http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/kata/article/view/152
2. Ciri-ciri ragam ilmiah dalam fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa IPTEKS yang pertama
yaitu bersifat lugas. Maksudnya, yang akan diutarakan dikatakan saja secara langsung
dengan jelas, tepat, apa adanya, tidak berbelit-belit ataupun bertele-tele. Kedua, mematuhi
kaidah-kaidah gramatika. Artinya, kalimat-kalimat serta paragraf-paragraf sesuai dengan
kaidah-kaidah tata bahasa. Ketiga, daya guna kalimat-kalimatnya terpenuhi. Artinya, pesan-
pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kalimat-kalimatnya diterima pembaca dengan
tepat. Keempat, kosa kata yang digunakan sesuai dengan kaidah pemilihan kata (diksi) dan
istilah-istilah yang digunakan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni. Kelima,
menghindari kalimat-kalimat dari ketaksaan dan kesamaran. Artinya paragraf-paragrafnya
tidak memunculkan tafsir ganda. Keenam, terhindar dari makna kias dan figura bahasa.
Maksudnya kalimat-kalimat atau kata-katanya diharuskan bermakna lugas. Misalnya kata
buaya dalam ucapan buaya darat adalah bermakna kias; tetapi dalam ucapan buaya yang ada
di darat tidak bermakna kias, melainkan bermakna sebenarnya, yang disebut makna leksikal.
Ketujuh, mematuhi persyaratan penalaran. Maksudnya, secara semantik kalimat-kalimat
bersifat logis dan dapat diterima oleh akal sehat. Dan yang terakhir, mematuhi atau
menerapkan kaidah-kaidah ejaan yang berlaku saat ini yaitu PUEBI. Semua ciri itu harus
tampak terjalin pada setiap kalimat, setip paragraf atau pada karangan ilmiah itu seutuhnya.
https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/bahasa/article/view/1132/943
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tidak terlepas dari penggunaan bahasa. Bahasa dapat
membatu seseorang untuk berkomunikasi dengan orang disekitarnya, dengan bahasa pula seseorang
dapat mengungkapkan ide, gagasan serta pikiran mereka. Bahasa juga merupakan alat komunikasi
paling klasik yang digunakan Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang digunakan manusia untuk
menyampaikan ide dan perasaan kepada orang lain. Setiap negara memiliki satu bahasa yang
menjadi bahasa resmi atau bahasa nasional di negara tersebut. Bahasa juga merupakan identitas
suatu negara (Ekalestari, 2017). Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional menjadi identitas
negara untuk berkomunikasi dan dapat sebagai penyampai informasi. Pengunaan Bahasa yang baik
dan benar akan mempengaruhi kebenaran penyampaian suatu informasi. Dengan bahasa seseorang
dapat mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan keinginan dalam menyampaikan pendapat dan
informasi. Namun, sekarang ini pemakaian Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari mulai
bergeser digantikan oleh pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul.
Kebanyakan orang saat ini menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari untuk
berkomunikasi.
Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan pulau pulau, memiliki beragam bahasa pula meskipun
bahasa nasional yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Bahasa yang beragam ini misalnya
bahasa jawa, bahasa batam, bahasa sunda, dan lain-lain. Selain bahasa tersebut di indonesia saat ini
banyak menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul dalam bahasa sehari – hari. Pemakaian bahasa
Indonesia di zaman sekarang ini sudah banyak divariasikan dalam pengucapan pembicaraannya.
Penyampaian kata-katanya pun sudah tidak baku lagi, hal ini disebabkan oleh era globalisasi yang
berkembang pesat di Indonesia dengan pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia (termasuk
cara gaya bicaranya). Agar banyaknya ragam tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi yang efisien, dalam bahasa, timbul mekanisme untuk memilih ragam tertentu yang
cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar. Oleh karena itu, penutur harus mampu
memilih ragam bahasa yang sesuai dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.
Arus globalisasi tentu saja mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Pengaruh arus
globalisasi ini termasuk di dalamnya pendidikan, kebudayaan (termasuk di dalamnya bahasa), yang
sering mengutamakan penggunaan bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Seperti halnya bahasa
gaul yang disebut juga sebagai bahasa prokem merupakan bentuk ragam bahasa dari bahasa
nonformal yang digemari pemakai bahasa. Saat ini banyak di kalangan remaja yang menggunakan
bahsa gaul dalam bahasa –sehari – hari.. Bahkan para remaja ini mulai menciptakan bahasa –
bahasa gaul yang digunakan dikalangan mereka. Para remaja ini membuat bahasa Indonesia
menjadi bahasa gaul dengan cara memplesetkan bahasa Indonesia.
Sebenarnya bahasa gaul sendiri sudah ada sejak lama, namun penyebutan istilah bahasanya yang
berbeda. Awalnya bahasa gaul digunakan oleh kelompok – kelompok tertentu saja. Hanya
digunakan oleh beberapa kelompok tertentu karena tujuan awal adanya bahasa ini agar anggota
kelompok tersebut saja yang mengetahui maknanya. Setiap kelompok memiliki ciri khas bahasa
gaul mereka sendiri. Sehingga orang yang bukan anggota kelompok tersebut tidak mengetahui
makna bahasa yang mereka gunakan dalam berkomunikasi.
Bahasa gaul atau bahasa alay dapat dikatakan sebagai kode – kode taertentu yang hanya dimengerti
oleh segelintir orang saja. Bahasa gaul ini memunculkan istilah – istilah baru. Munculnya istilah
istilah baru ini dikarenakan adanya modifikasi dari bahasa Indonesia yang memiliki makna yang
dapat berbeda dengan makna asli bahasa Indonesia. Namun karena terlalu sering menggunakan
bahasa gaul ini mengakibatkan orang – orang yang tidak berada dalam kelompok tersebutakan
mengamati bahasa mereka. Mereka yang bukan anggota kelompok lama kelamaan akan mengerti
bahasa yang mereka gunakan karena kerap mendengar bahasa tersebut. Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut, agar pembahasan ini lebih terarah dan lebih jelas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Apa pengaruh bahasa alay dan gaul terhadap Bahasa Indonesia?
2. Apa faktor-faktor pendukung maraknya bahasa alay dan gaul di kalangan remaja?
3. Dampak apa saja yang ditimbulkan dari penggunaan bahasa alay dan gaul?
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian literatur review (tinjauan pustaka). Studi literature review
adalah cara yang digunakan untuk megumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada topik
tertentu yang bisa diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain.
Objek utama yang ditelaah pada penulusuran ilmiah ini adalah eksistensi prokem di tengah
modernisasi bahasa generasi milenia. Penelusuran artikel publikasi pada laman jurnal kebahasaan,
google scholar, portal garuda menggunakan kata kunci yang dipilih yakni : bahasa gaul.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode SLR (Sistematic Literature Review)
merupakan metode penelitian yang merangkum hasil atau temuan penelitian primer sebelumnya
untuk menyajikan fakta yang lebih komprehensif dan berimbang. Penelitian ini menggunakan
teknik PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analises) dalam
mengolah data. Adapun tahapan pada teknik kajian literatur PRISMA ini adalah mendefinisikan
kriteria kelayakan, mendefinisikan sumber informasi, pemilihan literatur, pengumpulan data,
pemilihan item data. Penelitain Literature Review ini menggunakan literatur terbitan tahun 2015-
2019 yang dapat diakses fulltext dalam format pdf. Kriteria jurnal yang direview adalah artikel
jurnal penelitian berbahasa Indonesia dengan objek data berupa bahasa prokem yang berkembang di
era generasi milenial.
Pengaruh bahasa alay dan gaul terhadap Bahasa Indonesia
Bahasa gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang mempunyai arti yang khusus, unik,
menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang
dari subkultur tertentu (Mulyana, 2015). Bahasa gaul adalah gaya bahasa yang merupakan
perkembangan atau modifikasi dari berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Indonesia sehingga
bahasa gaul tidak memiliki sebuah struktur gaya bahasa yang pasti (Ratna, 2016). Bahasa gaul
adalah ragam bahasa Indonesia nonstandard yang biasa digunakan pada tahun 1980-an hingga saat
ini menggantikan bahasa prokem yang lebih lazim digunakan pada tahun-tahun sebelumnya. Ragam
ini semula diperkenalkan oleh generasi muda yang mengambilnya dari kelompok waria dan
masyarakat pinggir lainnya. Ragam bahasa gaul tidak konsisten digunakan oleh penuturnya,
dikatakan sebagai bahasa musiman karena apabila suatu periode tertentu telah berlalu, maka bahasa
atau istilah tersebut tidak lagi digunakan atau dapat dikatakan bahasa itu mengikuti tren yang
sedang ada pada saat itu.
Bahasa gaul sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ragam ini
cenderung memilih ragam santai, sehingga tidak terlalu baku atau kaku. Ketidakbakuan tersebut
tecermin dalam kosa kata, struktur, kalimat, dan intonas. Bahasa gaul dalam perkembangannya saat
ini tidak memiliki rumusan tertentu, berbeda dengan bahasa gaul pada waktu dulu yang memiliki
rumus tertentu dalam pembentukan katanya. Penggunaan bahasa asing pun sering diucap oleh para
pemakai bahasa gaul saat ini karena mereka beranggapan bahwa penggunaan istilah bahasa asing
lebih bergengsi dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan zaman semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa
gaul terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penggunan tatanan
bahasanya. Penggunaan bahasa gaul paada kalangan remaja membawa pengaruh yang kurang baik
terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai indentitas nasional. Saat ini banyak di kalangan
masyarakat yang sudah memakai bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari mereka. Seolah-olah
tidak memahami bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahkan pengguna bahasa gaul
merambah ke ranah kalangan anak remaja. Seharusnya sebagai warga Negara Indonesia
menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat banyak digunakan di masyarakat.
Penggunaan bahasa gaul juga dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau
tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa gaul. Karena, bahasa gaul tidak masuk ke
dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan
menggunakan bahasa gaul. Karena bahasa gaul yang begitu mudah untuk digunakan berkomunikasi
dan hanya orang tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul, maka remaja lebih memilih untuk
menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga bahasa Indonesia semakin pudar
bahkan dianggap kuno di mata remaja dan juga menyebabkan turunnya derajat bahasa indonesia.
Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Terlalu banyaknya pengguna bahasa gaul dikalangan remaja membuat prihatin bangsa ini. Para
generasi muda yang diharapkan dapat memajukan bangsa dari segala aspek inilah yang harus
menjadi perbaikan bersama. Solusi yang dapat diberikan yaitu dengan menanamkan kecintaan
dalam diri mereka terhadap bangsa Indonesia terutama dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh
yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas
bangsa diantaranya sebagai berikut:
1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul.
Aktivitas berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau
generasi negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang lebih dalam,
mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya
sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan
pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti
pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku
masyarakat yang mulai meninggalkan Bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa
gaul.
2. Menurunnya Derajat Bahasa Indonesia.
Karena bahasa gaul yang begitu mudah untuk digunakan berkomunikasi dan hanya
orang tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul, maka remaja lebih memilih untuk
menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga bahasa Indonesia semakin
pudar bahkan dianggap kuno di mata remaja dan juga menyebabkan turunnya derajat bahasa
indonesia.
3. Menyebabkan punahnya Bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa gaul yang semakin marak di kalangan remaja merupakan sinyal
ancaman yang sangat serius terhadap bahasa indonesia dan pertanda semakin buruknya
kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Sehingga tidak dapat dipungkiri
suatu saat bahasa Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa gaul di masa yang akan
datang.
Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyrakat, seharusnya
kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional. Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat,
banyak sekali dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap
perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa, Berikut dampak positif dan
negatif dari penggunaan bahasa gaul:
Dampak Positif
1. Remaja lebih kreatif dalam menyampaikan opini yang disampaikan
Di masa globalisasi saat ini, banyak remaja yang menyampaikan opini menggunakan
bahasa gaul sehingga banyak dimengerti oleh kalangan masyarakat.
Dengan penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja ini lebih menimbulkan Rasa akrab
dengan teman sebayanya, karena berkomunikasi akan leluasa dan merasa lebih nyaman.
Dampak negatif
1. Bahasa Indonesia akan tergeser oleh bahasa gaul.
Generasi negeri ini, kian tenggelam dengan pudarnya Indonesia yang lebih dalam, mungkin
bahasa Indonesia akan semakin tersingkirkan sebagai bahasa nasional dan identitas
bangsa.
Bahasa gaul yang begitu mudah untuk digunakan saat berkomunikasi serta hanya orang
tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul itu, maka remaja lebih memilih untuk
menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari – hari sehingga bahasa Indonesia
dianggap kuno di mata remaja dan juga menurunnya derajat bahasa Indonesia.
4. Remaja menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
Dengan menggunakan bahasa gaul, remaja akan sulit mengerti penggunaan bahasa
Indonesia yang baku karena sudah terbiasa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
gaul.