Anda di halaman 1dari 9

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan

tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.

RINGKASAN
Kesenian madihin Banjar merupakan karya sastra yang dipentaskan dan berfungsi
sebagai penyajian estetis untuk penonton. Kesenian madihin adalah karya sastra daerah
masyarakat Banjar Kalimantan Selatan. Kesenian madihin biasanya dipentaskan dalam bahasa
Banjar. Pemakaian bahasa Banjar terjadi kemunduran terutama di kalangan generasi muda. Para
remaja dalam pergaulan sehari-hari tidak lagi menggunakan bahasa daerah, mereka akan
memilih bahasa Indonesia yang lebih praktis. Jadi, lenyaplah generasi pengguna bahasa daerah
itu.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk pemertahanan bahasa Banjar dan
mengungkap faktor sosial budaya yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Banjar. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam kajian ini, selain bentuk
pemertahanan bahasa Banjar tentu akan dipertimbangkan faktor sosial budaya yang
menyebabkan pemertahanan bahasa Banjar dalam pertunjukan kesenian madihin. Oleh sebab itu,
pengkajian masalah ini akan digunakan pendekatan sosiolingusitik. Adapun pendekatan
sosiolinguistik ini digunakan untuk menganalisis bentuk pemertahanan bahasa Banjar pada
pertunjukan kesenian madihin. Di samping itu, pendekatan sosiolinguistik juga tampak dalam
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Banjar.
Data dalam penelitian ini dijaring dengan menggunakan metode rekam, simak dan catat.
Data penelitian ini berupa penggalan wacana lisan yang terdapat dalam kesenian madihin. Data
yang diperoleh berupa 20 buah rekaman pementasan madihin yang diunduh dari youtube dalam
kurun waktu lima bulan yaitu pada bulan Maret 2020 sampai Juli 2020. Kemudian data yang
diperoleh itu ditranskripsikan dan memiliki beragam topik meliputi kehidupan sehari-hari.
Prosedur kerja yang dilaksanakan dalam tahap penyediaan data adalah sebagai berikut: a)
perekaman, b) penyimakan sumber data, c) transkripsi data, identifikasi data, dan e) pencatatan
data yang telah diperoleh ke dalam kartu data.
Analisis data dilakukan melalui dua prosedur, yaitu (1) analisis selama proses
pengumpulan data dan (2) analisis setelah pengumpulan data. Selain pendekatan sosiolinguistik,
dalam penelitian ini juga digunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif
digunakan karena penelitian ini berkaitan dengan data yang tidak berupa angka-angka, tetapi
berupa percakapan atau tuturan dalam kesenian madihin Banjar Perhitungan secara statistik pun
tidak dilakukan di dalam penelitian ini karena data penelitian ini tidak dikuantifikasi. Hasil yang
diharapkan dari penelitian ini adalah berupa buku kesenian madihin Banjar, luaran dari
penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan buku ber ISBN, tiga artikel di prosiding yang
terindeks pada database bereputasi dan artikel dipublikasikan di jurnal Internasional yang
terindeks pada database bereputasi. Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) penelitian ini
ditargetkan skala I pada tahun pertama, skala 2 pada tahun kedua dan skala 3 pada tahun ketiga.

Kata kunci maksimal 5 kata


Kesenian madihin; bahasa Banjar; sosiolinguistik
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan uraian
tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Bahasa bersifat dinamis dan mengalami perubahan. Perubahannya bisa terjadi pada
fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikon. Perubahan bahasa tidak hanya pengembangan dan
perluasan bahasa melainkan juga bisa berupa kemunduran. Salah satu bahasa daerah yang
mengalami kemunduran adalah bahasa Banjar. Bahasa Banjar adalah bahasa sehari-hari yang
digunakan oleh suku (etnis) Banjar untuk berkomunikasi dalam pergaulan. Suku atau etnis
Banjar mayoritas mendiami wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Bahasa ini terbagi menjadi
dua dialek yaitu bahasa Banjar Hulu dan bahasa Banjar Kuala (muara).
Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan banyak memiliki kesenian daerah diantaranya
adalah madihin. Madihin berasal dari kata ‘madah’ dalam bahasa Arab yang berarti ‘nasihat’,
atau ‘pujian’. Kesenian madihin merupakan syair yang mempunyai rima yang sama diakhir
kalimat. Hal itu senada dengan pendapat Sani yaitu kesenian madihin adalah sejenis puisi lama
dalam sastra Indonesia, karena kesenian madihin dibawakan atau dipentaskan dalam bentuk
syair-syair yang berasal dari kalimat akhir yang bersamaan bunyi [1, p. 80]. Rafiek mengatakan
bahwa madihin juga berasal dari bahasa Banjar, yaitu papadah atau dalam Bahasa Indonesia
berarti ‘nasihat’ atau ‘memberi nasihat’. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna dari
kata madihin itu adalah nasihat [2, p. 106].
Seniman madihin (pemadihinan) adalah orang memainkan atau membawakan Kesenian
madihin Banjar. Pemadihinan biasanya membawakan atau menuturkan madihin ini
menggunakan bahasa Banjar, karena hal inilah yang membuat menarik untuk diteliti dalam
rangka pemertahanan bahasa Banjar agar tidak punah. Kesenian madihin Banjar cukup dikenal
di Indonesia setelah dibawakan oleh John Tralala di TVRI pada era 1980-an.
Kesenian madihin Banjar ini menarik karena hal-hal berikut (1) belum ada peneliti
terdahulu yang meneliti tentang pemertahanan bahasa Banjar kesenian madihin dari sudut
pandang sosiolinguistik; (2) kesenian madihin dituturkan dalam bahasa Banjar (3) kesenian
madihin memiliki ciri khas sebagai lambang identitas internal dan lambang identitas eksternal
atau fitur pembeda suku Banjar dengan suku lain; dan (4) keberadaan kesenian madihin Banjar
sebagai lambang identitas internal dan lambang identitas eksternal terancam kelestariannya. Oleh
karena itulah, penelitian tentang kesenian madihin Banjar penting dilakukan.
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah bentuk
pemertahanan bahasa Banjar ?; dan (2) apa saja faktor sosial budaya yang mempengaruhi
pemertahanan bahasa Banjar dalam tuturan pertunjukkan kesenian madihin Banjar?
Penelitian tentang pemertahanan bahasa dalam kesenian madihin kajian dari sudut
pandang sosiolinguistik belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Selain belum pernah diteliti
dari aspek linguistik peneliti juga menargetkan untuk mendokumentasikan dan membukukan
hasil penelitian sebagai salah satu upaya menjaga kelestarian kesenian madihin dan
mempertahankan bahasa Banjar.
Tujuan khusus penelitian ini adalah pada tahun pertama dapat menghasilkan buku yang
ber ISBN, pada tahun kedua, tiga artikel di prosiding yang terindeks pada database bereputasi,
dan pada tahun ketiga, menghasilkan jurnal internasional terindeks pada database bereputasi.
Urgensi penelitian mengenai pemertahanan dalam kesenian madihin Banjar ini sangat
diperlukan saat ini mengingat belum adanya penelitian mengenai pemertahanan bahasa Banjar
dalam kesenian madihin ini di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan kontribusi
berupa inventarisasi dan pembukuan kesenian madihin Banjar yang hampir punah sehingga
bermanfaat sebagai rujukan ilmiah dan sekaligus menjaga kelestarian kesenian madihin Banjar
itu sendiri.
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dan peta
jalan (road map) dalam bidang yang diteliti. Bagan dan road map dibuat dalam bentuk
JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA

Pemertahanan Bahasa
Pemertahanan dan pergeseran bahasa adalah dua gejala bahasa yang saling terkait.
Pemertahanan bahasa adalah upaya untuk mempertahankan bahasa daerah, khususnya pada
bahasa Banjar dilihat dari segi penggunaan bahasa atau pilihan kata. Ramadania dan Arifin
menyatakan bahwa pemertahanan bahasa itu berkaitan erat dengan budaya, masyarakat dan
globalisasi [3, p. 90].
Sementara itu, Yulianti mengemukakan bahwa dalam pemertahanan bahasa, komunitas
secara kolektif memutuskan untuk terus menggunakan bahasa tersebut atau bahasa itu telah
digunakan secara tradisional [4, p. 52]. Selain itu, Yuniarti (2017:40) menyatakan bahwa
pemertahanan bahasa merupakan sikap berbahasa yang mendorong masyarakat mempertahankan
bahasanya dan mencegah adanya pengaruh bahasa lain [5, p. 40].
Pemertahanan bahasa pada umumnya bertujuan untuk mempertahankan budaya yang
berfungsi sebagai identitas kelompok atau komunitas, untuk mempermudah mengenali anggota
komunitas, dan untuk mengikat rasa persaudaraan sesama komunitas. Jadi, pemertahanan bahasa
terjadi apabila suatu masyarakat bahasa masih tetap mempertahankan penggunaan bahasanya.

Sosiolinguistik
Sosiolinguistik berasal dari dua unsur kata yaitu ‘sosio’ dan ‘linguistik’. Pengertian
linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa khususnya unsur-unsur bahasa (fonem, morfem,
kata, kalimat dan hubungan antar unsur-unsur itu (struktur) termasuk hakikat dan pembentukan
unsur-unsur itu. Unsur sosio seakar dengan sosial yaitu yang berhubungan dengan masyarakat.
Hai itu sejalan dengan pendapat Sumarsono yang menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah
kajian tentang bahasa yang dikaitkan kondisi kemasyarakatan [6, p. 1].
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dengan linguistik, dua
bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan erat. Sosiologi merupakan kajian yang objektif dan
ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di
dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi,
berlangsung, dan tetap ada.
Dengan mempelajari lembaga-lembaga, proses sosial dan segala masalah sosial di
dalam masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya
masing- masing di dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari tentang bahasa, atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisipliner yang
mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat [7, p. 2].
Dari uraian itu dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah antardisipliner yang mempelajari
bahasa dalam kaitannya dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan itu.
Selain sosiolinguistik ada juga digunakan istilah sosiologi bahasa. Banyak yang
menganggap kedua istilah itu sama, tetapi ada pula yang menganggapnya berbeda. Ada yang
mengatakan digunakannya istilah sosiolinguistik karena penelitiannya dimasukii dari bidang
linguistik, sedangkan sosiologi bahasa digunakan kalau penelitian itu dimasuki dari bidang
sosiologi.

Kesenian Madihin
Kesenian madihin adalah salah satu kesenian di daerah Banjar. Madihin merupakan
salah satu bentuk sastra lisan Banjar tradisional yang berbentuk tutur dan ungkapan. Syukrani
mengatakan bahwa madihin merupakan karya sastra dipentaskan mempunyai fungsi sebagai
penyajian estetis (tontotan) yang dinikmati penonton [8, p. 6]. Madihin berbentuk ungkapan
puisi, syair dan pantun bertipe hiburan yang dipertunjukkan (dipentaskan) dengan menggunakan
Bahasa Banjar. Biasanya di saat dipentaskan diiringi alunan musik alat musik gendang mirip
rebana yang terbuat dari kulit kambing dan kayu. Zaidan et al berpendapat bahwa madihin
adalah pembacaan puisi atau prosa dalam bahasa Banjar atau bahasa Indonesia dengan dialek
Banjar diiringi pukulan rebana [9, pp. 123–124]. Puisi yang dibacakan biasanya diciptakan
spontan dan bertema humor, pembangunan, kemasyarakatan, nasihat.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa madihin merupakan salah
satu bentuk sastra lisan tradisional masyarakat Banjar yang dipentaskan dengan menggunakan
bahasa Banjar berbentuk syair, puisi dan pantun dengan dilengkapi alunan musik alat musik
tradisional Banjar dalam pertunjukkannya dan disajikan sebagai tontotan masyarakat dalam
berbagai acara seperti acara pernikahan, hari jadi daerah, syukuran dan lain-lain.
Penelitian tentang pemertahahan bahasa telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
diantaranya yaitu: Fishman telah melakukan penelitian berjudul ‘Language Maintenance,
Language Shift, and Reversing Language Shift’. Dia membahas fenomena sosial dan proses
sosiolinguistik, pertama dari perspektif Amerika dan program kemudian dari perspektif
internasional dan teoritis [10]. Selain itu, dia juga membahas pemertahanan bahasa, yang
merupakan fokus yang memungkinkan baik dalam perencanaan status maupun bagian
perencanaan korpus dari setiap perencanaan bahasa yang sukses dan benar-benar bertujuan
memperkuat bahasa lebih lemah atau terancam secara kontekstual. Dalam penelitian ini juga
dibahas tentang fungsi penggunaan bahasa dari aspek pergeseran bahasa (RLS) bertujuan untuk
mencapai dan menambah transmisi bahasa ibu antargenerasi. Selanjutnya, di dalam penelitiannya
dibahas pula mengenai Graded Intergenerational Dislocation Scale (GIDS), yang merupakan
pendekatan secara konseptual untuk menggambarkan situasi dan menentukan langkah-langkah
perbaikan yang diperlukan, karena kebutuhan bahasa terancam setelah periode antargenerasi
dislokasi yang terkena dampak Barat.
Penelitian yang terfokus pada pemertahanan bahasa Jawa dilakukan oleh Mardikantoro
pada tahun 2016 yang berjudul ‘Pemertahanan Bahasa Jawa dalam Pertunjukan Kesenian
Tradisonal di Jawa Tengah’. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitiannya menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut: (1) bentuk pemertahanan bahasa Jawa dalam pertunjukan kesenian
tradisional di Jawa tengah meliputi bentuk prakata, tembang, doa, dan pantun dan (2) Faktor
penyebab pemertahanan bahasa Jawa dalam pertunjukkan kesenian tradisonal di Jawa Tengah
yakni upaya menjunjung tinggi budaya Jawa, daerah tempat tinggal atau pertunjukan,
keselarasann dengan gerak atau tari dan musik atau gamelan [11].
Selain itu, penelitian tentang pemertahanan bahasa dilakukan oleh Yuniarti et al pada
tahun 2017 dalam disertasinya yang berjudul ‘Pemertahanan Bahasa Bali Aga pada Ranah
Keluarga Di Desa Belantih, Kintamani, Bali’. Temuan penelitiannya adalah sikap penutur
terhadap bahasa Jawa kromo di Solo cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan sikap
penutur bahasa Jawa Kromo di Yogya [5]. Secara keseluruhan dari semua kelompok pada semua
wilayah pengamatan menunjukkan sikap penutur bahasa yang cenderung negatif dengan
persentase kurang dari 40 %. Dengan hasil persentase itu, dia menyimpulkan bahwa keberadaan
bahasa Jawa Kromo di Solo dan Yogya tidak menunjukkan kecenderungan yang positif dalam
hubungannya dengan upaya pemertahanan bahasa.
Selanjutnya, Prasetya et al pada tahun 2020 melakukan penelitian yang berjudul
‘Pemertahanan Bahasa Dayak Kenyah di Kota Samarinda.’. Hasil penelitiannya adalah
ditemukan adanya upaya-upaya yang dilakukan masyarakat Dayak Kenyah di Kota Samarinda
sebagai wujud pemertahan Bahasa daerah Dayak Kenyah [12]. Temuan penelitian berupa: (1)
faktor keluarga, (2) faktor pergaulan, (3) faktor intensitas komunikasi, (4) faktor kegiatan, dan
(5) faktor keinginan dalam pemertahanan bahasa. Kesimpulan dalam penelitian ini lebih
menitikberatkan pada kepedulian dan kontribusi pelbagai lapisan masyarakat etnis Dayak
Kenyah khususnya di Kota Samarinda terhadap bahasa daerah yang dimiliki.

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir
dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan.
Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan
penelitian yang diusulkan.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dikaji melalui dua pendekatan penelitian, yaitu pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis.
Secara teoretis, digunakan pendekatan sosiolinguistik. Adapun pendekatan sosiolinguistik ini
digunakan untuk menganalisis bentuk pemertahanan bahasa Banjar pada pertunjukan kesenian
madihin. Di samping itu, pendekatan sosiolinguistik juga tampak dalam analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Banjar. Sementara itu, secara metodologis digunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Sugiyono menyatakan bahwa metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna [13, p. 14]. Makna
adalah data yang dijumpai dalam kenyataan dan bersifat pasti yang merupakan suatu nilai
dibalik data yang tampak. Sehubungan dengan hal itu dipilih pendekatan kualitatif deskriptif
dimana yang dikumpulkan berupa pendapat, tanggapan, informasi, konsep-konsep, dan
keterangan yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan masalah.
Data dalam penelitian ini dijaring dengan menggunakan metode rekam, simak dan catat.
Data penelitian ini berupa penggalan wacana lisan yang terdapat dalam kesenian madihin.
Prosedur kerja yang dilaksanakan dalam tahap penyediaan data adalah sebagai berikut: a)
perekaman, b) penyimakan sumber data, c) transkripsi data, identifikasi data, dan e) pencatatan
data yang telah diperoleh ke dalam kartu data.
Analisis data dilakukan melalui dua prosedur, yaitu (1) analisis selama proses
pengumpulan data dan (2) analisis setelah pengumpulan data. Selain pendekatan sosiolinguistik,
dalam penelitian ini juga digunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif
digunakan karena penelitian ini berkaitan dengan data yang tidak berupa angka-angka, tetapi
berupa percakapan atau tuturan dalam kesenian madihin Banjar Perhitungan secara statistik pun
tidak dilakukan di dalam penelitian ini karena data penelitian ini tidak dikuantifikasi.
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah instrumen
panduan menyimak dan panduan wawancara. Dalam metode simak, terdapat dua jenis dalam
teknik simak, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar berupa teknik
penyadapan, yaitu peneliti menyadap penggunaan bahasa seseorang. Adapun teknik lanjutan
dalam teknik simak adalah simak bebas libat cakap (SBLC). Teknik simak bebas libat
cakap (SBLC) adalah teknik pengumpulan data dengan cara peneliti tidak ikut serta dalam
pembicaraan [14, pp. 204–205]. Teknik rekam dan teknik catat digunakan sebagai cara
memperoleh data dalam penelitian ini. Kedua teknik ini dilakukan secara bersamaan dengan
teknik simak bebas libat cakap. Adapun peta rencana penelitian ini meliputi: (1) Proses
identifikasi bahasa Banjar dalam kesenian madihin, (2) Menelusuri penelitian mengenai
pemertahamam bahasa yang sudah dilakukan sebelumnya, (3) Membuat konsep penelitian, (4)
Membuat desain penelitian, dan (5) Membuat draf buku mengenai bahasa Banjar kesenian
madihin. Selain peta rencana itu, ketua peneliti juga membuat roadmap penelitian, sebagaimana
tampak pada gambar diagram alir berikut:
Dalam penelitian ini, ketua peneliti bertugas:
a. Bertanggung jawab pada proses penelitian
b. Memeriksa dan membantu proses penelitian dari awal sampai akhir.
c. Memeriksa dan pembuatan isi laporan dan kesimpulan penelitian
d. Bertanggung jawab atas hasil penelitian.
e. Memastikan proses tahapan peneliti berjalan sesuai alur
f. Memeriksa analisis kebutuhan dan desain penelitian.
Sedangkan, tugas anggota peneliti adalah sebagai berikut:
a. membantu ketua peneliti selama penelitian berlangsung,
b. membantu menyelesaikan laporan penelitian hingga selesai,
c. konsentrasi pada analisis bentuk pemertahanan bahasa Banjar dan mengungkap faktor
sosial budaya yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Banjar,
d. membantu dan mengarahkan pemilahan data selama penelitian sesuai dengan analisis
dan desain penelitian.

Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL

Tahun ke-1
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan Proposal Penelitian
2. Pengumpulan data
3. Analisis Isi
4. Verifikasi dan trianggulasi data
5. Pembuatan buku hasil penelitian
6. Publikasi buku hasil penelitian

Tahun ke-2
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pembuatan artikel konferensi internasional
2. Konferensi internasional prosiding 1
3. Konferensi internasional prosiding 2
4. Konferensi internasional prosiding 3

Tahun ke-3
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pembuatan artikel jurnal internasional
2. Pengiriman artikel jurnal internasional
3. Penerbitan artikel jurnal internasional

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA
[1] M. B. Z. Sani, “Kesenian Madihin di Banjarmasin Kalimantan Selatan dalam Tinjauan
Aksiologi dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Karakter,” J. Imaji, vol. 15, no. 1, pp.
80–96, 2017, [Online]. Available: https://journal.uny.ac.id/index-
.php/imaji/article/view/14452/pdf.
[2] M. Rafiek, “Pantun Madihin: Kajian Ciri, Struktur Pementasan, Kreativiti Pemadihinan,
Pembangunan dan Pembinaannya di Kalimantan Selatan,” J. Pendidik. Bhs. melayu;
Malay Lang. Educ., vol. 2, no. 2, pp. 106–117, 2012, [Online]. Available:
http://journalarticle.ukm.my/-5725/.
[3] F. Ramadania and J. Arifin, “Semiotika Kultural Dalam Pemertahanan Bahasa Pada Acara
Babalai Suku Dayak Paramasan,” J. Tarb. J. Ilm. Kependidikan, vol. 7, no. 2, pp. 87–92,
2018, [Online]. Available:
https://journal.uny.ac.id/index.php/imaji/article/view/14452/pdf.
[4] W. Yulianti, “Pemertahanan Bahasa Jawa di Wilayah Solo-Yogya,” J. Kandai, vol. 9, no.
1, pp. 49–58, 2013, [Online]. Available:
https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kandai/article/view/282/0.
[5] N. L. Yuniarti, M. Budiarsa, and N. L. N. S. Malini, “Pemertahanan Bahasa Bali Aga pada
Ranah Keluarga Di Desa Belantih, Kintamani, Bali,” Udayana University, 2017.
[6] Sumarsono, Sosiolinguistik, Cetakan Ke. Yogyakarta: Lembaga Studi Agama, Budaya dan
Perdamaian (SABDA), 2008.
[7] A. dan L. A. Chaer, Sosiolinguistik, Cetakan Ke. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
[8] M. Syukrani, Deskripsi Madihin. Banjarmasin: Kanwil Departemen, 1994.
[9] A. R. Zaidan, Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka, 2000.
[10] J. A. Fishman, The handbook of bilingualism and multilingualism, Second Edi. 2013.
[11] H. B. Mardikantoro, “Pemertahanan Bahasa Jawa dalam Pertunjukan Kesenian Tradisonal
di Jawa Tengah,” LITERA, vol. 15, no. 2, pp. 269–280, 2016, [Online]. Available:
https://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/view/11828.
[12] H. D. Prasetya, K. H., Subakti, H., & Septika, “Pemertahanan Bahasa Dayak Kenyah di
Kota Samarinda,” Diglosia J. Kaji. Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, vol. 3, no. 3,
2020.
[13] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta, 2011.
[14] Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press, 2015.

Anda mungkin juga menyukai