Anda di halaman 1dari 11

JURNAL GRAMATIKA

ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

GEOGRAFI VARIASI BAHASA DI BAGIAN UTARA KARAWANG


JAWA BARAT

Daman Huri
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unversitas Singaperbangsa Karawang
Email: damanhuri79@gmail.com
Submitted: 05-09-2017, Reviewed: 21-09-2017, Accepted:01-10-2017
http://dx.doi.org/10.22202/JG.2017.V3i2.2159

Abstract

This research is motivated by the findings that Karawang has several languages because it is caused
by the number of urban, this is triggered by the change of Karawang regency into industrial area.
Karawang northern part of the district that has a variation of colored languages because it has a
history of language transition. Qualitative descriptive method and dialiektologi method is the
method used in this study. The purpose of this study is to obtain the language variations contained
in the northern part of Karawang. From the results of research found four languages namely
Sundanese, Cirebon, Betawi Malay, and Bekasi Malay language spread with varied in eight
districts, in the northern part of Karawang.
Keyword: Geography, language variation

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan bahwa Karawang memiliki beberapa bahasa karena
disebabkan oleh banyaknya kaum urban, hal ini dipicu oleh berubahnya Kabupaten Karawang
menjadi wilayah industri. Karawang bagian utara merupakan bagian kabupaten yang memiliki
variasi bahasa berwarna karena memiliki sejarah peralihan bahasa. Metode deskritif kualitatif dan
metode dialiektologi adalah metode yang digunakan dalam kajian ini. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk diperolehknya variasi bahasa yang terdapat di bagian utara Karawang. Dari hasil
penelitian ditemukan empat bahasa yakni bahasa Sunda, Bahasa Cirebon, Bahasa Melayu Betawi,
dan Bahasa Melayu Bekasi yang tersebar dengan variatif di delapan kecamatan, di bagian urata
Karawang.
Kata Kunci: Geografi, variasi bahasa

PENDAHULUAN dialek, ataupun penggunaan bahasa yang


Kedudukan bahasa merupakan hal berbeda.
yang utama dalam kehidupan. Selain Kabupaten Karawang hari ini
untuk berinteraksi, bekerja sama, menurut data kependudukan memiliki
berekspresi, serta mengidentifikasikan diri tingkat perubahan masyarakat dengan
dalam masyarakat. Bahasa juga dapat kategori tinggi. Hal tersebut dapat
dijadikan sebagai identitas serta budaya dipastikan akan mengubah penggunaan
suatu wilayah bahkan identitas bangsa. bahasa dalam masyarakat seperti semacam
Masyarakat sebagai pengguna bahasa ada migrasi bahasa dari bahasa daerah ke
yang tentunya memiliki mobilitas tinggi bahasa Indonesia atau dari bahasa daerah
sudah diyakini akan mengubah bahasa satu ke bahasa daerah lainnya.
yang digunakan. Baik perubahan variasi,

239 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

Selain itu, Kabupaten Karawang bahasa. Pemetaan ini dimaksudkan agar


memiliki perubahan ekonomi relatif tergambar dan terindentifikasi jumlah dan
meningkat dengan dinamis, industri kedudukan bahasa yang terdapat di
seakan-akan mendorong masyarakat untuk wilayah Karawang. Selain itu, penelitian
turut menikuti perkembangan. Jika ini juga diharapkan dapat dijadikan
industri dapat mengubah masyarakat rujukan dan dokumentasi kewilayahan
maka migrasi penduduk akan dalam berinteraksi masyarakat
mengikutinya. Jika hal ini terjadi dapat Adapun tujuan penelitian yang
diasumsikan bahwa bahasa yang hendak dicapai secara umum adalah
digunakan masyarakat akan ikut berubah. diperoleh gambaran tentang perbedaan
Selanjutnya, sebagai kabupaten termaju di bahasa yang dipakai di Kabupaten
Jawa Barat dan sebagai kabupaten Karawang. Selain itu secara khusus
penyangga ibu kota, Karawang sudah tujuannya meliputi: Mendeskripsikan
dipastikan menjadi tujuan urbanisasi yang perbedaan bahasa yang digunakan
layak. masyarakat di Kabupaten Karawang dan
Melihat situasi dan kondisi wilayah memetakan variasi bahasa di Kabupaten
di atas, dapat diasumsikan akan mengubah Karawang.
paradigma dan tata cara kehidupan
masyarakat terutama dalam berbahasa Pemetaan Bahasa
telah bergeser. Wilayah Karawang Pemetaan merupakan proses, cara,
menurut peta budaya termasuk wilayah perubahan membuat peta: kegiatan
dengan menggunakan bahasa Sunda. pemotretan (KBBI). Pemetaan dilakukan
Namun, hari ini tampaknya dengan untuk menunjukan variasi-variasi bahasa
melihat data dan keadaan bahasa yang ada dan dialek berdasarkan perbedaan vokal
di masyarakat telah terjadi perubahan. atau bahasa. Dalam penelitian ini
Perubahan ini akan berdampak pada pemetaan yang dilakukan dengan
kualitas interaksi masyarakat dan memetakan variasi leksikal yang muncul
kemampuan komunikasi untuk pada data hasil penelitian di lapangan.
menjalankan tali persaudaraan. Sedangkan fungsi pemetaan ini adalah
Penggunaan bahasa di wilayah ini sebagai usaha memvisualisasikan letak
apabila ditinjau dengan sekilas telah lebih geografis yang menjadi tempat digunakan
dari tiga bahasa. Selain bahasa Sunda suatu bahasa berbentuk tertentu (Rohaedi,
sebagai unsur bahasa yang paling besar 1983:1). Proses pemetaan bukan hanya
tetapi terdapat juga pengguna bahasa terjadi dalam pemvisualisaikan geografis,
Indonesia, bahasa betawi, bahkan bahasa melainkan juga telah kita temuakan
Jawa Cirebon dengan dialek pesisir utara. seperti peta pertanian, peta ekonomi, peta
Dengan merujuk hal tersebut, industri, peta politik, dan lain-lain.
sekiranya diperlukan penataan situasi Sementara peta bahasa belum banyak
kebahasaan yang komprehensif baik oleh ditemukan di Indonesia. Padahal jika
pemerintah ataupun lembaga-lembaga membaca jumlah bahasa yang mencapai
yang berhak dan potensial. Unsika sebagai 746 bahasa perlu sekali visualisasi
lembaga pendidikan tinggi yang pengguna bahasa tersebut.
mempunyai legal standing harus Peta bahasa terdiri atas peta bahasa
berpartisifasi dalam menata peradaban dan peta dialek atau variasi bahasa. Peta
masyarakat baik dari sisi kemajuan bahasa ditinjau berdasarkan jenis misal
masyarakat ataupun kebudayaan. bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali,
Penelitian ini menjadi hal penting dan lain-lain. Sedangkan peta dialek
dalam penataan bahasa dalam bentuk peta memvisualisasikan peta variasi bahasa

