LANDASAN TEORI
relevansi teori terhadap masalah yang diteliti dalam penelitian ini yakni gejala
Tegal. Teori-teori tersebut adalah penelitian relevan, hakikat bahasa, konsep teori
sosiolinguistik, variasi bahasa dan ragamnya, bahasa prokem, tipe gejala bahasa,
A. Penelitian Relevan
dengan penelitian sejenis lain yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti telah
meninjau dua laporan penelitian lain. Kedua penelitian tersebut dilakukan oleh
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
PAUD Ar-Rochmah Karang Banjar, Purbalingga. Konsep pemikiran yang
digunakan oleh penelitian tersebut ialah pendapat Masnur Muslich dalam bukunya
yang berjudul Tata Bentuk Bahasa Indonesia dan J.S. Badudu dalam bukunya
telah dilakukan oleh Fita Triyanasari dengan penelitian ini terletak pada tujuan,
data, dan sumber data penelitian. Pada penelitian tersebut, Fita Triyanasari
menggunakan tuturan anak usia dini di PAUD Ar-Rochmah Desa Karang Banjar,
berlangsung selama dua bulan yakni pada Oktober 2015 – Desember 2015. Pada
Desa Kalisapu Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal” ini peneliti menggunakan data
tuturan yang diperoleh dari para remaja di Desa Kalisapu Kecamatan Slawi
Kabupaten Tegal sebagai data dan sumber data penelitian. Penelitian ini
berlangsung selama satu bulan yakni pada 2 April 2016 hingga 1 Mei 2016.
pendapat Derby Sahertian, Abdul Chaer dan Leonie Augustina dalam buku
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
majalah Kawanku dan tabloid Keren Beken, Gaul, dan Fantasi periode
formal dan informal. Perbedaan penelitian Hartini dengan penelitian ini terletak
pada tujuan penelitian, tahap penyediaan data, data, dan sumber data. Pada
Desa Kalisapu Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal” ini peneliti menggunakan data
tuturan yang diperoleh dari para remaja di Desa Kalisapu Kecamatan Slawi
Kabupaten Tegal sebagai data dan sumber data penelitian. Penelitian ini
berlangsung selama satu bulan yakni pada 2 April 2016 hingga 1 Mei 2016
dengan tujuan untuk mendeskripsikan gejala bahasa pada tuturan bahasa prokem
B. Hakikat Bahasa
sempurna dibanding dengan alat komunikasi lain. Bahasa memiliki ciri sebagai
alat interaksi sosial dan sebagai alat untuk mengidentifikasi diri. Dengan bahasa,
lain dalam suatu kelompok masyarakat. Menurut Chaer (2004: 11) bahasa adalah
suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat
tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Setiap bahasa
mempunyai pola dan aturan-aturan tertentu dalam hal tata bunyi, kata, kalimat,
dan makna. Berbagai faktor yang terdapat di dalam masyarakat pemakai bahasa,
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
seperti usia, pendidikan, agama, profesi, dan latar belakang budaya daerah, juga
perisyaratan (semiotik) yang terdiri atas unsur-unsur isyarat dan hubungan antara
unsur-unsur itu. Unsur bahasa dari yang terkecil sampai terbesar adalah fonem,
morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Menurut Kridalaksana (2008: 24) bahasa
didefinisikan sebagai sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota
Chaer (2004: 11) mendefinisikan bahasa sebagai sebuah sistem, yang artinya
bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat
mengungkapkan fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau
sempurna.
C. Hakikat Sosiolinguistik
hubungan antara bahasa dengan masyarakat sebagai penutur bahasa. Hal ini
mengaitkan fungsi bahasa secara umum yaitu sebagai alat komunikasi. Menurut
hubungan dan saling pengaruh antara pelaku bahasa dan perilaku sosial. Dell
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
Hymess (dalam Sumarsono, 2008: 3) mengatakan “Sociolinguistics could be
taken to refer to use of linguistic and analysis in other disciplice concerned with
dan menganalisis ke dalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial dan
menyangkut tiga hal yang penting yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan
bahasa dengan masyarakat. Bahasa dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat terpisahkan. Bahasa sebagai sarana terpenting dalam
adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan
pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling
mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur. Platt (dalam Siregar dkk,
1998: 54) berpendapat bahwa dimensi identitas sosial merupakan sebuah faktor
dimensi ini mencakup umur, jenis kelamin, tingkat dan sarana pendidikan, dan
latar sosial ekonomi. Hal tersebut senada dengan definisi sosiolinguistik yang
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial
maka dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang
mengkaji mengenai ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan
pemakai bahasa. Kajian ilmu sosiolinguistik sangat erat kaitannya dengan ilmu
sosiologi. Hal tersebut dikarenakan bahasa memiliki hubungan yang begitu erat
dengan faktor sosial yang ada di dalam masyarakat. Hubungan tersebut membuat
bahasa dapat dikaji dari segi ragam dan variasi bahasa yang muncul di dalam
sebuah masyarakat.
1. Variasi Bahasa
subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena
penutur bahasa tersebut, meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan
kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret, yang
disebut parole, menjadi tidak seragam. Bahasa pun menjadi beragam dan
disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Jadi, variasi tersebut terjadi sebagai
akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi
atau ragam bahasa sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi
dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Sementara itu, Soeparno (2002,
dipilih oleh penutur bahasa. Variasi tersebut tergantung dari faktor-faktor seperti
jenis kelamin, umur, status sosial, dan situasi. Variasi itu dianggap sistematis
pola-pola ujaran manusia yang cukup sama untuk dianalisis dengan teknik-teknik
cukup besar dan penyatuan-penyatuan atau proses dengan cakupan semantik yang
cukup luas bagi fungsinya dalam segala konteks komunikasi yang normal. Chaer
mengungkapkan bahwa variasi bahasa dari segi pemakai atau penuturnya dapat
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
Ideolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan sedangkan dialek
adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang
berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Kronolek atau dialek
temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa
atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan,
variasi bahasa dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa
yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial
yang berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas para penuturnya,
vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga yang menambahkan
dengan yang disebut bahasa prokem. Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap
lebih tinggi atau lebih bergengsi daripada variasi sosial lainnya. Sebagai contoh
adalah bahasa bagongan, yaitu variasi bahasa Jawa yang khusus digunakan oleh
para bangsawan kraton Jawa. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap dan
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
dipandang rendah. Bahasa Inggris yang digunakan oleh para coboy dan kuli
tambang dapat dikatakan sebagai basilek. Begitu juga bahasa Jawa “kramandesa”.
Bahasa vulgar adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pemakaian bahasa
oleh mereka yang kurang terpelajar, atau dari kalangan mereka yang tidak
kolokial tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Alwasilah (1985: 59-
60) bahwa bahasa kolokial adalah bahasa informal yang lazim digunakan dalam
(profesor), Let (letnan), ndak ada (tidak ada), dan sebagainya. Bahasa jargon
digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia. Letak
(pencuri, tukang copet) pernah digunakan ungkapan seperti barang dalam arti
‘mangsa’, kacamata dalam arti ‘polisi’, daun dalam arti ‘uang’, gemuk dalam arti
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
‘mangsa besar’, dan tape dalam arti ‘mangsa yang empuk’. Chaer (2004: 68) juga
mendefinisikan apa yang dimaksud dengan ken. Ken adalah variasi sosial tertentu
Biasanya digunakan oleh para pengemis, seperti tercermin dalam ungkapan the
cont of beggar (bahasa pengemis). Chaer, (2004: 67) juga mengungkapkan slang
adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya, variasi ini
digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak tidak boleh
diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu. Oleh karena itu, kosakata yang
digunakan dalam slang ini selalu berubah-ubah. Slang bersifat temporal dan lebih
umum digunakan oleh para kaula muda, meski kaula tua pun ada pula yang
D. Bahasa Prokem
1. Pengertian Prokem
istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi pembicaraan dalam
masyarakat. Menurut Mastuti (2008: 45) bahasa prokem awalnya digunakan oleh
narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-
orang di luar komunitas mereka tidak tahu makna dari istilah tersebut. Dengan
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
yang akan atau telah mereka lakukan. Akhirnya mereka yang bukan preman
sehingga bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Bahasa prokem
bahasa tersebut.
yang memiliki fungsi sebagai bahasa rahasia, namun sekarang bahasa tersebut
digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an kemudian digantikan oleh ragam yang
disebut bahasa gaul. Dari beberapa pengertian mengenai bahasa prokem di atas,
dapat disimpulkan bahwa bahasa prokem berbeda dengan bahasa slang dan
jargon. Perbedaan bahasa prokem dengan bahasa slang adalah dari sifat
ahli di atas, bahasa slang benar-benar dirahasiakan oleh penggunanya dan tidak
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
Bahasa prokem berkembang sesuai dengan latar belakang budaya
pemakainya sekaligus menjadi ragam bahasa yang digunakan ketika dalam sebuah
percakapan yang santai atau tidak resmi. Kosakata bahasa prokem yang tercipta
sering diambil dari kosakata yang ada di lingkungan tertentu. Para pengguna
bahasa prokem, bahkan terdapat kosakata prokem yang tidak dapat secara jelas
diidentifikasi. Hal tersebut dikarenakan antara kata dengan maknanya tidak saling
berhubungan atau lebih bersifat arbitrer. Pembentukan kata dan makanya begitu
bahasa Indonesia. Bahasa prokem muncul atau terbentuk dalam sebuah kelompok
bahasa prokem menjadi salah satu jenis bahasa gaul di kalangan remaja.
para remaja. Bahasa prokem tersebut digunakan oleh para remaja sebagai bahasa
gaul ketika berkomunikasi dengan remaja lain. Para remaja tersebut tidak
menggunakan bahasa prokem tersebut ketika mereka berbicara dengan orang tua
dan anak-anak.
Sebagai salah satu jenis variasi bahasa, prokem memiliki ciri-ciri yang
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
a. Merupakan ragam bahasa tidak resmi.
b. Berupa kosakata yang ditemukan oleh kelompok orang muda atau kelompok
sosial tertentu.
c. Menggunakan kata-kata lama atau baru dengan cara baru atau arti baru.
g. Berupa kata atau kalimat yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia.
asalnya.
E. Gejala Bahasa
sehingga menjadi bahasa prokem dapat disebut dengan gejala bahasa. Hal tersebut
dengan gejala bahasa. Selain Muslich, Badudu (1985: 47) menjelaskan bahwa
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
dalam bukunya Pelik-Pelik Bahasa juga memaparkan beberapa jenis gejala
gejala bahasa merupakan perubahan bentuk dalam sebuah kata. Perubahan bentuk
yang berbeda. Gejala bahasa tersebut dapat dibagi menjadi 15 jenis yakni analogi,
1. Analogi
bahasa dengan meniru contoh yang sudah ada. Dalam suatu bahasa yang sedang
dikemukakan oleh Badudu (1985: 47) yang mendefinisikan analogi sebagai suatu
bentukan bahasa yang meniru contoh yang sudah ada. Berdasarkan dua pendapat
ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gejala bahasa analogi merupakan
suatu bentuk bahasa yang meniru bahasa yang sudah ada. Misalnya: dewa-dewi,
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
2. Adaptasi
Menurut Badudu (1985: 65) gejala adaptasi ialah kata-kata pungut yang
diambil dari bahasa asing yang berubah bunyinya sesuai dengan penerimaan
sesuai dengan pengertian gejala adaptasi yang diungkapkan oleh Masnur Muslich
dalam bukunya yang berjudul Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Muslich (2009:
103) mengungkapkan bahwa gejala adaptasi adalah perubahan bunyi dan struktur
bahasa asing menjadi bunyi dan struktur yang sesuai dengan penerimaan
Berdasarkan dua pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gejala
adaptasi merupakan penyesuaian bunyi dan struktur bahasa asing ke dalam bahasa
menjadi bunyi yang sesuai dengan ucapan lidah bangsa pemakai bahasa yang
berikut:
struktur kata ini tentu saja berpengaruh pada perubahan bunyi. Misalnya pada
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
3. Kontaminasi
kata kontaminasi sama dengan kerancuan. Kata rancu berarti ‘campur aduk’,
(imbuhan, kata, frasa, atau kalimat) yang tidak wajar. Hal tersebut senada dengan
mengungkapkan bahwa kontaminasi ialah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa
dapat disimpulkan bahwa gejala kontaminasi ialah bentukan kata yang tidak wajar
atau rancu dikarenakan pencampuradukan dua unsur bahasa yang tidak wajar.
dinasionalisirkan
dipublisirkan
diperluaskan
dipertinggikan
4. Hiperkorek
pembetulan bentuk yang sudah betul lalu malah menjadi salah. Maksudnya,
sesuatu yang sudah betul dibetulkan lagi yang akhirnya justru menjadi salah atau
setidaknya dianggap bentuk yang tidak baku. Hal tersebut sesuai dengan
bahwa gejala hiperkorek adalah proses bentukan betul dibalik betul. Maksudnya,
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
yang sudah betul dibetul-betulkan lagi akhirnya menjadi salah. Kridalaksana
Berdasarkan pengertian hiperkorek dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa gejala hiperkorek ialah pembetulan bentuk kata yang sudah benar atau
baku namun justru menjadi salah dan tidak lagi benar. Gejala hiperkorek dapat
5. Varian
gejala bahasa yang sering ditemukan dan diucapkan oleh para pejabat pada masa
Orde Baru. Gejala ini sangat identik dengan perubahan vokal /a/ pada surfiks –kan
menjadi /Ə/. Meskipun demikian tidak jarang pula ditemukan gejala varian pada
(1992: 253) mengungkapkan bahwa varian ialah bunyi yang ditentukan oleh
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa varian merupakan sebuah bentuk gejala
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
bahasa yang ditunjukkan dengan adanya perubahan vokal /a/ menjadi /Ə/ pada
surfiks –kan. Gejala varian dapat dilihat pada contoh berikut ini:
6. Asimilasi
atau penghampirsamaan bunyi yang tidak sama. Pendapat tersebut senada dengan
perubahan bunyi yang mengakibatkannya mirip atau sama dengan bunyi lain.
disimpulkan bahwa gejala asimilasi ialah perubahan dua fonem atau bunyi yang
tidak sama menjadi sama atau setidaknya hampir sama. Gejala asimilasi dapat
7. Disimilasi
terjadi bila dua bunyi yang sama berubah menjadi tak sama. Pengertian disimilasi
mengungkapkan disimilasi adalah proses berubahnya dua buah fonem yang sama
menjadi tidak sama. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
disimilasi adalah perubahan dua fonem atau bunyi yang sama menjadi tidak sama.
sajjana sarjana;
rapport lapor;
berajar belajar.
8. Adisi
terjadi dalam suatu tuturan yang ditandai oleh penambahan fonem. Adisi dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu protesis, epentesis, dan paragog. Hal tersebut
Berdasarkan pendapat dua ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gejala
adisi merupakan perubahan bentuk kata yang terjadi yang ditandai dengan adanya
a. Protesis adalah proses penambahan fonem di awal kata. Gejala adisi protesis
lang elang;
mas emas;
smara asmara.
general jenderal;
upama umpama;
kapak kampak.
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
c. Paragog adalah proses penambahan fonem pada akhir kata. Gejala adisi
lamp lampu;
adi adik;
ina inang.
9. Reduksi
fonem dalam suatu kata. Gejala reduksi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
fonem dapat dibagi menjadi tiga jenis yakni aferesis, sinkop, dan apokop.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gejala
bahasa reduksi merupakan perubahan bentuk kata yang ditandai dengan adanya
a. Aferesis ialah proses penghilangan fonem pada awal kata. Gejala reduksi
upawasa puasa;
tatapi tetapi tapi.
sahaya saya;
kelamarin kemarin;
c. Apokop adalah proses penghilangan fonem pada akhir kata. Gejala adisi
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
pelangit pelangi;
import impor;
mpulaut pulau.
10. Metatesis
pertukaran tempat satu atau beberapa fonem. Kedua pendapat ahli tersebut senada
menyebutkan bahwa metatesis adalah perubahan letak huruf, bunyi, atau suku
kata dalam kata. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan
fonem dalam sebuah kata. Gejala metatesis dapat dilihat pada contoh berikut ini:
rontal lontar;
lebat tebal.
11. Diftongisasi
vokal menjadi diftong. Monoftong adalah bunyi vokal yang dihasilkan tanpa
gerajan lidah sedangkan diftong ialah bunyi bahasa yang pada waktu
pengucapannya ditandai oleh perubahan gerak lidah dan perubahan tamber satu
kali, dan yang berfungsi sebagai inti dari suku kata. Berdasarkan dua pendapat
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa diftongisasi ialah gejala bahasa pada
sodara saudara;
pete petai;
gule gulai.
12. Monoftongisasi
menjadi sebuah monoftong. Berdasarkan pendapat dari dua ahli tersebut maka
gurau guro;
danau dano;
tunai tune.
13. Anaptiksis
penambahan suatu bunyi dalam suatu suku kata guna melancarkan ucapannya.
antara dua konsonan atau lebih untuk menyederhanakan struktur suku kata.
Berdasarkan pendapat dari dua ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
anaptiksis merupakan gejala bahasa pada suatu kata yang ditunjukkan dengan
untuk melancarkan pengucapan kata tersebut. Gejala anaptiksis dapat dilihat pada
putra putera;
candra candera;
14. Haplologi
penghilangan suku kata yang ada di tengah-tengah kata. Kridalaksana (1992: 80)
mengungkapkan bahwa haplologi adalah penghilangan satu atau dua bunyi yang
pendapat dari dua ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gejala haplologi
budhidaya budaya;
mahardhika merdeka;
sarnannantara sementara.
15. Kontraksi
ada perubahan atau penggantian fonem. Hal tersebut senada dengan pengertian
bahwa kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
gabungan leksem. Berdasarkan pendapat dua ahli tersebut dapat disimpulkan
perlahan-lahan pelan-pelan;
tidak ada tiada;
tetapi tapi.
F. Hakikat Remaja
1. Pengertian Remaja
berasal dari kata Latin adolescrere (kata bendanya, adolescentia yang berarti
remaja) yang berarti ‘tumbuh’ atau ‘tumbuh menjadi dewasa’. Bangsa primitif
demikian pula orang-orang zaman purbakala memandang masa puber dan masa
remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan; anak
mental, emosional, sosial, dan fisik. Piaget (dalam Hurlock, 1980: 206)
mengatakan:
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
Berdasarkan kutipan tersebut, lazimnya masa remaja dianggap mulai
pada saat anak secara seksual menjadi dan berakhir saat ia mencapai usia matang
secara hukum. Anak yang telah memasuki tahap remaja secara sadar akan mulai
kenakalan. Ciri ini juga tercermin dalam bahasa sehari-hari yang digunakan
penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini
dalam perkembangan bahasa karena remaja adalah saat di mana aspek kognitif
Menurut Owen (dalam Papalia, 2008: 559) remaja mulai peka dengan kata-kata
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metafora ironi dan
seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul.
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya
bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut Kartono (1995: 36) batasan usia dibagi
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia
luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi
namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa
ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas, dan merasa
kecewa.
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa
remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan
perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh
keraguan pada masa remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya
untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu
pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya.
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya
dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian.
Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja
sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru
ditemukannya.
G. Kerangka Pikir
daerah. Prokem adalah salah satu jenis variasi bahasa yang dapat muncul atau
atau berasal dari kosakata bahasa Indonesia, bahasa daerah, maupun bahasa asing
bahkan tidak jarang ditemukan kosakata bahasa prokem yang tidak dapat secara
jelas diidentifikasi atau dengan kata lain lebih bersifat arbitrer. Pembentukan kata
seperti itu memiliki makna yang beragam dan bergantung pada kreativitas
pemakai bahasa prokem tersebut. Bahasa prokem kini tidak menjadi sebuah
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
Salah satu pengguna bahasa prokem tersebut ialah kelompok remaja di
digunakan merupakan bentukan dari kosakata bahasa Indonesia dan bahasa daerah
yakni bahasa Jawa dialek Tegal. Perubahan bentuk dan makna dari asal kata
gejala-gejala bahasa pada bahasa Indonesia dan bahasa daerah tersebut. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori Sosiolinguistik yang didalamnya
mencakup teori mengenai keragaman atau variasi bahasa dimana prokem menjadi
salah satu bahasa di dalam variasi bahasa tersebut. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini ialah kualitatif deskriptif dengan sumber data yakni tuturan
Tegal.
teknik lanjutan menggunakan Teknik Simak Libat Cakap (SLC), teknik rekam,
dan teknik catat. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode agih dengan teknik dasar Bagi Unsur Langsung (BUL) dan teknik lanjutan
yakni teknik ganti. Dari rangkaian proses tersebut, penelitian ini diharapkan akan
Tegal. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan 1 berikut
ini:
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.
Bagan 1: Kerangka Berpikir
Variasi Bahasa
Bahasa Prokem
Gejala Bahasa
1. Analogi
2. Adaptasi
3. Kontaminasi
4. Hiperkorek
5. Varian
6. Asimilasi
7. Disimilasi
8. Adisi
9. Reduksi
10. Metatesis
11. Diftongisasi
12. Monoftongisasi
13. Anaptiksis
14. Haplologi
15. Kontraksi
16.
GEJALA BAHASA PROKEM ..., M. ALFIN FAUZAN, PBSI FKIP UMP 2017.