Anda di halaman 1dari 3

SUTARSIH

Penulis: Yessa Yuliana

(BACKSOUND)

SEORANG PEREMPUAN DENGAN TANGAN BERSIMBAH DARAH MEMBAWA


SEBUAH KARUNG DAN BERJALAN KEARAH KURSI DI DEPANNYA.

Orang gila... mereka menyebut kami seperti itu yang kehilangan akal sebagai identitas
normal, terkumpul dari berbagai latar belakang yang satu kesatuan dan di tempat ini kami
orang gila di peruntunkan untuk mengejar kewarasan supaya kembali lagi di perkumpulan
manusia normal dan aku sebagai perwakilan orang gila ingin bertanya...apa itu harus?, kalian
yang mencap kami ....jadi untuk apa kami kembali, , toh pandangan kalian akan tetap
sama...akan tetap sama...bahwa kami adalah orang gila dengan latar belakang yang
mengerikan.

(Memegang cermin)

Padahal

(MELIHAT KEARAH BELAKANG)

“ah…bapak begitu kasihan nasibmu, aku masih ingat suara tangismu yang tak berhenti ketika
melihat tubuh ibu tak bernyawa lagi, kau seakan bersedih layaknya kehilangan istri yang
dicintai. Kau tersedu sedu mengambil simpati orang-orang desa dan mengatakan aku anak
durhaka yang kabur dari rumah bersama seorang laki-laki setelah membunuh ibunya sendiri
Ehehah… Padahal kau mengurungku di kamar itu, layaknya binatang liar kau menyekapku
sampai aku hampir mati bangsat!!, kau merangkai semuanya begitu sempurna seolah-olah
kau adalah korban dan aku tersangka luar biasa…orang-orang desa yang lugu secepat kilat
mempercayai si alim bangsat ini…(TERTAWA KECIL)…penipu berkecok alim…sudah
biasa berkeliaran di negri ini…dan desa di penuhi orang-orang lugu di jadikan lahannya
sebagai bisnis…menjijikan begitu banyak cuan yang kau dapat dari ajaran sesat yang kau
ajarkan. Dosa pahala kau samakan, mana ada agama mengajarkan keperawan seorang wanita
harus hilang jika ingin di anggap suci di hadapan Tuhan, bodoh!! Ya kecuali jika si wanita ini
sudah menikah itu tak apa. Pak sesat kali kau pak para janda tak luput di tipunya ibu saya
seorang janda yang aduhai…tergoda dengan si alim ini…ahah brengsek!!!.”

Mati..ibu saya!!. Saya yang di anggap sudah hilang , mau buat apa. Mau minta tolong
kesiapa, saya sudah terbelenggu di dalam rumah itu dan umur saya sekarang sudah 25 tahun.
Saya terus memohon kepada Tuhan, Tuhan saya meminta kebebasan tolong beritahu saya
bagaimana caranya, saya menunggu…menunggu…menunggu tak ada jawabannya Tuhan
membisu, saya terlalu berharap kepada Tuhan, sampai lupa hampir setiap kejadian tak ada
yang berubah, dan si alim bangsat ini sangat menikmat takdirnya.

Dan kejadian itu datang…saya tak menyangka tubuh seperti ini dapat menggoda…biadab!!,
dengan ujaran sesatnya dia berayat di hadapanku layaknya para ulama besar dibilang agama
harus begitu... maka kita begini…begitu… anu… anu…menganu…haha..sialan!!, Tuhan
mengapa kau menciptakan hamba yang begitu sesat nafsunya sangat gila… bencana becana
itu terus aku dapatkan setiap hari …aku layakya budak hina yang menawarkan diri untuk
selalu siap diperkosa!!!.

(MENGAMBIL KARUNG)

“Pak kenapa…Kenapa pak!! Ayo jawab…kenapa kau membisu…kenapa kau tak menjawab
sialan…(TERSEDU) kau menjadikanku sebagai budak komersialmu, kau sudah mengambil
harga diriku, jika aku tak mau kau menyiksaku kau todongkan pisau ke arah mulutku. Gila…
tentu kewarasaan tak ada lagi di dalam jiwa ku…lihat aku berbicara dengan orang mati ..ha
bodohnya aku berbicara dengan orang mati…aku memang gila…sudah gila…tidak waras…
aku gila…gila…gila…gila..gila..(TERTAWA)

Lihat saya gila, apa kalian mempercayai orang gila jangan-jangan kalian yang gila tidak tau
mana yang baik dan buruk, tidak tau mana yang korban mana yang tersangka…bigungnya…
saya keduanya sekarang korban sekaligus tersangka. Saya Sutarsih berhasil mengirim biadab
itu ke Neraka, terserah mau percaya atau tidak, terserah mau kalian lapor saya ke hukum…
saya tidak peduli hukum tidak berguna…hukum mana yang membela saya…selagi para
anjing itu perkumpul di satu ruangan…siapa yang akan membela perempuan hina seperti
saya, saya Sutarsih seorang pembunuh dengan tangan ini saya menghukum seorang biadab
atas hukum saya sendiri bukan Tuhan atau Negri ……(TERTAWA)

(MUSIK)

-SELESAI-

Anda mungkin juga menyukai