Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN GENRE SASTRA POPULER DAN

PENGAJARANNYA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Jasmine Belinda Budijanto1, Novita Dewi2


1,2 Universitas Sanata Dharma Indonesia
1jasminebelinda0909@gmail.com
219novitadewi@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan sastra populer, genre sastra
populer, dan implikasi sastra populer terhadap pengajaran nilai-nilai karakter. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti
menemukan bahwa sastra populer memiliki perkembangan yang cukup pesat. Hal ini
ditunjukkan dengan munculnya berbagai genre sastra populer. Contoh genre sastra populer
adalah metropop dan sastra siber. Kedua genre ini muncul akibat perkembangan zaman.
Sastra perlu diajarkan karena sastra dapat mengasah kepekaan seseorang sehingga ia lebih
peka dengan lingkungan serta memiliki rasa simpati dan empati. Sastra populer dapat
diajarkan di dalam pembelajaran sekolah menegah atas. Dalam pengajarannya, guru perlu
mempertimbangkan nilai-nilai karakter dan budaya Indonesia dalam sastra populer tersebut.
Oleh karenanya, guru perlu melakukan pemilihan dan pemilahan karya sastra populer yang
akan diajarkan kepada siswa.
Kata kunci: sastra, sastra populer, pengajaran sastras

Abstract
This study aims to describe the development of popular literature, popular literary genres, and
the implications of popular literature on the teaching of character values. This research uses
descriptive qualitative research. Based on this research, the researcher found that popular
literature has developed quite rapidly. This is indicated by the emergence of various popular
literary genres. Examples of popular literary genres are metropop and cyber literature. These
two genres emerged as a result of the times. Literature needs to be taught because literature can
hone a person's sensitivity so that he is more sensitive to the environment and has a sense of
sympathy and empathy. Popular literature can be taught in high school learning. In teaching,
teachers need to consider the values of Indonesian character and culture in the popular
literature. Therefore, teachers need to select and sort popular literary works to be taught to
students.
Keywords: literature, popular literature, literature teaching

148 Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


148
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

A. PENDAHULUAN komersil. Dalam sastra populer,


Sastra merupakan sebuah topik pembaca tidak diajak untuk
yang tidak pernah lepas dari memahami permasalahan yang ada
kehidupan manusia. Hal ini dalam sastra tersebut. Permasalahan
dikarenakan sastra merupakan tersebut diangkat hanya sampai
cerminan dari realitas. Sastra permukaan dan permasalahan
merupakan sebuah karya imajinatif, tersebut merupakan permasalahan
kreatif, dan juga estetis yang dapat ditemui sehari-hari.
(Nurgiyantoro, 2015:2). Sastra tidak Tema atau topik dalam sastra
bisa dicari kebenarannya karena populer tersebut berkutat pada hal
sastra fiksi merupakan hasil rekaan yang sama, seperti romantisme
dan tidak benar-benar terjadi. Sastra (Nurgiyantoro, 2015:22).
tersebut memiliki tokoh, peristiwa, Dewasa ini, sastra mulai
dan tempat yang bersifat fiksi atau berkembang beriringan dengan
tidak ada pada realitas. kemajuan teknologi. Sastra yang
Dalam perkembangannya, sastra berkembang pesat pada era tersebut
ini kemudian berkembang menjadi adalah sastra populer. Pada awalnya,
dua bentuk, yaitu sastra kanon dan sastra populer dianggap sebelah
sastra populer. Sastra kanon atau mata karena sastra tersebut
sastra serius merupakan sastra yang mengangkat permasalahan yang
sesuai dengan aturan atau undang- dangkal dan hanya memenuhi
undang. Sastra tersebut kemudian keinginan pembaca. Oleh karenanya,
diajarkan di pendidikan formal sastra populer tersebut dapat
(Santosa, 2013:1). Sastra kanon terintegrasi dengan digitalisasi.
biasanya membutuhkan konsentrasi Perkembangan tersebut
dan pemaknaan yang mendalam. Hal kemudian dapat diajarkan ke dalam
ini dikarenakan permasalahan dan pembelajaran sastra di sekolah
pengalaman hidup yang tertulis menegah atas (SMA). Pembelajaran
dalam sastra serius tersebut sastra pada sekolah menengah atas
diungkap secara mendalam dan difokuskan apresiasi sastra dan
bersifat universal (Nurgiyantoro, pemaknaan sastra tersebut
2015:22). Oleh karenanya, sastra (Fuaduddin, 2018).
kanon atau sastra serius tersebut Pembelajaran sastra
ditulis dengan tujuan mengajak diintegrasikan ke dalam bahasa
pembaca merenungkan dan Indonesia karena sastra merupakan
meresapi permasalahan yang sebuah karya yang dihasilkan dari
diangkat dalam sastra tersebut. imajinasi manusia dan memuat
Sastra populer merupakan berbagai aspek (Tindaon, 2012).
kebalikan dari sastra kanon. Sastra Selain itu, pembelajaran sastra
populer merupakan karya sastra dianggap penting karena sastra
yang bertujuan untuk menghibur dapat membantu siswa mengasah
pembaca (Nurgiyantoro, 2015; rasa dan membentuk watak.
Santosa, 2013). Sastra ini Akan tetapi, saat ini sastra
berkembang demi memuaskan dianggap kurang berperan pada
pembaca dan bertujuan untuk masyarakat karena masyarakat lebih

Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


149
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

menganggap sains, teknologi, dan Hal ini dikarenakan masyarakat


ekonomi merupakan bidang penting menjadi memiliki kebiasaan
untuk dipelajari. Padahal, sastra konsumtif. Oleh karenanya, budaya
memuat unsur-unsur budaya dan pop tersebut menjadi arena
pelajaran kemanusiaan. Sastra pertarungan untuk menarik hati
tersebut dapat menjadi media dalam masyarakat. Budaya populer
pembentukan karakter. tersebut menggunakan media
Dengan demikian, berdasarkan sebagai sarana untuk menyebarkan
latar belakang tersebut, peneliti ideologi dan penawarannya.
merumuskan permasalahan sebagai Budaya populer atau budaya pop
berikut: apa peran produksi dan adalah sebuah kekuatan yang
konsumsi pada sastra populer?; Apa menghilangkan batasan tradisi,
implikasi sastra populer pada selera, kekunoan, dan juga
pembentukan karakter?; dan mengaburkan perbedaan (Vidyarini,
bagaimanakah pengajaran sastra 2009). Budaya populer seringkali
pada siswa SMA? Berdasarkan disamakan dengan budaya yang
rumusan masalah tersebut, remeh, tidak mendidik, dan
penelitian ini bertujuan untuk kontroversial. Hal ini dikarenakan
mendeskripsikan proses produksi, budaya populer memiliki daya tarik
konsumsi, dan implikasi yang dangkal dan mudah dicerna.
pembelajaran sastra, khususnya Namun sebenarnya, budaya populer
sastra populer, terhadap juga mengarah pada realitas saat ini
pembentukan karakter. yang terkena pengaruh media
Untuk menjawab rumusan (Vidyarini, 2009).
tersebut, peneliti menggunakan Budaya populer juga merupakan
beberapa kajian teori. Teori tersebut budaya yang lahir atas pengaruh
mencakup budaya populer dan media dalam kehidupan masyarakat
sastra populer. Berikut adalah (Hamid, 2012). Artinya, media
pembahasan dari teori-teori mampu memperoduksi budaya dan
tersebut. public menyerapnya. Budaya
Budaya populer merupakan populer tidak terlepas dari perilaku
sebuah budaya yang lahir akibat konsumsi, peran media massa.
media (Hamid, 2012:2). Budaya Budaya tersebut lahir atas kehendak
populer tersebut masuk sebagai media dan perilaku konsumsi.
sesuatu yang berkembang dan Budaya populer dilihat sebagai
akhirnya disukai oleh banyak orang. kumpulan makna dan hasil produksi
Budaya populer sendiri dianggap pada momen konsumsi sehingga
juga sebagai arena pertarungan budaya populer menjadi terpusat
ideologis dan menawarkan berbagai pada cara pemanfaatan budaya
pilihan sehingga manusia menjadi tersebut. Fokus kajian budaya
konsumtif (Adji, 2019:171). populer tidak terletak pada nilai
Meskipun demikian, budaya estetis dan kultural, tetapi pada
populer juga dipandang sebagai pengubahan produk industri
pergerakan budaya dari masa ke menjadi budaya populer demi
masa dalam masyarakat kapitalis.