240 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

dalam satu bahasa, misal dalam Geografi Dialek


penggunaan bahasa sunda di Jawa barat, Geografi dialek mempelajari
maka akan ditemukan bahasa sunda dialek variasi-variasi bahasa berdasarkan
priangan, dialek cianjur, dialek banten, perbedaan-perbedaan lokal dalam suatu
dialek karawang, dan lain-lain. wilayah bahasa dan mengungkapkan
Dalam kajian ini, peneliti akan fakta-falta tentang perluasan ciri-ciri
menggunakan warna pembeda untuk linguistik yang sekarang tercatat sebagai
menandakan sebuah bahasa yang ciri-ciri dialek
digunakan oleh wilayah tertentu, misal (Keraf, 1996:143). Jika dikaitkan
hijau untuk bahasa Sunda, Kuning untuk dengan ilmu bahasa bandingan
Betawi, merah untuk Jawa, abu untuk mempunyai hubungan yang erat karena
variasi Jawa. memang merupakan perkembangan lebih
Kridalaksana (Chaer,2003:32) lanjut dari ilmu bahasa bandingan. Ilmu
menyatakan bahwa bahasa adalah sistem mengenai dialek atau disebut dialektologi
lambing bunyi yang arbitrer, yang yang mempunyai tujuan untuk
digunakan oleh kelompok sosial untuk mengambarkan hubungan-hubungan
bekerja sama, berkomunikasi, dan dalam dialek. Dengan demikian bahwa
mengidentifikasi diri. Dapat dikatakan geografi dialek merupakan cabang
bahasa merupakan sistem lambang bunyi dialektologi yang mempelajari hubungan
memiliki perbedaan besar dengan sistem yang terdapat di dalam ragam-ragam
lambang yang lain. bahasa dengan bertumpu pada satuan
ruang atau tempat terwujudnya ragam-
Deskripsi Variasi Leksikal ragam tersebut (Dubios, 1973:230 dalam
Deskripsi adalah pemaparan dan ayatrohaedi)
penggambaran secara terperinci (KBBI)
jadi deskripsi leksikal adalah gambaran Variasi Bahasa
terperinci mengenai variasi leksikal. Variasi atau ragam bahasa
Istilah leksikal dalam kamus linguistik merupakan bahasan pokok dalam studi
adalah hal yang bersangkutan dengan sosiolinguistik. Bahasa itu menjadi
laksem, bersangkutan dengan kata, beragam dan bervariasi bukan hanya
bersangkutan dengan leksikon bukan penuturnya yang tidak homogen tetapi
gramatikal. Sedangkan leksem sendiri juga karena kegiatan interaksi sosial yang
berarti satuan dasar abstrak yang mereka lakukan sangat beragam.
mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu Berdasarkan penggunanya berarti,
kata atau frase yang merupakan satuan bahasa itu digunakan untuk apa, dalam
terkecil dan leksikon (Kridalaksana, bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan
1993:126). Selanjutnya, Kridalaksana bagaimana situasi keformalannya. Adapun
(1993:144) menyebutkan leksikon adalah penjelasan variasi bahasa tersebut adalah
komponen bahasa yang memuat semua sebagai berikut:
informasi tentang makna dan pemakaian 1. Variasi bahasa dari segi penutur
kata dalam bahasa. Sedangkan Chaer a. Variasi bahasa idioiek
(1995:60) leksikon adalah makna yang b. Variasi bahasa dialek
sesuai dengan hasil observasi pancaindra c. Variasi bahasa kronolek atau dialek
atau makna sesungguhnya dalam temporal
kehidupan sehari-hari. d. Variasi bahasa sosiolek
e. Variasi bahasa berdasarkan usia
2. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
3. Variasi bahasa berdasarkan seks

241 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

4. Variasi bahasa berdasarkan profesi, Pengumpulan Data


pekerjaan, Sesuai dengan tujuan peneltian
atau tugas para penutur bahwa kegiatan ini untuk mendeskripsian
5. Variasi bahasa berdasarkan tingkat keadaan bahasa di kabupaten Karawang
kebangsawanan wilayah utara dalam bentuk pemetaan atau
6. Variasi bahasa berdasarkan tingkat peta bahasa. Maka, teknik pengumpulan
ekonomi data dalam penelitian ini merujuk pada
penutur metode pupuan lapangan (Rohaedi, 1983:
34) yakni teknik pengumpulan data
Metode Penelitian dengan melakukan hal-hal berikut:
Setiap keberangkatan pasti ada jalan a) Teknik Cakap Semuka
untuk mencapai tujuan. Jalan inilah yang Dalam teknik ini peneliti langsung
menjadi hal terpenting dalam penelitian mendatangi setiap daerah pengamatan dan
atau dalam hal ini disebut dengan metode. melakukan percakapan dengan informan
Adapun dalam penelitian ini metode yang b) Teknik Rekam
digunakan adalah metode deskriptif- Teknik ini digunakan peneliti apabila
analitik. melakukan wawancara dengan informan
Metode deskriptif merupakan dengan menggunakan alat bantu rekam
metode yang digunakan untuk untuk merekam hasil wawancara. Teknik
memecahkan masalah aktual dengan cara ini bersifat melengkapi kegiatan penyedia
mengumpulkan data, menyusun, data dengan teknik catat, maksudnya apa
mengklasifikasikan, menganalisis, serta yang dicatat itu dapat dicek kembali
menginterpretasikannya (Ahmadi & dengan rekaman yang dihasilkan.
Narbuko, 2002:44). Adapun menurut Best c) Teknik Catat
(Sukardi, 2004:157) penelitian deskriptif Teknik ini digunakan untuk mencatat apa
merupakan metode penelitian yang yang didapat oleh peneliti dari informan
berusaha menggambarkan dan ketika wawancara secara langsung agar
menginterpretasikan objek sesuai apa tidak terjadi kesalahan dalam penulisan
adanya. Berkaitan dengan penelitian ini secara fonetis.
metode deskriptif digunakan dalam
menggambarkan peta bahasa secara Teknik Analisis Data
visual. Hal ini dilakukan untuk Dalam menganalisis, data yang telah
memperoleh gambaran bahasa beserta diperoleh peneliti selanjutnya dilakuan
letak dan penuturnya di kabupaten tahapan berikut:
Karawang. a) memberi kode pada daerah
pengamatan
Lokasi Penelitian b) melakukan transliterasi dan
Adapun lokasi yang akan dijadikan melakukan transkripsi fonetis
tempat penelitian tersebar di tiga belas c) mengelompokan data yang diperoleh
kecamatan di kabupaten Karawang. dan disusun dalam peta leksikal
Kesepuluh kecamatan tersebut adalah d) melakukan cek ulang apakah data
Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, yang telah diperoleh terdapat
Jayakerta, Pedes, Cilebar, Tempuran, perbedaan leksikal
Cilamaya Kulon, dan Cilamaya wetan. e) data yang telah selesai diseleksi
Dari setiap kecamatan tersebut dituju dan kemudian diklasifikasi
ditempatkan setiap desa untuk dijadikan f) data yang telah diklasifikasi menurut
penelitian ini. varisasi leksikal kemudian
dideskripsikan

242 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

g) langkah terakhir memetakan variasi Mataram dan menyerahkan Kerajaan


leksikal. Sumedanglarang di bawah naungan
kerajaan Mataram.
Sejarah Kabupaten Karawang Ranggagempol Kusumadinata oleh
Sekitar abad XV Masehi, agami Sultan Agung diangkat menjadi bupati
Islam masuk ke Karawang yang dibawa (Wadana) untuk tanah sunda dengan
oleh ulama besar Syeih Hasanah bin batas-batas wilayah di sebelah timur kali
Yusup Idofi dan Champa yang terkenal Cipamali, di sebelah barat kali Cisadane,
dengan sebutan Syeikh Quro. Pada masa di sebelah utara laut Jawa, dan di sebelah
itu daerah Karawang sebagian besar masih selatan Laut Kidul. Pada tahun 1624
merupakan hutan belantara dan rawa- Ranggagempol wafat dan penggantinya
rawa. Keberadaaan daerah karawang yang Sutan Agung mengangkat Ranggagede,
telah dikenal sejak kerajaan Pajajaran Putra Prabu Geusan Ulun.
yang berusat di Bogor. Karena Karawang Ranggagempol II, Putra
pada waktu itu merupakan jalur lalu lintas Ranggagempol Kusumadinata yang
yang sangat penting untuk mestinya menerima tahta kerajaan, merasa
menghubungkan kerajaan pakuan disisihkan dan sakit hati. Kemudian beliau
Pajajaran dengan Galuhan Pakuan yang berangkat ke Banten untuk meminta
berpusat di Ciamis. bantuan Sultan Banten agar dapat
Luas wilayah pada masa itu tidak menaklukan kerajaan Sumedang Larang
sama dengan luas wilayah Karawang dengan imbalan apabila berhasil, maka
sekarang. Pada waktu itu luas Kabupaten seluruh wilayah kekuasaan
Karawang meliputi Bekasi, Purwakarta, Sumedanglarang akan diserahkan ke
Subang, dan Karawang sendiri. Setelah Banten.
kerajaan runtuh pada tahun 1579 M, pada Sejak itu banyak tentara Banten
tahun 1580 M berdiri kerajaan yang dikirim ke Karawang terutama
Sumedanglarang sebagai penerus disepanjang sungai Citarum, di bawah
Kerajaan Pajajaran dengan rajanya Prabu pimpinan sultan Banten bukan saja untuk
Geusan Ulun. Kerajaan Islan memenuhi permintaan Ranggagempol II
Sumedanglarang dengan pusat tetapi merupakan awal usaha Banten
pemerintahan di Dayeuhluhur dengan menguasai Karawang sebagai persiapan
membawahi Sumedang, Galuh, merebut kembali pelabuhan Banten yang
Limbangan, Sukakerta, dan Karawang. dikuasai oleh Belanda yakni Sunda
Pada tahun 1608 Prabu Geusan Kelapa.
Ulun wafat dan digantikan oleh putranya Masuknya tentara Banten ke
Ranggagempol Kusumadinata. Pada masa Karawang beritanya telah sampai ke
itu di Jawa Tengah telah berdiri Kerajaan Mataram. Pada tahun 1624, Sultan Agung
Mataram dengan rajanya Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria Wirasaba)
(1613-1645). Salah satu cita-cita Sultan dari Mojoagung, Jawa Timur untuk
Agung pada masa pemerintahannya berangkat ke Karawang dengan membawa
adalah dapat mengusai Pulau Jawa dan 1000 prajurit dengan keluarganya. Dari
mengusir kompeni (Belanda) dari Batavia. mataram melalui Banyumas dengan
Ranggagempol Kusumadinata tujuan untuk membebaskan Karawang
sebagai raja Sumedanglarang masih dari pengaruh Banten, mempersiapkan
mempunyai hubungan keluarga dengan logistik dengan membangun gudang-
Sultan Agung dan mengakui kekuasaan gudang beras dan meneliti rute
Mataram. Maka pada tahun 1602, Raja penyerangan Mataram ke Batavia.
Gempol Kusumadinata menghadap ke

243 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

Langkah awal yang dilakukan Ari Tugas yang diberikan kepada


Surengrono adalah dengan mendirikan Wiraperbangsa dapat dilaksanakan dengan
tiga desa. Ketiga desa tersebut adalah baik dan hasilnya langsung dilaporkan
Desa Waringinpitu (Telukjambe), Desa kepada Sultan Agung. Atas
Parakansapi di kecamatan Pangkalan yang keberhasilannya Wiraperbangsa oleh
sekarang terendam waduk Jatiluhur, dan Sultan Agung dianugrahi Wadana di
desa Adiarsa (sekarang masuk kecamatan Karawang dan diberi gelar Adipati
Karawang barat) dengan pusat kekuatan Kertabumi III serta diberi hadiah sebial
ditempatkan di desa Waringinpitu. keris bernama Karosinjang. Setelah
Oleh sebab jauh dan sulitnya penganugrahan tersebut yang dilakukan di
hubungan antara Karawang dengan Mataram, Wiraperbangsa bermaksud akan
Mataram, Aria Wirasaba belum sempat segera kembali ke Karawang namun
melaporkan tugas yang sedang sebelumnya beliau singgah dahulu di
dilaksanakan kepada Sultan Agung. Galuh untuk menjenguk keluarganya.
Keadaan ini menjadikan Sultan Agung Atas takdir illahi beliau wafat saat berada
mempunyai anggapan bahwa tugas yang di Galuh.
diberikan kepada Aria Wirasaba gagal Setelah Wiraperbangsa wafat,
dilaksanakan. jabatan bupati Karawang dilanjutkan oleh
Demi menjaga keselamatan wilayah putranya yang bernama Raden
Kerajaan Mataram sebelah barat, pada Singaperbangsa dengan gelat Adipati
tahun 1628 dan 1629, balatentara Kerajan Kertabumi IV yang memeintah pada tahun
Mataram diperintahkan Sultan Agung 1633-1677 M.
untuk melakukan penyerangan terhadap Tanggal 14 September 1633 M,
VOC di Batavia, namun serangan ini bertepatan dengan 10 Maulud 1043 H,
gagal disebabkan keadaan medan yang Sultan Agung melantik Singperbangsa
sangat berat. Sultan Agung kemudian sebagai bupati Karawang yang pertama,
menetapkan Karawang sebagai pusat sehingga secara tradisi setiap 10 Maulud
logistik yang harus mempunyai diperingati Hari jadi Kabupaten
pemerintahan sendiri dan langsung berada Karawang.
dibawah pengawasan Mataram serta harus Berawal dari sejarah tersebut dan
dipimpin oleh seorang pemimpin yang perjuangan persiapan proklamasi
cakap dan ahli perang sehingga mampu kemerdekaan RI, kurang lebih dikenal
mengegrakan masyarakat untuk dengan julukan sebagi kota pangkal
membangun pesawahan guna mendukung perjuangan dan daerah lumbung padi Jawa
pengadaan logistik dalam rencana Barat.
penyerangan kembali terhadap VOC di
Batavia. Peta Sebaran Variasi Bahasa di
Pada tahun 1632, Sultan Agung Kabupaten Karawang
mengutus kembali Wiraperbangsa dari Sebaran Variasi Bahasa di Kecamatan
Galuh dengan membawa 1.000 prajurit Pakisjaya
dengan keluarganya menuju Karawang. Kecamatan Pakisjaya yang terletak
Tujuan pasukan yang dipimpin oleh dipaling barat kabupaten Karawang
Wiraperbangsa adalah membebaskan memiliki 8 desa. Di kecamatan tersebut
Karawang dari pengaruh Banten dan memiliki empat bahasa yakni bahasa
mempersiapkan logistik sebagai bahan Sunda, Bahasa Melayu Bekasi, bahasa
persiapan penyerangan VOC, Betawi, dan bahasa Cirebon. Adapun
sebagaimana yang ditugaskan kepada Aria sebarannya adalah bahasa sunda dan
Wirasaba yang dianggap gagal. bahasa Melayu Bekasi digunakan di
empat desa yakni desa Teluk Buyung,
244 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat
JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

Tanjungbungin, talagajaya, dan desa


Tanjung Mekar. Sedangkan desa Solokan
dan dan desa Teluk jaya menggunakan
bahasa Melayu Bekasi. Satu desa yakni
desa Tanah baru menggunakan bahasa
Melayu Betawi serta bahasa Cirebon
digunkaan di Desa tanjungpakis.

Gambar 2
Peta Sebaran Bahasa di Kecamatan Batu Jaya

Sebaran Variasi Bahasa di Kecamatan


TirtaJaya
Kecamatan Tirtajaya terdiri atas
sebelas desa. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa Sunda dan bahasa Cirebon.
Bahasa Sunda digunkan oleh Sembilan
Desa yakni di desa Medan karya, Desa
Pisang Sambo, desa Sabajaya, desa
Gambar 1 Gempol Karya, desa Srijaya, desa,
Peta Sebaran Bahasa di Kecamatan Pakisjaya Kutamakmur, desa Bolang, desa
Srikamulya, dan desa Sumurlaban. Dua
Sebaran Variasi Bahasa di Kecamatan
desa lainnya menggunkan bahasa Sunda
Batujaya
dan bahasa Cirebon yakni desa Tambak
Sebaran bahasa yang digunakan di
subur dan desa Tambak Sari.
kecamatan Batujaya terdiri atas empat
bahasa yakni bahasa sunda, bahasa
Melayu Bekasi, bahasa Melayu Betawi,
dan bahasa Cirebon. Bahasa Sunda dan
bahasa Melayu bekasi digunakan di empat
desa yakni, desa Kutaampel, desa
Karyamakmur, desa Karyamulya, dan
desa Karyabakti. Bahasa Melayu Betawi
juga digunakan empat desa, yakni desa
Telukbango, desa Baturaden, desa
Batujaya, dan desa Telukkambulu.
Terakhir terdapat dua desa yang
Gambar 3
menggunakan tiga bahasa yankni bahasa Peta Sebaran Bahasa di Kecamatan Tirtajaya
sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa
Melayu bekasi yakni desa Segeran dan Sebaran Variasi Bahasa di Kecamatan
desa Segerjaya. Cibuaya
Kecamatan Cibuaya terdiri atas
sebelas desa. Di kecamatan tersebut terdiri
atas tiga bahasa yang digunakan yakni
bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa
Melayu Bekasi. Bahasa Sunda digunakan
oleh tujuh desa yakni Desa Suka Sari,
Desa Kerta Rahayu, Desa Pejaten, Desa
245 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat
JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

Kedung Jeruk, Desa Kedung Jaya, Desa


Jaya Mulya, dan Desa Gebang Jaya. Tiga
desa lainnya yakni Desa Cibuaya, Desa
Kalindung Jaya, Desa Sedari
menggunakan bahasa Sunda dan Bahasa
Cirebon. Satu desa terakhit menggunakan
tiga bahasa yang berbeda yakni bahasa
Sunda, Bahsa Cirebon dan bahasa Melayu
Bekasi yakni Desa Camara jaya.

Gambar 5
Peta Sebaran Bahasa di Kecamatan Cilebar

Sebaran Variasi Bahasa di Kecamatan


Tempuran
Bahasa Sunda Mendominasi bahasa
di kecamatan Tempuran ini yakni dimiliki
oleh 11 Desa yaitu Desa Dayeuh Luhur,
Gambar 4
Desa Lemahkarya, Desa Lemahduhur,
Peta Sebaran Bahasa di Kecamatan Cibuaya Desa Lemahsubur, Desa Lemahmakmur,
Desa Pagadungan, Desa Purwajaya, Desa
Sebaran Variasi Bahasa di Kecamatan Jayanagara, Desa Sumber Jaya, Desa
Cilebar Pancakarya, dan Desa Tanjung Jaya.
Kecamatan cilebar terdiri atas Sedang bahasa Cirebon hanya digunakan
sepuluh desa dan dua bahasa. Kesepuluh oleh penduduk desa Ciparagejaya dan
desa tersebut dominan menggunakan campuran bahasa Sunda dan bahasa
bahasa sunda yakni digunakan oleh enam Cirebon digunakan oleh penduduk desa
desa. Desa-desa tersebut adalah di Desa Tempuran dan desa Cikuntul.
Sukaratu, Desa Ciptamargi, Desa Tanjung
Sari, Desa Kerta Mukti, Desa Rawasari,
dan Desa Kasambibatu. Sedangkan empat
desa lainya menggunakan bahasa sunda
dan bahasa Cirebon yakni Desa Mekar
Pohaci, Desa Cikande, Desa Pusakajaya
Selatan, dan Desa Pusakajaya Utara.

Gambar 6
Peta Sebaran bahasa di kecamatan Tempuran

Sebaran Variasi Bahasa di Kecamatan


Cilamaya Kulon
Sebaran bahasa di kecamatan
Cilamaya Kulon terdiri atas tiga bahasa
246 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat
JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

