Anda di halaman 1dari 8

ISTILAH-ISTILAH KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

MELAYU ASAHAN: KAJIAN ETNOLINGUISTIK

Rina Hayati Maulidiah


Universitas Asahan
Email: rinahayati.maulidiah@gmail.com

Abstract: The development of increasingly advanced times and the inclusion of foreign
culture have an impact on the waning of a culture that affects the problem of language.
The mindset of people who tend to be dynamic results in the community not participating
in preserving their respective regional languages. The use of language by the speakers
means and refers to an event, an action, an object and a situation. Events that occur are
discussed with language as the intermediary of the speaker. The purpose of this study is
to find terms that are often used in the everyday life of Malay Malay people in the form of
(1) monomorfemis, (2) polymorphism, to preserve local wisdom and explain the language
terms that arise in the preservation of the language used by the Malay people in their
daily lives. This study uses an ethnolinguistic approach in theory, and a qualitative
descriptive approach methodologically. The data analyzed in the form of fragments of
speech that is used to express terms that are often used by Malay people asahan to
preserve the local wisdom of the Malay people asahan. The results of this study indicate
data that contains (1) the form of monomorphemic units (2) the form of polymorphemic
units.
Keywords: Terms, Local Wisdom, Asahan Malay, and Ethnolinguistic Studies

Abstrak: Perkembangan zaman yang semakin maju dan masuknya budaya luar
berdampak pada memudarnya suatu budaya yang berpengaruh terhadap masalah
kebahasaan. Pola pikir masyarakat yang cenderung dinamis mengakibatkan masyarakat
kurang berpartisipasi dalam melestarikan bahasa daerahnya masing-masing. Penggunaan
bahasa oleh masyarakat penuturnya bermakna dan mengacu pada suatu peristiwa,
tindakan, benda dan keadaan. Peristiwa yang terjadi direlisasikan dengan bahasa sebagai
perantara penuturnya. Tujuan penelitian ini untuk menemukan istilah-istilah yang sering
digunakan dalam keseharian masyarakat melayu asahan dalam bentuk (1) monomorfemis,
(2) polimorfemis. untuk melestarikan kearifan lokal dan memaparkan istilah bahasa yang
muncul dalam pelestarian bahasa yang digunakan masyarakat melayu asahan dalam
kesehariannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik secara teoretis, dan
pendekatan deskriptif kualitatif secara metodologis. Data yang dianalisis berupa
penggalan tuturan yang digunakan untuk mengungkapkan istilah-istilah yang sering
digunakan masyarakat melayu asahan untuk melestarikan kearifan lokal masyarakat
melayu asahan. Hasil penelitian ini menunjukkan data yang mengandung (1) bentuk
satuan monomorfemis (2) bentuk satuan polimorfemis.

Kata kunci: Istilah-istilah, Kearifan Lokal, Melayu Asahan, dan Kajian Etnolinguistik

PENDAHULUAN
Bahasa sejatinya merupakan dipertemukan dengan realita
penanda identitas suatu bangsa, keajaiban silang budaya yang mampu
bahkan tidak semata penanda, meretas ruang dan waktu. Pada jejak
melainkan juga sebagai anasir utama sejarah itulah, kita menemukan
pembentuk karakter normatif sebuah makna tentang hakekat kebangsaan
komunitas bangsa. Menelusuri jejak yang sejatinya serumpun. Fakta
sejarah bahasa, kita akan tentang masyarakat multikultural dan

