Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN.

2614-7939)
Vol. 4 No. 3, Agustus 2021 (p-ISSN. 2614-7947)
KEGIATAN ANALISIS ARTIKEL TENTANG ETNOSAINS DAN KEARIFAN LOKAL
MASYARAKAT SUKU SASAK UNTUK MENGEMBANGKAN LITERASI SAINS
DAN LITERASI BUDAYA MAHASISWA

Hikmawati
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram
*Email: hikmawati@unram.ac.id

Abstrak - Literasi sains dan literasi budaya merupakan kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa pada
abad ke-21 untuk menghadapi persaingan global. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah
melakukan analisis artikel tentang etnosains dan kearifan lokal masyarakat suku Sasak untuk
mengembangkan literasi sains dan literasi budaya mahasiswa. Metode pelaksanaan kegiatan ini yaitu
menentukan artikel yang akan dianalisis, melakukan sosialisasi kegiatan melalui media sosial yaitu facebook
dan WhatsApp Group, dan kegiatan analisis artikel melalui google meet. Kegiatan ini dilaksanakan pada
tanggal 31 Juli 2021 dengan jumlah peserta sebanyak 58 orang. Judul artikel yang dianalisis yaitu:
Ethnoscience-Based Science Learning Model to Develop Critical Thinking Ability and Local Cultural
Concern for Junior High School Students in Lombok. doi: https://doi.org/10.29303/jppipa.v7i1.530 yang
terbit di Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Januari 2021, Volume 7, Issue 1, halaman 60-66. Etnosains dan
kearifan lokal suku Sasak yang dibahas pada artikel tersebut yaitu: 1) penerapan konsep pengukuran
menggunakan satuan tak baku dalam Membangun Rumah Tradisional di Kampung Sade, 2) identifikasi ciri-
ciri cacing laut pada tradisi Bau Nyale, 3) konsep campuran dan zat tunggal pada proses pewarnaan benang
pada kain tenun Sesek khas Sasak, 4) menganalisis konsep getaran dan bunyi pada alat musik tradisional
Gendang Beleq, 5) menerapkan konsep bioteknologi konvensional pada pembuatan jajan tradisional poteng
reket. Kegiatan analisis artikel ini diharapkan dapat mengembangkan literasi sains dan literasi budaya
mahasiswa.

Kata kunci: etnosains, kearifan lokal, literasi sains, budaya.

LATAR BELAKANG keterampilan yaitu: keingintahuan, inisiatif,


Keterampilan yang harus dimiliki siswa kegigihan, kemampuan beradaptasi,
sesuai dengan kebutuhan pasar pada abad 21 kepemimpinan, kesadaran sosial dan budaya
terdiri atas 16 keterampilan yang dapat (WEF, 2015).
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu Untuk membangun budaya literasi pada
literasi dasar, kompetensi, dan kualitas seluruh ranah pendidikan (keluarga, sekolah,
karakter. Literasi dasar mewakili bagaimana dan masyarakat), sejak tahun 2016
siswa menerapkan keterampilan inti untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
tugas sehari-hari. Literasi dasar terdiri atas 6 menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN)
keterampilan yaitu: keterampilan literasi, sebagai bagian dari implementasi Peraturan
numerasi, literasi sains, literasi TIK, literasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
keuangan dan literasi budaya dan 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
kewarganegaraan. Kompetensi Pekerti. Literasi sains dapat diartikan sebagai
menggambarkan bagaimana siswa mendekati pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk
tantangan yang kompleks. Kompetensi terdiri mampu mengidentifikasi pertanyaan,
atas 4 keterampilan yaitu: berpikir kritis, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan
kreativitas, komunikasi dan kolaborasi. fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan
Kualitas karakter menggambarkan bagaimana berdasar fakta, memahami karakteristik sains,
siswa mendekati lingkungan mereka yang kesadaran bagaimana sains dan teknologi
berubah. Kualitas karakter terdiri atas 6 membentuk lingkungan alam, intelektual, dan

331
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 4 No. 3, Agustus 2021 (p-ISSN. 2614-7947)
budaya, serta kemauan untuk terlibat dan antarsiswa. Dalam proses interaksi tersebut,
peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (Tim terdapat dua fenomena mengonstruksi
GLN, 2017a). Literasi budaya merupakan pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-
kemampuan dalam memahami dan bersikap nilai kehidupan sosial. Keduanya merupakan
terhadap kebudayaan Indonesia sebagai proses pengembangan kompetensi literasi.
identitas bangsa. Sementara itu, literasi Literasi Budaya dan Kewarganegaraan adalah
kewargaan adalah kemampuan dalam kecerdasan warga negara untuk memilah dan
memahami hak dan kewajiban sebagai warga memilih nilai-nilai budaya luhur bangsa yang
negara. Dengan demikian, literasi budaya dan relevan untuk dijadikan dasar dalam bersikap,
kewargaan merupakan kemampuan individu bertindak, dan berperilaku di tengah
dan masyarakat dalam bersikap terhadap keragaman guna terimplementasikannya nilai-
lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu nilai Pancasila dalam kehidupan
budaya dan bangsa (Tim GLN, 2017b). bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Kemampuan Literasi merupakan hal dalam bingkai NKRI (Tjalla, 2017).
fundamental yang harus dimiliki oleh peserta Hendley (1989) menjelaskan bahwa
didik dalam menghadapi era global untuk literasi budaya dan kewarganegaraan harus
dapat memenuhi kebutuhan hidup dalam menjadi perhatian penting bagi pihak-pihak
berbagai situasi. Literasi sains merupakan terkait sehingga aspek literasi tersebut dapat
kemampuan untuk memahami sains, dikembangkan melalui implementasi
mengkomunikasikan sains, serta menerapkan kurikulum, penanaman pada siswa dari
kemampuan sains untuk memecahkan disposisi terhadap pelayanan masyarakat, dan
masalah. Untuk meningkatkan kemampuan masalah mendidik individu dari kemampuan
literasi sains disamping memerlukan motivasi yang berbeda tetapi martabat yang sama.
peserta didik, guru juga perlu Menurut Morgan (2016), pembelajaran yang
mempertimbangkan strategi pembelajaran hanya berbasis pengetahuan tidak akan dapat
yang sesuai dengan kondisi dan potensi peserta mengembangkan literasi siswa dalam bidang
didik yang mana pada proses pembelajarannya budaya kewarganegaraan.
menitik beratkan pada pemberian pengalaman Hirsch (1983) mengungkapkan bahwa
langsung dan pengaplikasian hakikat sains seseorang memiliki literasi budaya ketika
(Yuliati, 2017). Holbrook & Rannikmae orang tersebut tahu apa yang diharapkan untuk
(2009) berpendapat bahwa meningkatkan diketahui oleh rata-rata anggota budaya itu,
literasi sains berarti mengembangkan yang biasanya diasumsikan dan seringkali
kemampuan siswa untuk secara kreatif tidak dinyatakan. Dengan kata lain, Anda perlu
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan mengembangkan literasi budaya baru ketika
ilmiah berbasis bukti yang tepat, memecahkan Anda memasuki budaya baru, atau berinteraksi
masalah, dan membuat keputusan yang dengan anggota budaya itu. Menurut Faizin
bertanggung jawab. (2018), kegagalan beradaptasi dengan suatu
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak budaya (gegar budaya) akan berdampak
hanya merupakan satu entitas mata pelajaran, terhadap perkembangan seseorang dalam
melainkan menjadi indikator dari keberhasilan belajar.
implementasi kurikulum. Proses pedagogi Literasi budaya merupakan jenis literasi
yang berlangsung melalui proses belajar yang vital untuk ditanamkan pada peserta
mengajar di kelas merupakan proses interaksi didik. Literasi budaya merupakan kemampuan
fungsional antara guru dan siswa serta individu dalam memahami, menghargai, dan