yakni bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan


Bahasa Melayu Bekasi. Namun pada
praktiknya ketiga bahasa tersebut Sebaran Variasi Bahasa di Kecamatan
digunakan secara bersamaan. Untuk Pedes
bahasa Sunda dan Bahasa Cirebon Kecamatan Pedes memiliki dua
dikuasai oleh masyarakat desa Bayur Lor, bahasa yang digunakan penduduknya
Bayur Kidul, Sukamulya, Pasirukem, sehari-hari yakni bahasa sunda dan bahasa
Sukajaya, Pasirjaya, Muktijaya, dan Cirebon. Bahasa Sunda mendominasi
Tegalurung. Sedangkan desa Kiara dan penggunaan penduduk yakni digunakan
desa Langensari menggunakan bahasa oleh tujuh desa, yaituDesa Kerta Raharja,
Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa Desa Karang jaya, Desa Malangsari, Desa
Melayu Bekasi. Kerta mulya, Desa Payung Sari, Desa
Randu Mulya, dan Desa Laban Jaya.
Sedangkan bahasa Cirebon digunakan
oleh dua desa yakni Sungai Buntu dan
Desa Kendal Jaya. Adapun desa Dongkal
menggunakan campuran dua bahasa yakni
bahasa Sunda dan Bahasa Cirebon.

Tabel 7
Peta Sebaran Bahasa di Kecamatan Cilamaya
Kulon

Sebaran Variasi Bahasa di Kecamatan


Cilamaya Wetan
Bahasa yang digunakan di
kecamatan Cilamaya wetan adalah
Tabel 8
campuran dua bahasa yakni bahasa sunda
Peta Sebaran Bahasa di Kecamatan Pedes
dan bahasa Cirebon.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak:
1) Rektor Unsika yang telah memberi
motivasi kepada penulis untuk selalu
meneliti
2) LPPM Universitas Singaperbangsa
Karawang yang memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan
penelitian dana hibah.

PENUTUP
Setelah dilakukan tahapan proses
penelitian, maka sebaran bahasa yang
terdapat di Kabupaten Karawang dapat
dikatagorikan multibahasa. Masyarakat

247 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

yang plural disertai dengan migrasi bahasa Mahsun. 2005. Metode Penelitian
melalui pantai utara adalah penyebab Bahasa:Tahapan Strategi, Metode
Karawang memiliki beberapa variasi dan Tekniknya. Jakarta:
penggunaan bahasa. Raja Gratindo.
Adapun bahasa yang terdapat di Meillet, Antonie. 1970. The Comparative
kabupaten karawang adalah bahasa Sunda, Method in Historical Linguistics.
bahasa Cirebon, Bahasa Melayu Bekasi, Paris:Honore Champion.
Bahasa Melayu Betawi. Keempat bahasa Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian
tersebut tersebar di wilayah Karawang Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
bagian Utara. Temuan bahasa yang Parera, Jos Daniel.1991. Kajian Linguistik
digunakan, ditemukan dalam satu desa Umum; Historis Komparatif dan
atau kecamatan terdapat satu hingga tiga tifologi structural. Jakarta:
bahasa. Erlangga.
Sugiono, Dendy. 2002. Penelitian
Dari hasil analisis penulis dapat Kekerabatan dan Pemetaan
memberikan rekomendasi sebagai berikut: Bahasa-Bahasa di
1. Penelitian ini merupakan langkah Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
awal yang harus ditindaklanjuti oleh Depdikbud.
para akademisi ataupun praktisi Sukardi. 2004. Metode Penelitian
bahasa. Pendidikan. Yogyakarta: Sinar
2. Penelitian pemetaan bahasa Grafika
memerlukan biaya yang besar, hal ini
perlu mendapat sponsorship baik dari
pemerintahan maupun swasta.
3. Kajian layaknya dilakuan secara
berkala karena perkembangan
masyarakat yang cepat akan
berpengaruh terhadap perkembangan
bahasa pula.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi dan Narbuko.2002. Metode


Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Ayatrohaedi, 1983. Dialektologi sebuah
Pengantar. Jakarta: P3B Dikbud.
---------------. 2002. Pedoman Praktis
Penelitian Dialektologi. Jakarta:
P3B Dikbud.
Chaer, Abdul (2003). Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipa.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan
Historis. Jakarta:Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus
Linguistik. Jakartan: Gramedia
Pustaka Utama

248 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
E-ISSN: 2460-6319
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V3.i2 (239-248)

249 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat

Anda mungkin juga menyukai