Anda di halaman 1dari 11

1

Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia


REPRESENTASI KEKERASAN SIMBOLIK DALAM
WACANA LISAN STAND UP COMEDY PADA SIARAN
KOMPAS TV
Purnama
Moh. Tahir
ocha21061995@gmail.com
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Kampus Bumi Tadulako Telp.(0451) 429743, 422611
Email: untad@.ac.id

ABSTRAK- Purnama, 2017. Kekerasan Simbolik dalam Wacana Lisan Stand Up Comedy pada Siaran
Kompas TV, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Pembimbing (1) Ali Karim, Pembimbing (II)
Sahrudin Barasandji.
Permasalahan penelitian ini yaitu, bagaimana representasi bentuk dan representasi strategi
kekerasan simbolik dalam wacana lisan stand up comedy pada siaran kompas TV? Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan representasi bentuk dan representasi strategi kekerasan simbolik dalam
wacana lisan stand up comedy pada siaran kompas TV. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik catat. Tahapan
analisis yang digunakan yaitu melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat bentuk kekerasan simbolik dalam
wacana lisan stand up comedy pada siaran kompas TV yaitu (1) perintah, (2) permintaan, (3) larangan, (4)
pertanyaan; dan terdapat tiga representasi strategi yaitu meliputi strategi: (1) pengaburan makna, (2)
logika bias, dan (3) nilai bias.
Kata Kunci : Representasi, Kekerasan Simbolik, Wacana Lisan

I. PENDAHULUAN yakni pemaknaan, penilaian, dan pembelokan


tanda. Secara sederhana ketiga bentuk strategi
Kekerasan simbolik merupakan kekerasan simbolik diubah penyebutannya agar
kekerasan menggunakan simbol-simbol bahasa mudah dipahami, pemaknaan menjadi
yang secara sadar dilakukan, simbol-simbol pengaburan makna, penilaian menjadi nilai bias,
bahasa dalam hal ini adalah tuturan. Tuturan pembelokan tanda menjadi pembelokan logika
merupakan hasil pemikiran yang kemudian atau logika bias.
dikeluarkan oleh alat artikulasi manusia berupa Kekerasan simbolik dapat ditemukan di
bahasa. Artinya bahasa menjadi keterwakilan media massa, baik cetak maupun elektronik.
pikiran dan perasaan seseorang melalui tuturan, Kekerasan di media cetak, dapat ditemukan
sehingga pada realisasinya penggunaan tuturan dalam penulisan majalah, koran atau surat kabar,
akan mewakili pikiran pemakainnya (penutur). sedangkan kekerasan di media elektronik dapat
Setiap tindak tutur menjadi keterwakilan pikiran diketahui melalui siaran televisi, radio dan
pemakainya yang dapat bermakna lain karena internet. Kekerasan simbolik di media massa
adanya kepentinggan yang sedang digunakan untuk mengungkapkan suatu pendapat
diperjuangkan. dengan alat berupa bahasa yang memiliki makna
Menurut pernyataan Bourdieu (dalam tersembunyi dengan tujuan memengaruhi,
Fashri, 2007:21) Kekerasan simbolik adalah mengendalikan, bahkan menguasai pikiran dan
kekerasan yang menggunakan simbol-simbol perasaan.
bahasa dalam membedah dan mempresentasikan
suatu maksud dengan menggunakan tiga bentuk
2
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
Kekerasan di media massa dapat Paparan tersebut, memberi ketertarikan
diketahui melalui kata-kata yang digunakan, kepada penulis untuk melakukan penelitian
yakni rangkaian kata-kata yang membentuk dengan mengangkat judul “Representasi
suatu wacana. Wacana merupakan suatu Kekerasan Simbolik dalam Wacana Lisan Stand
kesatuan dari perkataan yang digunakan untuk Up Comedy pada Siaran Kompas TV”.
menyampaikan informasi-informasi kepada Diangkatnya judul tersebut sebagai kajian ilmiah
masyarakat, namun informasi yang disampaikan untuk mendeskripsikan representasi bentuk
terkadang memiliki makna yang kasar dan tuturan yang mengandung kekerasan simbolik
terkandung maksud tertentu. serta strategi yang digunakan oleh komika pada
Paparan di atas, memberi dasar dilakukan acara stand up comedy dengan menggunakan
penelitian dalam media massa elektronik, berupa analisis wacana kritis.
wacana lisan yang difokuskan pada acara stand
up comedy. Lawakan dalam stand up comedy II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN
sangat menarik untuk diteliti karena lawakannya TEORI
lebih banyak mengandalkan kemampuan
berbahasa daripada gerakan tubuh. Komika 2.1 Penelitian yang Relevan
berusaha membuat orang tertawa dengan Berdasarkan tinjauan pustaka yang
permainan kata yang diucapkan. Permainan dilakukan, penelitian mengenai kekerasan
bahasa yang bersifat kompleks tersebut dapat simbolik di media massa pernah dilakukan oleh
menghibur dan mempengaruhi. Roekhan (2009), dengan judul disertasi
Stand up comedy merupakan profesi “Kekerasan Simbolik di Media Massa”, Jurusan
melawak yang dilakukan oleh seseorang dengan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas
cara berdiri dihadapan penonton. Seseorang yang Negeri Malang. Disertasi tersebut membahas
akan melakukan stand up comedy memiliki wujud, strategi, dan dampak kekerasan simbolik
kemampuan berbahasa untuk mengeluarkan di media massa. Hasil yang didapatkan, yaitu
idenya dalam bentuk ungkapan yang dapat wujud kekerasan simbolik ditemukan
membuat orang tertawa mendengarkan pengaburan, nilai bias dan logika bias. Strategi
pernyataannya. Pada dasarnya stand up comedy kekerasan simbolik ditemukan adanya pelogisan,
merupakan kegiatan untuk menghibur. Namun, penghalusan, serrta pemosifan informasi, dan
bahasa yang digunakan untuk menghibur dampak yang ditemukan adalah penerimaan
terkadang telah menyimpang karena memiliki pembaca terhadap informasi dalam teks berita
makna yang dapat menyinggung, bahkan yang dipengaruhi oleh sikap berprasangka dan
mempengaruhi orang lain. sikap netral.
Umumnya para pelaku stand up comedy Penelitian kekerasan simbolik pun pernah
(komika) menyindir hal-hal yang bisa ditemui dilakukan oleh Arum Pujiningtyas (2015),
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bercerita dengan judul tesis “Kekerasan Simbolik pada
menggunakan teknik praanggapan, Harian Radar Sulteng”, mahasiswa Program
menyampaikan gagasan dan kritikan lewat Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia,
komedinya sehingga sebagian dari yang dikritik Universitas Tadulako. Penelitian ini membahas
tidak merasakan sebagai suatu konfrontasi, bentuk dan mekanisme kekerasan simbolik pada
karena dalam penyampaiannya seorang komika harian radar sulteng. Sehingga didapatkan
yang memiliki kemampuan berbahasa dapat pengaburan, nilai bias dan logika bias.
menyajikan kritikan dalam bentuk lelucon. Mekanisme kekerasan simbolik ditemukan
Namun secara tersirat makna yang disampaikan adanya mekanisme sensor dan penghalusan.
dapat diketahui, hal itu dapat mempengaruhi Penelitian tentang stand up comedy pun
pendengar sehingga mereka dapat memberikan pernah dilakukan oleh Emy Rizka Fadilah
asumsi negatif terhadap seseorang atau (2015), dengan judul skripsi “Humor dalam
kelompok yang sedang dibicarakan, “berita Wacana Stand Up Comedy Indonesia Season 4
diterima sama dengan apa yang dimaksud oleh di Kompas TV”, mahasiswa Program Studi
pembuat berita” Eriyanto (dalam Anang Santoso, Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang.
2006:72). Skripsi tersebut membahas teknik penciptaan
humor dan fungsi humor. Penelitian tersebut
3
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
ditemukan adanya kecenderungan pelawak untuk Alex (2009:155) menambahkan bahwa
menjelek-jelekkan sesuatu hal sebagai penunjang “simbol berarti tanda atau ciri yang
humor, humor tersebut diungkapkan berdasarkan memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang”
pengalaman dan perasaan penutur. Dalam karena simbol bertujuan mengomunikasikan
penelitian ini juga sangat disadari bahwa makna. Simbol dapat menghantarkan seseorang
kegiatan melawak dianggap sebagai salah satu kepada gagasan tertentu.
media kritik bagi orang-orang yang kritis dalam Simbol dapat berupa gambar, bentuk,
mengungkapkan gagasan dengan alasan yang atau benda yang mewakili suatu gagasan. Simbol
dapat memberi pengaruh pada pendengarnya tidak hanya berupa benda yang nampak, simbol
agar dapat tertawa. dapat berupa kata. Hubungan kata dengan dunia
acuannya ditentukan berdasarkan kaidah
2.2 Kajian Pustaka kebahasaannya. Kaidah kebahasaan itu secara
2.2.1 Pengertian Kekerasan alami dinyatakan ditentukan berdasarkan
Kekerasan diartikan sebagai perbuatan konvensi masyarakat pemakainnya.
yang mengandalkan fisik atau perlakuan
sewenang-wenang dengan melibatkan kekuatan 2.2.3 Pengertian Kekerasan Simbolik
fisik, seperti memukul, menampar, menendang, Bordieu (dalam Fashri, 2007)
dan sebagainya. Kekerasan fisik dapat mengungkapkan bahwa “kekerasan simbolik
menimbulkan rasa sakit. Perlakuan kekerasan adalah makna, logika dan keyakinan yang
terhadap seseorang akan tampak seperti luka, mengandung bias tetapi secara halus dan samar
memar dan bekas luka lainnya. Berdasarkan hal dipaksakan kepada pihak lain sebagai sesuatu
itu, dapat disimpulkan bahwa kekerasan yang benar”. Dengan demikian kekerasan
merupakan suatu tindakan yang menggunakan simbolik menggunakan strategi dalam
kekuatan fisik dan menimbulkan bekas yang pengungkapan wacananya. Kekerasan simbolik
terlihat. Sejalan dengan pendapat Stuart dan dapat diketahui melalui tuturan yang digunakan,
Sundeen, yang menyatakan bahwa perilaku artinya tuturan menjadi keterwakilan perbuatan
kekerasan atau tindak kekerasan merupakan yang mengandung kekerasan.
ungkapan perasaan marah dan permusuhan yang Haryatmoko (2014:105) menambahkan
mengakibatkan hilangnya kontrol diri di mana bahwa kekerasan simbolik merupakan kekerasan
individu bisa berperilaku menyerang atau yang sering ditemukan di dalam wacana.
melakukan suatu tindakan yang dapat “Demagogi (wacana politik untuk tujuan
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan mengobok-obok, memancing, dan
lingkungan. mengeksploitasi hasrat dan perasaan massa),
Dalam Kamus Sosiologi (2012:106), kebohongan, kemunafikan, manipulasi, dan
kekerasan merupakan suatu ekspresi yang provokasi”.
