruh lapisan masyarakat, sedangkan
diangkat. Sastra populer era ini lebih kebudayaan tinggi hanya dapat dinikmati oleh
menunjukkan muatan intelektualnya. Salah satu masyarakat lapisan atas saja.
contoh karya sastra populer yang ada adalah Namun demikian, kebudayaan populer
Ayat-Ayat Cinta yang banyak mengandung sering dianggap sebagai parasit bagi
wawasan keagamaan yang tidak ringan. kebudayaan tinggi. Hal ini disebabkan oleh
Dari uraian di atas, sekalipun bersifat jangkauan dan biaya yang harus dikeluarkan
global, terlihat bahwa setiap periode dalam untuk menikmati kebudayaan populer jauh lebih
perkembangan sastra populer memiliki ciri-ciri murah daripada kebudayaan tinggi. Oleh karena
khusus. Kekhususan ini tentulah dipengaruhi itu, masyarakat lebih memilih kebudayaan
oleh kondisi sosial-politik-ekonomi-budaya, dan populer daripada kebudayaan tinggi.
lain-lain yang menandai masyarakat dan Kebudayaan populer diciptakan dari
zamannya. Dari situ kita melihat bahwa masyarakat yang terkena dampak kapitalisme
karakteristik dan arah sastra populer mengalami dan demokrasi. Kebudayaan ini sering disebut
pergeseran dari waktu ke waktu. Seperti yang pula sebagai budaya pop (pop culture).
terjadi pada era sekarang, sastra populer tidak Kebudayaan populer diciptakan dengan
hanya ditujukkan untuk kepentingan hiburan, spontanitas oleh, dari, dan untuk dinikmati oleh
dan bukan hanya jadi objek industrialisasi. rakyat lapisan bawah. Kebudayaan populer
Kenyataan ini bukan tidak mungkin bersifat kasar, tetapi tidak menampakkan
menimbulkan pergeseran dalam pendefinisian kevulgaran. Sifat kasar inilah yang digunakan
dan cara pandang terhadap sastra populer. untuk menutupi kevulgaran budaya ini.
Indonesia sebagai negara berkembang Kebudayaan populer sering pula dianggap
dengan jumlah penduduk yang sangat besar, sebagai kebudayaan dengan selera rendah dan

259
SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA 1
“MENDUNIAKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA”
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 7 NOVEMBER 2018

merupakan sisa-sisa dari kebudayaan tinggi. dapat mewujudkan cita-cita dan menjadi orang
Kebudayaan populer hanya dianggap untuk yang berguna, memang tak harus belajar di
meraup keuntungan sebanyak-banyaknya sekolah yang mahal dengan segala kelengkapan
(komersil). Oleh karena itu, kebudayaan populer fasilitasnya yang modern. Anak-anak pun dapat
sering disebut sebagai budaya massa yang belajar dari alam dan lingkungannya serta dapat
hanya menekankan aspek kemasan (kitsch), maju dalam segala kekurangannya seperti anak-
tanpa mempedulikan isi. Begitu juga dengan anak Laskar Pelangi. Namun, bukan berarti SD
sastra populer karena ia merupakan produk Muhammadiyah lain di negeri kita dibiarkan apa
budaya yang melingkunginya. adanya. Masih banyak sekolah yang butuh
Sastra populer tak dapat dilepaskan dari perhatian lebih. Alangkah baiknya jika kita
kebudayaan populer karena ia lahir dari meningkatkan sarana dan prasarana sekolah
semangat kebudayaan populer. Sastra populer untuk menciptakan anak-anak bangsa yang
memiliki ciri yang khas yang membedakannya cerdas.
dengan apa yang dianggap sebagai sastra tinggi, Dapat dikatakan bahwa novel Laskar
seperti mengharamkan makna ganda, Pelangi merupakan salah satu novel populer
menghindari kerumitan dengan cara Indonesia. Novel Laskar Pelangi banyak
penyelesaian masalah dengan mudah, menginspirasi masyarakat terutama penulis
penokohan stereotipe dengan sistem bintang, muda yang ingin menyalurkan bakatnya. Novel
dan sebagainya. Salah satu karya sastra populer ini banyak ditiru gaya dan temanya oleh penulis
yang telah lama diperbincangkan dan dinikmati lain. Dengan lahirnya Laskar Pelangi, banyak
masyarakat adalah novel Laskar Pelangi. masyarakat Indonesia terkena demam novel.
Laskar Pelangi merupakan novel yang Banyak orang yang tiba-tiba suka membaca
berlatar kehidupan masyarakat Melayu Belitong novel dan karya sastra.
sekitar tahun 70-an. Sampai saat ini Laskar Satu lagi contoh karya sastra populer yang
Pelangi terus dicetak ulang, bahkan disebut pantas dijadikan bahan diskusi karena
sebagai karya sastra terlaris sepanjang sejarah kontribusinya dalam mendakwahkan ajaran
Indonesia. Buku ini juga menjadi perbincangan positif kepada kaum remaja. Cerpen yang
banyak orang karena mengangkat kisah yang berjudul “Ketika Mas Gagah Pergi” karangan
jarang diangkat serta mampu menarik perhatian Helvy Tiana Rosa. Cerpen ini bukan tergolong
banyak orang. karya sastra serius. Cerpen yang dimuat di
Laskar Pelangi mengisahkan anak-anak majalah Annida mendapat respon yang luar
Belitung yang masih memiliki impian, harapan, biasa dari pembacanya. Cerpen ini mampu
dan cinta. SD Muhammadiyah mengajarkan mengubah ratusan remaja memakai jilbab
banyak hal kepada anak-anak Laskar Pelangi. karena wasiat yang disampaikan oleh tokoh
Tiadanya fasilitas sekolah yang memadai, tak dalam cerpen itu. Sebenarnya masyarakat dapat
membuat mereka kehilangan kreativitas. melihat bagaimana pentingnya sebuah karya
Mereka terus belajar, berkembang, dan semakin sastra mampu membentuk moral generasi-
dewasa. Hari-hari yang mereka lalui pun generasi mereka.
membuat persahabatan mereka semaikn erat. Permasalahan bangsa yang demikian
Laskar Pelangi merupakan potret kompleks dari pejabat-pejabat negara yang
masyarakat Belitung yang bagai dua sisi mata kebijakannya yang tidak pro-rakyat, banyaknya
uang. Sebagian dari mereka dapat menikmati kasus korupsi, remaja dengan segala
hasil timah yang dikelola oleh PN (Perusahaan penyimpangan perilakunya, sampai masalah
Negara) Timah. Sebagian lagi harus bekerja politik dan ekonomi yang tak kunjung selesai.
keras agar dapat bertahan hidup. Dalam Semua itu sebenarnya merupakan topik-topik
keadaan seperti inilah, di tengah kekayaan alam yang bisa diambil sebagai materi dalam karya
Belitung dan kemiskinan, anak-anak Laskar sastra populer sehingga ia memiliki peran yang
Pelangi berusaha meraih mimpi mereka. luar biasa dalam kehidupan masyarakat, bangsa,
Novel ini banyak mengandung nilai-nilai dan negara.
moral yang diperlukan oleh kita saat ini. Untuk

260
SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA 1
“MENDUNIAKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA”
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 7 NOVEMBER 2018

Di Indonesia, banyak manusia mencuri tidaknya sebuah bangsa. Semakin tinggi


uang rakyat. Banyak yang bekerja banting tulang peradaban yang digambarkan di dalam karya
pergi sebelum matahari terbit dan pulang ketika sastra terhadap sebuah bangsa, semakin tinggi
matahari sudah terbenam. Tidak sedikit remaja pula peradaban bangsa itu sesungguhnya. Pada
Indonesia tercebur dalam kubangan narkoba sisi lain sastra adalah suara rakyatnya.
atau obat-obat terlarang, dan masih banyak lagi.
Permasalahan bangsa yang demikian kompleks SIMPULAN
terjadi karena kehidupan tidak lagi terletak pada
porsinya masing-masing. Ketimpangan yang ada Dalam proses kelahirannya, karya sastra
sengaja dibuat untuk kepentingan tertentu, termasuk karya sastra populer tidak bisa
untuk menguntungkan sekelompok orang terlepas dari fenomena sosial budaya yang
tertentu. melingkunginya pada masanya. Meski dianggap
Karya sastra merupakan cerminan sebagai karya sastra yang hanya bertujuan
perilaku yang baik dari penulisnya. Sastra adalah menghibur pembacanya, karya sastra populer
risalah yang ditulis oleh seorang sastrawan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
untuk menyebarkan kebaikan. Benar saja bila kehidupan manusia. Memang karya sastra ini
seorang penyair, novelis, dan cerpenis akan lahir dari masyarakat yang berbudaya rendah
menjadi panutan bagi pembacanya. Apa yang (bukan golongan ningrat/pejabat/bangsawan)
disampaikan oleh pengarang akan menjadi namun ia mampu menjadi alat bagi penulisnya
seruan yang akan diikuti oleh banyak orang. untuk menyuarakan persoalan bangsa. Lihatlah
Seruan-seruan dalam karya sastra bisa menjadi bagaimana Laskar Pelangi mampu menginspirasi
senjata bagi sebagian pejuang untuk rakyat Indonesia untuk merenungi dan
menyuarakan perjuangan mereka. Melalui memikirkan kasus kehidupan masyarakat Papua
karya-karya sastra, sang pengarang berharap yang miskin dan terbelakang meski tanah
para pembaca mengikuti jejak perjuangannya mereka berlimpah kekayaan.
dengan berbagai cara masing-masing. Pelajar Bahkan apa yang bisa kita ambil dari
dan mahasiswa berjuang dengan caranya. cerpen “Ketika Mas Gagah Pergi” karya Helvy
Petani, guru, nelayan, tentara, politisi, dan Tiana Rosa mampu mengubah perilaku ratusan
sebagainya berjuang dengan cara mereka remaja untuk berubah menjadi lebih agamis dan
sendiri. santun dengan memakai jilbab setelah mereka
Bila kita bicarakan lebih jauh, sastra membaca cerpen tersebut. Inilah beberapa
populer seperti cerpen maupun novel yang sumbangsih karya sastra populer yang dianggap
bertemakan kehidupan remaja dengan segala tidak memiliki kualitas namun mampu
permasalahannya dapat mendatangkan manfaat memberikan pelajaran bagi pembacanya agar
bagi pembacanya. Masyarakat dalam hal ini lebih beradab dan mengerti persoalan
pembaca dapat melihat bagaimana pentingnya bangsanya seperti krisis moral akibat obat-
sebuah karya dalam membentuk moral obatan terlarang maupun pengaruh budaya
generasi-generasi mereka. Karya sastra juga bisa asing.
menjadi alat untuk perbaikan moral remaja,
misalnya dengan mengkampanyekan betapa
DAFTAR PUSTAKA
merusaknya narkoba dan pergaulan bebas,
betapa pentingnya ilmu pengetahuan, betapa Ahadiat, Endut. 2007. Teori dan Apresiasi
pentingnya membaca, dan sebagainya. kesusastraan. Padang : Bung Hatta
Bagaimanapun karya sastra termasuk University Press.
sastra populer, memiliki sumbangsih yang Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra.
sangat besar terhadap permasalahan bangsa. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen
Karya sastra memiliki kontribusi luar biasa Pendidikian Nasional.
dalam pembangunan bangsa ini karena pada Djoko Pradopo, Rahmad. 2002. Kritik Sastra
dasarnya ia membangun peradaban manusia. Indonesia Moderen. Yogyakarta: Gama
Karya sastra adalah cerminan dari beradab Media.

261
SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA 1
“MENDUNIAKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA”
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 7 NOVEMBER 2018

Esten, Mursal. 1983. Kritik Sastra Indonesia.


Padang: Angkasa Raya.
Hirata, Andrea. 2007. Laskar Pelangi.
Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Lilis, A. Nenden Pikiran Rakyat, Sabtu, 12 April
2008
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori pengkajian
Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta
Sumardjo, Jakob. 1979. Novel Indonesia
Mutakhir: Sebuah Kritik. Yogyakarta: Nur
Cahaya.
---------- “Sastera Populer dan Pengajaran
Sastera”, dalam Basis no. 5, Th. XXXI,
Mei 1982.
Haryanto, Prima. Laskar Pelangi Sebagai Sastra
Populer. Nyanyian Bahasa, 23
September 2009.
Tiana Rosa, Helvy. . 2003. Segenggam Gumam,
Esei tentang Sastra dan Kepenulisan.
Bandung: Penerbit Asy Syamil.

262

Anda mungkin juga menyukai