Anda di halaman 1dari 5

SUTARSIH

Penulis: Yessa Yuliana

PEREMPUAN ITU BERJALAN KEARAH KURSI DAN DI DEPANNYA, SAMBIL


MEMBAWA SEPUTUNG ROKOK DAN SEGELAS KOPI. IA DUDUK, TATAPAN
KOSONG TERLIHAT DI WAJAHNYA, HISAPAN ROKOK ITU TAK LUPA DI
NIKMATINYA.

Saya Sutarsih, seorang perempuan, seorang korban, dan saya meminta keadilan pada Tuhan.
2 hari yang lalu saya bangun dari kesadaran, langsung menjadi tersangka!. Ya, saya ngaku,
tapi itu dalam keadaan tidak sadar. Itu bukan saya…tapi Setan! Dia memanipulasi pikiran
saya, dan menguasai tubuh saya. Saya tidak bisa apa-apa…Tuhan dia jauh, saya berteriak
dengan jiwa saya berbagai ayat saya baca, tidak mempan. Gila!!!...Setan apa ini??.
Pengadilan Indonesia Raya, sebentar lagi menangkap saya, tapi sebelum itu waktu luang
patut di nikmati sembari memberitahukan sesuatu kepada manusia-manusia. Kapan lagi saya
mendapatkan waktu damai ini dan berbincang dari satu hati kehati, kalau sampai.

Oukeh kembali ke Setan. Jadi dari awal saya adalah korban yang dimanipulasi..otak.. dan
dianggap tersangka oleh manu manu sia di bumi ini, sehingga saya minta keadilan dengan
Tuhan, tapi tidak di dengar!. Ya mungkin karena saya bigung, Tuhan saya lupa, saya tidak
tau Tuhan mana yang saya sembah, masuk akal ayat yang saya baca tidak mempan. T..t..tapi
saya tau saya diciptakan oleh Tuhan, (maaf saya tidak tau Tuhan yang mana) maka beri
keadilan kepada saya sebagai salah satu ciptaan-Mu…(DIAM) Apa tuhan juga membisu
dengan salah satu ciptaannya!!!. Aku adalah korban dari takdir yang kau buat!!!

Aku lelah dengan takdir ini…20 tahun aku jalani, kedamaian dapat terhitung, dan kau
mengirim salah satu setan sebagai pengisi takdir ku. Sialan!!!.. ya ya lakukan dengan
perlahan setan jadikan aku sampai tercela seperti yang kau inginkan, aku akan mengikutimu
dengan perlahan juga sesuai takdir yang diperuntunkan. Selama saya hidup tak ada manusia
yang memedulikannya, kebanyakan hanya bertemu manusia conggak, sombong dan berbicara
omong kosong, mengikuti struktur hidup manusia dengan tidak mendonggak keatas itu yang
saya simpulkan. Manusia…...banyak omong kosong, mereka hanya berkata sabar…
semangat…sabar…semangat…sabar…semangat…sabar.r.r.r.r apa goblok!!!!. Semangat???
Hah Jangkrik! Kenapa kalian begitu banyak omong kosong kenapa tidak berkata aku akan
menolongmu Sutarsih, dengan sigap Sutarsih ini menerima tawaran itu, jika kalian bertanya
bagaimana…ya dengan memindahkan setan ini kedalam tubuh kalian satu persatu. Tapi itu
tidak mungkin, karena kalian omong kosong.

Di tanah yang saya pijak memiliki hukum yang memperjuangkan hak manusia, tapi tidak
semua bisa memperjuangkannya, hanya beberapa saja. Yang lainnya kalah, karna
gonggongannya tak senyaring gonggongan yang di depan, saya sebagai orang yang menepuh
ilmu sampai jenjang sarjana, berbagai teori saya hapalkan, Thomas Hobbes, Jean Jacques,
dan masih banyak lagi, mereka mengartikan manusia berdasarkan unsur Filsafat. Manusia
adalah makhluk yang jahat yang hanya bisa diatur oleh hukum dan pemerintahan yang tak
dapat digulingkan. Hahaha…lucu, nyatanya hukum dan pemerintahan saja di kuasai oleh
manusia-manusia bejad dan juga manusia dapat diartikan sebagai makhluk baik, masyarakat
yang membuat manusia jahat karena mementingkan diri sendiri dan bersifat merusak. Dan
saya berada pada artian ini, saya mengaku saya jahat, hal ini sudah terjadi dengan bukti saya
membunuh bapak saya sendiri. Itu adalah bukti yang kuat dan itu adalah kenyataan, waktu itu
tak terelakkan, setan itu sudah menguasai setengah jiwa saya, apalah daya ingatan yang
tertinggal melihat tubuh bapak sudah terkapar tewas di samping saya. Tidak terlalu parah…
h..hanya beberapa bagian tubuh terpisah (TERSENYUM KECIL). dan itu saya yang
melakukannya

SUARA KETUKAN PINTU, 2 ORANG POLISI MEMBAWA SUTARSIH KE


PENGADILAN. DENGAN KEPALA TERTUTUP KARUNG SUTARSIH
MENGHADAP HAKIM.

(KARUNG DI LEPAS)

Hai pak Hakim, semoga kau selalu sehat jiwa dan raga. Baik pak hakim tanpa buang waktu,
vonis saya hukuman mati, saya tidak butuh saksi, pembela, pengacara atau apalah itu hukum
yang di buat di negara ini tidak berguna, saya sudah mengaku tanpa ada paksaan dari pihak
tertentu, tapi atas kewarasan saya mengaku bahwa saya yang membunuh bapak saya sendiri,
bukti sudah jelas semua itu mengacu pada saya, selesaikan persidangan ini dengan cepat dan
lugas..pak..Hakim.

Apa lagi yang ingin di tanyakan pak Hakim, sudah jelas saya pelakunya, saya yang
memutilasi bapak saya sendiri, apa lagi yang ditanyakan, ayolah pak hakim jangan banyak
omong kosong, apa? Kenapa saya membunuhnya? Ya..karena saya ingin..oh..ya..bantuan
setan juga jangan lupa. Ngawur, saya tidak berbicara sembarangan pak Hakim, berkat setan
itu saya jadi kuat, memegang sedok saja saya biasanya gemetar, apalagi memegang pisau dan
kapak, pikir saja pak Hakim hal ini tidak mustahil…saya seakan-akan bebas melakukan
pembunuhan itu, jadi cepat vonis saya hukuman mati pak hakim!.

Astaga…demi hormat saya menghormati hukum yang ada di negri ini, kalau saya mau saya
akan langsung menghabisi diri saya tanpa peduli hukum yang kalian buat begitu keras, tapi
karena saya NKRI saya menghargai hukum ini. Jadilah saya berdiri di sini, dikelilingi politisi
yang luar biasa, kehormatan bagi saya. Ouh iya pak hakim sebelum bapak saya meninggal
atau lebih tepatnya dibunuh, dia mengucapakan kata-kata Mutiara seperti biasa “LAYANI
AKU, SAMPAI PUAS”. Sebenarnya kata-kata itu sudah biasa saya dengan setiap hari pak
Hakim, ya saya layani memberikan kopi, teh, pisang goreng, martabak, es cendol dan masih
banyak lagi, dari sana saya diberi tip, tip kopi, tip pisang goreng, tip anu, tip anu, dan
terkadang si anu itu memberi saya anu…hehehe begitu lah pak Hakim. Saya harus selalu
berada di kaki itu menjilat atau di jilat. Baik saya sudah mengatakan semuanya pak Hakim
cepat berikan saya hukuman mati segera mungkin, karena saya sudah tidak sanggup berlama-
lama di dunia fana ini, sangat menjijikan!!.

Apa maksud anda pak Hakim, saya sudah mengatakan semuanya dengan jelas tanpa ada yang
di tutupi sama sekali….ya saya lupa mengatakan itu…dia bukan bapak kandung saya, tapi
bapak tiri saya. Ibu saya menikah kembali sekitar 3 tahun yang lalu saat ayah kandung saya
meninggal, tetapi sekitar 2 bulan yang lalu ibu saya menyusul kepergian ayah kandung saya.
Dan selama itu saya tinggal berdua dengan bapak tiri saya. Sudah cukup pak hakim??. Segera
vonis hukuman mati kepada saya pak Hakim.

Rumor? Menggoda?, pak Hakim serius berpikir seperti itu, haha bagaimana mungkin dengan
tubuh seperti ini saya menggoda dia pak Hakim, saya juga memiliki harga diri sebagai
perempuan yang sudah dilecehkan, untuk apa saya berpikir menggoda biadab itu!!!...pak
Hakim yang terhormat saya Sutarsih, sudah mengaku bahwa saya yang melakukan
pembunuhan itu, dan spekulasi omong kosong yang di ucapkan pak Hakim itu tidak dapat
saya terima, menggoda menjijikan! (meludah). Spekulasi yang pak Hakim dapat hanya
berasal dari isu-isu gang sampah, berapa banyak pak Hakim di berikan tip kali ini??.

20 tahun saya mengais cuan demi hidup dan pendidikan saya, tapi apa saya dapat, hinaan,
siksaan,dan pelecehan dan itu biasa terjadi hampir setiap hari, dan syukurnya sampai
sekarang saya masih menjaga kesucian dalam saya, pak Hakim yang terhormat saya lahir dan
tumbuh di negri ini, tapi kenapa setelah saya keluar dari perut ibu saya, malapetakan seakan
membuat takdir saya. Takdir bejat itu berlanjut sampai ibu saya menikahi biadab itu, dia
awalnya baik pada saya, dia membiayai pendidikan saya, dia bersikap layaknya seorang
bapak pada umumnya, tapi ketika ibu saya meninggal…saya layaknya seperti budak hina
yang wajib dibinatangkan, saya diancam jika saya tidak memenuhi kepuasannya, layaknya
budak PSK yang selalu berada di pinggir jalan, bertahun-tahun saya lakukan, mulut saya
disumpal dengan berbagai ancaman, pak Hakim apa saya dikecualikan di negri ini oleh
manusia dan Tuhan, saya terus menanti…menanti…menanti, kebebasan pak Hakim!!! Tak
ada..tak ada pak Hakim. Saya berusaha untuk tegar tapi ternyata, Sutarsih ini tetap saja
kandas. Dan bencana itu…saya tidak bisa mengelaknya kesadaran muncul tiba-tiba, biadab
itu menganu saya pak Hakim!!!, saya melawan mengangkat tangan dan mengambil pisau
tajam menusuk mata kanan, kiri, mulut tusuk…tusuk…tusuk, saya seakan tak bisa
mengendalikan tubuh saya pak Hakim tusukan itu terus berlanjut, darah muncrat ketubuh
saya, saya merasakan kebebasan dan takdir telah memberkati saya.

Maka…tidak ada lagi pertanyaan, segera vonis saya hukuman mati pak Hakim, saya tidak
ingin berlama-lama di dunia hina ini, pak Hakim hanya tinggal mengetuk dan menetapkan
hukuman saya. Cepat lakukan pak hakim!!...Kenapa pak Hakim hanya memandang saya dan
terdiam, cepat lakukan. Apa maksud pak hakim tidak bisa memutuskan untuk saat ini.
semuanya sudah jelas pembunuhan dilakukan atas keinginan saya, maka hukuman yang
setimpal adalah hukuman mati yang harus saya terima.

Selesai, tidak! pengadilan tidak akan selesai sampai saya divonis hukuman mati, pak
Hakim…pak Hakim…pak Hakim. Saya tidak peduli pembelaan, keparat semua hukum kalian
sama saja membisu seperti Tuhan, saya hanya meminta keadilan apa itu susah untuk
didengar, dalam keadaan kewarasan mati adalah keadilan yang sudah terbuka di takdir saya,
itulah yang harus saya jalani sekarang. Dengan tegas! Sedih, senang, dosa, pahala sama saja,
semua sudah direncanakan, dan saya siap untuk mati, pak Hakim dengar suara Sutarsih ini…
pak Hakim…pak Hakim!. Tidak lepaskan, saya belum puas, saya harus divonis mati…harus
mati…tidak…tidak…pak Hakim.m.m.m.m

-SELESAI-

Anda mungkin juga menyukai