dilakukan oleh individu maupun kelompok di Sejalan dengan pernyataan di atas,
mana secara fisik maupun verbal mencerminkan kekerasan simbolik merupakan kekerasan yang
tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan menggunakan simbol-simbol bahasa yang secara
atau martabat. Artinya, kekerasan juga dapat sadar dilakukan namun secara tidak sadar
mengakibatkan psikologi korbannya terganggu. dialami oleh masyarakat, karena diungkapkan
secara halus dan memiliki makna tersembunyi
2.2.2 Pengertian Simbol untuk tujuan tertentu.
Menurut Charles Sanders Peirce (dalam
Alex 2009:156) simbol merupakan tanda yang
hadir karena mempunyai hubungan yang sudah 2.2.4 Bentuk dan Strategi Kekerasan
disepakati bersama atau sudah memiliki Simbolik
perjanjian antara penanda dan petanda. Selain 1. Bentuk Kekerasan Simbolik
memiliki hubungan yang telah disepakati simbol a. Perintah
juga dapat digunakan untuk memperdalam Bentuk perintah dalam representasi
pemahaman atau dapat menghasilkan kekerasan berkaitan dengan upaya penutur untuk
pemahaman tersendiri oleh penafsirnya. mendominasi. Dalam konteks wacana lisan stand
up comedy, komika memerintah pendengar untuk
4
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
melakukan sesuatu yang dikehendakinya, Media massa adalah sarana penyampaian
menggunakan tuturan yang terkesan cukup tegas pesan-pesan, aspirasi masyarakat, dan sebagai
dan menekan, terkadang dalam perintahnya ada alat komunikasi untuk menyebarkan berita
maksud lain yang ingin disampaikan. kepada masyarakat langsung secara luas.
b. Permintaan Menurut (Ashadi, 1998:19) “berita ditulis
Bentuk permintaan dipandang sebagai sebagai rekonstruksi tertulis dari apa yang
suatu bentuk yang wajar, yang menjadi terjadi”. Artinya berita yang disajikan dalam
permasalahan ketika tuturan meminta tersebut media massa seharusnya bersifat objektif dan
disertai penggunaan kosakata yang netral.
menyinggung, menekan bahkan menjatuhkan
seseorang. 2.2.6 Stand Up Comedy
c. Larangan Stand up comedy merupakan salah satu
Representasi kekerasan simbolik dalam profesi melawak yang pelawaknya (komika)
bentuk larangan menggunakan kata-kata yang membawakan lawakannya di atas panggung
memiliki makna larangan dalam tuturan yang seorang diri, biasanya depan penonton langsung,
tidak disampaikan secara langsung oleh penutur. dengan cara bermonolog mengenai suatu topik.
d. Pertanyaan Awal mula perkembangan stand up comedy
Representasi kekerasan simbolik dalam berasal dari Amerika, yaitu sekitar tahun 1800-
konteks wacana stand up comedy dapat terjadi an dalam bentuk teater.
dengan pemberian pertanyaan pada pendengar
dengan tujuan agar penutur menyampaikan 2.2.7 Analisis Wacana Kritis
kembali jawaban atas pertanyaan yang Analisis wacana kritis adalah suatu upaya
disampaikan agar pendengar menerima yang dilakukan untuk mengetahui kehadiran
informasi yang disampaikan, atau pesan. Cara menganalisis bahasa berbeda dengan
menyampaikan pertanyaan dengan tujuan pola analisis bahasa secara srtuktural, dalam
menyinggung seseorang atau kelompok tertentu. AWK bahasa dihubungkan dengan konteks.
Yoce (2009:49) menyatakan “dalam sebuah
2. Strategi Kekerasan Simbolik konteks harus disadari akan adanya
a. Pengaburan Makna kepentingan”. Artinya dibalik setiap wacana
Pengaburan merupakan representasi terdapat makna dan citra yang diinginkan serta
kekerasan simbolik yang makna kalimatnya kepentingan yang sedang diperjuangkan.
masih samar-samar atau tersembunyi.
b. Logika Bias a. Karakteristik Analisis Wacana Kritis
Logika bias adalah suatu bentuk 1. Tindakan
pemikiran yang melenceng atau bertolak Wacana dipahami sebagai suatu tindakan,
belakang dengan hal yang sebenarnya, karena wacana adalah bentuk interaksi.
pengungkapannya berlandaskan fakta yang Seseorang yang berbicara, menulis, dengan
dilebih-lebihkan atau tanpa bukti yang akurat menggunakan bahasa untuk berinteraksi dengan
namun informasi yang diungkapkan dapat orang lain. Dengan pemahaman ini, ada dua
diterima begitu saja oleh pendengar ataupun implikasi wacana sebagai tindakan. Pertama,
pembaca. wacana dipandang sebagai sesuatu yang
c. Nilai Bias bertujuan, apakah untuk membujuk,
Nilai bias merupakan bentuk strategi mengganggu, mempengaruhi dan sebagainya.
kekerasan simbolik yang berkaitan dengan nilai- Seseorang yang berbicara selalu mempunyai
nilai yang dibelokkan, baik itu nilai moral, maksud tertentu, besar atau kecil. Kedua, wacana
politik, sosial, dan hukum. Nilai bias dapat dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan
dikatakan sebagai nilai yang melenceng namun secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang
tetap diungkapkan oleh penutur. diluar kendali atau diekspresikan tanpa disadari
karena tidak ada wacana yang lahir tanpa
2.2.5 Media Massa Sebagai Penekanan disadari sepenuhnya oleh penutur.
Simbolik
5
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
2. Konteks percakapan dan lainnya adalah bentuk dari
Bahasa dipahami dalam konteks secara cerminan ideologi tertentu. Ideologi berada di
keseluruhan. Ada tiga sentral dalam pengertian balik penghasil teks akan selalu mewarnai
wacana; teks, konteks, dan wacana. Teks adalah bentuk wacana tertentu. Penghasil teks yang
semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata berideologi liberalisme atau sosialisme tertentu
yang tertulis, tetapi semua jenis ekspresi akan menghasilkan wacana yang memiliki
komunikasi, ucapan, musik, gambar, dan karakter masing-masing, artinya ideologi
sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi menyediakan jawaban tentang identitas penutur.