150 Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


150
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

melayani kepentingan mereka sebuah kekuatan yang meresistendi


(Barker, 2014). kekuatan dominan. Hal ini
Forcault (1994) mengatakan dikarenakan budaya populer
bahwa resistensi terhadap kuasa bukanlah sebuah arena yang menjadi
merupakan bagian dari praktik area mutlak bagi kekuatan mutlak.
kuasa tersebut. Masyarakat sering Pada bukunya, Fiske menyatakan
kali salah kaprah terkait kuasa dan bahwa budaya populer dapat
resistensi. Masyarakat menganggap dipahami menjadi lebih mendalam
bahwa kuasa dan resistensi dan menilainya secara jernih.
merupakan dua hal yang berbeda. Budaya populer dapat berfungsi
Kesalahpahaman tersebut yang sebagai kekuatan dalam melawan
akhirnya menimbulkan gerakan kekuatan dominan dan memberikan
perlawanan yang mengelompokkan makna sesuai dengan keinginan
kategori subjek di luar kutub masyarakat. Jadi, budaya populer
kekuasaan maupun kutub dapat menjadi kekuatan produktif
perlawanan. Forcault (1994) dan hal ini justru menjadi hal yang
menyatakan bahwa resistensi jarang diangkat ketika
sebenarnya merupakan bentuk memperbincangkan budaya populer.
perlawanan untuk menyerang dan Dengan demikian, dapat
berstrategi dalam menghadapi disimpulkan budaya populer
teknik atau bentukan kekuasaan. merupakan budaya yang lahir dari
Barker (2014) mengatakan media. Budaya pop menjadi ajang
bahwa budaya populer merupakan untuk menawarkan ideologi dan
budaya yang dihasilkan secara sarana untuk memuaskan perilaku
komersial dan menjadi sebuah arena konsumsi masyarakat. Media
untuk memperoleh dukungan dan menjadi sarana yang memiliki
resistensi dalam perebutan makna pengaruh paling besar dalam
kultural. Namun, karena konsepsi penyebaran budaya pop tersebut.
dan persepsi budaya populer beralih Sastra populer merupakan sastra
ke arah politis, pernyataaan budaya yang lahir akibat munculnya budaya
populer menjadi tidak lagi terpusat populer. Budaya populer atau
pada nilai budaya dan estetis, tetapi budaya pop adalah sebuah kekuatan
terfokus pada klasifikasi dan yang menghilangkan batasan tradisi,
kekuasaan (Barker, 2014). selera, kekunoan, dan juga
Sebagai contoh, budaya populer mengaburkan perbedaan (Vidyarini,
dapat dijadikan arena resistensi. 2009). Budaya populer seringkali
Fiske (dalam Adji & Padjadjaran, disamakan dengan budaya yang
2019) mengatakan bahwa budaya remeh, tidak mendidik, dan
populer adalah bentuk resistensi. kontroversial. Hal ini dikarenakan
Terdapat kekuatan produktif ppada budaya populer memiliki daya tarik
kelompok subordinat untuk yang dangkal dan mudah dicerna.
mengubah komoditas budaya sesuai Namun sebenarnya, budaya populer
dengan kepentingan kelompok juga mengarah pada realitas saat ini
masyarakat tersebut. Budaya yang terkena pengaruh media
populer dapat direvitalitasi menjadi (Vidyarini, 2009).

Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


151
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

Ada beberapa hal yang perlu permukaan saja. Sastra tersebut juga
diperhatikan mengenai sastra menampilkan perasaan-perasaan
populer. Seiring berkembangnya yang dimiliki seseorang, namun
zaman, sastra pun mengikuti budaya tujuannya untuk menghibur, bukan
populer. Budaya populer dapat juga memberikan pelajaran. Oleh
disebut dengan budaya massa karenanya, sastra populer bertujuan
karena budaya populer merupakan untuk menghibur pembacanya saja.
cerminan dari kehidupan Dengan demikian, dapat
masyarakat tersebut (Astika, 2014). disimpulkan bahwa sastra populer
Sastra populer adalah salah satu merupakan sastra yang lahir dari
bentuk dari budaya populer budaya populer. Cerita yang
tersebut. diangkat adalah cerita-cerita yang
Sastra populer lebih ringan, permasalahan sehari-hari,
mementingkan pembaca dan dan berkutat pada tema-tema hidup
berorientasi pada pembaca. sehari-hari. Sastra populer bersifat
Pembaca diajak untuk merasa menghibur sehingga tidak
nyaman dalam cerita sastra tersebut memerlukan penafsiran mendalam.
(Astika, 2014). Sastra populer tidak
mengajak pembaca untuk B. METODE PENELITIAN
menginterpretasi makna, tetapi Penelitian ini merupakan
menikmati karya sastra tersebut. penelitian kualitatif deskripstif.
Sastra populer juga digemari oleh Sumber data penelitian ini adalah
pembaca karena pembaca merasa karya sastra populer dengan genre
nyaman dalam membacanya. metropop dan sastra siber (cyberlit).
Sastra populer sangat berkaitan Data penelitian ini berupa kata-kata
dengan proses produksi, konsumsi,
yang mencerminkan pendidikan
dan reproduksi (Hidayat, 2017).
karakter dan hasil analisis sasaran
Sastra populer diproduksi sesuai
dengan budaya dan keinginan pembaca. Penelitian ini
pembaca. Tentu produsen melihat menggunakan teknik pengumpulan
hal tersebut karena sastra populer data berupa studi pustaka.
menarik peminat pembaca. Setelah Instrumen yang digunakan peneliti
sastra tersebut diproduksi, sastra adalah diri peneliti sendiri.
populer menarik minat konsumen.
Hal ini dikarenakan sastra populer C. HASIL DAN PEMBAHASAN
benar-benar disesuaikan dengan 1. Perkembangan Sastra Populer
minat pembaca. Perkembangan sastra tidak
Pernyataan-pernyataan lepas dari pemikiran modernisme
mengenai sastra populer sejalan dan postmodernism (A., 2015). Teori
dengan pernyataan yang modernism dicetuskan oleh Jean
disampaikan (Nurgiyantoro, Francois Lyotard. Teori ini disebut
2015:21). Sastra populer adalah juga dengan grand narrative.
karya yang menampilkan masalah- Karakter modernism yaitu
masalah sehari-hari dan sesuai universalitas, totalitas, keutuhan
zaman, namun hanya sebatas organis, sistematis, dan legitimasi.