332
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 4 No. 3, Agustus 2021 (p-ISSN. 2614-7947)
memaknai adanya keberagaman di 1) Menentukan artikel yang akan dianalisis
lingkungannya. Di era globalisasi, yaitu: Hikmawati, H., Suastra, I., & Pujani,
keberagaman budaya merupakan aspek yang N. (2020). Ethnoscience-Based Science
tidak dapat dihindari. Bahkan, memasuki era Learning Model to Develop Critical
revolusi industri 4.0 saat ini kemampuan Thinking Ability and Local Cultural
literasi budaya mutlak diperlukan sebagai Concern for Junior High School Students in
modal/bekal untuk hidup dan bekerja sebagai Lombok. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA,
masyarakat global. Dengan alasan itulah, 7(1), 60-66. doi:
diperlukan upaya nyata dalam https://doi.org/10.29303/jppipa.v7i1.530
mengimplementasikan literasi budaya di 2) Melakukan sosialisasi kegiatan melalui
lembaga pendidikan, termasuk perguruan media sosial yaitu facebook dan WhatsApp
tinggi. Salah upaya yang dapat dilakukan Group. Pamflet kegiatan:
adalah dengan pengintegrasian literasi budaya
dalam proses pembelajaran. Desain literasi
budaya ini dapat dikemas dalam berbagai
materi pembelajaran, seperti pada materi
kompetensi membaca, menulis, dan berbicara
(Helaluddin, 2018). Menurut WEF (2015),
beberapa indikator literasi budaya adalah
Persentase siswa yang berkomunikasi dengan
orang tua tentang masalah sosial dan budaya;
Persentase siswa yang memiliki harta benda
yang berhubungan dengan budaya klasik;
Frekuensi pergi ke pameran budaya/bioskop, Gambar 1. Pamflet Kegiatan
pertunjukan langsung, situs budaya atau
menghadiri acara olahraga langsung. Sosialisasi kegiatan melalui facebook di
Literasi sains dan literasi budaya dapat https://www.facebook.com/hikmawati.jamil
dikembangkan melalui semua jalur pendidikan sebagai berikut:
yang terdiri atas pendidikan formal, non-
formal dan informal. Kegiatan pembelajaran
pada jalur formal dapat dimulai sejak PAUD
hingga universitas. Pengembangan literasi di
tingkat perguruan tinggi dapat dilakukan
melalui kegiatan diskusi bedah artikel atau kaji
artikel. Kegiatan pengabdian masyarakat ini
bertujuan untuk melakukan analisis artikel
tentang etnosains dan kearifan lokal
masyarakat suku Sasak untuk mengembangkan
literasi sains dan literasi budaya mahasiswa.

METODE KEGIATAN Gambar 2. Sosialisasi kegiatan melalui facebook


Metode pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masayarakat ini adalah Sosialisasi melalui WAG Dosen Pembimbing
sebagai berikut: Akademik dan beberapa WAG mata kuliah di

333
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 4 No. 3, Agustus 2021 (p-ISSN. 2614-7947)
Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Narasumber menyajikan materi analisis
Universitas Mataram sebagai berikut. artikel berupa file presentasi power point, ppt,
tentang model pembelajaran IPA berbasis
etnosains untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan kepedulian budaya lokal
siswa di Lombok sebagai berikut:

Gambar 3. Sosialisasi kegiatan melalui WAG

3) Kegiatan analisis artikel melalui google


Gambar 5. File ppt
meet. Link yang disediakan untuk
bergabung dalam ruang virtual adalah: Kearifan lokal masyarakat suku Sasak
http://meet.google.com/mbh-chze-ksn yang memiliki potensi etnosains (Hikmawati,
4) Diskusi dan tanya jawab terkait etnosains dkk, 2021) diantaranya adalah: Satuan tak
dan kearifan lokal. Moderator memberikan baku yang digunakan dalam membuat rumah
kesempatan kepada peserta untuk bertanya tradisional di Kampung Sasak Sade, Puteri
terkait artikel yang dianalisis, lalu Mandalika dan Tradisi Bau Nyale, Tenun
narasumber memberikan Sesek khas Lombok, Alat musik tradisional
tanggapan/jawaban. sasak Gendang Beleq, dan jajan tradisional
Poteng Reket. Materi pembelajaran yang
HASIL DAN PEMBAHASAN bersesuaian dengan kearifan lokal tersebut
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada adalah: Pengukuran dengan satuan tak baku,
masyarakat ini dilaksanakan pada hari Sabtu, klasifikasi makhluk hidup, campuran dan zat
tanggal 31 Juli 2021. Peserta kegiatan adalah tunggal, getaran dan bunyi, bioteknologi
mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika konvensional.
FKIP Universitas Mataram, sebanyak 58 Pada sesi tanya jawab, peserta
orang. Berikut ini screen shoot acara yang memberikan sejumlah pertanyaan yaitu
dilaksanakan secara daring melalui aplikasi sebagai berikut:
google meet: 1) Apakah alasan memilih tema etnosains
dalam artikel?
2) Bagaimana trik menulis artikel yang
menarik?
3) Bagaimana trik memperoleh kaitan antara
etnosains dengan materi pelajaran?
4) Apakah yang dimaksud dengan
kemampuan berpikir kritis?
5) Adakah korelasi antara perilaku siswa
Gambar 4. Peserta kegiatan dengan pembelajaran berbasis etnosains?

334
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 4 No. 3, Agustus 2021 (p-ISSN. 2614-7947)
Jawaban narasumber untuk setiap akan dikembangkan bersama secara paralel
pertanyaan tersebut di atas adalah sebagai tanpa mengasingkan (Suastra, dkk, 2017).
berikut. Tingkat kemampuan berpikir kritis dan
1) Tema etnosains merupakan salah satu hal kemampuan komunikasi pada kelompok
yang menarik untuk dikaji. Etnosains siswa yang pembelajarannya berbasis
merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh budaya lokal pada bidang IPA lebih tinggi
suatu suku/masyarakat tertentu (Sudarmin, jika dibandingkan dengan kelompok siswa
2018). Etnosains dapat diintegrasikan yang pembelajarannya menggunakan model
dalam pembelajaran IPA dan dapat konvensional (Hikmawati, dkk, 2021).
meningkatkan kepedulian terhadap budaya Salah satu bukti etnosains menjadi topik
lokal siswa (Hikmawati, dkk, 2020; Geertz, yang menarik untuk dibaca dengan 295
1992). Jika budaya siswa sesuai dengan view dan 62 download adalah sebagai
pelajaran IPA maka akan terjadi saling berikut:
menguatkan, namun jika berbeda maka

Gambar 6. Statistik artikel dalam jurnal

Dalam pencarian di google dengan


menggunakan kata kunci ethnoscience juga
menjadi urutan 5 sebagai berikut:

Gambar 7. Posisi artikel dalam pencarian google.

335
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 4 No. 3, Agustus 2021 (p-ISSN. 2614-7947)
2) Trik menulis artikel yang menarik adalah Kesimpulan/Kontribusi/Rekomendasi (Apa
seperti yang diungkapkan Wibawa (2021), artinya semua ini dan apa dampaknya?).
yaitu dengan memilih ide, topik, judul yang Pendahuluan yang baik adalah: Ada
kreatif dan inovatif. Selanjutnya adalah tinjauan literatur terkait sehingga dapat
menyusun abstrak, menulis pendahuluan, mengarahkan pembaca; Menyajikan sifat
merekayasa metode, menulis diskusi dan dan lingkup masalah yang akan diselidiki
pembahasan, dan terakhir menarik dengan jelas; Adanya pernyataan yang
kesimpulan. membenarkan artikel, sering dengan
Ide topik yang kreatif dan inovatif dapat menyoroti pertanyaan yang tak terjawab
diperoleh konsentrasi melihat sesuatu atau bertentangan dengan hipotesis;
melalui: Pendekatan masalah, Nyatakan tujuan atau maksud dari artikel
Brainstorming, Seleksi, Alternatif, dengan singkat tetapi jelas, sehingga
Inkubasi, Menemukan, Verifikasi, pembaca sekarang tahu persis tujuan
Produksi. Hal yang harus diperhatikan artikel.
menyusun Topik adalah: Sesuai dengan Metode penelitian berisi Informasi yang
bidang ilmu yang kita tekuni; Menarik, dituliskan berupa subyek dan data. Subyek:
utamanya bagi peneliti itu sendiri; Masalah Siapa saja subjek penelitian, Kenapa
(Problem) jelas; Mengandung unsur memilih subjek tersebut, Berapa banyak
pengetahuan dasar; Terbatas, walaupun subjek penelitian, Deskripsi lebih lanjut ttg
bersifat dasar dan umum, topik haruslah subjek (kelas, laki/perempuan, dll). Data:
tetap terbatas pada satu bidang tertentu; Apa saja data yang diperoleh, Bagaimana
Memperhatikan proses pengumpulan data; data itu diolah. Tunjukkan kerangka
Memiliki manfaat. analisis yang sudah ada, usulkan kerangka
Hal yang harus diperhatikan membuat analisis baru yang lebih komprehensif,
judul: Singkat, tajam, ”Jadi pandangan detail, sederhana, sesuai konteks penelitian.
pertama”; Biasanya 12-15 kata (tergantung Hasil penelitian: Menyajikan hasil-hasil
rumpun ilmu); Lugas: dibaca sekilas, kunci dari penelitian tanpa memberikan
pembaca mengerti; Representasi isi artikel; interpretasi; Tidak menyajikan data mentah;
Mudah ditemukan oleh mesin; Setiap tabel/gambar/diagaram selalau
Mencerminkan esensi artikel; Kurangi terdapat penjelasan; Sedapat mungkin
fanatisme lokasi; Pikirkan Uniqueness. jangan gunakan kalimat yang tidak merujuk
Dalam membuat abstrak memperhatikan pada tabel pada nomor tertentu.
IMRAD (Introduction, Methods, Results, Pembahasan/Diskusi: Interpretasi hasil;
and Discussion). Abstrak memuat 5 hal Mengkaitkan dengan hasil-hasil terdahulu
yaitu: Motivasi untuk penelitian (Mengapa baik oleh penulis atau penulis lain;
Anda melakukan penelitian ini, apa yang Memulai dengan menyatakan kembali
menarik tentang hal itu?); Pertanyaan atau hipotesis yang telah diuji. Pada bagian ini
pernyataan masalah (Pertanyaan apa yang penulis menuliskan kontribusi penelitian.
akan Anda jawab atau apa masalah yang Penutup: menyajikan kesimpulan penelitian
akan Anda pecahkan?); Pendekatan/Metode dalam gambaran yang besar; dan
(Bagaimana langkah Anda menjawab rekomendasi.
pertanyaan atau memecahkan masalah?); 3) Trik memperoleh kaitan antara etnosains
Hasil (Apa yang Anda temukan?); dengan materi pelajaran diantaranya adalah
sebagai berikut: mengkaji artikel yang

