Anda di halaman 1dari 8

SASTRA BANDINGAN SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR DALAM

PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING
Mardin Syahputra Zai Program Studi Teknologi Informasi, Falkultas sains dan teknologi,
Unifersitas Nias Email : mardinzai034@gmail.com

ABSTRAK
Sastra dan cerita rakyat merupakan bagian dari budaya sebuah komunitas. Karena
sastra adalah produk dari komunitas, itu berfungsi sebagai representasi dari budaya dan
masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, kemiripan cerita rakyat antara Timun Mas di
Indonesia dan Momotaro di Jepang menarik untuk penyelidikan lebih lanjut, terutama dengan
mempertimbangkan pemahaman lintas budaya. Belajar BIPA memerlukan pemahaman lintas
budaya. Anda dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang hubungan lintas budaya
jika Anda menggunakan kesusastraan sebagai simbol budaya. Sastra bandingan dapat
membantu dalam hal ini. Ini sejalan dengan jenis sastra bandingan di mana karya literatur
dibandingkan satu sama lain. Berdasarkan praktik pembelajaran BIPA dengan siswa dari
Jepang, tulisan ini bertujuan untuk memberikan

ABSTRAC
Literature and folklore are part of the culture of a community. Because literature is a
product of a community, it serves as a representation of the culture and society around it.
Therefore, the similarities in folklore between Timun Mas in Indonesia and Momotaro in Japan
are interesting for further investigation, especially taking into account cross-cultural
understanding. Learning BIPA requires cross-cultural understanding. You can gain a better
understanding of cross-cultural relationships if you use literature as a cultural symbol.
Comparative literature can help with this. This is in line with the type of comparative literature in
which works of literature are compared with each other. Based on BIPA learning practices with
students from Japan, this paper aims to provide

Kata Kunci: Cerita Rakyat; Pembelajaran BIPA; Sastra Bandingan; Bahan Ajar.

PENDAHULUAN

Revolusi industri 4.0 adalah era digital di mana semua mesin terhubung ke internet atau
cyber system. Situasi ini menghasilkan perubahan sosial yang signifikan. Industri 4.0
mencakup peningkatan daya saing melalui peralatan pintar, penggunaan data lokasi upah
tinggi, efisiensi energi, produksi, perubahan demografik, dan sumber daya di kota-kota (Heck &
Rogers, 2014). Saat ini, arus lalu lintas global tidak hanya dirasakan dalam pertukaran barang
dan jasa antara negara, tetapi juga menyentuh banyak aspek kehidupan manusia, seperti
pendidikan, yang menunjukkan kemajuan bangsa. Kesiapan perguruan tinggi untuk
menyediakan program pembelajaran bagi mahasiswa asing dianggap sebagai tantangan dan
peluang strategis untuk kemajuan institusi, bahkan kemajuan bangsa, dalam konsep perguruan
tinggi kelas dunia. Selain itu, kesiapan ini merupakan salah satu komponen yang diukur.
Ini terbukti oleh tingginya yang kuat untuk mendukung
keinginan siswa asing untuk belajar di pemahaman lintas budaya.
Indonesia, terutama bahasa Indonesia.
Menurut Patdono Suwignjo, Direktur Bahasa Indonesia sangat
Jenderal Kelembagaan IPTEK DIKTI, diminati oleh siswa asing. Bahan ajar
Direktorat Pembinaan Kelembagaan yang tersedia di pasar, bagaimanapun,
Perguruan Tinggi telah menerbitkan tidak mendukung hal ini (Ulumuddin &
6.967 surat izin belajar sepanjang tahun Wismanto, 2014, hlm. 15). Akibatnya,
2016 (Kemenristekdikti, 2017). Program sangat penting untuk menyeimbangkan
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing minat siswa asing dengan materi
(BIPA) menempati urutan pertama dari pelajaran yang tersedia. Fenomena ini
lima program studi peminatan yang menunjukkan bahwa implementasi
tersedia untuk mahasiswa asing. Hal ini strategi kebudayaan sangat penting
tidak terlepas dari fakta bahwa bahasa untuk keberhasilan Program Bahasa
memainkan peran strategis dalam Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).
memahami kebudayaan negara yang Menurut Danandjaja (2007), cerita
sedang dipelajari. akibat logis yang rakyat dalam kesusastraan berfungsi
membuat program studi ini sangat sebagai sarana yang kuat untuk
penting dalam persaingan global (Cakir, mendukung pemahaman lintas budaya
2006). dalam pembelajaran BIPA.

Pembelajar bahasa Indonesia Dalam penelitian ini, gagasan


semakin meningkat karena pengaruh tersebut terwadahi dalam konsep sastra
BIPA di seluruh dunia. Meskipun bandingan, yang menekankan
demikian, perbedaan budaya dan adat pemanfaatan lintas budaya dari karya
istiadat memberikan tantangan khusus sastra yang berasal dari dua negara
bagi siswa asing yang belajar bahasa atau lebih. Dalam konteks ini, penelitian
Indonesia (Arumdyah-sari, 2016). Ini ini menggunakan sastra bandingan
menunjukkan bahwa penyelenggara untuk menyelidiki kemiripan cerita
program BIPA di berbagai perguruan rakyat dari dua negara, Indonesia dan
tinggi di Indonesia akan menjalani ujian Jepang, sebagai alternatif bahan ajar
khusus. yang menggabungkan ikatan
persaudaraan budaya untuk
Minat siswa asing terhadap mendukung pembelajaran BIPA. Cerita
bahasa Indonesia cukup besar. Namun, rakyat yang berasal dari akar budaya
bahan ajar yang tersedia di pasar tidak mereka sendiri dianggap sebagai
mendukung hal ini (Ulumuddin & simbol budaya. Beberapa cerita rakyat
Wismanto, 2014, hlm. 15). Karena itu, Indonesia dan Jepang, seperti Timun
dibutuhkan untuk menyeimbangkan Mas dan Momotaro, menunjukkan hal
minat siswa asing dengan bahan ajar ini.
yang tersedia. Berdasarkan fenomena
ini, keberhasilan program Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)
sangat bergantung pada penerapan
strategi kebudayaan. Salah satu upaya
untuk mencapai hal ini adalah
menggunakan sastra bandingan untuk
mendorong pemahaman lintas budaya
dalam pembelajaran BIPA. Menurut
Danandjaja (2007), cerita rakyat dalam
kesusastraan berfungsi sebagai sarana
Sastra bandingan digunakan Salah satu jenis sastra yang
dalam penelitian ini untuk meningkatkan paling umum adalah cerita rakyat, yang
pengetahuan tentang pemahaman menyampaikan nilai-nilai moral, tradisi
lintas budaya. Ruskhan (2007), yang budaya, dan etika sosial dari generasi
mempertimbangkan kemungkinan ke generasi. Selalu ada kesamaan
penggunaan keberagaman budaya dalam hal nilai, pesan moral, dan
Indonesia sebagai materi pengajaran masalah manusiaan universal di antara
bahasa Indonesia bagi penutur asing perbedaan geografis dari perbedaan
(BIPA), adalah salah satu studi sosial, budaya, politik, dan bahasa
sebelumnya yang menyelidiki masalah suatu negara (Tarakcioglu, 2008, hlm.
ini. Penelitian ini menekankan bahwa 6; Mahayana, 2010, hlm. 84). Karena
kemampuan pengajar BIPA sangat itu, cerita rakyat dapat digunakan
penting untuk menyediakan materi ajar sebagai subjek untuk penelitian sastra
yang menarik. Pengenalan dan bandingan. Penelitian sastra bandingan
pembelajaran bahasa Indonesia melalui adalah jenis penelitian kontemporer
sastra, terutama cerita rakyat, sebagai yang dapat menggambarkan identitas
bahan ajar pendukung akan lebih hidup kebudayaan suatu negara dengan
dan menarik, dan akan memberikan tujuan meningkatkan pemahaman lintas
warna yang berbeda dibandingkan budaya, terutama dalam konteks
dengan materi inti yang biasanya pendidikan (Skulj, 2000, hlm. 5; Paige,
bersifat formatif (Alaini dan dkk., tanpa tahun). Pada dasarnya,
Lestariningsih, 2014, hlm. 1). Dengan penelitian sastra bandingan dapat
demikian, menurut Rahman dan Bahtiar menggunakan pemahaman lintas
(2018, hlm. 16), cerita rakyat dan budaya, atau cross-cultural, untuk
pantun dapat digunakan sebagai bahan menganalisis fenomena kesusastraan
ajar dalam pembelajaran BIPA yang dengan menggunakan pendekatan
dapat membuat pembelajar merasa interdisipliner. Terlepas dari diskusi
terhibur. Menurut penelitian yang tentang sastra dunia, berbicara tentang
dilakukan oleh Kusmiatun (2018, hlm. sastra bandingan (Saussy, 2014, hlm.