152 Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


152
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

Teori ini memiliki dampak yang gagalnya modernism. Dengan adanya


besar pada sastra. Keberagaman postmodernism, sastra
pada sastra menjadi terabaikan dan mengembalikan kesadaran dan
muncul pusat sastra. Yang dimaksud keberagaman sastra. Postmodernism
pusat sastra adalah sastra-sastra juga menegaskan studi kultur
yang diakui adalah sastra elit, sastra (cultural studies). Batas antara sastra
nasional, dan sastra utama. Karya tinggi dan sastra populer hilang
sastra yang tidak termasuk di tiga berkat studi kultur tersebut. Sastra-
bagian itu tidak bisa disebut sebagai sastra mulai beragam dan sastra
sastra. Oleh karenanya, sastra populer kembali mendapatkan
populer, sastra lokal, dan sastra nafasnya kembali.
perempuan tidak bisa dimasukkan Karena adanya kesenjangan
sebagai sastra dan akhirnya sastra dalam periodisasi sastra, sastra
tersebut tidak tercatat dalam populer mulai disusun periodisasi.
sejarah. Periodisasi tersebut muncul sebagai
Hal ini juga terjadi pada sastra affirmative action. Affirmastive
populer di Indonesia. Sejarah sastra action adalah tindakan yang sengaja
Indonesia memiliki periodisasi diambil dengan mengambil
sastra (A., 2015). Periodisasi perbedaan suatu kelompok denga
tersebut disusun berdasarkan tujuan tujuan untuk mengangkat
norma, standar, tema, dan kelompok tersebut dari
sebagainya. Hal inilah yang keterasingan. Kemudian
membentuk karakteristik setiap berdasarkan kekhasan sastra,
periode. Namun, jika ditelusuri lebih terdapat beberapa pembagian.
lanjut, periodisasi sastra Indonesia Berikut adalah periodisasi sastra
hanya memuat karya sastra yang populer (A., 2015).
dianggap sastra tinggi. Sastra yang (1) Periode Zaman Kolonial
dimuat juga merupakan sastra Sastra populer Indonesia sudah
nasional. Hal ini menyebabkan sastra ada dan berkembang sejak abad ke-
populer Indonesia tidak terangkum 19. Sastra populer tersebut tersebut
dan teranalisis. Fenomena-fenomena ditulis oleh kaum Indo-Belanda,
inilah yang melahirkan teori peranakan Cina, dan kaum pribum.
postmodernism. Bahasa yang digunakan pada zaman
Postmodernism adalah sebuah ini adalah bahasa Melayu Pasar.
istilah yang mulai digunakan pada Tema yang menonjol pada zaman ini
berbagai bidang, seperti musik, seni adalah: cerita kehidupan para nyai,
rupa, antropologi, dan sebagainya. cerita kriminal yang diangkat dari
Istilah postmodernism mengacu pada pengadilan, cerita hantu, dan cerita
ideologi dan filosofis. Frederic percintaan (yang dibumbui dengan
Jameson mengungkapkan istilah seks). Selain itu, sastra populer juga
postmodernism sebagai istilah logika memuat ideologi tertentu. Sebagai
kultural yang membawa perubahan contoh, ideologi komunis dituliskan
dalam budaya umum. oleh R. M. Tirto Adhi Soerjo dan
Postmodernism merupakan teori Marco Kartodikromo.
yang muncul dari kritik atas

Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


153
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

Akan tetapi, sastra zaman ini periode era refomasi dengan periode
mengalami kemunduran ketika sebelumnya adalah berkurangnya
zaman penjajahan Jepang. Pada masa tema kriminalitas pada sastra
ini, terjadi pergolakan politik dan populer.
sosial sehingga penulis tidak bisa Catatan penting di dalam sastra
fokus dalam menuliskan karyanya. populer periode era reformasi
Dari beberapa literatur, sastra adalah muncul pergeseran bobot
populer di masa penjajahan Jepang tema sastra. Sastra populer pada era
tidak terdeskripsikan sehingga ini lebih melibatkan intelektualitas.
sastra populer zaman Jepang tidak Sebagai contoh, novel berjudul Ayat-
masuk dalam periodisasi sastra Ayat Cinta mengandung wawasan
populer. keagamaan yang mendalam. Contoh
(2) Periode 1950-1968-an lain adalah novel chicklit dan teenlit.
Sastra populer Indonesia mulai Aquarini Prabasmoro mengatakan
berkembang kembali setelah masa bahwa novel-novel tersebut
kemerdekaan. Pada masa ini, sastra mengambil tema feminism lunak.
populer memiliki tema yang berbeda
dengan masa sebelumnya. Sastra 2. Genre Sastra
populer yang ditemukan adalah Dunia sastra berkembang pesat
novel dan cerpen. Tema yang dan mengikuti perubahan pada
menonjol pada periode ini adalah masyarakat (Aryanto, 2020). Begitu
cerita percintaan yang sensual, pula dengan sastra populer. Seiring
detektif, dan cowboy. berkembangnya waktu, terdapat
(3) Periode 1970-1990-an beberapa genre sastra populer.
Sastra di periode 1970-1990-an Contoh dari genre sastra populer
mengalami pergeseran ciri. Pada adalah metropop dan cyberlit. Genre-
masa ini, muncullah penulis-penulis genre tersebut muncul pada masa
wanita yang mengambil tema kini. Berikut adalah penjabaran
masalah rumah tangga. Selain itu, mengenai metropop dan cyberlit.
tema remaja juga mulai muncul. Metropop adalah sebuah istilah
Tema remaja meliputi percintaan yang muncul karena adanya
remaja dan cerita petualangan. penggabungan dua kata yaitu
(4) Periode Era Reformasi ‘metropolitan’ dan ‘populer’ (T.
Setelah masa Orde Baru, sastra Intan, Mariamurti, & Saefullah,
populer berkembang dengan pesat. 2020). Istilah metropop pertama kali
Tema-tema sastra populer juga dicetuskan oleh PT Gramedia
semakin banyak dan beragam, Pustaka Utama di tahun 2000-an.
seperti tema keagamaan, tema Kemunculan metropop
perempuan kosmopolitan. dilatarbelakangi dengan banyaknya
Karakteristik sastra populer pada fiksi populer yang ditulis oleh
masa yang lain pun tetap pengarang perempuan.
berkembang meskipun tidak Metropop menceritakan
mendominasi. Pada periode ini, mengenai hubungan di antara tokoh
muncul pula sastra populer berjenis wanita dengan tokoh laki-laki.
chicklit dan teenlit. Perbedaan dari Percintaan tersebut diwarnai

154 Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


154
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

dengan berbagai konflik, dilema, dan mahasiswi yang menjadi kekasih


masalah khas masyarakat urban pura-pura bagi Anantha. Kisah ini
(Intan, dkk., 2020). Metropop juga termasuk metropop karena tokoh
memiliki latar belakang masyarakat utamanya merupakan wanita muda.
urban atau perkotaan dan Permasalahan yang diangkat juga
menceritakan kisah-kisah wanita merupakan permasalahan sehari-
mandiri yang hidup di kota hari, seperti stigma perkawinan,
(Anggraini & Hasanuddin WS, 2020). percintaan, hubungan kontrak, dan
Ada banyak contoh sastra dengan sebagainya. Latar tempat yang
genre metropop, contohnya adalah diceritakan merupakan lingkungan
novel Autumn in Paris karya Ilana urban. Hal ini terlihat dari latar
Tan dan Melbourne (Wedding) tempat yang digunakan yaitu kota-
Marathon karya Almira Bastari. kota besar, seperti Jakarta,
Kedua novel tersebut merupakan Mebourne, dan sebagainya.
novel metropop. Hal ini terlihat pada Kedua novel di atas diproduksi
tokoh cerita dan alur ceritanya. sesuai dengan minat pembaca dan
Ilana Tan merupakan seorang menyesuaikan dengan pasar. Target-
penulis yang terkenal dengan target novel ini adalah perempuan
tetraloginya, salah satunya adalah yang tinggal di daerah urban.
Autumn in Paris (Intan, 2021). Novel Biasanya novel-novel tersebut
ini digolongkan sebagai sastra dituliskan berdasarkan kehidupan
metropop karena tokoh utama seseorang di masyarakat urban.
merupakan wanita muda metropop. Seiring berkembangnya
Metropop ditandai dengan teknologi, sastra juga mulai
lingkungan masyarakat yang berkembang. Sastra yang muncul
diceritakan. Tokoh-tokoh yang akibat perkembangan teknologi ini
diceritakan pun merupakan tokoh adalah sastra siber. Sastra siber
yang dekat dengan kehidupan disebut juga sebagai cyberlit
sehari-hari. Permasalahan yang (Cinthya & Wati, 2020).
diangkat pun merupakan Sastra siber memiliki ciri khas
permasalahan sehari-hari. yaitu sastra siber biasanya anonim
Novel tersebut sangat digemari atau tidak diketahui penulisnya
oleh para pembaca, khususnya (Astutiningsih, 2013). Hal ini sesuai
wanita-wanita. Tema percintaan dengan sifat dari dunia maya. Di
yang diangkat sangat dekat dengan dalam dunia maya, identitas asli
kehidupan sehari-hari. Novel ini seseorang dapat ditutupi sehingga
berakhir dengan kesedihan karena pengguna dunia maya tidak dapat
kedua pasangan ini tidak bisa mengetahui identitas asli seseorang.
bersama. Novel ini telah diproduksi Ciri khas lain dari sastra siber
berkali-kali karena peminat dari adalah interaktif (Astutiningsih,
novel ini cukup banyak. 2013). Ruang siber memungkinkan
Novel metropop kedua yaitu terjadinya interaksi langsung antara
Melbourne (Wedding) Marathon penulis dan pembaca sehingga
karya Almira Bastari (Intan, 2021) . pembaca dapat memberikan kritikan
Kisah ini menceritakan seorang dan saran, sedangkan penulis dapat

Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


155
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

menanggapi langsung komentar dari mudah dinikmati oleh semua orang.


pembaca. Bagi penulis, sastra siber
Bagi sebagian sastrawan, sastra memberikan “angin segar”. Hal ini
siber dianggap perlu dipertanyakan karena penulis dapat menuliskan
kualitasnya (Septriani, 2017). Hal ini karyanya tanpa perlu mengeluarkan
dikarenakan sastra siber tidak uang yang banyak. Penulis juga dapat
memiliki proses seleksi sehinggap menerbitkan karyanya tanpa harus
siapapun dapat menuliskan menunggu proses seleksi yang lama.
ceritanya. Selain itu, sastra siber Di sisi lain, sastra siber juga
dianggap tidak bermutu karena memiliki beberapa tantangan
penulisnya bisa saja hanya sekadar (Sulaiman, 2020). Seperti yang
menulis tanpa memeprtimbangkan sudah dijabarkan di atas, sastra siber
nilai estetika dalam karyanya. memungkinkan bagi penulis untuk
Akan tetapi, sastra siber juga menerbitkan karyanya tanpa
memiliki nilai lebih (Septriani, memerlukan proses seleksi. Oleh
2017). Sastra siber ini lebih mudah karenanya, sastra siber memiliki
dijangkau oleh pembaca di berbagai tantangan yaitu sastra ini dapat
daerah dan berbagai usia. Biaya menghadirkan karya-karya yang
publikasi pun lebih murah daripada memiliki nilai-nilai karakter. Selain
harus mengirimkannya ke penerbit. itu, karena sastra siber ini mudah
Karena murahnya biaya tersebut, diakses, sastra siber suatu negara
sastra ini dinilai juga lebih akan bersaing dengan negara lainnya
mendukung kelestarian alam karena untuk memperoleh pembaca. Hal ini
sastra siber tidak memerlukan tidak menutup kemungkinan bahwa
kertas. Oleh karenanya, sastra ini pembaca suatu negara akan lebih
tidak merusak alam. Kelebihan yang meminati karya dari negara lainnya.
lain adalah penulis lebih bebas Setelah pemaparan dari sastra
dalam menerbitkan karyanya. Hal ini siber tersebut, penulis akan
disebabkan ruang siber tidak memberikan beberapa contoh
mengenal batasan waktu dan juga terkait sastra siber. Contoh dari
tidak ada proses seleksi cerita. sastra siber adalah Webtoon dan
Berdasarkan kelebihan dan Wattpad (Yusanta & Wati, 2020).
kekurangan tersebut, tentu sastra Webtoon merupakan sebuah aplikasi
siber ini memiliki peluang dan yang berasal dari Korea Selatan.
tantangan (Sulaiman, 2020). Peluang Aplikasi ini merupakan komik daring
sastra siber adalah eksistensi sastra dan digemari di beberapa negara.
Indonesia dapat terus berlanjut dan Hal ini dikarenakan terdapat banyak
lebih mudah dijangkau. Media daring puluhan judul dan tema pada komik
menjadi salah satu alat untuk tersebut. Pembaca hanya perlu
mempublikasikan karya sastra. memilih judul yang diinginkan.
Media tersebut dinilai lebih efektif Pada aplikasi ini, pembaca dapat
untuk menjangkau pembaca dari memberikan komentar berupa kritik
berbagai kalangan, usia, dan daerah. dan saran pada penulis, penulis juga
Sastra siber juga memiliki nilai dapat menanggapi komentar
ekonomi yang rendah sehingga tersebut. Dengan demikian,

156 Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


156
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

keunikan sastra siber telah tampak motif batik yang digunakan, dan
pada aplikasi ini. sebagainya.
Contoh kedua adalah Wattpad. Cerita ini digemari pembaca
Wattpad merupakan sebuah aplikasi karena jalan ceritanya yang berbeda
yang berisikan novel. Aplikasi ini dengan komik-komik lainnya. Selain
berbeda dengan e-book (Yusanta & itu, cerita ini memberikan banyak
Wati, 2020). Perbedaannya terletak pengetahuan pada pembaca. Tidak
pada proses produksi. E-book hanya legenda atau mitos, tetapi juga
merupakan buku tercetak atau buku kebudayaan-kebudayaan.
fisik kemudian di-scan atau Karya sastra siber kedua yaitu
dokumen diunggah ke internet, Deadly 7 Inside Me. Karya ini
sedangkan Wattpad merupakan pertama kali dirilis secara resmi
novel daring yang kemudian akan pada 13 Agustus 2016 dan berakhir
dicetak apabila pembaca novel pada 7 November 2020. Karya ini
tersebut meminati karya penulis. menceritakan mengenai tujuh
Sama seperti Webtoon, Wattpad kebajikan besar dan tujuh dosa
memiliki banyak peminat juga, besar. Pada awalnya, mereka
terutama dari kalangan remaja. digambarkan sebagai musuh
Tema-tema dalam aplikasi ini juga bebuyutan. Setiap dosa besar akan
beragam sehingga pembaca dapat memiliki seorang rival. Contohnya
memilih tema yang diinginkan. adalah Envy (dosa iri) memiliki
Selain itu, aplikasi ini juga saingan yaitu Kindness (kebajikan
mendukung interaksi antara baik hati). Namun, seiring
pembaca dan penulis. berjalannya waktu, mereka
Contoh karya dari sastra siber menyadari bahwa mereka ini
atau cyberlit yaitu 7 Wonders karya memiliki keterkaitan dan mereka
Metalu dan Deadly 7 Inside Me karya tidak pisah dipisahkan. Ketujuh
Deruu RioTa. Kedua karya ini ditulis pasang tokoh tersebut kemudian
dan memiliki pembaca yang tinggi. mengetahui rahasia besar, bahwa
Kedua karya tersebut selalu ada seseorang yang sengaja
dinantikan oleh para pembaca. memisahkan mereka dan
7 Wonders dirilis pertama kali menjerumuskan dunia ke dalam
secara resmi pada 26 Juni 2016. kehancuran.
Cerita ini didasarkan pada Legenda Penulis cerita ini menyelipkan
Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan. sebuah nilai moral bahwa di dunia
Metalu mengembangkan cerita ini ini tidak ada yang benar-benar baik
dan menuliskan cerita dari atau benar-benar buruk. Setiap
keturunan Jaka Tarub dan Dewi manusia memiliki paradox atau sisi
Nawangwulan. Tidak hanya itu. baik dan sisi buruk. Dosa bisa saja
Cerita ini dikembangkan dengan berasal dari kebajikan, sedangkan
melakukan berbagai riset. Di akhir kebajikan bisa saja berasal dari dosa.
cerita, Metalu selalu memberikan Contohnya adalah kita mungkin
fakta terkait asal-usul penamaan melihat seseorang selalu membantu
karakter, penjelasan karakter, motif- orang lain, namun ternyata di balik
kebaikannya, ia selalu

Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


157
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

mengharapkan pujian. Begitu pula yang diangkat bangsa Indonesia.


sebaliknya. Mungkin seseorang itu Sebagai contoh, sastra siber berjudul
adalah seorang pencuri. Tetapi dari 7 Wonders dapat diajarkan kepada
mencuri tersebut, ia membiayai siswa. Sastra ini memuat legenda,
banyak orang. nilai-nilai luhur, dan juga memiliki
Namun, bukan berarti penulis informasi-informasi terkait dengan
membenarkan kejahatan dan budaya Indonesia. Namun, cerita
menentang kebaikan. Penulis ingin tersebut tidak membosankan karena
mengingatkan bahwa dunia ini cerita 7 Wonders tersebut juga
adalah “abu-abu” dan juga niat dari dikombinasikan dengan cerita masa
dalam diri haruslah tulus. Kita tidak kini. Siswa dapat diajak guru untuk
bisa membantu orang lain dengan menganalisis dan menanggapi karya
tulus jika kita mengharapkan tersebut.
imbalan. Dengan demikian, guru dapat
memberikan bacaan menarik pada
3. Pengajaran Sastra untuk siswa tanpa harus menanggalkan
Pembentukan Karakter budaya dan nilai karakter. Bacaan
Seperti yang telah disampaikan tersebut juga tetap memberikan
di atas, sastra membantu siswa manfaat dan menghibur. Siswa juga
untuk mengasah hati dan rasa menjadi lebih memahami karakter-
(Fuaduddin, 2018). Dengan sastra, karakter luhur bangsa, mengenal
siswa dilatih untuk mengasah budaya, dan memperoleh informasi
kepekaannya sehingga seseorang saintifik dari sastra.
menjadi lebih tanggap dalam
menyikapi sesuatu, lebih mudah D. SIMPULAN
untuk bersimpati dan berempati. Berdasarkan hasil penelitian dan
Sastra juga memiliki sifat dulce et pembahasan, dapat disimpulkan
utile yang artinya sastra bahwa sastra populer mengalami
memberikan manfaat dan perkembangan dari tahun ke tahun.
menghibur. Dalam pengajaran Sastra populer memiliki berbagai
sastra, guru perlu memikirkan kedua genre, seperti metropop dan sastra
sifat tersebut. Pengajaran sastra siber. Metropop merupakan sebuah
tentu perlu disesuaikan dengan sastra yang menceritakan kehidupan
jenjang pendidikan. Dengan tokoh perempuan di tengah
penyesuaian tersebut, sastra yang masyarakat urban. Sastra ini
dipilih tentu bisa dikombinasikan ditujukan untuk perempuan-
dengan nilai-nilai karakter (Barliana perempuan yang tinggal di daerah
& Artikel, 2015). perkotaan. Cerita ini diproduksi
Untuk siswa SMA, sastra genre secara massal setelah melihat
metropop dan sastra siber tersebut antusiasme pembaca pada masa itu.
dapat diajarkan oleh guru. Namun, Sastra siber adalah sastra yang
guru tetap harus memilih dan diperoleh dari dunia maya. Sastra ini
memilah sastra-sastra tersebut. lahir akibat perkembangan
Guru perlu menyesuaikan sastra teknologi. Sastra siber diproduksi
tersebut dengan nilai-nilai karakter setelah teknologi mempengaruhi

158 Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


158
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

berbagai bidang kehidupan. dalam Sastra Cyber. JENTERA:


Konsumen dari sastra tersebut juga Jurnal Kajian Sastra, 2(2).
mencakup pembaca dari berbagai Barker, C. (2014). Kamus Kajian
kalangan, berbagai usia, dan Budaya (Terjemahan B. Hendar
berbagai daerah. Putranto). Yogyakarta: Penerbit
Sastra populer perlu diajarkan Kanisius.
kepada siswa. Hal ini dikarenakan Barliana, L., & Artikel, I. (2015).
sastra dapat melatih kepekaan PENGEMBANGAN MEDIA
sehingga siswa menjadi lebih PEMBELAJARAN AUDIO
tanggap terhadap lingkungan dan CERITA PENDEK YANG
memiliki rasa simpati-empati. Ada BERMUATAN NILAI-NILAI
beberapa sastra populer yang PENDIDIKAN KARAKTER
memuat nilai-nilai karakter dan Abstrak. Seloka : Jurnal
budaya. Oleh karenanya, guru perlu Pendidikan Bahasa dan Sastra
memilih dan memilah sastra Indonesia, 4(1), 1–7.
tersebut sesuai dengan nilai Cinthya, N., & Wati, R. (2020).
karakter dan budaya. FENOMENA SASTRA CYBER :
TREND BARU SASTRA ISLAMI
DAFTAR PUSTAKA DALAM MASYARAKAT
MODERN DI INDONESIA. Jurnal
Edukasi Khatulistiwa, 3(1), 1–8.
A., N. L. (2015). Adakah (dan https://doi.org/10.26418/ekha
Perlukah) Periodisasi Sastra
.v3i1.37991
Populer? H.U. Pikiran Rakyat. Fuaduddin. (2018). Problematika
Adji, M. (2019). Budaya Populer Pembelajaran Sastra Bahasa
sebagai Kekuatan Produktif.
Indonesia di Sekolah Dasar. eL-
ResearchGate, 18(1), 149–153. Muhbib: Jurnal Pemikiran dan
Anggraini, R., & Hasanuddin WS, H. Penelitian Pendidikan Dasar,
W. (2020). Profil Perempuan 2(1), 29–40.
Urban dalam Novel Celebrity Hamid, F. (2012). Media dan Budaya
Wedding karya Alia Azalea.
Populer. Jurnal Komunika,
Jurnal Bahasa dan Sastra, 8(2), 15(1).
116. Hidayat, M. N. (2017). DINAMIKA
https://doi.org/10.24036/jbs.v
JAKARTA NYASTRA DALAM
8i2.109682 PRODUKSI, DISTRIBUSI, DAN
Aryanto, D. E. (2020). Feminisme
KONSUMSI SASTRA PADA
Eksistensialisme dalam Novel MEDIA SOSIAL LINE: KAJIAN
Laut Bercerita Karya Leila S. SOSIOLOGI SASTRA D.
Chudori. Kadera Bahasa, 12(2),
Universitas Diponegoro, 1–14.
121–142. Intan, T., Mariamurti, P. A., &
Astika, I. M. (2014). Analisis Formula Saefullah, N. H. (2020).
“ Diari Kambing Jantan .” Prasi, Perjodohan dan Isu Ekokritik
9(17), 21–31. dalam Metropop Dimi is
Astutiningsih, I. (2013). Laki-Laki
Married Karya Retni SB. Kadera
“Cantik” di Mata Perempuan: Bahasa, 12(2), 129–142.
Konstruksi Tubuh Superhero

Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


159
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

Intan, Tania. (2021a). Aspek Budaya Populer Dalam Kemasan


Prancis dalam Metropop Program Televisi. Scriptura,
Autumn In Paris Karya Ilana 2(1), 29–37.
Tan. Al-Azhar Indonesia Seri https://doi.org/10.9744/script
Humaniora, 6(1), 47–54. ura.2.1.29-37
Intan, Tania. (2021b). Isu Yusanta, F. B., & Wati, R. (2020).
Perkawinan Dan Kelas Sosial Eksistensi Sastra Cyber:
Dalam Metropop Melbourne Webtoon Dan Wattpad Menjadi
(Wedding) Marathon Karya Sastra Populer Dan Lahan
Almira Bastari: Kritik Sastra Publikasi Bagi Pengarang. Jurnal
Feminis. Deiksis: Jurnal LITERASI, 4(April), 1–7.
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 8(1), 87.
https://doi.org/10.33603/dj.v8
i1.4865
Nurgiyantoro, B. (2015). Teori
Pengkajian Fiksi (11 ed.).
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Santosa, P. (2013). Sastra Adiluhung
Dan Industri Kreatif: Ke
Manakah Muara Karya Kita?
(October 2013).
Septriani, H. (2017). FENOMENA
SASTRA CYBER : SEBUAH
KEMAJUAN ATAU
KEMUNDURAN ? (
PHENOMENON OF CYBER
LITERATURE : A PROGRESS OR
REGRESS ?). Semantics Scholar,
1–15.
Sulaiman, Z. (2020). Peluang,
Tantangan, dan Ancaman Sastra
Cyber di Era Masyarakat
Mdoern. Caraka: Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia serta Bahasa Daerah,
9(3), 164–169.
Tindaon, Y. A. (2012). Pembelajaran
Sastra Sebagai Salah Satu Wujud
Implementasi Pendidikan
Berkarakter. Basastra, 1(1).
https://doi.org/https://doi.org
/10.24114/bss.v1i1.198
Vidyarini, T. N. (2009). Budaya

160 Perbandingan Genre Sastra | Budijanto; Dewi – USD


160

Anda mungkin juga menyukai