yang berada di luar teks dan mempengaruhi
pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam b. Kekerasan dalam Paradigma AWK
bahasa, situasi di mana teks diproduksi, fungsi Kekerasan simbolik terjadi akibat adanya
yang dimaksudkan, dan sebagainya. Wacana penggunaan bahasa yang digunakan oleh
dimaknai sebagai teks dan konteks bersama- individu dengan maksud untuk menyinggung
sama, dengan kata lain wacana adalah teks dalam dan mempengaruhi. Bentuk pengaruh dan
konteks. Titik perhatian analisis wacana kritis singgungan dilakukan dengan menggunakan
adalah menggambarkan teks dan konteks secara simbol-simbol bahasa, yakni rangkaian kata-kata
bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. yang mengandung unsur kekerasan simbolik.
Dalam hal ini tidak hanya dibutuhkan proses Kekerasan simbolik itu tidak mudah diketahui
kognisi dalam arti umum, tetapi juga gambaran karena bersifat samar-samar. Sehubungan
spesifik dari budaya yang dibawa. dengan itu, kekerasan simbolik selalu berkaitan
3. Historis dengan AWK, Yoce, (2009:49) mengemukakan
Dalam konteks AWK wacana bahwa “AWK adalah sebagai suatu upaya
ditempatkan dalam konteks kesejarahan tertentu. pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek
Wacana selalu berada pada ruang waktu tertentu yang mengemukakan suatu pernyataan”.
dan akan selalu berhubungan dengan waktu yang
lainnya. Salah satu aspek untuk mengerti teks 2.3 Kerangka Pemikiran
adalah dengan menempatkan wacana itu dalam Penelitian ini mengkaji bentuk
konteks historis tertentu. Oleh karena itu, saat representasi kekerasan simbolik dalam wacana
melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti lisan stand up comedy, dengan tujuan untuk
mengapa wacana yang berkembang atau mendeskripsikan representasi bentuk dan strategi
dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang kekerasan simbolik dalam wacana lisan stand up
dipakai seperti itu, dan sebagainya. comedy, menggunakan teori Bourdieu.
4. Kekuasaan Jenis penelitian ini adalah penelitian
AWK mempertimbangkan elemen kualitatif. Jenis data yakni data lisan dan sumber
kekuasaan dalam analisisnya, setiap wacana data berupa kata-kata atau rangkaian kalimat
yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, yang diucapkan oleh penutur (komika). Untuk
atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu pengumpulan data digunakan metode simak dan
yang alamiah, wajar, dan netral, tetapi teknik catat. Instrumen penelitian ini adalah
merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. peneliti sendiri sebagai instrumen kunci dengan
Wacana sesepele apa pun adalah bentuk menggunakan alat komputer mini (leptop) untuk
pertarungan kekuasaan, ada tujuan tertentu yang menyimpan dan memutar video stand up comedy
ingin dicapai melalui wacana itu. Dengan dan buku catatan untuk mencatat data. Setelah
demikian, setiap analisis wacana selalu dikaitkan mendapatkan data sesuai dengan topik
dengan dimensi kuasa, karena kekuasaan adalah penelitian, akan dianalisis menggunakan metode
salah satu kunci hubungan antar wacana dengan Milles dan Huberman (dalam Sugiyono,
masyarakat. Tugas analis mengkritisi kekuasaan 2009:91) yaitu (1) Identifikasi data, (2) Reduksi
yang tersembunyi dalam bahasa. data, (3) Penyajian data, dan (4)
5. Ideologi Verification/penarikan kesimpulan. Setelah
Wacana dipandang sebagai praktik ideologi. menganalisis data maka akan diketahui
Konsep ideologi dalam analisis wacana kritis representasi bentuk dan representasi strategi
merupakan konsep sentral karena teks, kekerasan simbolik dalam tuturan para komika.
6
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
Berikut adalah kerangka pemikiran yang menekankan makna daripada generalisasi”.
digambarkan dalam bentuk peta konsep. Sejalan dengan pendapat Sugiyono, Bungin
(2007:103) menyatakan bahwa data kualitatif
Peta Konsep diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-
uraian bahkan dapat berupa cerita pendek.
Kekerasan Bentuk
simbolik kekerasan 3.2 Jenis dan Sumber Data
simbolik Jenis data dalam penelitian ini adalah
data lisan yang bersumber dari tuturan komika
Stand up Fokus dalam acara stand up comedy yang
comedy penelitia mencerminkan bentuk kekerasan simbolik.