27), cerita rakyat mewakili sejarah 60; Fordick, 2014, hlm. 474). Penelitian
masyarakat setempat, yang ini menggunakan dokumentasi dua
memungkinkan siswa BIPA untuk cerita rakyat dari Indonesia dan Jepang
melihat budaya Indonesia melaluinya. untuk menggambarkan kemiripan
Ini membuka ruang untuk penelitian budaya dengan gagasan tertentu yang
lebih lanjut tentang bagaimana seorang dapat memperkuat pembelajar BIPA.
pengajar BIPA dapat memahami
strategi pembelajaran BIPA, terutama Ini tidak mengganggu prinsip
melalui cerita rakyat (Suyitno, 2017). dasar sastra bandingan, yang bekerja
Studi menunjukkan bahwa cerita rakyat dalam dua cara. Pertama, sastra
sangat penting untuk menjembatani bandingan membandingkan sastra dan
pemahaman lintas budaya pembelajar kehadiran bahasa suatu bangsa atau
BIPA. Ini membantu mereka memahami lintas negara. Kedua, sastra bandingan
secara menyeluruh latar belakang mengungkap perbandingan sastra
budaya bahasa yang dipelajari (bahasa dengan bidang ilmu tertentu. lain dalam
Indonesia). Namun, belum ada bidang seperti antropologi, filsafat, dan
penelitian yang menyoroti kemiripan sosiologi (Zepetnek, 1998, hlm. 13;
cerita rakyat di antara dua negara, Damono, 2011). Dalam praktiknya,
terutama Indonesia dan Jepang.Karena kajian sastra bandingan menggunakan
itu, penelitian ini dapat melengkapi pendekatan khusus untuk menganalisis
penelitian sebelumnya. karya sastra berdasarkan wacana dan
kandungannya. Bascom (1954)
mengatakan bahwa cerita rakyat menceritakan kisah, sastra bandingan
melakukan empat hal untuk juga dapat digunakan untuk
masyarakat: pertama, mereka berfungsi menunjukkan perbedaan budaya yang
sebagai sistem proyeksi (projective ada di dalam cerita. Menurut
system), yang mencerminkan angan- Koentjaraningrat (2015, hlm. 2), ada
angan kelompok; kedua, mereka tujuh unsur kebudayaan: sistem religius
berfungsi sebagai alat untuk dan upacara keagamaan; sistem
mengesahkan pranata-pranata dan organisasi dan masyarakat; sistem
lembaga kebudayaan; ketiga, mereka pengetahuan; sistem bahasa; sistem
berfungsi sebagai alat untuk mengajar seni; sistem mata pencaharian hidup;
anak-anak (pedagogical device); dan dan sistem teknologi dan peralatan.
keempat, mereka berfungsi sebagai alat METODOLOGI PENELITIAN
untuk memaksa dan pengawas untuk Penelitian ini menggunakan
memastikan bahwa kebiasaan pendekatan deskriptif kualitatif (Ratna,
masyarakat akan dipatuhi setiap orang 2010) untuk
di sana. Selain memiliki tujuan untuk
mendeskripsikan data dari cerita berusia 17 tahun adalah dasar dari
rakyat, yang merupakan bagian dari skenario aktan utama. Subjek Timun
disiplin studi bandingan sastra Mas berusaha menyelamatkan diri dari
(Zepetnek, 1998). Kajian ini berfokus objek Raksasa. Timun Maspun
pada dua cerita rakyat: Timun Mas dari mencoba melarikan diri dengan bekal
Indonesia dan Momotaro dari Jepang. yang diberikan Mbok Rondo, yang
Di antara langkah-langkah penelitian ini terdiri dari biji mentimun, jarum, garam,
adalah sebagai berikut: pertama, dan terasi, yang berfungsi sebagai
membaca secara kritis kedua karya penolong. Bekal yang diberikan nenek
tersebut; kedua, memahami struktur digunakan untuk melawan raksasa.
kedua cerita tersebut berdasarkan teori Raksasa sangat kuat dan kuat, dan
yang relevan; ketiga, menyandingkan hampir saja menangkap Timun Mas.
persamaan dan perbedaan antara Namun, Timun Mas berhasil
kedua cerita tersebut berdasarkan teori mengalahkan raksasa berkat bekal dari
yang relevan; dan keempat, mencari Mbok Rondo. Tambahan pula, skema
subjek alternatif untuk dipelajari. aktan tambahan 1 berubah dari
keinginan Mbok Rondo untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki seorang anak yang
Pembelajaran BIPA dengan siswa
berfungsi sebagai pengirim. Keinginan
dari Jepang dapat menggunakan
pengetahuan tentang pemahaman Mbok Rondo dipenuhi dengan bantuan
lintas budaya melalui perbandingan dua Penolong, Rak-sasa, yang memberinya
cerita rakyat Indonesia dan Jepang. biji mentimun ajaib yang dapat
Cerita Timun Mas dan Momotaro diberikannya kepada seorang anak.
dipaparkan secara ringkas di sini. Subjek—Mbok Rondo—menanam biji
1. Analisis Struktur Cerita Rakyat
mentimun tersebut. Biji itu
Timun Mas dan Momotaro
menghasilkan buah mentimun besar
a. Struktur Cerita Rakyat Timun Mas
Jalan cerita Timun Mas didasarkan berwarna keemasan dengan seorang
pada skema aktan yang dikembangkan anak perempuan di dalamnya. Namun,
oleh AJ Greimas. Ada satu skema aktan Raksasa memberi syarat, atau
utama dan dua skema aktan tambahan. penghalang, sebelum memberikan biji.
Perjanjian raksasa dan Mbok Rondo Setelah anak itu berusia 17 tahun,
untuk memberikan anaknya untuk
Mbok Rondo harus menyerahkannya
dijadikan santapan (pengirim) setelah
kepada Raksasa sebagai santapan. Selama perjalanannya ke Pulau
Mbok Rondo segera menyetujui Raksasa, Momotaro bertemu dengan
persyaratan tersebut. Mbok Rondo hewan seperti anjing, monyet, dan
burung pegar. Ketiga hewan tersebut
percaya bahwa hal yang paling penting
memiliki kibidango yang sama. Hewan
ialah keinginannya untuk memiliki anak tersebut kemudian pergi bersama
dapat dipenuhi oleh penerima. Momotaro ke Pulau Raksasa
Meskipun demikian, alur cerita (penolong). Setelah tiba di Pulau
Momotaro terdiri dari satu skema aktan Raksasa, ketiga hewan membantu
utama dan dua skema aktan tambahan. dalam menyerang para raksasa. Hingga
Skema aktan utama berpusat pada akhirnya, Momotaro berhasil
keinginan Momotaro untuk mengalahkan penerima, atau raksasa.
menyelamatkan desa dari kejahatan Raksasa membuat janji bahwa mereka
para pengirim, atau raksasa. Subjek tidak akan melakukan hal jahat lagi dan
Momotaro berusaha mengalahkan para mengganggu keamanan desa. Untuk
raksasa di Pulau Raksasa. Kakek dan Skema Akta TambahanSatu, keinginan
Nenek Momotaro memberinya sepasang suami istri, Kakek dan Nenek
kibidango, yang berarti penolong. untuk memiliki seorang
anak yang merupakan pengirim. Salah merupakan karakter utama dalam cerita
satu hari, nenek subjek mencuci di ini. Ia digambarkan berani dan suka
sungai. Nenek menemukan buah persik makan. Tokoh Kakek, yang bekerja
yang besar tanpa diduga. Nenek sebagai pencari kayu di hutan, sangat
bergegas ke rumah dengan buah persik menyayangi Momotaro. seperti Nenek,
dan memberi tahu Kakek. Kakek, yang yang mencucui bajunya di sungai setiap
merupakan penolong, segera hari. Selain itu, dia sangat mencintai
membagikan buah persik. Ternyata ada Momotaro. Anjing, Monyet, dan Burung
seorang anak laki-laki di dalam buah Pegar membantu Momotaro melakukan
persik, yang membuatkakek dan nenek pembasmian raksasa. Bekerja sama,
sangat terkejut. Pada akhirnya, mereka menyerang monster. Raksasa
keinginan Kakek dan Nenek untuk dalam cerita Momotaro memiliki sifat-
memiliki keturunan akhirnya terwujud. sifat buruk, seperti raksasa di Timun
Cerita Timun Mas terdiri dari Timun Mas. Dalam kisah ini, monster suka
Mas, Mbok Rondo, dan Raksasa, merampok dan menculik orang-orang di
dengan Timun Mas sebagai tokoh desa Baik Timun Mas maupun
utama yang cantik dan menarik. Buah Momotaro berfokus pada masa lalu,
mentimun adalah sumbernya. Ia sekarang, dan masa depan. Di Timun
digambarkan sebagai orang yang baik Mas, rumah, desa, hutan, Bukit Gandul,
hati, pemberani, dan pantang ladang mentimun, hutan bambu, lautan,
menyerah, sementara Mbok Rondo dan lautan lumpur. Di Momotaro,
adalah janda tua yang senantiasa rumah, desa, hutan, sungai, padang,
mencari kayu di hutan. Dia selalu gunung, pantai, Pulau Gunung Batu,
menyukai timun mas dari kecil hingga dan Pulau Raksasa. Latar sosial kedua
dewasa. Ini yang membuatnya cerita adalah kehidupan masyarakat
melanggar janjinya kepada raksasa. pedesaan dekat hutan. Satu berada di
Raksasa, di sisi lain, digambarkan Indonesia, yang lain di Jepang. Tema
sebagai makhluk yang menakutkan, tradisional kebenaran dan keadilan
kadang-kadang baik hati, pemarah, dan mengalahkan kejahatan ditemukan
rakus. Namun, Momotaro, Kakek, dalam cerita Timun Mas dan Momotaro.
Nenek, Anjing, Monyet, Burung Pegar, Ini adalah salah satu pernyataan tema
dan monster adalah tokoh-tokoh dalam yang dianggap tradisional karena telah
cerita Momotaro. Momotaro juga digunakan sejak lama dan dapat
ditemukan dalam berbagai jenis cerita, kejahatan. Hal tersebut salah satu
termasuk cerita kuno (Nurgiyantoro, pernyataan tema yang dipandang
2013, hlm. 125). memiliki sifat tradisional, yakni telah
Latar waktu yang ditampilkan lama dipergunakan dan dapat
dalam cerita Timun Mas dan Momotaro ditemukan dalam berbagai cerita,
terdiri atas masa lalu, masa kini dan termasuk cerita lama (Nurgiyantoro,
masa depan. Latar tempat yang 2013, hlm. 125).
ditampilkan dalam cerita Timun Mas ter-
diri dari rumah, desa, hutan, Bukit Perbandingan Cerita Rakyat
Gandul, ladang mentimun, hutan Timun Mas dan Momotaro
bambu, lautan, dan lautan lumpur. Perbandingan cerita rakyat Timun Mas
Sedangkan latar tempat yang dan Momotaro dapat ditilik melalui
ditampilkan dalam cerita Momotaro persamaan dan perbedaan dari fungsi
ialah rumah, desa, hutan, sungai, cerita dan unsur budaya yang
padang, gunung, pantai, Pulau Gunung terkandung dalam kedua cerita rakyat
Batu, dan Pulau Raksasa. Adapun latar tersebut.
sosial kedua cerita tersebut ialah Fungsi Cerita dalam cerita Timun Mas
kehidupan masyarakat di pedesaan dan Momotaro
yang dekat dengan hutan. Bedanya, Fungsi cerita yang terkandung dalam
satu terletak di Indonesia, satunya di cerita Timun Mas yang merujuk pada
Jepang. empat aspek yang dikemukakan oleh
Cerita Timun Mas dan cerita Momotaro Bascom (1954) ialah (1) sebagai suatu
mengusung tema tradisional berupa sistem
kebenaran dan keadilan mengalahkan
proyeksi, cerita Timun Mas mencerminkan angan-angan
menggambarkan angan-angan masyarakat Jepang mengenai keinginan
masyarakat Indonesia untuk mempunyai untuk memiliki anak, keinginan melihat
anak, keinginan untuk senantiasa anak tumbuh besar, sehat, dan kuat,
bersama anak, keinginan untuk mene- kekhawa- tiran orang tua terhadap
pati janji, rasa ingin melindungi anak, kepergian anaknya, dan keinginan untuk
dan keinginan untuk mendapat menolong orang lain; (2) sebagai alat
pertolongan dari orang lain; (2) sebagai pengesahan kebudayaan, cerita
alat pengesahan kebudayaan, cerita Momotaro menonjolkan perwujudan
Timun Mas menon- jolkan pelestarian lingkungan desa yang aman dan tentram
lingkungan, terutama hutan dan laut.; (3) serta pelestarian lingkungan, terutama
sebagai alat pendidikan anak, melalui laut; (3) sebagai alat pendidikan anak,
cerita Timun Mas, anak diajarkan agar cerita Momotaro mengajarkan anak
selalu berdoa pada Tuhan, ber- bakti tentang kasih sayang, saling berbagi,
pada orang tua, pantang menyerah, saling menolong, keberanian, pantang
keberanian, saling tolong menolong, dan menyerah, dan kebaikan akan selalu
kebaikan akan selalu menang melawan menang melawan kejahatan; (4)
kejahatan.; (4) sebagai pemaksa sebagai pemaksa berlakunya norma-
berlakunya norma-norma sosial, serta norma sosial, serta sebagai alat
sebagai alat pengendalian sosial, cerita pengendalian sosial, cerita Momotaro
Timun Mas menggambarkan tentang menggambarkan tentang adanya sanksi
adanya hukuman yang akan diterima yang akan diterima jika seseorang
jika seseorang berbuat jahat atau ingin melanggar norma atau melakukan
mencelakai orang lain. Sementara kejahatan.
fungsi cerita yang ter- kandung dalam
cerita Momotaro ialah: (1) sebagai suatu
sistem proyeksi, cerita Momotaro
Berdasarkan pemaparan fungsi pentingnya seorang anak dalam sebuah
cerita Timun Mas dan Momotaro, keluarga. Sistem mata pencaharian
tampaklah persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam cerita ialah pencari
cerita tersebut. Persamaan fungsi kayu. Adapun sistem peralatan yang
kedua cerita tersebut adalah sama- ditemukan dalam cerita Timun Mas
sama menggambarkan angan-angan berupa pisau untuk membelah
orang tua yang sudah lanjut usia betapa mentimun, dan senjata melawan
pentingnya memiliki anak, sikap saling raksasa berupa mentimun, jarum,
tolong menolong, keberanian, garam, dan terasi. Sementara unsur-
mengajarkan bahwa kebaikan akan unsur kebudayaan yang terkandung
selalu menang melawan kejahatan, dan dalam cerita Momotaro mengandung tiga
menunjukkan adanya sanksi atau unsur budaya, yaitu sistem organisasi
hukuman yang akan diterima jika kemasya- rakatan, sistem mata
sesorang melanggar norma yang berlaku pencaharian, dan sistem peralatan.
pada masyarakat. Adapun perbedaan Sistem organisasi kemas- yarakatan
fungsi kedua cerita tersebut ialah cerita Jepang pada zaman dahulu
Timun Mas menggambarkan pentingnya digambarkan berupa pentingnya
melestarikan hutan, dan pengajaran kehadiran seorang anak dan kedudukan
agar selalu berdoa dan meminta pada seorang anak laki-laki dalam suatu keluarga.
Tuhan yang Maha Esa. Sedangkan Sistem mata pencaharian yang ditampilkan
dalam cerita Momotaro menggambarkan berupa pencari kayu. Dan sistem peralatan
betapa pentingnya saling berbagi, dan yang digunakan dalam cerita ini berupa
mengisahkan perjuangan seorang anak pisau, kibidango (kue khas Jepang yang
laki-laki yang ingin melindungi desanya. terbuat dari tepung beras), dan haregi
(salah satu jenis kimono Jepang).
2. Unsur-unsur Budaya dalam
cerita Timun Mas dan Momotaro Ada persamaan dan perbedaan antara
Unsur-unsur budaya yang terdapat cerita Timun Mas dan Momotaro
dalam cerita rakyat Timun Mas berupa berdasarkan elemen kebudayaan. Tokoh
sistem religi, sistem organisasi utama dalam kedua cerita ini sama-sama
kemasyarakatan, sistem mata berasal dari dalam buah dan dibelah
pencaharian, dan sistem peralatan. dengan pisau. Kedua cerita tersebut
Sistem religi yang ditunjukkan ialah menunjukkan betapa pentingnya memiliki
ketika Mbok Rondo mengucapkan anak di keluarga. Kedua karakter utama
syukur kepada Tuhan atas keselamatan berhasil mengalahkan raksasa karena
Timun Mas. Selain itu, ditunjukkan juga bekal atau barang yang diberikan nenek
pada zaman dahulu kepercayaan mereka. Selain itu, kedua karakter
masyarakat Indonesia terhadap hal gaib. menunjukkan keberanian dan kesetiaan.
Seorang pertapa diyakini mampu
Dari segi pekerjaan, kedua cerita
membantu dengan memberikan benda-
menunjukkan bahwa tokoh Nenek dan
benda yang memiliki kekuatan gaib Hal
Kakek bekerja sebagai pencari.
ini menunjukkan dinamisme, yakni
kepercayaan bahwa segala sesuatu
mempunyai tenaga atau kekuatan yang
dapat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan usaha manusia dalam
mempertahankan hidup (Badan
Pengem- bangan Bahasa dan
Perbukuan, 2016). Sistem
kemasyarakatan Indonesia yang
ditampilkan dalam cerita berupa
kayu di hutan. Adapun perbedaannya ialah pemahaman yang lebih baik tentang budaya
kedua tokoh utama dalam cerita sama- yang mereka pelajari.
sama keluar dari buah, tetapi dari jenis buah
yang berbeda. Timun Mas berasal dari DAFTAR PUSTAKA
mentimun, sedangkan Momotaro berasal
dari buah persik. Selain itu, cara Arwansyah, Y. B., Suwandi, S., & Widodo, S.
mendapatkan buah tersebut pun berbeda. T. (2015). Pembelajaran Bahasa
Momotaro ditemukan mengalir di sungai Indonesia Bagi Penutur. ELIC: Education
and Language Internasional Conference
sedangkan Timun Mas didapatkan dengan
Proceedings, 1, 915–920.
cara menanam biji mentimun itu sendiri.
Halimah, Yulianeta, S. U. B. S. (2019). Sastra
Keduanya sama-sama mengalahkan raksasa
Bandingan Sebagai Alternatifbahan Ajar
dengan latar belakang yang berbeda. Dalam Pembelajaranbahasa Indonesia
Momotaro memosisikan dirinya sebagai Bagi Penutur Asing (Bipa).
penyerang yang datang ke pulau raksasa. Proceedings2.Upi.Edu, 2655–1780, 10.
Sedangkan Timun Mas memosisikan dirinya http://proceedings2.upi.edu/index.php/rik
untuk bertahan hidup agar tidak dimakan sabahasa/article/view/852/768
oleh raksasa. Bekal ataupun barang yang Ulina, S., & Sembiring, B. (2014). Bahan Ajar
diberikan kepada kedua tokoh berbeda, Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
walaupun tujuannya sama-sama untuk Bagi Penutur Asing ( Bipa ). 57–66.
mengalahkan raksasa. Momotaro secara
tidak langsung menggunakan kue kibidango
untuk melawan raksasa sedangkan Timun Mas
menggunakan biji timun, jarum, garam, dan
terasi secara langsung.

SIMPULAN
Kajian sastra bandingan antara
cerita rakyat Timun Mas dari Indonesia dan
Momotaro dari Jepang menunjukkan
kemiripan penceritaan dan elemen
kebudayaan. Kemiripan ini bermula dari
keinginan orang tua untuk memiliki
keturunan, kasih sayang orang tua
terhadap anaknya, pembekalan diri saat
menghadapi masalah, keberanian membela
kebenaran, dan menunjukkan Kedua cerita
rakyat ini membawa pesan moral penting
dan pengetahuan budaya. Pembelajar BIPA
tingkat menengah dari Jepang dapat
menggunakan pengetahuan budaya dan
pesan moral yang disampaikan dalam
kedua cerita sebagai materi ajar yang
berbasis kebudayaan. Kedua cerita ini
memiliki persamaan dan perbedaan yang
membuat sulit bagi pembelajar BIPA untuk
memahami kebudayaan dari bahasa
Indonesia yang mereka pelajari. Namun,
secara tidak langsung, mereka diminta untuk
memaknai kebudayaan bangsa yang mereka
pelajari dengan bercermin dari budaya
mereka sendiri. Nilai-nilai kearifan lokal dari
kedua negara ini berfungsi sebagai jembatan
yang kokoh yang memungkinkan

Anda mungkin juga menyukai