Jurnal Komunitas Bahasa, Vol, 7. No. 1, April 2019 39


perjumpaan lintas budaya, memberi Etnolinguistik merupakan
kejelasan hikmah tentang ―pesan dari ilmu yang menelaah bahasa bukan
masa silam‖ yang harus dirawat hanya dari struktur semata, tetapi
dalam nuansa kekinian. lebih dari pada fungsi dan
Penggunaan bahasa oleh pemakaiaannya dalam konteks
masyarakat penuturnya bermakna situasi social budaya. Sementara
dan mengacu pada suatu peristiwa, menurut Kamus Besar Bahasa
tindakan, benda dan keadaan. Indonesia (2001), etnolinguistik
Peristiwa yang terjadi direlisasikan merupakan cabang linguistik yang
dengan bahasa sebagai perantara menyelidiki hubungan antara bahasa
penuturnya. Dalam ruang lingkup dan masyarakat yang belum
masyarakat pada umumnya mempunyai tulisan, dengan demikian
menjadikan bahasa sebagai sarana bahasa memegang peranan penting
menyampaikan pikiran dan gagasan dalam sejarah kehidupan manusia.
yang mengiring pada sebuah Kajian etnolinguistik tidak terbatas
tindakan. Bahasa dipahami sebagai pada bahasa suku bangsa yang tidak
sistem perlambangan yang secara mempunyai tulisan, tetapi yang
arbiter dibentuk atas unsur-unsur sudah mempunyai tulisan pun bisa
bunyi ucapan manusia dan digunakan dikaji. Crystal (1987) menyebutkan
sebagai sarana berkomunikasi bahwa etnolinguistik adalah sebuah
manusia. Di Indonesia terdapat cabang ilmu linguistik yang
beragam bahasa daerah yang menelaah, mempelajari ragam bahasa
mewakili banyaknya suku-suku terkait dengan keseluruhan peringkat
bangsa atau etnis. Salah satu cikal– variable ekstra linguistik dimana
bakal bahasa Indonesia adalah terdapat basis social dari komunikasi
bahasa melayu. yang dapat diidentifikasi.
Bicara tentang bahasa tentu Kridalaksana (2001: 52),
membutuhkan sebuah kajian khusus etnolinguistik adalah (1) cabang
untuk dapat memahaminya karena linguistik yang menyelidiki
bahasa tidak lepas dari masyarakat hubungan antara bahasa dan
penuturnya. Situasi, kondisi adat masyarakat pedesaan atau
istiadat semua dapat memengaruhi masyarakat yang belum mempunyai
perubahan dan perkembangan tulisan, bidang ini disebut juga
bahasa. Kajian linguistik terhadap linguistik antropologi (2) cabang
bahasa yang digunakan manusia linguistik antropologi yang
tampak tidak ada hentinya, hal ini menyelidiki hubungan bahasa dan
disebabkan karena bahasa terus sikap bahasawan terhadap bahasa,
mengalami perubahan dan salah satu aspek etnolinguistik yang
perkembangan sesuai dengan sangat menonjol ialah masalah
perkembangan pola pikir manusia relativitas bahasa. Kridalaksana
pada zamannya. Objek kajian (2001: 187) menyebutkan relatifitas
linguistik pun semakin melibatkan bahasa adalah salah satu pandangan
berbagai aspek seperti istilah-istilah, bahwa bahasa seseorang menentukan
kosakata, struktur/bentuk bahasa, pandangan dunianya melalui kategori
satuan lingua, makna, maksud, asal gramatikal dan klarisikasi semantik
usulnya pelestariannya, dan yang ada dalam bahasa itu dan yang
penggunaannya. dikreasi bersama kebudayaan.
Senada sengan pendapat

Jurnal Komunitas Bahasa, Vol, 7. No. 1, April 2019 40


kridalaksana, sudaryanto (1996: 7) bahasa internasional, yang
mengemukakan bahwa etnolinguistik menyebabkan penggunaan bahasa
adalah ilmu yang meneliti seluk- daerah mulai memudar. Masyarakat
beluk hubungan aneka pemakaian seolah dihantui kebodohan yang
bahasa dengan pola kebudayaan. hakiki apabila tidak menguasai
Dengan demikian dapat disimpulkan bahasa asing, sehingga tingkat
bahwa etnolinguistik adalah ilmu penggunaan bahasa Indonesia dan
yang mempelajari tentang seluk- bahasa asing semakin meningkat
beluk hubungan aneka pemakaian sedangkan pengunaan bahasa daerah
bahasa melalui masyarakat dan menurun drastis. Hal senada
budaya, dari sinilah peranan disampaikan oleh Kepala Pusat
etnolinguistik sangat penting dalam Pengembangan dan Perlindungan
pengkajian budaya. Badan Pengembangan dan
Salah satu keterampilan Pembinaan Bahasa Kementerian
berbahasa yang mampu mengaitkan Pendidikan dan Kebudayaan
antara bahasa dan kearifan lokal menyebutkan penurunan bahasa
adalah keterampilan menulis. Salah daerah dalam dua puluh tahun
satu warisan local yang harus kita terakhir, proses pembentukan dan
lestarikan adalah penggunaan bahasa. perubahan terus berlangsung
Di zaman yang super millenial saat disebabkan oleh dua hal, yaitu a)
ini penggunaan bahasa daerah sudah dinamika internal sebagai hasil dari
mengalami penurunan, hal ini interaksi antar unsur kebudayaan dan
dikarenakan masyarakat penuturnya antara unsur-unsur kebudayaan
sudah berahlifungsi mengguakan tersebut dengan lingkungan
bahasa sesuai kebutuhan pasarnya. sekitarnya dan b) adanya pengaruh-
Pada masa setelah kemerdekaan dan pengaruh eksternal yang terjadi
setelah diproklamirkannya sumpah karena semakin meningkatnya
pemuda yang salah satu ayatnya, kemajuan teknologi komunikasi dan
tepatnya ayat ketiga berbunyi ―Kami perubahan global di berbagai aspek
Poetera dan Poeteri Indonesia, kehidupan. Menghadapi
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, kekhawatiran tersebut pemerintah
Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan mengeluarkan semboyan ―Utamakan
Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa
Persatuan, Bahasa Indonesia).‖ Ayat Daerah dan Pelajari Bahasa Asing‖.
inilah yang telah mematri rakyat Semboyan tersebut menegaskan
Indonesia untuk mencintai bahasa bahwa peringkat bahasa daerah
persatuan yaitu bahasa Indonesia dari berada di level kedua setelah bahasa
sabang sampai maroke. Akibat rasa Indonesia dan tingkat bahasa asing
kecintaan terhadap penggunaan cukup sebagai pengetahuan saja.
bahasa Indonesia yang sudah meluas Berbicara tentang bahasa
keseluruh lapisan masyarakat maka kita akan disuguhkan pada
Indonesia, sehingga penggunaan berbagai istilah-istilah dan bentuk
bahasa ibu (yang lebih dominan kata yang sering dipergunakan dalam
adalah mengunakan bahasa daerah) keseharian masyarakat. Istilah
sudah mulai memudar terutama merupakan perkataan yang khusus
dikalangan masyarakat terpelajar. mengandung arti yang tertentu
Terlebih lagi masuknya dilingkungan sesuatu ilmu
bahasa asing yang mengatasnamakan pengetahuan, pekerjaan atau

Jurnal Komunitas Bahasa, Vol, 7. No. 1, April 2019 41


kesenian (Poerwadarminta, 1976: dan menjelaskan suatu fenomena.
388). Setelah kita mengumpulkan Metode pengumpulan data dalam
beberapa istilah tersebut selanjutnya penelitian ini menggunakan metode
kita akan menekankan pada bentuk, simak atau penyimakan atau metode
yaitu monomorfemis. Bentuk pengumpulan data dengan menyimak
monomorfemis (monomorphemic) penggunaan bahasa (Sudaryanto,
terjadi dari satu morfem. Morfem 1993: 133). Penelitian ini
merupakan satuan terkecil yang menggunakan pendekatan
meknanya secara relatif stabil dan etnolinguistik secara teoretis, dan
yang tidak dapat dibagi atas bagian pendekatan deskriptif kualitatif
bermakna yang lebih kecil, dengan secara metodologis Peneliti juga
demikian Monomorfemis adalah mengunakan teknik pustaka, teknik
kata-kata yang hanya terdiri dari satu simak, dan teknik catat. Teknik
morfem. Contoh bentuk rumah, batu, pustaka adalah teknik yang
satu, dua, di, ke, dari, pada, yang, mengunakan sumber-sumber tertulis
karena , maka. Bentuk-bentuk untuk memperoleh data (Iskandar,
tersebut adalah satuan gramatik 2009: 64). Metode simak adalah
terkcil yang tidak dapat dibagi lagi metode yang digunakan untuk
atas satuan lingual bermakna yang memperoleh data dengan menyimak
lebih kecil.(kridalaksana, 1993:148) penggunaan bahasa. teknik simak
Salah satu bentuk apresiasi merupakan cara yang digunakan
adalah kemampuan menganalisis dan untuk memperoleh data yaitu dengan
menulis. Menulis adalah kegiatan cara menyimak penggunaan bahasa
untuk menghasilkan tulisan. Tulisan (Mahsun, 2007 : 29). Metode ini
adalah sesuatu yang diahasilkan digunakan untuk mendapatkan data
akibat kegiatan proses kreatif lisan, yaitu data berupa alih kode
penulisannya. Dengan kata lain, hasil yang terjadi pada masyarakat tutur
gagasan dalam bahasa tulis yang melayu Asahan. Teknik catat
dapat dibaca dan dimengerti oleh merupakan teknik lanjutan yang
masyarakat pembaca (Nurudin, 2007: dilakukan ketika telah menerapkan
4). Menulis memiliki banyak sekali metode simak yaitu dengan mencatat
manfaat diantaranya adalah (1) data yang diperoleh dari informan
Meningkatan kecerdasan, (2) (Muhammad, 2014: 218),
Mengembangan daya inisiatif dan pemerolehan data dengan mencatat
kreativitas, (3) Menumbuhan kata atau kalimat yang berkaitan atau
keberanian, (4) Mendorong kemauan dibutuhkan dari penutur.
dan kemampuan mengumpulkan
informasi. Menulis memiliki banyak PEMBAHASAN
sekali manfaat bukan hanya berguna (1) Monomorfemis
bagi si penulis namun sangat Monomorfemis mencakup semua
bermanfaat bagi si pembaca dalam kata yang tergolong kata dasar
mengasah kreatifitas dan bentuk tunggal alam istilahistilah
keterampilan khusus menulis sesuatu kearifan lokal masyarakat melayu
terutama menulis puisi. asahan dengan pengertian bahwa
morfem itu dapat berdiri sendiri,
METODE bermakna dan tidak terikat dengan
Metode merupakan cara morfem lain. Dengan kata lain, kata
mendekati, mengamati, menganalisa tersebut belum mengalami proses

Jurnal Komunitas Bahasa, Vol, 7. No. 1, April 2019 42


morfologis atau belum mendapat istilah yang termasuk bentuk
tambahan apapun, belum diulang, monomorfemis adalah sebagai
dan belum digabungkan. Adapun berikut.

Bentuk Monomofemis Arti dalam Bahasa Indonesia


Perigi Sumur = sumber air buatan, dengan cara menggali
tanah.
Pokak Tuli = tidak dapat mendengar
Pelosu Malas = tidak mau bekerja atau mengerjakan
sesuatu
Okap Rakus = suka makan banyak dengan tidak memilih
Cak Coba = untuk menghaluskan suruhan atau ajakan
Kedekut Pelit = orang yang tidak seka memberi
Cemano Bagaimana = kata Tanya untuk menanyakan cara,
perbuatan
Kombur Cerita = tuturan yang membentangkanterjadinya
suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya)
Togap Besar = lebih dari ukuran sedang; lawan dari kecil
Muko Wajah = bagian depan dari kepala; roman muka;
muka
Mentel Genit = bergaya-gaya (tingkah lakunya); banyak
tingkahnya
Ondak Ingin = hendak; mau; berhasrat
Odan Saya = aku
Budak Anak – anak = manusia yang masih kecil
Bosar Besar = lebih dari ukuran sedang
Mogah Bahagia = keadaan atau perasaan senang dan
tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan)
Mopen Angkutan umum= transportasi = pengangkutan
barang oleh berbagai jenis kendaraan sesuai dengan
kemajuan teknologi
Galon Pom bensin = tempat untuk mengisi bahan bakar
kendaraan bermotor/mobil
Gilo Gila = sakit ingatan (kurang beres ingatannya);
sakit jiwa (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak
normal)
Ghumah Rumah = bangunan untuk tempat tingga
Bengak Bodoh = tidak lekas mengerti; tidak mudah tahu
atau tidak dapat (mengerjakan dan sebagainya)
Menggek Manja = gejala yang normal pada anak-anak usia
antara 4—6 tahun untuk selalu memperoleh
perhatian orang tua atau lingkungannya terhadap
diri sendiri,
Nyonyak Nyenyak = tidak ingat apa-apa lagi (ketika tidur);
sukar dibangunkan (dijagakan); lelap; pulas
Sunge Sungai = aliran air yang besar (biasanya buatan
alam)

Jurnal Komunitas Bahasa, Vol, 7. No. 1, April 2019 43


Hajab Bahaya = yang (mungkin) mendatangkan
kecelakaan (bencana, kesengsaraan, kerugian, dan
sebagainya)
Hambus Pergi = meninggalkan (suatu tempat):
Kerabu Anting-anting = perhiasan telinga yang
digantungkan pada cuping telinga
Dogil Keras kepala = perhiasan telinga yang digantungkan
pada cuping telinga
Tapak Tempat = sesuatu yang dipakai untuk menaruh
(menyimpan, meletakkan, dan sebagainya); wadah;
bekas

(2) Polimorfemis menganalisi bentuk polimorfemis


Pendataan istilah-istilah yang sering dipakai dikalangan
bentuk Polimorfemis yaitu kata yang masyarakat melayu asahan dan arti
merupakan bentuk kompleks, atau kata dalam bahasa Indonesia. Bentuk
terdiri dari satuan yang lebih kecil. polimorfemis meliputi: (1)
Kata polimorfemis dapat diartikan pengimbuhan atau penambahan
sebagai kata yang terdiri lebih dari afiksasi, (2) pengulangan atau
satu morfem. Polimorfemis reduplikasi, dan (3) pemajemukan.
merupakan hasil dari proses Adapun kata-kata yang termasuk
morfologis. Meneliti akan dalam bentuk polimorfemis adalah

Polimorfemis Arti Bahasa Indonesia


Betandang Bertemu = bentuk (1) prefiks (ber) (temu) yang
artinya berjumpa/bersua
Bosenandong Bernyanyi = bentuk (1) prefiks (ber) (nyanyi) yang
artinya mengeluarkan suara bernada; berlagu
(dengan lirik atau tidak)
Betujah Pukul-pukulan = bentuk (2) pengulangan yang
memiliki akhiran (sufik) (pukul-pukul) (an)
Betuah Beruntung = bentuk (1) prefiks (ber) (untung)
artinya bernasib baik; mujur
Beseloro Bergurau = bentuk (1) prefiks (ber) (gurau) artinya
berkata-kata untuk main-main saja; berkelakar;
berjenaka
Berondok Bersembunyi = bentuk (1) prefiks (ber) (sembunyi)
artinya berlindung atau melindungkan diri supaya
tidak terlihat
Bekombur Bercerita = bentuk (1) prefiks (ber) (cerita)
menuturkan cerita
Melunjak Menjadi-jadi = bentuk (2) pengulangan yang
memiliki akhiran (prefiks) (men) (jadi-jadi)
bertambah hebat (banyak, besar, keras, dan
sebagainya)
Menggelatuk Gemetaran = bentuk (1) sufiks (gemetar) (an)
artinya bergetar anggota badan karena ketakutan

Jurnal Komunitas Bahasa, Vol, 7. No. 1, April 2019 44


(kedinginan dan sebagainya); menggigil karena
ketakutan dan sebagainya
Mencagil Mengganggu = bentuk (1) prefiks (meng) (ganggu)
menggoda; mengusik
Pambongak Pembohong = bentuk (1) prefiks (pem) (bohong)
tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya)
yang sebenarnya
Pinomat Setidaknya = bentuk (1) berkombinasi afiks (se)
(tidak) (nya) artinya paling tidak/mesti
Tagolak Tertawa = bentuk (1) prefiks (ter) (tawa) ungkapan
rasa gembira, senang, geli, dan sebagainya dengan
mengeluarkan suara (pelan, sedang, keras) melalui
alat ucap
Melalak Jalan-jalan bentuk (2) pengulangan (jalan) (jalan)
bersenang-senang dengan berjalan kaki (untuk
melepas ketegangan otot, pikiran, dan sebagainya)
Tesodak Tercekik bentuk (1) prefiks (ter) (cekik) artinya
tertelan makanan yang keras hingga tersangkut di
kerongkongan; termengkelan;

SIMPULAN kombur, togap, muko, mentel,


Berdasarkan penelitian ondak, odan, budak, bosar,
diperoleh hasil analisis data bentuk mogah, gallon, gilo, ghumah,
monomorfemis dan polimorfemis bengak, menggek, nyonyak,
yang derdasarkan kearifan lokal sunge, hajab,hambus, kerabu,
masyarakat melayu asahan. Simpulan dogil, tapak.
yang dapat dirumuskan adalah 2. Polimorfemis
penggunaan istila-istilah bahasa Bentuk polimorfemis
dengan menekankan pada bentuk meliputi: (1) pengimbuhan
monomorfemis dan polimorfemis atau penambahan afiksasi, (2)
adalah sebagai berikut: pengulangan atau reduplikasi,
1. Monomorfemis dan (3) pemajemukan
Monomorfemis mencakup diantaranya adalah:
semua kata yang tergolong betandang, bosenandong,
kata dasar bentuk tunggal betujah, beseloro, berondok,
alam istilahistilah kearifan bekombur, melunjak,
lokal masyarakat melayu menggelatuk, mencagil,
asahan diantaranya adalah pambongak, pimomat,
perigi, pokak,pelosu, okap, tagolak, melalak, tasodak.
cak, kedekut, cemano,

DAFTAR PUSTAKA

Crystal, David. 1987. The cambridge Departemen Pendidikan Nasional.


Encyclopedia of Language. 2001. Kamus Besar Bahasa
Cambridge: Cambridge Indonesia. Jakarta: Diknas
University Press

Jurnal Komunitas Bahasa, Vol, 7. No. 1, April 2019 45


Harimurti Kridalaksana. 2001.
Kamus Linguistik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Iskandar. 2009. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Rineka Cipta
Koentjaraningrat. (1993). Metode-
metode Penelitian
Masyarakat. Jakarta,
Indonesia: PT. Gramedia.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian
Bahasa. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Nurudin. 2007. Dasar-dasar
Penulisan. Malang: UMM
Press
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka
Tehnik Analisis Bahasa (
Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara
Linguistik). Yogyakarta :
Duta Wacana University
Press
W. J. S. Purwadarminta. 1976.
Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Jurnal Komunitas Bahasa, Vol, 7. No. 1, April 2019 46

Anda mungkin juga menyukai