Strategi
kekerasan 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan
Teori simbolik Data
Bourdie Dalam penelitian ini, data yang akan
disimak adalah data dalam bentuk wacana lisan
berupa tuturan seorang komika pada acara stand
Kualitatif up comedy. Dalam menyimak data lisan hal yang
dilakukan adalah mendengarkan data secara
Analisis data:
berulang-ulang dan perlahan, sampai
Pengumpulan
Identifikasi sata, mendapatkan data yang sesuai.
data
reduksi data, Setelah ditemukan data yang sesuai
Simak dan
penyajian data, maka akan digunakan teknik lanjutan yaitu
Catat
dan kesimpulan. teknik catat, teknik catat dilakukan
(Mahsun)
menggunakan alat tulis untuk mencatat. Data
dalam bentuk wacana lisan berupa tuturan
komika yang mengandung bentuk kekerasan
simbolik akan dipindahkan ke dalam bentuk
Temuan tulisan, Secara keseluruhan tuturan komika akan
dipindahkan dalam bentuk tulisan. Setelah semua
tuturan dicatat maka hal yang akan dilakukan
adalah membaca kembali secara perlahan dan
berulang keseluruhan wacana, kemudian akan
BENTUK Strategi
ditandai bagian kalimat yang mengandung
1. Perintah 1. Pemaknaan bentuk kekerasan simbolik dan bagian kalimat
2. Permintaan 2. penilaian yang mengandung strategi kekerasan simbolik
3. pembelokan
3. Larangan 3.4 Instrumen Penelitian
Tanda
4. pertanyaan Menurut Sugiyono peneliti kualitatif
sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitiannya, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan
III METODE PENELITIAN
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis
data, menafsirkan data, dan membuat
3.1 Jenis Penelitian
kesimpulan atas semuanya.
Penelitian ini termasuk dalam jenis
Berdasarkan pernyataan di atas, yang
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
suatu penelitian yang datanya bersifat deskriptif,
tunggal yakni peneliti sendiri dengan
karena menggunakan rangkaian kata-kata
menggunakan beberapa instrumen yaitu:
(bahasa) serta memiliki makna. Hal itu sesuai
1. Komputer mini (leptop) sebagai alat
dengan pendapat Sugiyono, (2009:1) yang
menyimpan dan memutar video stand up
menyatakan “hasil penelitian kualitatif lebih
comedy.
7
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
2. Alat tulis dan buku catatan, yang berfungsi dikehendakinya menggunakan tuturan yang
untuk mencatat data yang telah diperoleh terkesan cukup tegas dan menekan, terkadang
untuk dianalisis. dalam perintahnya ada maksud lain yang ingin
disampaikan.
3.5 Teknik Analisis Data Representasi kekerasan simbolik bentuk perintah
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dapat dilihat pada data kutipan tuturan komika
dalam menganalisis data dimulai dari berikut:
mengidentifikasi data atau mengumpulkan data 1. “Contoh lain pembelajaran membaca
dengan cara menonton dan mendengarkan video kelas 1 SD . Sampai sekarang, sampai
stand up comedy secara perlahan dan berulang, detik ini itu masih ada pelajaran begini
sampai mendapatkan data yang sesuai, kemudian ‘ini budi, ini ibu Budi’, aduh mama
akan dipindahkan dalam bentuk tulisan yang sayangee.
akan dibaca kembali. Setelah membaca perlahan Sejak kapan ada orang timur nama Budi?
dan berulang, maka akan ditandai bagian kalimat Jangan-jangan budi ini mahluk astral.
yang mengandung bentuk kekerasan simbolik Kalau mau kontekstual untuk daerah
dan strategi kekerasan simbolik. Timur, itu diganti, ‘ini Eduardus, ini
Setelah semua data didapatkan, maka Mama Eduardus”.
teknik selanjutnya yang digunakan peneliti (Stand up comedy Abdur preshow 1)
adalah mereduksi data yaitu merangkum atau Pada data di atas penutur mendominasi dengan
memilih hal-hal pokok yang menjadi fokus cara memberikan perintah agar metode dan teori
penelitian. Dalam mereduksi data yang telah pembelajaran disesuaikan dengan kondisi
dikumpulkan, teknik yang digunakan adalah keberadaan siswa. Pernyataan yang diungkapkan
mengklasifikasi data dengan cara membaca penutur tertulis pada data di atas bermakna
kembali data yang telah dipindahkan kedalam bahwa penutur ingin menyampaikan
bentuk tulisan secara perlahan dan berulang keresahannya terhadap kebijakan pemerintah.
untuk mencari tahu bentuk dan strategi Pemerintah menekankan pada sistem
kekerasan simbolik serta maksud yang terdapat pembelajaran kontekstual namun pelajaran yang
di dalam bentuk dan strategi kekerasan simbolik diberikan kepada siswa tidak berbasis konteks.
tersebut. Penutur seolah-olah menyatakan bahwa ucapan
Setelah data direduksi, maka langkah pemerintah tidak direalisasikan dengan tindakan.
selanjutnya yang akan dilakukan adalah
mendisplay data atau menyajikan data. Data 2. Permintaan
yang telah diklasifikasikan berdasarkan Bentuk permintaan dipandang sebagai suatu
bentuknya akan disajikan dalam bentuk teks bentuk yang wajar, yang menjadi permasalahan
yang bersifat naratif. Setelah data disajikan ketika tuturan meminta tersebut disertai
dalam bentuk teks yang bersifat naratif maka penggunaan kosakata yang menyinggung,
langkah terakhir yang akan dilakukan peneliti menekan bahkan menjatuhkan seseorang.
adalah penarikan kesimpulan atau Representasi kekerasan simbolik bentuk
menyimpulkan data-data yang mencerminkan permintaan dapat dilihat pada data kutipan
bentuk-bentuk kekerasan simbolik dan strategi tuturan komika berikut:
kekerasan simbolik dalam stand up comedy. 1. “DPR itu tugasnya untuk mendengarkan
suara rakyat, aspirasi rakyat. Tapi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN gimana caranya DPR mendengarkan
suara rakyat ketika DPR dihalangi oleh
4.1 Hasil tembok yang begitu tinggi. Seharusnya
4.1.1 Bentuk Kekerasan Simbolik DPR itu bukan diletakkan di senayan
1. Perintah tapi diletakkan di tengah pasar”
Bentuk perintah berkaitan dengan upaya (Stand up comedy Zawin show 6 tema
penutur untuk mendominasi. Dalam konteks Pemilu)
wacana stand up comedy komika memerintah Pada data diatas, menunjukkan makna
pendengar untuk melakukan sesuatu yang permintaan, penutur berusaha menyampaikan
8
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
permintaan agar pemerintah memberikan menggunakan hak pilih karena rakyat adalah
kebutuhan yang diinginkn penutur. Makna harapan Indonesia.
