Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN UNSUR BUDAYA JAWA DAN NILAI SOSIAL

NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER


SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

Ratna Nisrina Puspitasari, Suyitno, Slamet Mulyono


Universitas Sebelas Maret
Email: ratnanisrina@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) latar belakang pengarang novel
Gadis Pantai,; (2) pengungkapan unsur-unsur budaya Jawa, (3) nilai sosial dalam novel Gadis
Pantai; dan (4) relevansi novel Gadis Pantai sebagai materi pembelajaran sastra di SMA.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan berupa
dokumen dan informan. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik analisis dokumen dan wawancara. Validitas data
dilakukan dengan triangulasi teori dan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan analisis
interaktif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) latar belakang pengarang novel Gadis Pantai yang
berkaitan erat dengan latar beakang keluarga dan sosial; (2) pengungkapan unsur-unsur budaya
Jawa; (3) nilai sosial yang meliputi nilai ketekunan/kerja keras, nilai kejujuran, nilai tolong
menolong, nilai kesopanan, nilai individu; (4) novel Gadis Pantai dapat dijadikan sebagai materi
pembelajaran sastra di SMA pada kelas X, XI, dan XII, khususnya pada pembelajaran pada KD
3.7 dan 4.7 di kelas XI peminatan serta KD 3.8 dan KD 4.8 di kelas XII wajib.

Kata kunci : budaya Jawa, nilai sosial, novel Gadis Pantai, materi pembelajaran sastra

JAVANESE CULTURE AND SOCIAL VALUE STUDY OF


“GADIS PANTAI” NOVEL BY PRAMOEDYA ANANTA TOER AS
LITERATURE LEARNING MATERIAL IN SENIOR HIGH SCHOOL
Abstract: The research aims to describe (1) the author’s background of the Gadis Pantai nove ,
(2) disclosure of elements of Javanese culture; (3) social values in the Gadis Pantai novel; and (4)
the relevance of Gadis Pantai novel as literature learning material in senior high school. This
research uses qualitative descriptive method. The data source used is in the form of documents
and informants. The sampling technique uses purposive sampling. Data collection techniques use
document analysis and interview techniques. The validity of the data is done by theoretical
triangulation and source triangulation. Data analysis using interactive analysis. The results of the
study show: (1) the author’s background of the Gadis Pantai novel that is closely related to family
and social background;, (2) the disclosure of elements of Javanese culture; (3) social values which
include the value of perseverance / hard work, honesty values, values of helpful help, politeness
values, individual values; (5) Gadis Pantai novel can be used as literary learning material in
senior high schools for class X, XI, and XII, especially in learning in KD 3.7 and 4.7 in special
class XI and KD 3.8 and KD 4.8 in class XII required.

Keywords: Javanese culture, social values, Gadis Pantai novel, literature learning material.

PENDAHULUAN adalah kajian tentang novel. Novel


Sastra merupakan salah satu materi merupakan jagad realita yang di dalamnya
yang diajarkan dalam lingkup mata terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami
pelajaran bahasa Indonesia dalam dan diperbuat manusia (tokoh) (Minderop,
kurikulum yang berlaku, khususnya pada 2011: 78).
jenjang SMA. Salah satu objek kajian Karya sastra dalam hal ini novel
sastra yang dikaji dalam kurikulum SMA diciptakan untuk dijadikan bahan dan

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
89
sumber pengajaran bagi pembaca. Unsur- novel-novel yang mengangkat tentang
unsur di dalamnya bersifat sosial, yang budaya luhur bangsa yang sebenarnya kaya
berarti sastra menampilkan gambaran pengajaran tentang nilai-nilai budaya.
kehidupan, dan kehidupan itu merupakan Sastrawan yang mengangkat nilai budaya
suatu kenyataan sosial (Damono, 2002). sebagai sebuah cerita dapat dihitung
Selain itu, karya sastra merupakan dengan jari atau hanya segelintir saja,
cerminan budaya masyarakat yang tercipta misalnya untuk penulis muda yang cukup
melalui proses sosial. Walaupun demikian, kompetitif dan berkulitas dalam
pada dasarnya karya sastra tidak terlepas menuliskan novel adalah Faisal Oddang.
dari unsur-unsur yang bersifat fiktif karena Beliau hanya segelintir sastrawan muda
fiksi adalah ciri khas teks sastra dan karena yang mau dam mampu menuliskan cerita
itulah dapat membentuk penelitian alami dengan berlatar salah satu budaya
untuk penelitian sastra (Ronen, 1994). Indonesia, yaitu budaya yang ada di
Nilai budaya dan sosial yang Toraja.
terkandung dalam karya sastra, khusunya Fenomena tersebut membuat guru
novel dapat dijadikan sebagai materi cukup kesulitan memilih materi
pembelajaran sastra untuk jenjang SMA. pembelajaran sastra, khususnya novel
Sesuai dengan yang disebutkan di atas, dengan muatan cerita yang baik. Novel-
kajian novel selaras dengan kurikulum novel yang beredar sekarang memang
SMA melalui kompetensi dasar yang harus lebih banyak jumlahnya dan beragam
dipenuhi dalam pembelajaran. Dalam namun nilai yang terkandung di dalamnya
kurikulum, materi pembelajaran diragukan. Karya sastra yang baik, dalam
merupakan komponen penting yang tidak hal ini adalah novel tidak hanya boleh
dapat diabaikan dalam pembelajaran. untuk dinikmati saja namun juga harus
Materi pembelajaran merupakan salah satu memberikan pengajaran bagi pembacanya
komponen penting dalam kegiatan melaui nilai-nilai yang terkandung di
pembelajaran dan pemilihannya perlu dalamnya. Banyak pendidik yang setuju
dipertimbangkan dengan baik. bahwa pembelajaran sastra adalah salah
Kehidupan manusia dalam novel satu cara membuat orang menjadi manusia
merupakan ungkapan, ide, dan imajinasi dan masyarakat yang lebih baik
yang dituangkan oleh novel. Novel (Showalter, 2007: 22). Jangan sampai
mencerminkan budaya adiluhung yang setelah membaca karya sastra bukan
ingin dituangkan pengarang ke dalam pengajaran baik yang didapat oleh
tulisannya agar dapat menjadi pengajaran pembaca namun hal negatif didapatkan.
bagi pembacanya. Namun seiring dengan Novel Gadis Pantai merupakan
perkembangan zaman dan transfer budaya, salah satu novel yang menyuguhkan dan
novel bukan lagi membahas ataupun mengangkat nilai-nilai dalam masyarakat
menceritakan budaya adilihung yang berisi beserta budaya yang melekat di dalamnya.
pengajaran tentang nilai-nilai luhur yang Novel Gadis Pantai mengandung nilai
ingin disampaikan pengarang. Novel di era sosial yaitu nilai kejujuran, nilai
sekarang atau sering disebut oleh kalangan ketekunan, nilai tolong menolong, nilai
sastrawan sebagai novel populer, tidak kesopanan, dan nilai individu. Nilai-nilai
jarang hanya berisi dan membahas tersebut sangat berkaitan dengan latar
romansa percintaan antar manusia yang belakang cerita tersebut. Melalui novel
kurang akan muatan nilai budaya luhur Gadis Pantai, Pramoedya Ananta Toer
manusia. ingin meperjuangkan keselarasan kelas
Kaitannya dengan fenomena sosial saat itu (Astuti, 2016: 7). Oleh
tersebut, pembaca kesulitan menemui karena itulah novel Gadis Pantai karya

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
90
Pramoedya Ananta Toer dapat dijadikan cara memanfaatkan persepsi yang
sebagai salah satu referensi materi beragam, mengidentifikasi cara pandang
pembelajaran sastra bagi peserta didik yang berbeda-beda (Ratna, 2010: 243).
SMA. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi
teori dan sumber data.
METODE PENELITIAN Teknik analisis data yang digunakan
Penelitian ini adalah penelitian dalampenelitian ini adalah teknik analisis
karya sastra dengan menggunakan analisis interaktif (interactive model of analysis).
dokumen berupa studi pustaka yang Komponen-komponen analisis data
bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif meliputi: (1) periode pengumpulan data,
menitikberatkan pada pemahaman tentang (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4)
fenomena apa yang dialami oleh subjek penarikan kesimpulan (Miles, Hubermen,
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, & Saldana, 2014).
motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu Latar Belakang Pengarang
konteks khusus yang alamiah dan dengan Latar belakang pengarang
memanfaatkan metode alamiah (Moleong, mempengaruhi proses penciptaan karya
2014: 6). khususnya latar sosial dan budaya yang
Data dalam penelitian ini adalah tercermin dalam sebuah karya sastra.
hasil telaah dokumen novel Gadis Pantai Novel Gadis Pnatai karya Pramoedya
karya Pramoedya Ananta Toer sesuai Ananta Toer adalah salah satu novel yang
dengan rumusan masalah yang mencerminkan identitas kebudayaan yang
disampaikan. Sumber data dalam melekat pada pengarang dilihat dari jalan
penelitian ini adalah dokumen dan cerita, nilai-nilai yang tercermin, dan latar
informan. Adapun yang menjadi informan sosial budaya yang terkandung dalam
dalam penelitian ini adalah guru bahasa cerita dalam novel. Pramoedya Ananta
Indonesia dan sastra SMA, pembaca novel Toer adalah salah satu pengarang yang
Gadis Pantai, serta sastrawan atau ahli menciptakan karyanya dengan tujuan-
sastra. tujuan tertentu yang ingin disampiakan
Teknik pengambilan sampel dalam kepada pembaca.
penelitian ini adalah purposive sampling. Pada novel Gadis Pantai,
Purposive sampling dilakukan dengan Pramoedya ingin mengkritisi adanya
mengambil orang-orang yang terpilih betul sistem feodalisme jawa yang begitu kokoh
oleh peneliti berdasaran ciri-ciri spesifik dipertahankan oleh kalangan-kalangan
yang dimiliki oleh sampel itu (Nasution, tertentu. Sistem feodalisme jawa dianggap
2012: 98). Teknik pengumpulan data menciptakan penindasan terhadap
dalam penelitian ini adalah analisis kalangan kelas bawah. Selain itu
dokumen dan wawancara. Analisis Pramoedya ingin menyampaikan protes
dokumen adalah suatu teknik pengumpulan terhadap tatanan feodal jawa yang
data dengan menghimpun dan menganggap bahwa golongan atas selalu
menganalisis dokumen-dokumen, baik mempertahankan identitas dan
dokumen tertulis, gambar maupun kedudukannya sebagai seorang bangsawan
elektronik (Sukmadinata, 2013: 221). atau dalam istilah jawa disebut priyayi
Validitas data yang digunakan dengan cara-cara tertentu, misalkan dalam
dalam penelitian ini adalah teknik novel Gadis Pantai sosok tokoh Gadis
triangulasi. Triangulasi menghindarkan Pantai tidak dapat resmi menjadi istri
terjadinya kesalahan interpretasi dengan seorang bangsawan Jawa hanya karena

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
91
tidak berasal dari golongan kelas yang Berikut kutipan dalam novel yang
sama. menggambarkan unsur bahasa dalam
Novel Gadis Pantai sebagai salah masyarakat Jawa.
satu karya Pramoedya Ananta Toer “Bujang itu tertawa terkekeh
menampilkan cermin gaya kepenulisan ditekan. Dipandanginya
pengarang dalam menyajikan cerita. majikannya yang baru terlampau
Pramoedya menolak adanya gagasan seni muda itu, dibelainya dagunya yang
untuk seni (art for art’s sake) karena licin seperti kepala lele. Dan
dirinya ingin menampilkan bahwa karya akhirnya dengan empu jari ia
haruslah mempunyai tujuan tertentu agar menuding ke dada orang yang
dapat memberikan edukasi kepada dilawannya bicara.”(Toer, 2018:
pembaca, sehingga dapat disimpulkan 27)
bahwa Pramoedya tergolong dalam Kutipan tersebut menjelaskan bahwa
sastrawan yang menganut seni untuk seorang yang derajat dan pangkatnya lebih
kehidupan (art for life’s sake) . Hal ini rendah berusaha menjaga tata krama dalam
tentu saja tidak dapat terlepas dari latar komunikasi dengan menggunakan bahasa
belakang sosial budaya Pramoedya yang tubuh. Bahasa tubuh tersebut tampak pada
tumbuh di tengah-tengah keluarga aktivis adegan menudingkan ibu jari kepada lawan
politik terutama ayah Pramoedya yang tutur yang mempunyai derajat lebih tinggi
merupakan kader partai politik. Terlepas darinya. Alasan penggunaan ibu jari
dari latar belakang keluarga Pramoedya, sebagai alat untuk menuding lawan tutur
latar belakang sosialnya yang aktif dalam mengindikasikan bahwa hal tersebut
Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) menunjang tata krama dan kesopanan
turut mempengaruhi karya-karya yang terhadap lawan tutur yang lebih tinggi
tercipta. derajatnya.

Bentuk Pengungkapan Unsur-Unsur Sistem Pengetahuan Masyarakat Jawa


Budaya Jawa dalam Novel Gadis Pantai yang Beralkulturasi dengan Sistem
Karya Pramoedya Ananta Toer Pengetahuan Kolonial Belanda.
Pengungkapan unsur-unsur budaya Berikut adalah penggalan novel
Jawa dalam novel Gadis Pantai karya yang menggambarkan sistem pengetahuan
Pramoedya Ananta Toer dilakukan dalam yang berlaku pada masyarakat Jawa.
berbagai bentuk dengan ditandai dengan “Betapa hebat Bendoro mengajar
keunikan dan identitas yang ada dalam putera-puteranya,” kepala
unsur kebudayaan Jawa. Beragam unsur- kampong berbisik. “Sekecil itu
unsur budaya Jawa yang tercermin dalam sudah bisa bicara bahasa Belanda.
novel Gadis Pantai karya Pramudya Satu kata pun kita tak paham.
Ananta Toer diidentifikasikan dan Anakmu nanti,” kepala kampung
dianalisis guna mendapatkan bentuk menghadapkan mukanya kepada
pengungkapan unsur-unsur budaya Jawa Gadis Pantai, “juga bakal seperti
yang benar-benar tercermin dalam novel. itu.” Gadis Pantai kecut, wajahnya
Beberapa bentuk pengungkapan unsur- meraih tangan emak dan
unsur budaya Jawa yang ada dalam novel menggenggamnya erat-erat. (Toer,
Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta 2018: 21)
Toer, yaitu. Kutipan tersebut menggambarkan
Penggunaan Bahasa Masyarakat Jawa bahwa pada masa pendudukan kolonial
Disesuaikan dengan Kedudukan, Umur, Belanda, sistem pengetahuan masyarakat
Status, dan Tingkat Keakraban. Jawa terpengaruh oleh sistem pengetahuan

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
92
kolonial Belanda. Pada kutipan di atas keanekaragaman jenis, corak, atau warna
digambarkan bahwa seorang anak Bendoro yang menjadi identitas masyarakat Jawa.
dapat bicara dengan bahasa Belnada yang Kedua, dapat dipandang dari gaya
lazimnya tidak dapat dikuasai oleh arsitektur bangunan yang berkembang
masyarakat Jawa ada umumnya. Bahasa dalam lingkungan masyarakat Jawa.
Belanda hanya dapat dikuasai dan Ketiga, perkembangan teknologi kesehatan
diajarkan kepada golongan kelas atas yang pada masyarakat Jawa dapat diamati
sering bersinggungan langsung dengan sebagai tolak ukur sejauh mana ilmu
pemerintah kolonial Belanda. Hal tersebut kesehatan dapat berkembang di lingkungan
dibuktikan dengan penyataan Kepala kebudayaan masyarakat Jawa. Keempat,
Kampung yang terheran-heran dengan berbagai jenis sajian menu makanan yang
putra Bendoro yang dapat mengusai disajikan dan dikonsumsi masyarakat Jawa
bahasa Belanda di usia belia. dapat menggambarkan ilmu pengolahan
makanan yang berkembang dalam
Sistem Kemasyarakatan Masyarakat masyarakat Jawa.
Jawa Menganut Sistem Feodalisme yang Kutipan di bawah ini dapat
Kuat. mencerminkan salah satu wujud
Berikut penggalan yang pengungkapan budaya Jawa yang terlihat
menggambarkan adanya kelas-kelas sosial dari perkembangan gaya berpakaian
pada masyarakat Jawa. masyarakat Jawa pada era kolonialisme
“Dia pembesar, nak, orang Belanda. Masyarakat pada era kolianlisme
berkuasa, sering dipanggil Belnada khususnya golongan priyayi atau
Bendoro Bupati. Tuan Besar bangsawan sering menggunakan atribut
residen juga pernah datang ke pakaian yang berkolaborasi dengan
rumahnya, nak. Semua orang kebudayaan Barat seperti berikut ini.
tahu.” (Toer, 2018: 14) “Ia dengar bunyi buut terkenal itu.
Kutipan tersebut menggambarkan Jantungnya berdebar. Ia tutup
bahwa bangsawan dipandang oleh pintunya rapat-rapat, tetapi ia tiada
masyarakat sebagai golongan yang menguncinya. Tidak! Bendoro
dihormati dan disegani. Bangsawan pada tidak membawa wanita utama
zaman sebelum kemerdekaan Indonesia baru, ia menjerit dalam
memiliki kekuasaan yang menyebabkan hati.”(Toer, 2018: 88)
masyarakat di sekelilingnya secara de facto Kutipan tersebut menggambarkan
tunduk dan patuh terhadap perintahnya. gaya berpakaian masyarakat Jawa
Selain itu bangsawan pada era khusunya kaum bangsawan yang tidak
kolonialisme Belanda sering selalu identik dengan pakaian adat Jawa
bersinggungan dengan pemerintah kolonial pada umumnya. Percampuran kebudayaan
Belanda dan pembesar pemerintahan pada yang disebabkan adanya interaksi antara
saat itu seperti residen dan bupati. kebudayaan Jawa dan kebudayaan Barat
menjadikan gaya berpakaian bangsawan
Sistem Teknologi dan Peralatan yang Jawa bercampur dengan gaya berpakaian
Bekembang pada Kehidupan Masyarakat Barat. Dalam kutipan digambarkan
Jawa Mengalami Perkembangan. terdengar bunyi buut dipakai oleh tokoh
Keberagaman sistem teknologi yang Bendoro yang artinya tokoh Bendoro
berkembang pada masyarakat Jawa dapat menggunakan alas kaki buut yang
dilihat dari beberapa kriteria. Pertama, lazimnya digunakan masyarakat Barat
sistem teknologi yang berkembang dapat pada era kolonial Belanda. Namun
diamati dan tergambar dari bentuk serta terkadang tokoh Bendoro tetap

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
93
menggunakan alas kaki yang lazim pencahariaannya dari alam sekitar, seperti
memang digunakan oleh bangsawan Jawa contohnya adalah laut.
pada masa itu yaitu selop, seperti pada Mata pencaharian lain yang menjadi
kutipan di bawah ini. sumber pendapatan masyarakat Jawa saat
“Terdengar bunyi selop berhenti, itu adalah melalui perdagangan.
kemudian “Mengapa aku tak Masyarakat Jawa yang mempunyai
dibangunkan? Suruh ke sini kepala pekerjaan sebagai pedagang biasa
kampung itu!” (Toer, 2018: 22) bertempat tinggal di kota. Hal ini
Kutipan tersebut menceritakan dipengaruhi oleh faktor pendukung
atribut pakaian dari tokoh Bendoro yang perekonomian masyarakatnya yang
menggunakan alas kaki berupa selop. Alas bergantung pada aktivitas perdagangan.
kaki selop memang umum dipakai oleh Berikut kutipan yang menggambarkan
masyarakat Jawa. Jadi dilihat dari atribut mata pencaharian masyarakat Jawa sebagai
pakaian yang dikenakan oleh tokoh pedagang.
Bendoro dapat disimpulkan bahwa “Semua itu pernah dilihatnya dua
terkadang ada percampuran gaya tahun yang lalu, waktu dengan
berpakaian golongan priyayi utamanya orang-orang sekampung datang ke
yang sering berinteraksi dengan kaum kota, nonton pasar malam. Ia
kolonial Belanda. Perpaduan gaya masih ingat buaya yang dipajang
berpakaian menggabungkan antara gaya di atas pintu toko sepatu. Ia masih
berpkaian masyarakat Jawa dengan gaya ingat toko pabrik tegel dengan
berpakaian masyarakat Barat. bunga-bunganya yang berwarna-
warni.” (Toer, 2018: 15)
Mata Pencaharian Masyarakat Jawa Kutipan tersebut menggambarkan
Dipengaruhi Oleh Kondisi Geografis dan kondisi mata pencaharian masyarakat Jawa
Alam Sekitarnya. yang tinggal di kota. Berdagang menjadi
Berikut kutipan yang kegiatan ekonomi yang menunjang
menggambarkan mata pencaharian penghasilan. Kondisi demikian
masyarakat Jawa. dikarenakan lingkungan tempat tinggal
“Hari demi hari batinnya diisi masyarakat Jawa perkotaan yang tidak
derai ombak dan pandangnya oleh memungkinkan memanfaatkan alam
perahu-perahu yang berangkat di sekitar sebagai mata pencaharian. Hal ini
subuh hari pulang di siang hari lah yang membedakan antara masyarakat
atau sore hari, berlabuh di muara, Jawa di pedesaan dan masyarakat Jawa
menurunkan ikan tangkapan dan perkotaan.
menunggu besok sampai kantor Sistem Kepercayaan dan Agama
lelang buka.”(Toer, 2018: 1) Masyarakat Jawa Dipengaruhi Oleh
Kutipan tersebut menggambarkan Budaya Animisme dan Dinamisme.
kehidupan kaum yang tinggal di pesisir Sistem kepercayaan dan agama yang
pantai dengan mata pencaharian sebagai dianut masyarakat Jawa pada masa
nelayan yang sehari-hari berlayar ke laut. kolonial masih dipengaruhi oleh
Hasil tangkapan ikan dari pelayaran mejadi kebudayaan animisme dan dinamisme.
mata pencaharian utama masyarakat Masyarakat Jawa saat itu sebagian sudah
pesisir. Hasil tangkapan kemudian di memeluk agama tertentu, seperti agama
lelang demi mendapatkan uang. Kehidupan Islam yang mayoritas dianut oleh kalangan
tersebut merupakan gambaran masyarakat priyayi santri saat itu. Adapun sebagian
Jawa yang menggantungkan mata masyarakat Jawa saat itu masih
memercayai hal-hal yang bersifat

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
94
animisme dan dinamisme yang terbawa Tokoh Kakek yang diceritakan dalam
dari kebudayaan jawa kuno serta sebaggian kutipan di atas menganggap laut adalah
lagi bahkan tidak memeluk kepercayaan sumber kekuatan tersebsar dan tidak ada
atau agama apapun. Berikut penggambaran yang lebih berkuasa selain laut. Hal ini
mengenai sistem kepercayaan dan agama menggambarkan kepercayaan animisme
masyarakat Jawa. dan dinamisme masyarakat Jawa saat itu
“Matanya tak juga terpejam. Dan masih dianut dan dipercayai sebagian
ia sudah lupa, apakah ia senang orang.
atau tidak. Malam kian larut. Dari Keragaman Kesenian yang Berkembang
ruang tengah mulai terdengar pada Masyarakat Jawa
sekecang tenaga orang mengaji. Berikut kutipan yang
Suaranya dalam, merongga, seperti menggambarkan perkembangan kesenian
guruh keluar dari gua di bawah masyarakat Jawa dalam novel Gadis
gunung. Tak pernah ia dengar Pantai.
orang mengaji seindah itu.” (Toer, “Antara ruang tengah dan pendopo
2018: 31) menganga sebuah pintu raksasa
Kutipan tersebut menggambarkan yang separuhnya tertutup penyekat
aktivitas atau kegiatan keagamaam seorang lipat yang terbuat dari kayu
yang menganut agama Islam. Kegiatan sonokeling dengan ukiran Jepara
yang digambarkan pada kutipan novel dan ditutupi dengan anyaman kulit
adalah kegiatan mengaji. Kegiatan mengaji bambu halus bersulamkan benang
adalah kegiatan membaca kitab suci Al emas yang menggambarkan
Quran yang dilakukan oleh seorang laut.”(Toer, 2018: 79)
beragama Islam. Orang mengaji yang Kutipan di atas menggambarkan
digambarkan dalam kutipan mempunyai kesenian ukir yang menjadi aksesoris
suara yang merdu sehingga menandakan penghias rumah. Seni ukir yang tergambar
kefasihan seseorang dalam membaca Al dalam kutipan novel mencerminkan
Quran sebagai kitab suci agama Islam. identitas seni ukir yang menjadi jati diri
Sistem kepercayaan lain yang daerah Jepara saat itu. Seni ukir bahkan
berkembang pada masyarakat Jawa saat itu menjadi lambang identitas kebudayaan
adalah kepercayaan animisme dan Jawa khususnya di daerah Jepara yang
dinamisme. Kedua sistem kepercayaan menjadi sentra perkembangan seni ukir.
tersebut selalu menganggap segala sesuatu
mempunyai kekuatan seperti benda-benda Nilai Sosial dalam Novel Gadis Pantai
yang kemungkinan besar ada di sekitar. karya Pramoedya Ananta Toer
Berikut ini penggambaran kepercayaan Novel Gadis Pantai yang
animisme dan dinamisme pada masyarakat merupakan karya Pramoedya Ananta Toer
Jawa. dapat diidentifikasi nilai sosial apa saja
“Kakek itu pernah bilang mBok, yang ada di dalamnya. Berikut identifikasi
segalanya bersumber di laut. Tak dan deskripsi mengenai nilai-nilai sosial
ada yang lebih berkuasa dari laut. yang terkandung dalam Gadis Pantai
Nenek moyang kami juga bakal karya Pramoedya Ananta Toer. Berikut ini
tidak ada kalau laut tidak ada.” adalah nilai-nilai sosial yang terkandung
(Toer, 2018: 86) dalam novel Gadis Pantai karya
Kutipan tersebut menggambarkan Pramoedya Ananta Toer.
sistem kepercayaan masyarakat Jawa saat Nilai Kejujuran
itu yang memercayai adanya kekuatan Berikut kutipan dalam novel Gadis
besar dari alam maupun nenek moyang. Pantai yang menunjukkan nilai kejujuran.

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
95
“ ‘Tidak pernah kau kirim utusan Berikut penggalan novel yang
ke sana?’ mencerminkan nilai tolong menolong.
‘Tidak Bendoro.’ “ ‘Aku sakit, mBok. Bawa aku ke
‘Tentu aku percaya. Tak pernah kamar mandi,’diulurkannya kedua
kirim uang atau pakaian ke sana?’ belah tangannya minta
‘Tidak Bendoro.’ dibangunkan.
‘Aku percaya, tapi mengapa?’ Wanita itu meraihkan lengannya,
‘Sahaya tak berani Bendoro. di bawah tengkuk Gadis Pantai,
Sahaya hanyalah sahaya.’ ” (Toer, mendudukkannya, merapikan
2018: 108) rambutnya yang kacau-balau,
Kutipan tersebut menggambarkan membenahi baju dan kainnya yang
kejujuran tokoh Gadis Pantai saat ditanya lepas porak-poranda, menarik-
oleh tokoh Bendoro. Tokoh Gadis Pantai narik seprai yang berkerut sana-
tidak berani berbohong karena ketaatannya sini’ ” (Toer, 2018: 72)
pada tokoh Bendoro. Gadis Pantai tidak Kutipan tersebut menggambarkan
berani mengirimkan barang ke kampung tokoh Gadis Pantai yang meminta bantuan
halamannya tanpa seizin Bendoro karena kepada tokoh Mbok untuk dibawa ke
merasa hal tersebut menyalahi aturan. kamar mandi. Tokoh Mbok dengan sigap
Nilai Ketekunan menolong dengan memapah dan
Berikut kutipan dalam novel Gadis membantu bangun Gadis Pantai yang
Pantai karya Pramoedya Ananta Toer yang terbaring kesakita di ranjang. Selain itu,
mencerminkan nilai ketekunan tokohnya. tokoh Mbok juga membantu merapikan
“Dan ia pun kenangkan kampung tempat tidur Gadis Pantai yang berantakan.
nelayan nun jauh di tepi pantai, Nilai Kesopanan
hari-hari yang penuh tawa, Berikut kutipan dalam novel Gadis
keringat yang mengucur rela, Pantai yang menampilkan ketataatan
tangan-tangan yang coklat kuat, masyarakat terhadap sistem nilai
dan lemah lembut dan kasar yang kesopanan.
pada saling membantu.” (Toer, “Gadis Pantai dan pelayan tua itu
2018: 133) kini terhenti memunggungi pintu,
Kutipan tersebut menggambarkan menghadapi pemuda-pemuda itu.
kondisi kampung nelayan yang warganya Gadis Pantai tetap menunduk
rata-rata harus berkerja keras. Masyarakat ketakutan, sedang pelayan tua itu
di sana digambarkan sebagai masyarakat meradang menantang. Dengan
yang pekerja keras dan tidak kenal lelah. suara perlahan, sopan, dan hati-hati
Kerja keras yang ditunjukan oleh pelayan tua mengacarai, ‘Apa yang
masyarakat kampung nelayan tersebut masih dirundingkan?’ ”(Toer,
merupakan indikator nilai ketekunan. Hal 2018: 113)
tersebut dibuktikan dengan kondisi tangan Kutipan tersebut menggambarkan
yang kasar dan kulit yang berwarna coklat perilaku tokoh Mbok atau pelayan tua yang
karena tersengat sinar matahari. Kondisi tetap sopan terhadap orang lain walaupun
demikian menandakan masyarakat di dalam keadaan marah. Tokoh Mbok tetap
kampung nelayan berkerja setiap waktu memperlihatkan kesopanannya terhadap
dengan tantangan medan yang keras dan pemuda-pemuda yang telah membuatnya
sulit sehingga mempengaruhi kondisi marah. Tokoh Mbok berbicara dengan
fisiknya. sopan dan hati-hati karena menghormati
Nilai Tolong Menolong adab nilai kesopanan sebagai individu
Jawa yang selalu andhap asor.

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
96
Nilai Individu kebahasaan, aspek penyajian materi, dan
Berikut kutipan dalam novel yang kelayakan kegrafikaan. Pertama, dilihat
menggambarkan adanya nilai individu dari segi aspek materi, novel ini telah
dalam novel Gadis Pantai. memenuhi kelayakan isi yang diantaranya
Aku cuma bawa bayiku sendiri. harus mendukung pencapaian pendidikan
Bayiku! Bayi yang kulahirkan nasional, tidak bertentangan dengan
sendiri. Dia anakku, bapaknya undang-undang, tidak SARA, memiliki
seorang setan, iblis. Lepaskan! kreativitas yang tinggi, serta materi
(Toer, 2018: 264) memuat isi yang dapat membangun
Kutipan tersebut menggambarkan karakter bangsa. Kedua, dilihat dari segi
usaha tokoh Gadis Pantai dalam aspek kebahasaan, novel ini telah
mempertahankan anaknya. Gadis Pantai memenuhi kelayakan bahasa yang
sebagai seorang ibu yang sudah diantaranya bahasa yang digunakan harus
mengandung dan melahirkan anak komunikatif, estetis, etis, dan fungsionalis,
kandungnya merasa berhak untuk sesui dengan sasaran pembaca serta bahasa
mengasuh, namun ternyata Gadis Pantai yang disajikan sesuai dengan penulisan
tidak diperbolehkan untuk membawa dan kaidah kebahasaan yang baku. Ketiga,
mengasuh anaknya. Gadis Pantai akhirnya dilihat dari segi penyajian materi, novel ini
melakukan perlawanan untuk mendapatkan juga telah memenuhi standar penilaian
hak asuh anak namun berhasil digagalkan. yang berlaku, seperti diantaranya
Usaha Gadis Pantai ini merupakan upaya penyajian materi dilakukan dengan
pemertahanan hak seorang individu yang memerhatikan unsur-unsur intrinsik serta
digambarkan dengan usaha dalam penyajian materi mengembangkan
mendapatkan dan mempertahankan hak karakter, kecakapan intelektual, emosional,
asuh anak kandungnya. sosial, spiritual, kewirausahaan, dan
ekonomi kreatif. Keempat, dilihat dari segi
Relevansi Unsur-Unsur Budaya Jawa aspek kegrafikaan, novel telah sesuai
dan Nilai Sosial Novel Gadis Pantai dengan indikator penilaian, diantaranya
dengan Materi Pembelajaran Sastra di tata letak unsur grafika estetis, dinamis,
SMA dan menarik serta tipografi yang
Novel sebagai materi pembelajaran digunakan mempunyai tingkat keterbacaan
sastra harus memenuhi beberapa kriteria. yang tinggi.
Kriteria tersebut didasarkan atas Kelayakan dari segi aspek materi,
Permendikbud nomor 8 tahun 2016 tentang aspek kebahasaan, aspek penyajian materi,
buku yang digunakan oleh Satuan dan kelayakan kegrafikaan telah terpenuhi.
Pendidikan, dalam peraturan tersebut novel Namun, selain harus meninjau dari
diklasifikasikan dalam jenis buku non teks. kelayakan keempat aspek, kecocokan
Novel sebagai buku non teks yang denga kompetensi dasar yang ada dalam
digunakan sebagai materi pembelajaran jenjang SMA juga perlu diperhatikan.
dalam satuan pendidikan wajib memenuhi Kompetensi dasar yang relevan
kelayakan dari segi aspek materi, aspek menggunakan novel Gadis Pantai antara
kebahasaan, aspek penyajian materi, dan lain KD 3.9 dan KD 4.9 di kelas X wajib,
kelayakan kegrafikaan yang tercantum KD 3.17 dan KD 4.17 di kelas XI wajib,
dalam pasal 3 ayat 6. KD 3.7 dan KD 4.7 di kelas XI peminatan,
Novel Gadis Pantai karya KD 3.4, KD 4.4, KD 3.8, KD 4.8, KD 3.9,
Pramoedya Ananta Toer sebagai salah satu KD 4.9 di kelas XII wajib, serta KD 3.4
jenis non teks, telah memenuhi unsur dan KD 4.4 di kelas XII peminatan.
kelayakan dari segi aspek materi, aspek Namun secara materi yang benar-benar

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
97
relevan dan sesuai dengan penggunaan belanda; (3) sistem kemasyarakatan
novel Gadis Pantai sebagai materi masyarakat jawa menganut sistem
pembelajaran sastra yaitu KD 3.7 dan 4.7 feodalisme yang kuat; (4) sistem teknologi
di kelas XI peminatan serta KD 3.8 dan dan peralatan yang bekembang pada
KD 4.8 di kelas XII wajib. Keseluruhan kehidupan masyarakat jawa mengalami
Kompetensi dasar (KD) tersebut telah perkembangan; (5) mata pencaharian
sesuai dengan kurikulum 2013 yang masyarakat jawa dipengaruhi oleh kondisi
termuat dalam Permendikbud Nomor 24 geografis dan alam sekitarnya; (6) sistem
tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kepercayaan dan agama masyarakat jawa
kompetensi dasar pelajaran pada dipengaruhi oleh budaya animisme dan
kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan dinamisme; dan (7) keragaman kesenian
pendidikan menengah. yang berkembang pada masyarakat jawa.
Selain itu, nilai sosial yang terkandung
SIMPULAN dalam novel Gadis Pantai antara lain: (1)
Berdasarkan kegiatan pengumpulan nilai kejujuran, (2) nilai ketekunan atau
data dan analisi data, maka dapat kerja keras, (3) nilai tolong menolong, (4)
disimpulkan bahwa latar belakang nilai kesopanan, dan (5) nilai individu.
kepengarangan novel Gadis Pantai Novel Gadis Pantai karya
terispirasi oleh kisah nenek Pramoedya Pramoedya Ananta Toer karena telah
Ananta Toer yang mengalami pernikahan memenuhi kriteria kelayakan dan relevan
di usia remaja dengan seorang bangsawan dengan kompetensi dasar yang diajarkan di
Jawa yang tidak dikenal oleh dirinya. SMA. Selain itu, kajian mengenai unsur-
Karya-karya Pramoedya juga dipengaruhi unsur budaya Jawa dan nilai sosial yang
oleh kondisi sosial dan keluarga yang ada terkandung dalam novel ini dapat
di sekitarnya. Selain itu, hal lain yang menunjang pembelajaran yang berbasis
dapat disimpulkan dalam penelitian ini karakter dan nilai-nilai luhur kebangsaa.
adalah bentuk pengungkapan unsur-unsur Oleh karena itu, novel Gadis Pantai karya
budaya Jawa antara lain: (a) penggunaan Pramoedya Ananta Toer layak dan relevan
bahasa masyarakat Jawa disesuaikan digunakan sebagai materi pembelajaran
dengan kedudukan, umur, status, dan sastra di SMA, khususnya dalam
tingkat keakraban; (2) sistem pengetahuan pebelajaran pada KD 3.7 dan 4.7 di kelas
masyarakat jawa yang beralkulturasi XI peminatan serta KD 3.8 dan KD 4.8 di
dengan sistem pengetahuan kolonial kelas XII wajib.

REFERENSI

Astuti, R.D. (2016). Nilai Sosial dalam Analysis (Third Edition).


Novel Gadis Pantai Karya California: Sage Publications.
Pramoedya Ananta Toer. Pesona, Minderop, A. (2011). Psikologi Sastra.
2(1), 1-7. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Damono, S.J. 2002. Sosiologi Sebuah Moleong, L.J. (2014). Metodologi
Pengantar Ringkas. Jakarta: Penelitian Kualitatif. Bandung:
Pusat Pembinaan dan PT Remaja Rosdakarya
Pengembangan Bangsa. Nasution, S. (2012). Metode Research
Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldana, (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT
J. (2014). Qualitative Data Bumi Aksara.

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
98
Ratna, N.K. (2010). Metodologi University Press.
Penelitian: Kajian Budaya dan doi:10.1017/CBO978051159748
Ilmu Sosial Humaniora Pada 0.001
Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Showalter, E. (2007). Teaching Literature.
Pelajar. Malden: Willey-Blackwell.
Ronen, R. (1994). Introduction. In Possible Sukmadinata, N.S. (2013). Metode
Worlds in Literary Theory Penelitian Pendidikan. Bandung:
(Literature, Culture, Theory). PT Remaja Rosdakarya.
Cambridge: Cambridge

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 8 Nomor 1, April 2020, P-ISSN 2302-6405, E-ISSN 2714-9765
99

Anda mungkin juga menyukai