336
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 4 No. 3, Agustus 2021 (p-ISSN. 2614-7947)
berhubungan dengan etnosains dan kearifan meningkatkan keterampilan komunikasi
lokal; mempelajari kearifan lokal yang ada mahasiswa calon guru.
pada suatu daerah tertentu dengan Alfiati & Ediyono (2019) memberikan
wawancara, studi literatur, maupun saran untuk meningkatkan literasi siswa yaitu
observasi lapangan; mengkaji silabus mata dengan menyiapkan bahan bacaan atau buku
pelajaran dan bahan ajar serta melakukan teks berbasis kearifan lokal. Buku teks
identifikasi materi yang mengandung unsur nasional yang ada terlalu jauh dari pengalaman
etnosains. siswa sehingga akan mempengaruhi daya
4) Kemampuan berpikir kritis merupakan kecintaan ataupun kesukaan terhadap teks.
kemampuan untuk mengidentifikasi, Pembelajaran yang berbasis kearifan lokal
menganalisis dan mengevaluasi situasi, ide akan menjadikan pembelajaran menyenangkan
dan informasi untuk merumuskan dan mengesankan bagi siswa sebagai bentuk
tanggapan dan solusi (WEF, 2015). Ennis peduli akan daerah atau bentuk kearifan lokal
(1996) menyebutkan indikator kemampuan dimana siswa bertanggung jawab dan
berpikir kritis adalah memberikan kerjasama dalam megerjakan tugas yang
penjelasan sederhana, membangun diberikan.
keterampilan dasar, menyimpulkan,
membuat penjelasan lebih lanjut, strategi KESIMPULAN DAN SARAN
dan taktik. Kesimpulan yang dapat penulis
5) Terdapat korelasi antara perilaku siswa kemukakan adalah kegiatan analisis artikel
dengan pembelajaran berbasis etnosains. tentang etnosains dan kearifan lokal
Integrasi etnosains dalam pembelajaran masyarakat suku Sasak merupakan salah satu
berpengaruh terhadap rasa nasionalisme upaya untuk mengembangkan literasi sains
siswa (Asra & Akmal, 2021; kemampuan dan literasi budaya mahasiswa di Program
berpikir ilmiah (Yuliana, 2017; literasi Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas
sains (Arlianovita, dkk., 2015); hasil belajar Mataram. Literasi sains yang dapat
kognitif siswa, keterampilan berpikir kritis, dikembangkan yaitu kemampuan untuk
keterampilan generik sains, nilai karakter memahami sains, mengkomunikasikan sains,
dan perilaku konservasi (Sumarni, 2018). serta menerapkan kemampuan sains untuk
Kegiatan analisis artikel tentang memecahkan masalah. Literasi budaya yang
etnosains dan kearifan lokal ini diharapkan dapat dikembangkan adalah kemampuan
dapat mengembangkan literasi sains dan dalam memahami, menghargai, dan memaknai
literasi budaya mahasiswa. Keterampilan yang adanya keberagaman di lingkungannya.
harus dimiliki siswa abad 21 berupa literasi
sains dan literasi budaya tersebut dapat DAFTAR PUSTAKA
dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran
di kelas sesuai dengan mata pelajaran maupun Alfiati & Ediyono, S. (2019). Membangun
di luar kelas melalui kegiatan pelatihan, Budaya Literasi Berbasis Kearifan Lokal
Dalam Mata Kuliah Menulis Puisi
penyuluhan, workshop, dan diskusi, termasuk Mahasiswa. An-Nuha, 6(2), 183-194.
kegiatan diskusi berupa analisis artikel dalam
Arlianovita, D., Setiawan, B., Sudibyo, E.
sebuah pertemuan dengan menghadirkan
(2015). Pendekatan Etnosains dalam
narasumber. Hikmawati, dkk. (2021) Proses Pembuatan Tempe terhadap
menemukan bahwa kegiatan analisis artikel Kemampuan Literasi Sains. Seminar
ilmiah dalam jurnal nasional dapat Nasional Fisika Dan Pembelajarannya

337
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 4 No. 3, Agustus 2021 (p-ISSN. 2614-7947)
2015. Malang: Universitas Negeri Critical Thinking and Student
Malang. Communication Skills. Journal of
Science and Science Education, 2(1), 8-
Asra, A. & Akmal, U. (2021). Analisis
16.
Perangkat Pembelajaran Berbasis
Etnosains Di Smp Kabupaten Rokan Hirsch, E. (1983). Cultural Literacy. The
Hulu. Jurnal Pendidikan Rokania, VI(1), American Scholar, 52(2), 159-169.
9-22. Retrieved August 4, 2021.
Ennis, R.H. (1996). A Critical Thinking. New Holbrook, J. & Rannikmae, M. (2009). The
York: Freeman. Meaning of Scientific Literacy.
International Journal of Environmental
Faizin. (2018). Literasi Budaya Lokal Untuk
& Science Education, 4(3), 275-288.
Meminimalisir Gegar Budaya Pemelajar
Bipa. Prosiding Senasbasa (Seminar Morgan, L. A. (2016). Developing Civic
Nasional Bahasa dan Sastra), Edisi 3, Literacy and Efficacy: Insights Gleaned
Halaman 116-124. Through the Implementation of Project
Citizen. i.e.: inquiry in education, 8(1),
Geertz, C. (1992). Kebudayaan dan Agama.
1-18.
Yogyakarta: Kanisius Press.
Suastra IW. (2017). Balinese Local Wisdom
Helaluddin. (2018). Desain Literasi Budaya
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di and Their Implications in Science
Education at School. 2017. International
Perguruan Tinggi. ESTETIK, 1(2), 101-
Research Journal of Management, IT &
116.
Social Sciences, 4(2), 48~57.
Hendley, B. (1989). Cultural Literacy and
Sudarmin. (2018). Pendidikan karakter,
Civic Education. History of Education
Etnosains dan Kearifan Lokal: Konsep
Quarterly, 29(4), 619-625.
dan Penerapannya dalam Penelitian dan
Hikmawati, H., Suastra, I., & Pujani, N. Pembelajaran Sains. Semarang: Fakultas
(2021). Local wisdom in Lombok island Matematika dan Ilmu Pengetahuan
with the potential of ethnoscience for the Alam, Universitas Negeri Semarang.
development of learning models in
Sumarni, W. (2018). Etnosains dalam
junior high school. Journal of Physics:
pembelajaran kimia: Prinsip,
Conference Series, 1816 (2021) 012105,
pengembangan dan implementasinya.
Hikmawati, H., Suastra, I., & Pujani, N. Semarang: Unnes Press.
(2020). Ethnoscience-Based Science
Tim GLN. (2017a). Materi Pendukung:
Learning Model to Develop Critical
Literasi Sains. Jakarta: Kementerian
Thinking Ability and Local Cultural
Pendidikan dan Kebudayaan.
Concern for Junior High School Students
in Lombok. Jurnal Penelitian Pendidikan Tim GLN. (2017b). Materi Pendukung
IPA, 7(1), 60-66. Literasi Budaya dan Kewargaan.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Hikmawati, H., Sahidu, H., Ayub, S., &
Kebudayaan.
Kosim, K. (2021). Peningkatan
Keterampilan Komunikasi Mahasiswa Tjalla, A. (2017). Konsep Literasi Budaya Dan
Calon Guru Melalui Kegiatan Analisis Kewarganegaraan Dalam Kurikulum
Artikel Ilmiah Dari Jurnal Nasional. 2013. Jakarta: Pusat Kurikulum Dan
Unram Journal of Community Service, Perbukuan.
2(2), 33-37. WEF. (2015). World Economic Forum: New
Hikmawati, H., Gunawan, G., Sahidu, H., & Vision for Education - Unlocking the
Kosim, K. (2021). Effect of Local Potential of Technology.
Culture Based Learning in Science on

338
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 4 No. 3, Agustus 2021 (p-ISSN. 2614-7947)
Wibowo, S. C. (2021). Klinik Manuskrip
Publikasi Ilmiah Internasional Bagi
Dosen dan Mahasiswa. Disampaikan
pada workshop yang diselenggarakan
oleh Universitas Pendidikan Ganesha
(UNDIKSHA), secara daring melalui
zoom meeting, 2 Agustus 2021.
Yuliana, I. (2017). Embelajaran Berbasis
Etnosains Dalam Mewujudkan
Pendidikan Karakter Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Sekolah Dasar, 1(2a), 98-
106.
Yuliati, Y. (2017). Literasi Sains Dalam
Pembelajaran IPA. Jurnal Cakrawala
Pendas, 3(2), 21-28.

339

Anda mungkin juga menyukai