permintaan pada data di atas adalah keinginan
penutur agar anggota DPR di tempatkan di 4. Pertanyaan
tengah masyarakat, agar anggota DPR Representasi kekerasan simbolik dalam
mendengarkan keluh-kesah dan aspirasi rakyat, konteks wacana stand up comedy dapat terjadi
bukan ditempatkan di gedung mewah bertingkat dengan pemberian pertanyaan pada pendengar
yang jauh dari jangkauan rakyat. dengan tujuan agar penutur menyampaikan
Pada data di atas, penutur berusaha kembali jawaban atas pertanyaan yang
menyampaikan makna kritikan terhadap disampaikan agar pendengar menerima
kebijakan pemerintah yang telah dibuat dengan informasi yang disampaikan, atau
membangun gedung mewah khusus Anggota menyampaikan pertanyaan dengan tujuan
DPR karena dianggap tidak fungsional. menyinggung seseorang atau kelompok tertentu.
Representasi kekerasan simbolik dalam
3. Larangan bentuk pertanyaan dapat dilihat pada data
Representasi kekerasan simbolik dalam kutipan tuturan komika berikut :
bentuk larangan menggunakan kata-kata yang 1. Saya tidak mau muluk-muluk seperti
memiliki makna larangan dalam tuturan yang teman-teman yang lain, biar saya
tidak disampaikan secara langsung oleh penutur. jadi petani saja.
Representasi kekerasan simbolik bentuk Jujur teman-teman waktu saya
larangan dapat dilihat pada data kutipan tuturan dengar jawaban itu air mata saya
komika berikut : jatuh. Saya itu merenung, sekejam
1. “Suara seorang profesor dan suara apa negara kita sampai anak sekecil
seorang preman, sama-sama ini saja tidak berani untuk
dihitung satu. Suara orang yang bermimpi? Sekejam apa?”
memilih dengan analisa dan suara (Stand up comedy Abdur show 15)
orang yang memilih karena dibayar, Pada data di atas penutur menyatakan
sama-sama dihitung satu. keresahannya dalam bentuk pertanyaan.
Makanya teman-teman jangan ada Pertanyaan di atas diungkapkan penutur sebagai
yang Golput, karena kita yang di kritik terhadap pemerintah. Secara tidak
sini dan yang ada di rumah adalah langsung penutur menyatakan bahwa di negara
harapan Indonesia, agar orang-orang Indonesia anak-anak kurang mendapatkan
yang sudah gila sejak awal tidak perhatian dalam hal pengembangan bakat dan
terpilih di pemilu tahun ini” hobi.
(Stand up comedy Abdur show 6 Anak-anak harus mendapatkan perhatian
tema Pemilu) lebih sebagai generasi penerus bangsa, karena
Pada data di atas penutur menyatakan ajakan menurut penutur negara Indonesia belum
yang bermakna larangan. Makna pernyataan membebaskan generasi untuk bermimpi. Artinya
tersebut untuk melarang masyarakat yang ingin pemerintah harus turut andil dalam melihat
Golput, karena suara masyarakat sangat potensi setiap anak dan harus diwadahi.
diperlukan untuk menentukan pemimpin yang
tepat. Penutur berusaha mengungkapkan makna
bahwa tidak semua calon memiliki kemampuan 4.1.2 Strategi Kekerasan Simbolik
untuk memimpin oleh sebab itu masyarakat 1. Pengaburan Makna
harus menggunakan hak pilih dengan baik. Pengaburan merupakan representasi
Pada data di atas penutur juga ingin kekerasan simbolik yang makna kalimatnya
menegaskan bahwa sebagian orang-orang yang masih samar-samar atau tersembunyi.
mencalonkan diri dalam Pemilu memprioritaskan Pengaburan makna hanya akan diketahui jika
tujuan tertentu bukan kepentingan dan memiliki pemahaman mengenai simbol-simbol
kesejahteraan rakyat ketika telah terpilih nanti. dan makna bahasa. Berikut ini beberapa kutipan
oleh karena itu penutur mengajak rakyat tuturan komika dalam acara stand up comedy
9
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
yang terkandung kekerasan simbolik dengan hal yang sebenarnya, pengungkapannya
menggunakan strategi pengaburan makna. berlandaskan fakta yang dilebih-lebihkan atau
1. “Sang proklamator bersama Hatta tanpa bukti yang akurat namun informasi yang
membangun dengan semangat diungkapkan dapat diterima begitu saja oleh
pancasila dan terkenal dikalangan pendengar ataupun pembaca.
wanita. Ia pernah berkata mampu Berikut ini beberapa kutipan tuturan komika
goncangkan dunia dengan sepuluh dalam acara stand up comedy yang terkandung
pemuda tapi itu kurang satu untuk kekerasan simbolik dengan strategi pembelokan
team pemain sepakbola” tanda logika bias.
(Stand up comedy Abdur show 16) 1. “Barcelona memiliki taktik yang tidak
Representasi kekerasan simbolik pada data di dimiliki oleh club-club lain, tikitaka.
atas menggunakan strategi pengaburan makna Tikitaka adalah permainan dari kaki
yang bersifat implisit. Maksud dari implisit ke kaki, dari xavi ke iniesta, iniesta ke
adalah adanya penggunaan klausa “itu kurang messi, gol.
satu untuk team pemain sepakbola” yang berarti Dan sebenarnya Indonesia memiliki
menggunakan pernyataan yang tidak dinyatakan taktik juga, tapi ngak dimiliki sama
secara jelas atau terang-terangan. negara-negara lain, teka-teki. Karena
Penutur seolah-olah menyatakan bahwa dia juga ngak bakal tau mau ngopor
pernyataan presiden tidak akan terealisasi, kemana”
menggoncangkan dunia dengan sepuluh pemuda (Stand up comedy Prasteguh preshow
adalah hal yang mustahil terjadi bahkan 1)
pernyataan itu tidak dapat mengubah Indonesia Representasi kekerasan simbolik dalam data di
ke arah yang lebih baik. atas menggunakan strategi logika bias. Bentuk
2. “Ketika kalian melihat sepakbola kekerasan simbolik itu dapat diketahui dari kata
Indonesia nonton asli, itu kalian “teka-teki” yang dikatakan sebagai strategi tim
tujuannya nonton sepakbola pemain sepakbola di Indonesia. Permainan
Indonesia tapi disuguhkan olahraga sepakbola tim Indonesia dikatakan memiliki
lain kayak tinju, karate, bahkan taktik “teka-teki” karena ketika salah satu
taekwondo, bahkan bisa terjadi lari pemain ingin menendang atau mengopor bola,
maraton”. maka bola tersebut tidak mengarah pada tujuan.
(Stand up comedy Koji Berdasarkan penjelasan itu, terciptalah
preshow 1) istilah taktik teka-teki sebagai salah satu bentuk
Representasi kekerasan simbolik dalam data (5) kekerasan simbolik dengan logika bias karena
di atas menggunakan strategi pengaburan makna pengungkapannya berlandaskan fakta yang
yang bersifat implisit. Maksud dari implisit dilebih-lebihkan. Meskipun timnas Indonesia
adalah adanya penggunaan kalimat “disuguhkan belum mampu bersaing dalam ajang piala dunia,
olahraga lain kayak tinju, karate” yang bermakna namun timnas Indonesia dapat mengalahkan
terjadi baku pukul, “taekwondo” yang bermakna timnas dari negara lain dalam ajang sepakbola
salin tendang-menendang, “lari maraton” yang seAsia. Hal ini tentulah membuktikan bahwa
bermakna kejar-kejaran. Hal-hal itulah yang permainan sepakbola timnas Indonesia tidaklah
terjadi dalam stadiun baik antar sporter maupun seburuk ungkapan itu.
petugas keamanan bahkan antar pemain. 2. “16 tahun sudah kita tertatih dalam
Penutur seolah-olah ingin menegaskan reformasi, ditipu oleh para politisi yang
bahwa begitu memprihatinkan olahraga katanya berikan bukti bukan janji. Tapi
sepakbola yang terjadi di negara ini, ketika Begitu ada tangis suara minor di
melaksanakan pertandingan sepakbola maka pelosok negeri, mereka sibuk mencari
akan terjadi perkelahian. koalisi bukan solusi”.
(Stand up comedy Abdur show 6 tema
2. Logika Bias Pemilu).
Logika bias adalah suatu bentuk pemikiran Representasi kekerasan simbolik dalam data di
yang melenceng atau bertolak belakang dengan atas menggunakan strategi logika bias. strategi
10
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
kekerasan simbolik pada kalimat di atas Indonesia, mereka kan belum bisa
menyatakan bentuk kritikan terhadap kinerja bahasa Indonesia, buat apa diajarain
politikus yang janjikan bukti, bukti bahwa bahasa inggris”.
mereka akan mensejahterakan rakyat, tetapi (Stand up comedy Zawin show 10
“tangis suara minor di pelosok negeri” yang tema pekerjaan)
berarti masyarakat kecil yang sedang kesusahan Pada data di atas, representasi kekerasan
di daerah pelosok tidak mendapatkan bantuan simbolik yang terdapat pada kalimat tersebut
atau solusi atas kesusahan mereka. adalah adanya penilaian yang bias tentang
Bahkan “mereka sibuk mencari koalisi”, pendidikan namun tetap diungkapkan oleh
yang berarti para politisi hanya sibuk mengurusi penutur. Penutur mengungkapakan bahwa orang
urusan mereka sendiri yaitu mencari rekan dari yang memilih untuk fokus pada pendidikan
partai lain. Di sinilah letak kekerasan simbolik bahasa Indonesia adalah warga negara Indonesia
berbentuk logika bias karena pernyataan ini yang belum bisa berbicara menggunakan bahasa
tanpa bukti yang akurat. Indonesia atau orang yang masih belajar
menggunakan bahasa Indonesia. Penutur juga
3. Nilai Bias mengatakan bahwa dia bisa berbahasa Indonesia
Nilai bias merupakan bentuk strategi sehingga tidak perlu adanya pelajaran bahasa
kekerasan simbolik yang berkaitan dengan nilai- Indonesia karena hal itu hanya membuat
nilai yang dibelokkan, baik itu nilai moral, pendidikan di negara kita bertele-tele.
politik, sosial, dan hukum. Nilai bias dapat
dikatakan sebagai nilai yang melenceng namun V. KESIMPULAN DAN SARAN
tetap diungkapkan oleh penutur.
Berikut ini beberapa kutipan tuturan 5.1 Kesimpulan
komika dalam acara stand up comedy yang Berdasarkan penyajian hasil analisis data
terkandung kekerasan simbolik dengan dan pembahasan hasil penelitian mengenai
menggunakan strategi penilaian atau nilai bias: representasi kekerasan simbolik dalam wacana
1. “Nahkoda yang ketiga, sang wakil lisan stand up comedy pada bab empat, maka
yang naik tahta. Belum sempat pada bagian ini dapat disimpulkan bahwa
menjelajah samudera, ia terhenti di terdapat tuturan komika yang merepresentasikan
tahun pertama. dibaggakan di Eropa, kekerasan. Uraian mengenai data yang diperoleh
dipermainkan di Indonesia” sebagai berikut:
(Stand up comedy Abdur show 16) 1. Representasi bentuk kekerasan simbolik
Pada data (1) di atas, representasi dalam wacana lisan stand up comedy
kekerasan simbolik yang terdapat pada kalimat terwujud melalui penggunaan tuturan dalam
tersebut adalah adanya pernyataan yang bentuk (1) perintah, (2) permintaan, (3)
mengandung niali bias pada penggalan kalimat larangan, dan (4) pertanyaan.
“dipermainkan di Indonesia” bermakna mantan 2. Representasi strategi kekerasan simbolik
Presiden Habibi diperlakukan tidak baik oleh dalam wacana lisan stand up comedy
masyarakat Indonesia serta tidak menghargai menggunakan strategi (1) pemaknaan atau
kemampuan beliau. pengaburan makna, (2) pembelokan tanda
Penutur seolah-olah menegaskan bahwa atau logika bias, (3) penilaian atau nilai bias.
kemampuan mantan presiden Habibi Berdasarkan temuan tersebut dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh negara lain disimpulkan bahwa terdapat penggunaan
dalam pembuatan pesawat terbang namun di representasi kekerasan simbolik dalam wacana
Indonesia beliau tidak dihargai seperti di negara lisan stand up comedy. Kekerasan simbolik
Eropa, bahkan kemampuan beliau tidak dalam stand up comedy digunakan sebagai cara
dimanfaatkan oleh negaranya sendiri. penutur untuk menyampaikan gagasan dan
2. “Yang anehnya lagi anak-anak kritikan lewat komedi, sehingga sebagian orang
jurusan bahasa Indonesia itu ada mata yang dibicarakan tidak merasakan sebagai suatu
pelajaran bahasa inggris, buat apa? konfrontasi. Gagasan dan kritikan yang
Mereka kan pengen belajar bahasa diungkapkan penutur terkadang menyinggung,
menekan bahkan menjelek-jelekkan seseorang.
11
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
Bentuk dan strategi kekerasan simbolik Emy Rizka Fadilah. 2015. Humor dalam
merupakan cara penyampaian gegasan dengan Wacana Stand Up comedy Indonesia
maksud menyembunyikan tujuan sebenarnya. Season 4 di Kompas TV. (dalam jaringan)
HTTP://lib.unnes.ac.id/20262/
[29/04/2016, pukul 20:25 wita]
5.1 Saran Endaswara, S. 2006. Mistik Kejiwaan
Berdasarkan hasil penelitian yang (Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufis
dilakukan dan kesimpulan yang telah diuraikan, Mendalam Budaya Spiritual Jawa).
peneliti mengemukakan saran berikut: Yogyakarta: Narasi
1. Penelitian mengenai representasi kekerasan Lexy J. Moleong. 2010. Metode Penelitian
simbolik di media massa dapat dilanjutkan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
oleh peneliti lain agar lebih tuntas dalam Rosdakarya
mengemukakan representasi bentuk Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa:
kekerasan simbolik lainnya dan strategi Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
kekerasan simbolik yang digunakan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2. Mahasiswa dapat melakukan penelitian Nurul Hasfi. 2011. Kekerasan Simbolik
mengenai representasi kekerasan simbolik Terhadap Suku Jawa dalam Program TV
dalam media massa khususnya media massa “Hidup Ini Indah” di Trans TV. (dalam
elektronik (televisi, radio dan internet) jaringan)
dengan teori yang berbeda. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/forum
3. Komika dalam stand up comedy dapat /article/view/3157/2883 [12/04/2016,
menyampaikan gagasan dengan kemampuan pukul 14:09 wita]
berbahasanya sehingga dapat membuat Ramadhan, A. dkk (2013). Panduan Tugas Akhir
orang tertawa tanpa harus menjelek-jelekkan (SKRIPSI) & Artikel Penelitian. FKIP
orang lain. Universitas Tadulako Palu: Tidak
diterbitkan.
Risa Agustin. Kamus Lengkap Bahasa
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia. Surabaya: Serba Jaya
Roekhan. 2009. Kekerasan Simbolik dalam
Abdul Rani, Bustanul Arifin, Martutik. 2006.
Media Massa. Jurnal Disertasi, (dalam
Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa
jaringan) http://sastra.um.ac.id/wp-
dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia
content/uploads/2012/01/11-Roekhan.pdf
Publishing.
[12/04/2016, pukul 14:04 wita]
Abdul Syukur Ibrahim, 2006. Semiotik.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian
Surabaya: Airlangga University Press.
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Alex Sobur, 2009. Semiotika Komunikasi.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT.
Anang Santoso, 2006. Bahasa, Masyarakat, dan
Rineka Cipta
Kuasa: Topik-Topik Kritis dalam Kajian
Yoce Aliah Darma. 2009. Analisis Wacana
Ilmu Bahasa. Malang.
Kritis. Bandung: Yrama Widya.
Arum Pujiningtyas. 2015. Kekerasan Simbolik
pada Harian Radar Sulteng. Tesis
Ashadi Siregar. 1998. Bagaimana Meliputi dan
Menulis Berita untuk Media Massa.
Yogyakarta: Jalasutra
Bungin Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif:
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Peblik,
dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Chaer Abdul, Agustina Leonie. 2004.
Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
PT Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai