Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LABUAN SALUMBONE

NAMA KELOMPOK :

I KOMANG BUDI ADNYANA B40120293

NURHALISA B40120300

TESSA MARIA B40120271

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS

TADULAKO

2022

i
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LABUAN SALUMBONE

Dipersiapkan dan Disusun Oleh

I KOMANG BUDI ADNYANA B40120293

NURHALISA B40120300

TESSA MARIA B40120271

Palu, Juni 2022

Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik

Universitas Tadulako

Mengetahui Mengesahkan

Ketua Kelompok Pembimbing Kelompok

I KOMANG BUDI ADNYANA YUNUS S,SOS,M,SI


NIM B40120293 NIDN 0002047310

ii
ABSTRAK
I Komang Budi Adnyana, Nurhalisa,Tessa Maria, 2022. “Kualitas
Pelayanan Publik di Kantor Desa Labuan Salumbone”.PPL.Program Studi Ilmu
Pemerintahan , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tadulako.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pelayanan yang ada di


kantor Desa Labuan Salumbone
Teknik pengumpulan data menggunakan Teknik Wawancara. Wawancara yang
digunakan berupa Wawancara terbuka . Wawancara terbuka yaitu apabila
disampaikan langsung kepada orang lain yang dimintai informasinya tentang diri
sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh kesimpulan tingkat Pelayanan
yang ada di Kantor Desa Labuan Salumbone sangat baik

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Desa Salumbone, Wawancara, dan Pelayanan


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan
hidayaNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Pengalaman
Lapangan ini terlaksana sampai selesai, penulisan laporan didasarkan atas hasil
penelitian penulis yang dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2022 , laporan praktek
lapangan ini di ajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi strata
1 (S1) pada program sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tadulako.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisan laporan ini. Olehnya penulis sangat membutuhkan kritik dan saran
dari semua pihak guna kesempurnaan penyusunan laporan berikutnya, akhirnya
penulis mengucapkan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat serta menjadi
bahan informasi bagi pembaca.

Palu, Juni 2022

iv | P a g e
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................i


Lembar Pengesahan .......................................................................................ii
Abstrak..........................................................................................................iii
Kata Pengantar ..............................................................................................iv
Daftar Isi.........................................................................................................v
BAB I. Pendahuluan ....................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................3
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ...............................................................3
1.4. Kegunaan Penelitian ...............................................................................3
BAB II. Tinjauan Pustaka .........................................................................4
2.1. Administrasi Pemerintahan Desa.............................................................4
2.2. Konsep E-Government ...........................................................................5
2.3. Landasan Pengaturan E-Government......................................................6
2.4. Elemen Pengembangan E-Government ..................................................8
BAB III. Metode Penelitian......................................................................10
3.1. Rancangan Penelitian ............................................................................10
3.2. Unit Analis dan Responden Penelitian .................................................10
3.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data................................................11
3.4. Metode Analisis Data............................................................................11
BAB IV. Hasil dan Pembahasan ...............................................................12
4.1. Gambaran Umum Desa Lokasi Penelitian ...........................................14
4.2. Tingkat Penerapan e-Government Pemerintah
Desa Di Kecamata Labuan..........................................................................14
4.3. Kepemimpinan.......................................................................................15
4.4. Kelembagaan.........................................................................................16
4.5. Sumber Daya Manusia ..........................................................................17
4.6. Alokasi Anggaran Desa.........................................................................18
BAB V. Kesimpulan dan Saran ...............................................................19
Daftar Pustaka ..............................................................................................20
Lampiran- Lampiran ....................................................................................21

v|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat
diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi
maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan oleh sebab itu
perlu ada perencanaan yang baik dan bahkan perlu diformulasikan standar pelayanan
pada masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat
pada pemerintah daerah. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan Otonomi Daerah
terlebih setelah ditetapkannya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintahan Daerah diberi kewenangan yang
demikian luas oleh pemerintah pusat untuk mengatur rumah tangga daerahnya
sendiri, termasuk didalamnya adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat di
daerahnya. Namun berbagai isu yang muncul di kalangan masyarakat, ternyata hak
pelayanan yang diterima oleh masyarakat terasa belum memenuhi harapan semua
pihak baik dari kalangan masyarakat.

Peningkatan kualitas pelayanan adalah salah satu isu yang sangat krusial
dimana hal ini terjadi karena disuatu sisi tuntutan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan dari tahun ketahun semakin besar. Sementara itu praktek penyelenggara
pelayanan tidak mengalami perubahan yang berarti. Masyarakat yang setiap waktu
menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut
seringkali tidak sesuai dengan harapan karna secara empiris pelayanan public yang
terjadi selama ini masih cenderung lambat, mahal, berbelit- belitdan melelahkan.
Oleh karna itu pada dasarnya dibutuhkan reformasi pelayanan pubik.jika dilihat
Pelayanan yang positif dan berkualitas, secara empirik pada satu sisi akan

1|Page
menciptakan kepuasan, kebahagian dan kesejahteraan masyarakat, yang pada
gilirannya akan dapat mewujudkan tujuan pembangunan masyarakat. Demikian
halnya Desa Labuan Salumbone, sebagai organisasi terdepan dalam
menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan umum yang menjadi urusan rumah
tangga daerah.

Pada umumnya Pelayanan publik dapat dikategorikan efektif apabila


masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur yang singkat, cepat,
tepat dan memuaskan.Keberhasilan meningkatkan efektifitas pelayanan umum
ditentukan oleh faktor kemampuan pemerintah dalam meningkatkan disiplin kerja
aparat pelayanan.Dimana Upaya untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan
tugas-tugasnya perlu didukung oleh adanya Aparat yang memiliki kemampuan,
keterampilan, disiplin dan tanggung jawab bersama dalam penyelesaian tugas.
Khususnya Pemerintah Desa Labuan Salumbone dituntut untuk mewujudkan disiplin
kerja perangkat desa dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan.Peran aktif
aparatur perangkat desa sangat penting dalam memberikan pelayanan publik dalam
rangka mencapai penyelenggaraan pelayanan masyarakat yang maksimal. Pelayanan
publik di Desa Labuan Salumbone dapat dilihat dari jenis pelayanan yang diberikan,
seperti yang diatur dalam Keputusan Kepala Desa Nomor 08/KPTS/2013 tentang
Mekanisme Pelayanan Umum, dimana dalam pelaksanaan pelayanan publik
semuanya sudah diatur dan ditetapkan oleh aparatur desa selaku pemberi layanan.

Melihat berbagai permasalahan yang dialami warga diatas sangat


disayangkan, Dimana identitas kependudukan merupakan kebutuhan vital bagi
masyarakat sebagai salah satu identitas yang dapat membuktikan bahwa yang
bersangkutan memiliki kejelasan status yang mempunyai kekuatan hukum tetap dan
mempunyai kedudukan hukum yang sama sebagai Warga Negara. Dan Pengelolaan
pendaftaran penduduk merupakan tanggung jawab pemerintah Kota/Kabupaten, yang
dalam pelaksanaannya diawali dari Desa/Kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran

2|Page
penduduk, hingga setiap warga terdaftar secara administrasi sebagai warga negara
Indonesia.

Bertolak dari Permasalahan tersebut diatas, menarik untuk dicermati


keberadaan Pemerintah Desa dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
organisasi terdepan dalam memberikan pelayanan, dimana desa itu lebih dekat
kepada masyarakat sebagai pihak yang dilayani dan diberdayakan. Atas dasar
fenomena tersebut mendorong penulis untuk mengadakan penelitian, penulis khusus
meneliti dan mengkaji tentang “KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR
DESA LABUAN SALUMBONE”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan Masalanya adalah Bagaimana Kualitas Pelayanan di Kantor Desa
Labuan Salumbone

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tentang Kualitas Pelayanan yang ada di Kantor Desa Labuan Salumbone

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN


Kegunaan dari penelitian yang di lakukan di Desa Labuan Salumbone Agar
dapat meningkatkan kaulitas pelayanan di Kantor Desa Labuan Salumbone.

3|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA

Administrasi Pemerintahan Desa adalah keseluruhan proses kegiatan


pencatatan data dan informasi mengenai Pemerintahan Desa pada Buku
Register Desa. Administrasi Umum adalah pencatatan data dan informasi mengenai
kegiatan pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Umum.

Administrasi desa menurut Nurcholis (2011) adalah proses kegiatan


pencatatan data dan informasi pada penyelenggaraan pemerintahan desa yang dicatat
dalam buku administrasi desa. Kemudian, berdasarkan aturan dijelaskan melalui
Pasal 1 Permendagri 47/2016 tentang Administrasi Pemerintahan Desa, bahwa
administrasi pemerintahan desa adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan data
dan informasi mengenai pemerintahan desa pada buku register desa yang meliputi
administrasi umum, administrasi penduduk, administrasi keuangan, administrasi
pembangunan, dan administrasi lainnya. Dengan kata lain, kegiatan kecil yang dapat
dilakukan agar administrasi desa dapat terwujud adalah dengan tertib administrasi
desa.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua desa menerapkan


tertib administrasi desa. Berdasarkan data, tercatat 37 aduan terkait pemerintahan
desa yang masuk ke Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sepanjang tahun 2021. Adapun aduannya hampir semuanya sama, yaitu
terkait sengketa tanah. Hal tersebut menunjukkan bahwa tertib administrasi desa
belum sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah desa. Padahal tertib administrasi pada
pertanahan desa wajib dilakukan sesuai asas-asas pemerintahan desa yang berlaku
dan tercantum pada administrasi umum sebagaimana dijelaskan melalui Pasal 24 UU

4|Page
6/2014 juncto Pasal 5 ayat (2) Permendagri 47/2016. Sehingga berdasarkan hal
tersebut, tidak menutup kemungkinan maladministrasi (penyimpangan
maladminstrasi) kerap terjadi di pemerintah desa. Secara istilah, maladministrasi
adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang untuk tujuan
lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian
kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil
dan/atau immaterial bagi masyarakat dan orang perseorangan sebagaimana tercantum
dalam Pasal 1 Angka 3 UU 37/2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.
Apabila dipahami bahwa pembiaran ketidaktertiban pada administrasi desa akan
menimbulkan maladministrasi seperti tidak memberikan pelayanan, penyimpangan
prosedur, penundaan berlarut maupun pungutan liar karena tidak tertibnya
administrasi desa.

2.2 KONSEP E-GOVERNMENT

Selintas ketika kita mendengar E-Government, maka yang muncul dalam


pikiran kita pada umumnya adalah aplikasi-aplikasi, jaringan internet pemerintah atau
mungkin website pemerintah. Kebanyakan kita berpendapat bahwa e-government itu
adalah hal-hal teknis berbau teknologi informasi,  padahal E-Government memiliki
konsep yang lebih luas dari sekedar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saja.
Secara konseptual,  pengertian e-government yang di rumuskan oleh Bank Dunia
sebagai pemrakarsa digunakannya  TIK oleh pemerintah dalam menjalankan 
birokrasi pemerintah adalah pemanfaatan Teknologi informasi oleh pemerintah untuk
merubah  pola hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, sektor swasta atau
lembaga pemerintah lainnya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat,
pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas dan efisiensi penyelenggaraan
pemerintah. Dari pengertian di atas tergambar bahwa e-government bukan hanya

5|Page
sekedar pemanfaatan TIK semata, akan tetapi ada nilai-nilai yang diharapkan muncul
dari pemanfaatan TIK tersebut yaitu meningkatnya pemberdayaan masyarakat,
meningkatnya pelayanan publik dan meningkatnya transparansi dan akuntabilitas
serta  meningkatnya efisiensi penyelenggaraan pemerintah.

Inti utama dari e-government adalah Transformasi Relasi yaitu perubahan cara


berhubungan antara pemerintah dengan stakeholdernya. Realitanya,  selama ini kita
lebih berfokus pada teknologinya saja tanpa memperhatikan transformasi relasi yang
dihasilkan, akibatnya banyak kita temui instansi pemerintah yang merasa telah
melaksanakan e-government melalui pengadaan aplikasi pelayanan dan jaringan
internet akan tetapi pelayanan publiknya masih tetap lambat dan masyarakat tetap
juga datang ke kantor pemerintah untuk mendapatkan layanan.  Seharusnya
Pemerintah dapat melakukan perubahan pola pelayanan publik dengan memanfaatkan
karakteristik TIK yang berkembang  saat ini, sehingga masyarakat dapat memperoleh
pelayanan kapanpun dan dimanapun.   
Penerapan E-Government menghendaki perubahan pola relasi antara
pemerintah dengan stakeholder sehingga sehingga sangat membutuhkan peran top
level manajemen dalam pengambilan kebijakan terhadap transformasi relasi tersebut.
transformasi relasi akan membutuhkan perubahan kebijakan, perubahan SOP dan
perubahan budaya kerja.  Perubahan –perubahan tersebut memerlukan power yang
dimiliki oleh top level manajemen. Salah satu peran  TIK adalah sebagai enabler yang
berarti dengan TIK  memungkin terjadi hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin
terjadi. Untuk memungkinkannya sesuatu yang tak mungkin terjadi menjadi mungkin
terjadi, memerlukan kebijakan, memerlukan payung hukum supaya hal yang
memungkinkan terjadi tersebut dapat direalisasikan dengan aman. Oleh sebab itu
implementasi E-government memerlukan figur pemimpin yang mampu dan punya
kemauan untuk mengadopsi TIK dalam menjalankan organisasinya atau yang lebih
dikenal sebagai  E-leadership. Dengan adanya peran strategis top level manajemen
maka manfaat yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik.  

6|Page
2.3 LANDASAN PENGATURAN E-GOVERNMENT

Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014 klasifikasi urusan pemerintahan terdiri


dari 3 urusan yakni urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan
urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan
Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan
pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan umum
adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan. Perbedan antara UU Nomor 23 Tahun 2014 dengan UU sebelumnya
terletak pada urusan pemerintahan konkuren. Pada UU Nomor 32 Tahun 2004, urusan
pemerintahan hanya terdiri dari dua kategori yakni urusan pemerintahan konkuren
wajib dan urusan pemerintahan konkuren pilihan. Pada UU Nomor 23 Tahun 2014
urusan konkuren juga dibagi dalam dua kategori yang sama dengan UU sebelumnya,
tetapi perbedaannya pada urusan konkuren wajib yang dibagi lagi menjadi dua
subkategori yakni urusan konkuren wajib berkaitan dengan pelayanan dasar serta
subkategori urusan konkuren wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
Perbedaan lainnya adalah dalam jumlah dan jenis dari masing-masing kategori.
Urusan konkuren wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar berjumlah enam
kategori yakni :

1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Pekerjaan umum dan penataan ruang

4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman

5. Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat

6. Sosial.

7|Page
Kajian Terhadap Egovernment muncul sebagai salah satu penerapan konsep
TIK dan merupakan bukti transformasi area kehidupan dalam sektor publik sebagai
konsekuensi dari perkembangan teknologi informasi.

Suksesnya pengembangan e-government bergantung kepada sejumlah faktor


yang dikenal dengan istilah elemen sukses (Indrajit, 2012; Sadikin, 2011). Elemen-
elemen sukses tersebut merupakan hasil kajian dan riset oleh Harvard JFK School of
government meliputi support (dukungan), Value (nilai) dan Capacity (kemampuan).

2.4 ELEMEN PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT

Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government
(Indrajit, 2004: 15), untuk menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor publik,
ada tiga elemen sukses yang harus dimiliki dan diperhatikan sungguhsungguh.
Masing-masing elemen sukses tersebut adalah:

a. Support Elemen support adalah elemen paling penting dalam pengembangan


e-government. perlu dukungan atau biasa disebut political will dari pejabat
publik agar konsep egovernment dapat diterapkan. Tanpa adanya itu berbagai
inisiatif pembangunan dan pengembangan e-government dapat terlaksana.
Bentuk dukungan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Disepakatinya kerangka e-government sebagai salah satu kunci sukses
negara dalam mencapai visi dan misi bangsanya, sehingga harus
diberikan prioritas tinggi.
2. Disosialisasikannya konsep e-government secara merata, kontinyu,
konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara
khusus dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye
yang simpatik.

8|Page
b. Capacity Elemen capacity merupakan sumber daya yang diperlukan dalam
pembangunan dan pengembangan e-government agar konsep yang telah
diciptakan dapat menjadi kenyataan. Terdapat tiga sumber daya yang harus
dimiliki, yaitu:
1. Ketersediaan sumber daya finansial yang cukup untuk melaksanakan
berbagai inisiatif e-government.
2. Ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena
merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan e-government.
3. Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan
keahlian yang dibutuhkan agar penerapan e-government dapat sesuai
dengan asas manfaat yang diharapkan.
c. Value Elemen value berdasarkan pada manfaat yang didapat oleh pemerintah
sebagai pemberi pelayanan dan juga masyarakat sebagai penerima pelayanan
e-government. Dalam elemen value yang menentukan besar tidaknya manfaat
egovernment adalah masyarakat sebagai penerima pelayanan. untuk itu, perlu
ketelitian dalam memilih aplikasi yang menjadi prioritas kebutuhan
masyarakat yang perlu didahulukan dalam pembangunan dan
pengembangannya. Willingness

9|Page
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN


Rancangan penelitian merupakan rencana menyeluruh dari penelitian mencakup
hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya
secara operasional sampai pada analisa akhir, data yang selanjutnya disimpulkan dan
diberikan saran. Suatu desain penelitian menyatakan, baik struktur masalah penelitian
maupun rencana penyelidikan yang akan dipakai untuk memperoleh bukti empiris
mengenai hubungan-hubungan dalam masalah.

3.2 UNIT ANALIS DAN RESPONDEN PENELITIAN

Objek penelitianya adalah masyarakat Desa Labuan Salumbone. Metode


pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposve sampling,purposive sampling
dapat diartikan sebagai pengambilan sampel berdasarkan atas ciri atau sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya yaitu masyarakat Desa Labuan Salumbone yang
berada, Jumlah sampel yang diambil sebesar 3 orang.
Tabel 1. Sebaran Umur Responden
Klasifikasi Umur
No Jumlah Persentase
(tahun)
(orang) (%)
1 31 – 40 2 66,67
2 41 – 60 1 33,33

Jumlah 25 100,00

Sumber : Data primer yang sudah diolah 2022

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 3 responden, kebanyakan

responden berada pada klasifikasi 31 sampai 40 tahun, sebanyak 1 orang dengan

jumlah persentase 36,67 % karena diusia tersebut lebih produktif dan klasifikasi

10 | P a g e
umur 41 sampai 60 tahun, sebanyak 1 orang dengan persentase 63,33 % .

3.3 SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara :

a. Obervasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan
diteliti. Adapun objek yang diteliti adalah Masyarakat Desa Labuan
Salumbone
b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mewawancarai
secara langsung narasumeber/responden

3.4 METODE ANALISIS DATA

Cara mengolah data yang telah di dapatkan dari hasil Wawancara dapat
Jumlah Narasumber
menggunakan rumus x 100=% .
Jawaban Narasumber

1. Bagaimana dengan prosedur pelayanan yang ada di Kantor Desa? (3 Narasumber


menjawab Sangat Baik/ 100%)

2. Bagaimana syarat-syarat pelayanan yang diberikan di Kantor Desa? Apakah


memberatkan masyarakat ? ( 3 Narasumber Menjawab Tidak/ 100%)

3. Bagaimana dengan kepastian waktu pelaksanaan pelayanan di Kantor Desa ?


Apakah Lama atau tidak? (2 Narasumber menjawab Ya/ 66,67% dan 1
Narasumber menjawab tidak/33,37%

4. Apakah pelayanan yang diberikan di kantor desa sudah sesuai dengan prosudur
dan peraturan? (3 Narasumber menjawab Iya/ 100%)

11 | P a g e
6. Apakah staf pemberi pelayanan di Kantor Desa sudah menunjukkan
tanggungjawabnya dengan maksimal? (3 Narasumber menjawab Iya/ 100%)

7. Bagaimana dengan kelengkapan sarana dan prasarana penunjang pelayanan di


Kantor Desa? Apakah lengkap atau tidak? (2 Narasumber menjawab Ya/ 66,67%
dan 1 Narasumber menjawab tidak/33,37%

8. Bagaimana dengan kemudahan akses informasi pelayanan di Kantor Desa? Mudah


atau Sulit? (2 Narasumber menjawab Mudah/ 66,67% dan 1 Narasumber
menjawab Tidak/33,37%

9. Apakah aparat Desa dalam pemberi pelayanan sudah disiplin dalam menjalankan
tugasnya dengan baik? (3 Narasumber menjawab Sangat Baik/ 100%)

10. Bagaimana dengan sikap aparat desa saat memberikan pelayanan kepada
masyarakat? (3 Narasumber menjawab Sangat Baik/ 100%)

11. Berapakah jumlah aparat yang ada di Kantor Desa? (2 Narasumber menjawab
10 / 66,67% dan 1 Narasumber menjawab Tidak Tahu /33,37%

12. Bagaimana kualitas sumber daya manusia yang ada di Kantor Desa dari segi
kuantitas maupun kualitasnya? (3 Narasumber menjawab Sangat Baik/ 100%)

13. Bagaimana dengan tingkat pendidikan dari aparat desa yang ada? (3 Narasumber
menjawab Sangat Baik/ 100%)

14. Bagaimana minat dan antusias masyarakat terkait dengan pelayanan yang
diberikan di Kantor Desa? (3 Narasumber menjawab Sangat Baik/ 100%)

15. Berapa besar biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat agar dapat
menikmati layanan di Kantor Desa? (3 Narasumber menjawab dengan jawaban
yang berbeda. Kisaran Mulai dari 50.000-100.000/ 100%)

12 | P a g e
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM DESA LABUAN SALUMBONE


Sejarah Desa Labuan Salumboe merupakan salah satu Desa dari 6 ( enam ) Desa
yang ada di Kecamatan Labuan merupakan Desa yang terkecil dengan luas 250 Ha atau 2
Km, yang etrdiri dari 4 (empast) Dusun.
Menurut sejarahnya Desa labuan Salumbone telah ada sejak tahun 1992 dengan cikal
bikal berdirinya Mesjid Arrahman bersama Toko-Toko Masyarakat pada saat itu’ Desa
labuan Salumobne sebelum bergabung dengan kecamatan labuan merupakan Desa Dalam
Wilayah kecamatan Tawaeli, yang kerena pegembangan Wilayah Kecamatan Tawaeli
menjadi 2 ( dua ) Kecamatan,Maka setelah Kecamatan menjadi 2 (dua) Kecamatan yaitu
Kecamatan Labuan dan Kecamatan Tanantovea, dan sekarang Kecmatan Labuan menjadi
kecamatan Definitif pada tqhun 2000Desa Labuan Salumbone menjadfi bagian Wilayah
Kecamatan labuan.
Namun Desa Labuan Salumbone di ambila dari bahasa Kaili yang berasal dari Kata ‘
SALU “ yang berarti “ JURANG “ dan “MBONE” yang berarti PASIR oleh kereewna
itulah di sebut Desa Salumbone.
Sejak terbentuknya Desa Labuan Salumbone terdiri dari 4 ( empat ) Dusun yaitu
Dusun Malona, Dusun Salupingga. Dusun Antoli, dan Dusun Vatukiri berdasarkan Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah daerah pada tahun 2001 sehingga
Wilayah menjadi 4 (empat) Dusun yaitu :
1. Dusun Malona
2. Dususn Salupiongga
3. Dususn Antoli
4. Dusun Vatukiri.
Perekonomian yang ada di Desa Labuan Salumbone merupakan aset yang besar bagi
pertumbuhan perekonomian penduduk Desa. Selain mayoritas penduduk sebagai petani di
Desa Labuan Salumbone tumbuh usaha-usaha kerajinan, warung, toko, peternakan dan
perikanan.

13 | P a g e
4.2 TINGKAT PENERAPAN E-GOVERNMENT PEMERINTAHAN DI DESA
LABUAN SALUMBONE

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Labuan Salumbone


Tahun 2016- 2021 ini adalah sebagai kerangka acuan pembangunan enam tahun ke
depan serta sebagai alat untuk mengukur kinerja pemerintah desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat. Selain itu juga dapat dipakai sebagai alat untuk mengantisipasi
perkembangan tuntutan masyarakat, sebagai pedoman tindakan dalam kurun waktu 6
tahun ke depan dan sebagai alat bagi pemanfaatan dana secara efektif dan efisien
serta sebagai alat untuk mewujudkan visi dan misi desa dan sebagai sarana untuk
menjaga kesinambungan pembangunan dan pengembangan desa.

Dalam rangka melaksanakan strategi pembangunan daerah untuk mencapai


tujuan dan sasaran yang diharapkan sesuai dengan Visi, Misi Desa Labuan
Salumbone, maka diperlukan arah kebijakan pembangunan desa yang akan
dilaksanakan. Arah kebijakan pembangunan Desa Labuan Salumbone diarahkan pada
terwujudnya masyarakat desa yang mandiri, makmur, agamis dan berkeadilan, yang
didukung oleh sarana prasarana yang memadai dan aparatur pemerintahan yang
handal. Guna mewujudkan hal tersebut, kebijakan pemerintah Desa Labuan
Salumbone adalah lebih banyak memberikan “kail” daripada “ikan”, dan selanjutnya
diutamakan lebih banyak lagi memberikan “cara membuat kail”. Untuk mencapai hal
tersebut, maka fokus kebijakan pembangunan Desa Labuan Salumbone enam tahun
mendatang diutamakan pada tiga bidang yaitu :

1) Pembangunan Wilayah

2) Sosial Budaya

3) Ekonomi

14 | P a g e
 Bidang pembangunan wilayah meliputi : Pekerjaan umum, sarana pendidikan,
sarana pemerintahan, sarana keagamaan, bidang olah raga, sumber daya air
dan bidang penerangan.
 Bidang sosial budaya meliputi : Bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang
pariwisata, bidang pemerintahan dan bidang sosial.
 Bidang ekonomi meliputi : bidang pertanian, bidang peternakan dan perikanan
dan bidang perdagangan/koperasi/industri dan bidang kehutanan. Dan
selanjutnya disesuaikan dengan potensi yang ada di Desa Labuan Salumbone..

4.3 KEPEMIMPINAN

Sejak Pusat Pemerintahan Kecamatan Tawaeli berkedudukan di Labuan pada


masa Pemerintahan Bapak Drs. Taufik Yotolembah, tepatnya sekitar Tahun 1997
muncul Aspirasi yang dimotori oleh yang menamakan diri Forum Masyarakat Peduli.
Membangun Labuan Berjuang mengembalikan Nama Tawaeli keasalnya atau
memperjuangkan Nama Kecamatan Labuan, berhubung Perjuangan yang cukup
memakan waktu dan sangat melelahkan, karena pada saat itu belum mendapat
kesepakatan dari Desa yang saat ini menjadi wilayah Kecamatan Tanantovea, sampai
dengan pergantian Pimpinan Pemeritahan Kecamatan Tawaeli di Labuan dari Drs.
Taufik Yotolembah kepada Drs. Nudin Lamasipato terjadi Kefakuman, hal ini
diakibatkan terjadinya masa transisi Pemerintahan Kab. Donggala dimana sedang
dalam proses melahirkan Anak yaitu Kab. Parigi Moutong termasuk didalamnya
peralihan sebagian Pimpinan DPRD Kab. Donggala ke Kab. Parigi Motong.

Pelantikan Camat Labuan yang Pertama Bapak MOH. ALI HI. LARAGA
memerintah dalam Kurun waktu Kurang Leih 5 Tahun dari tanggal 16 April 2005
sampai dengan Januari 2010 karena beliau telah Pensiun, kemudian berdasarkan Surat
Keputusan Bupati Donggala Nomor: tentang Penetapan sebagai Camat Labuan atas
nama Bapak ISMAIL MUDOHALI, S.Sos sebagai Camat Labuan yang KEDUA dari
tanggal 26 Januari 2010 sampai dengan sekarang

15 | P a g e
4.4 KELEMBAGAAN

Pada tanggal 18 Januri 2004 Dimasa Pemerintahan Bapak Mahfud Lamakampali,


BA telah diadakan Musyawarah Pembentukan Penginisiatif oleh Bapak Mukasifan
Habie,BA ( selaku Inisiator ) dalam acara tersebut dipandu oleh Bapak Ismail
Mudohali,S.Sos didampingi Penulis Azhar Langkuati,BBA, maka terbentuk
Penginisiatif acara dialoh Tanggal 28 Januari 2004 oleh Penginisiatif telah menggelar
dialog /Musyawarah antara Pemerintah Kecamatan Palu Utara dan Forum Masyarakat
Palu Utara dengan Pemerintah Kecamatan Tawaeli di Labuan dan Tokoh-Tokoh
Masyarakat Labuan, kemudian Tampil sebagai Pembicara Utama dari Tokoh
Masyarakat Labuan adalah Bapak Drs. Hi. Tato Masitudju.

Dari Hasil Dialoh/Musyawara tersebut telah disepakati:

1. Pemerintah Dan Forom Masyarakat Palu Utara telah menerima


Pengembalian Nama Tawaeli dan Mengakui Nama Kecamatan Labuan.
2. Terbitnya Surat Keputusan Camat Tawaeli di Labuan yang ditandatangani
oleh Bapak Mahfud Lamakampali,BA Nomor: 188/158/VII/2004 tentang
Penunjukan Panitia Persiapan Kecamatan Labuan pada tanggal 22 Juli 2004
dengan susunan Panitia sbb;
I. Penasehat – Camat Tawaeli
– Unsur Tripika Kec. Tawaeli
– Drs. Hi. Tato Masitudju
II. Panitia
Ketua: Mukasifan Habie,BA
Sekretaris: Ismail Mudohali,S.Sos
Wakil Sekretaris: Dahrin Tandjo
Bendahara: Burhan Yado
III. Seksi-Seksi
1. Seksi Administrasi: -Umar D. Haruna

16 | P a g e
-Azhar Langkuati, BBA
2. Seksi Perlengkapan: Saridi, S.Pt
3. Seksi Keuangan: Moh. Fajar.Dj. Panggagau
4. Seksi Humas: Moh. Iqbal Tjanda Lamato
* Kecamatan Labuan ditetapkan berasarkan Perda Kab. Donggala Nomor
3 Tahun 2005 tentang Perubahan Nama Kecamatan Tawaeli menjadi
Kecamatan Labuan dan peresmiannya tepatnya pada tanggal 16 April

Desa Labuan Salumbone menganut sistem kelembagaan pemerintahan Desa


dengan pola minimal, selengkapnya sbb :

Bagan Pemerintahan Desa Labuan Salumbone

17 | P a g e
4.5 SUMBER DAYA MANUSIA
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Desa Labuan dan Desa
Salumbone adalah petani dengan tingkat kesejahteraan yang relatif rendah. Hal
tersebut bertolak-belakang dengan potensi ekonomi wilayah tersebut. Lahan
pertanian yang mereka punya masih luas dengan ketersediaan pengairan yang
melimpah. Begitu pula dengan peternakan, lahan penggembalaan masih luas dengan
tingkat kesuburan yang tinggi. Dengan demikian, dibutuhkan motivasi dan
pengetahuan untuk pengelolaan hasil bumi yang mereka miliki, sehingga memberi
manfaat ekonomis secara berkelanjutan. Sementara, kearifan lokal yang selayaknya
dapat di arahkan ke perilaku membangun, sehingga ada rangsangan agar masyarakat
tidak melakukan tindakan atau rnelakukan tindakan yang tidak terpuji (Muliadi,
2006).

18 | P a g e
BAB V

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan, tingkat Pelayanan di Kantor
Desa Labuan Salumbone sangat Baik.

1.2 SARAN

Berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan, maka dapat


direkomendasikan beberapa hal dalam rangka perbaikan pelayanan di Desa Labuan
Salumbone sebagai berikut :
1. Pemerintah Desa Labuan dapat membantu infrastruktur Desa Labuan
Salumbone dapat berjalan dengan lancar.
2. Pemerintah Desa Salumbone yang dalam hal ini bertindak sebagai
fasilitator dan pengontrol, dapat memberikan arahan-arahan dan
petunjuk mengenai pelayanan di Kantor Desa Labuan Salumbone,
serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dan aparat Untuk
Kemajuan Desa Labuan Salumbone

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

BPS Sulsel. (2019). Membangun Indonesia dari Pinggiran Melalui Pendataan


Potensi Desa (Podes) Sulawesi Selatan 2018. 60, 1–12.

Daerah, B. P. P. dan P. (2019). Rencana Kerja Pemerintah Daerah 2019 (p. 403).

Haki, M. G., & Taena, W. (2017). Analisis Pendapatan Usahatani Cabe Rawit Merah
di Desa Tapenpah Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara. Agrimor,
2(04), 57–58. https://doi.org/10.32938/ag.v2i04.191

Matakena, S., & Pigai, M. (2021). Analisis pendapatan di Kampung Kaliharapan


Distrik Nabire Kabupaten nabire. Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanijan
Dan Peternakan, 6(1). https://uswim.e-journal.id/fapertanak/article/view/230

Nasional, P. P., Percepatan, M., Perluasan, D. A. N., Nasional, M. P., Kompetensi,


M. P., Daya, S., & Jagung, P. (2011). Laporan Tahunan Laporan Tahunan. 1–
91.

Pendahuluan, B. I., & Belakang, L. (2019). Perencanaan Tata Guna Lahan Desa
Pesaku. 2.

Sembiring, H. (2015). Strategi dan Upaya Peningkatan Pelayanan Kantor Desa. 15–
22.

Syuryawati, F. (2009). Kendala dan prospek pengembangan Desa pada lahan sawah.
Sarasutha 2002, 978–979.

Thanthirige, P., Shanaka, R., Of, A., Contributing, F., Time, T. O., Of, O., Shehzad,
A., & Keluarga, D. D. (2016). Komoditas mempunyai. August, 1–5.

20 | P a g e
LAMPIRAN

A. Pertemuan Antara Masyarakat dan Mahasiswa Di Kantor Desa Labuan


Salumbone

21 | P a g e
B. Kantor Desa Labuan Salumbone

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai