Anda di halaman 1dari 132

 
Kelompok Gangster
Berubah Menjadi Pesamuan
Kolam Teratai

Dikutip Dari :

Ceramah Master Dao Zheng

Judul :

黑社會變蓮池海會 
 
Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Untuk kalangan sendiri, disebarluaskan secara gratis,


dilarang memperjualbelikan.


 
Daftar Isi
Hal

Panggilan Penghitung Digital…………………..…...………………..5


Kisah Pasien Yang Diborgol
Bagian 1………………………………………………..…………...….11
Bagian 2……………………………………………………………..…17
Bagian 3………………………………………………………………..23
Bagian 4 –tamat………………………………………………………..29
Kisah Bodhisattva Sukacita
Bagian 1……………………………………….……………….………34
Bagian 2………………………………………………………….…….40
Bagian 3 – tamat……………………………………………….………45
Ketidakkekalan Dunia……………………..……..…………..………49
Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu
Bagian 1…………………………..…………………………..………..55
Bagian 2……………………………………………...………..……….61


 
Bagian 3 – tamat………………………………………………...…..68
Tiga kalimat baik Song Jing-gong….................................................73
Membahas beberapa tradisi kepercayaan
Bagian 1…………………………..…………………………...…….76
Bagian 2………………………………….………………………….80
Bagian 3…………………………….……………………………….83
Bagian 4.…………………………………………………….………86
Kesukaan anda cocok dengan siapa?................................................94
Apakah sudi menjadi burung pemakan bangkai?………......…...97
Semua kejadian yang sesungguhnya, Buddha mengetahuinya...101
Bara api berubah menjadi teratai merah
Bagian 1.……………………………………………………………104
Bagian 2………………………………………………….………....111
Bagian 3……………………………………….…………………....118
Bagian 4…………………………………………………………….124
Bagian 5 – Tamat………………………………..………………….130


 
Panggilan Penghitung Digital

Kekuatan jasa kebajikan melafal Amituofo telah mengubah


adegan sadis menjadi adegan sukacita, perang menjadi perdamaian,
mengubah senjata menjadi kain sutera, tidak sempat menjadi
adegan berdarah.


 
Kasus sadis menjadi adegan sukacita --- panggilan
nurani penghitung digital.

Melepaskan pedang dunia persilatan. Meninggalkan


duniawi menjadi Bhiksu.

Saya mengenal seorang Bhiksu, beliau memberi saya pencerahan dan


bantuan yang besar. Bhiksu ini amat maitri karuna, ramah, terutama
dalam membantu melafal Amituofo, maka akan berusaha semaksimal
mungkin. Andaikata dia tidak memberitahukan kepada anda, anda pasti
takkan mengenalinya, dulunya dia pernah menjadi anggota sebuah kubu
gangster, dan dalam kelompok itu dia adalah seorang “peradilan”.
Pertama kali mendengar istilah “peradilan” ini saya tidak mengerti,
ternyata contohnya adalah : “Potong tiga jari tangan ............................dan
sebagainya”, dia memberitahu bahwa kelompok mereka menyembunyikan
pisau persilatan di sepatu masing-masing, selalu pergi berkelahi. Namun
setelah menjadi Bhiksu, setelah melatih diri melafal Amituofo untuk jangka
waktu yang lama, sehingga orang tidak melihat ada kesan sedemikian
pada penampilannya.

Jalinan jodoh sebuah penghitung digital lafalan


Amituofo.

Suatu hari saya bersama beberapa orang umat pergi


mengunjunginya, kebetulan sedang terjadi sesuatu, ada seorang

6
pemimpin sebuah kubu gangster, datang berterimakasih padanya, kami
jadi begitu penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Ternyata
pemimpin kubu gangster ini, dalam sebuah kesempatan yang begitu tiba-
tiba, bertemu dengan Bhiksu ini, Bhiksu ini menasehatinya agar melafal
Amituofo, juga membagi pengalaman nya di masa lalu, mereka berbincang
sampai larut, kemudian Bhiksu menghadiahkan sebuah “penghitung
digital lafalan Amituofo” kepada ketua gangster, dan ketua gangster
menyimpannya di dalam mobilnya.

Kemudian kubu ketua gangster ini tidak harmonis dengan kubu


lainnya, maka terjadilah perkelahian, kubu ketua gangster ini berniat
untuk menangkap anggota kubu musuhnya dan mematahkan kaki mereka,
lalu mereka mulai bertindak. Mereka benar-benar serius dan berhasil
menangkap anggota kubu musuh, menyekapnya ke dalam mobil dan
menyetir mobil hingga ke kuburan yang sepi, bersiap-siap untuk
menjalankan niat mereka.

Panggilan penghitung digital lafalan


Amituofo……Cepatlah melafal Amituofo ! Lekaslah
bertobat!

Pada saat itu sungguh tak terduga, mobil milik ketua gangster
karena berjalan di jalanan yang tidak rata, sehingga mobil bergoyang-
goyang, penghitung digital lafalan Amituofo juga ikut melompat keluar,
seperti sedang memanggil “Sebutlah Amituofo! Sebutlah Amituofo!”,
ibarat juga maitri karuna Buddha sedang menuntun nya.


 
Mengapa saya masih berbuat jahat? Amituofo! Saya
tak ingin melakukannya lagi!

Ketika melihat penghitung digital, tanpa disadari tangannya


mengambil benda tersebut, juga tanpa disadari dia telah melafal
Amituofo beberapa kali, Amituofo, Amituofo………….melafal dan
melafal terus, tanpa terasa hatinya mulai terasa sejuk, juga jadi
teringat pada Bhiksu yang menghadiahkannya penghitung digital
tersebut, mengapa orang lain bisa meninggalkan duniawi dan menjadi
Bhiksu memulai kehidupan yang baru, namun kenapa saya malah terus
melakukan kejahatan? Kemudian dia meneruskan melafal Amituofo,
Amituofo, dan tiba-tiba dia melontarkan perintah kepada bawahannya :
“Saya tak ingin melakukannya lagi!”

Memutar balik arah mobil, menuju Jalan KeBuddhaan


(daripada mematahkan kakinya lebih baik
mentraktirnya minum soda!)

Para anggotanya berkata : “Bos, kenapa tiba-tiba memutuskan tak


mau melakukannya lagi! Tanpa dirimu semuanya juga jadi tak bermakna
lagi! Kami juga mau mundur!”, karena itu ketua gangster memutuskan
memutar balik arah mobilnya, dan pergi membeli beberapa kaleng
minuman soda, kemudian minum bersama anggota-anggotanya, juga
mentraktir para tahanan nya.


 
Berterimakasih atas nasehat yang diberikan Bhiksu,
melafal Amituofo mengubah senjata menjadi kain sutera
(tak perlu masuk penjara!)

Pihak keluarga kubu musuh telah melapor ke polisi tentang kasus


penyekapan oleh ketua gangster, kepolisian juga segera mengadakan
penyelidikan dan mencari orang yang hilang, namun kekuatan jasa
kebajikan melafal Amituofo telah mengubah adegan sadis menjadi
adegan sukacita, perang menjadi perdamaian, mengubah senjata menjadi
kain sutera, tidak sempat menjadi adegan berdarah, sehingga tidak
sempat menjadi tahanan penjara. Kemudian ketua gangster ini semakin
berpikir semakin timbul rasa berterimakasih, penghitung digital hadiah
dari Bhiksu, bukan saja telah menyelamatkan nya, juga pihak musuhnya,
maka itu dia sengaja menyempatkan diri berkunjung untuk
berterimakasih pada sang Bhiksu.

Perkumpulan gangster dapat menjadi Bodhisattva


Pesamuan Kolam Teratai.

Dengan kegigihan, mencari kembali jiwa sejati ---


barulah disebut ksatria sejati!

Semua makhluk memiliki jiwa KeBuddhaan, jasa kebajikan dari nama


Amituofo sungguh tak terbayangkan, dapat menggerakkan benih
kebajikan setiap insan, dapat memunculkan jiwa KeBuddhaan semua
makhluk. Dengan sebersit niat melafal Amituofo, para anggota

 
gangster juga dapat berubah menjadi Bodhisattva pesamuan kolam
teratai. Saya sangat menghormati ketua gangster ini, pencerahannya,
segera memutar balik arah mobilnya ---“lautan penderitaan tiada batas,
kembali ke jalan yang benar adalah pantai bahagia”, Saya selalu
melakukan introspeksi diri, andaikata ketika menemukan ada sikap yang
salah, apakah saya juga akan memiliki kegigihan serupa dengannya untuk
langsung memperbaiki diri dan bertobat? Jujur saja, saya tak sebanding
dirinya! Dia bisa melepaskan kerisauannya, dan dengan keberanian
memperbaiki diri, sungguh seorang ksatria sejati!

10 
 
Kisah Pasien Yang Diborgol (bagian 1)

Ketika niat burukku timbul, kekuatan Buddha segera


memberkatiku, kebetulan tak ada jalinan jodoh, sehingga saya tak
memiliki kesempatan untuk bertindak. Ketika niat burukku
timbul, semua ajaran para Buddha, Bodhisattva, ayahbunda dan
guru akan muncul, menghalangiku untuk bertindak, sehingga saya
tidak sempat menciptakan malapetaka.

11 
 
Peluru berubah menjadi tasbih --- belenggu menjadi
kuntum teratai.

Kisah Pasien Yang Diborgol (bagian 1)

Kejadian ini berlangsung ketika saya masih bertugas di rumah sakit,


pada saat itu giliran saya yang menjaga Ruang Perawatan Intensif (ICU),
suatu pagi ketika baru masuk kerja, saya sedang mencuci tangan, tiba-
tiba terdengar perbincangan para suster yang sedang mencuci
perlengkapan medis sambil berdiskusi tentang seorang pasien yang
diopname di ruang bedah. Salah seorang suster berkata : “Orang itu
sungguh lagak! Sudah sampai tahap begini, sudah akan dipenjarakan,
masih merasa bangga, dia merasa kita adalah para bawahannya,
memerintah kita, suka-suka memarahi kita, barusan tadi dia
memarahiku!”

Karena saya selalu merasa bahwa pasien yang sedang didera


penyakit, tentu saja tidak mungkin memiliki perasaan yang gembira,
marah-marah dan tak senang adalah hal yang sulit dihindari. Setelah
mendengar percakapan mereka, saya merasa hal ini sudah biasa,
makanya tidak berminat untuk mengetahui lebih lanjut. Kemudian
setelah bersama kepala rumah sakit mengadakan pemeriksaan kamar,
barulah diketahui ternyata ada seorang pasien yang dijaga polisi dan
kakinya diborgol.

12 
 
Sensasi Kaohsiung --- Otak pelaku kasus baku
tembak.

Saya tidak memiliki kebiasaan membaca suratkabar, maka itu tidak


mengetahui kejadian yang sedang terjadi, suster menertawakan diriku :
“Dokter Guo! Anda sampai-sampai bisa tidak mengetahui sensasi kasus
baku tembak yang menghebohkan Kaohsiung!” Saya tertawa dan
menjawab : “Saya hanya mengenal Alam Buddha Amitabha yang begitu
damai, di mana burung-burung mengumandangkan Dharma, bunga-bunga
yang memancarkan cahaya, tiada insan yang berkelahi!”. Kabarnya
pasien itu adalah salah satu otak pelaku penembakan, di dadanya
terdapat sebutir peluru, dan dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi dan
menjalani opname.

Ketika melakukan pemeriksaan kamar, saya melihat pasien ini masih


berusia muda, setelah menjalani pembedahan, bagian dadanya masih
harus dipasang beberapa selang, sungguh menderita, dia tidak bisa
berbaring maupun duduk, jadi hanya bisa setengah berbaring dan
setengah duduk, bernafas pun terasa begitu susah, ketika melihat
kakinya yang diborgol, hatiku terasa ikut pedih, anak yang masih begitu
muda sudah harus masuk penjara, kehidupan penjara akan memberikan
pengaruh apa pada dirinya?

Kebajikan dan kejahatan hanya ada pada satu niat.

Saya yakin bahwa setiap makhluk memiliki jiwa KeBuddhaan, hendak


melakukan kebajikan atau kejahatan hanya terletak pada sebersit niat

13 
 
pikiran. Melakukan kebajikan atau kejahatan menuruti perubahan jalinan
jodoh, bagaikan air yang dapat menggerakkan perahu atau membalikkan
perahu. Manusia dapat menuruti jalinan jodoh berbuat kebajikan dan
mencapai KeBuddhaan, bersukacita tanpa kerisauan; namun juga bisa
mengikuti jalinan jodoh yang buruk dan menghabiskan nyawa orang lain,
merampok dan menikmati buah pahit yang tiada habisnya. Saya selalu
mengawasi pikiranku, jalan pemikiranku, kadang kala juga buruk, kadang
kala pula baik.

Tidak ada manusia yang baik secara keseluruhan atau


jahat keseluruhannya, walau pernah jatuh ke neraka
juga bisa mencapai KeBuddhaan.

Ketika Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini, pernah


suatu kali membabarkan pada para siswa Nya bahwa di masa kehidupan
lampau Nya juga pernah menjadi orang jahat dan menjalani penderitaan
di neraka, namun kemudian setelah menempuh jangka waktu yang
panjang melatih maitri karuna dan kebijaksanaan, akhirnya menjadi
Buddha. Maka itu kita dapat melihat tidak ada manusia yang baik
keseluruhannya atau jahat keseluruhannya.

Mata Buddha, senantiasa memandang sekelompok


Jiwa KeBuddhaan yang sedang bersalah.

Saya selalu teringat pada tekad Buddha Amitabha : walaupun ada


makhluk yang melakukan kejahatan berat, walau sampai detik ajal, dia
14 
 
baru berkesempatan mendengar nama Buddha Amitabha, asalkan dia
bersedia bertobat, dengan setulusnya melafal Amituofo sampai 10 kali,
Buddha juga akan menjemput insan ini ke Alam Sukhavati, di mana dalam
suasana nya nan damai dan jalinan jodoh yang baik, dia akan melatih diri
mencapai KeBuddhaan, ibarat mengecap pendidikan di sekolah dengan
fasilitas terbaik.

Saya sangat berterimakasih pada Buddha Amitabha yang begitu


suci, berhati maitri karuna, mata Buddha senantiasa memandang para
makhluk berdosa sebagai Jiwa KeBuddhaan yang sedang terkotori debu,
maka itu berusaha mencari cara agar Jiwa KeBuddhaan yang
terselubung itu dapat muncul keluar.

Ternyata saya sendiri juga adalah orang jahat.

Teringat masa kecil ketika menonton film bioskop, ketika melihat


orang jahat berhasil ditaklukkan, semua penonton akan bertepuk tangan.
Setelah dewasa asalkan ada waktu luang saya akan membaca sutra
Buddha, bercermin diri, menyadari bahwa diriku juga adalah orang jahat,
hanya saja orang jahat yang lebih beruntung, Untungnya ketika niat
burukku timbul, kekuatan Buddha segera memberkatiku, kebetulan tak
ada jalinan jodoh, sehingga saya tak memiliki kesempatan untuk
bertindak. Ketika niat burukku timbul, semua ajaran para Buddha,
Bodhisattva, ayahbunda dan guru akan muncul, menghalangiku untuk
bertindak, sehingga saya tidak sempat menciptakan malapetaka.

15 
 
Kisah Pasien yang diborgol (bagian 2)

Saya sangat menyesali walaupun telah memperoleh amerta


Dharma, namun masih belum mampu berterimakasih, agar semua
insan dapat menikmati Buddha Dharma.

16 
 
Kisah Pasien yang diborgol (bagian 2)

Menyesali karena belum dapat mengusahakan agar


semua insan dapat menikmati Buddha Dharma.

Memohon pada Buddha dan Bodhisattva agar


mengulurkan tangan untuk memberi bantuan.

Maka itu ketika menghadapi pasien yang menderita luka tembak


itu, yang disebut-sebut sebagai ketua gangster, dalam hatiku terus
melafal Amituofo buat dirinya. Saya sangat menyesali walaupun telah
memperoleh amerta Dharma, namun masih belum mampu
berterimakasih, agar semua insan dapat menikmati Buddha Dharma,
sehingga terhindar dari malapetaka yang tak perlu ini. Jujur saja,
pertama kali melihat dirinya yang begitu tersiksa, saya merasa sangat
pilu, namun kemudian karena tidak tahu bagaimana cara
membantunya, makanya hanya bisa memohon pada Buddha Amitabha,
dan para Bodhisattva yang maitri karuna agar datang
mendampinginya, memancarkan cahaya suci, mengulurkan tangan
Nya untuk menyelamatkan anak muda ini.

Kebaktian ditengah kesibukan medis

17 
 
Beberapa hari kemudian, suatu malam kebetulan saya sedang
bertugas di ruang ICU, sambil menunggu laporan hasil pemeriksaan
pasien, saya pun duduk di meja dan melakukan kebaktian sore. Rekan-
rekanku para dokter dan suster, mengetahui kebiasaanku melakukan
kebaktian pagi dan sore, sehingga terkadang mereka akan
mendukungku, membantuku menyelesaikan tugas-tugas yang tidak
mendesak, agar saya memiliki waktu luang untuk membaca sutra dan
melafal Amituofo, untuk menenangkan hatiku yang galau, juga
melimpahkan jasa kebajikan kepada para pasien, memohon
pemberkatan dari para Buddha dan Bodhisattva. Dengan dukungan
dari semua rekan kerja sehingga kebaktian pagi dan sore dapat
berkesinambungan setiap hari tanpa terputus.

Malam ini saya menyelesaikan kebaktian sore di ruang ICU,


membaca sutra dan melafal Amituofo, ketika beranjali hendak
membaca syair pelimpahan jasa, dalam hatiku juga berdoa untuk
pasien yang menderita luka tembak, karena dia adalah pasien ruang
bedah, di rumah sakit masing-masing bagian ada penanggung jawab
tersendiri, walaupun ruang ICU dan ruang bedah digabung, namun
tanpa alasan khusus, kita tidak boleh sembarangan melihat pasien
ruang lainnya.

Akhirnya kesempatan itu datang juga!

18 
 
Ketika saya selesai melakukan kebaktian, dan membuka mata,
kebetulan melihat pasien itu, ternyata tempat tidurnya berhadapan
dengan meja suster, dia melambai-lambaikan tangannya sepertinya
sedang memanggil, saya bertanya padanya : “Apakah anda sedang
memanggil saya?”, dia mengangguk, saya bertanya lagi : “Adakah yang
bisa saya bantu?”. Dia menjawab : “Dapatkah~ anda~ tolong~
mengobati~ saya!”. Karena siksaan lukanya sehingga bicara pun sangat
susah. Sungguh pemberkatan dari Buddha Amitabha, akhirnya saya
memiliki kesempatan untuk memperkenalkan Buddha Dharma
kepadanya, kemudian saya segera membaca data riwayat klinis pasien,
memeriksa selang-selangnya, dan mendengarkan bunyi nafasnya,
tampaknya ada kemajuan, namun dengan dipasang selang dan tidur
dengan posisi duduk terus menerus, juga sangat tersiksa.

Semoga semua makhluk mencapai KeBuddhaan

Karena saya pernah bertekad, selama mengabdi di rumah sakit,


asalkan pasien itu pernah saya tangani, saya akan berharap semoga
mereka dapat melafal Amituofo walalupun hanya satu lafalan saja,
demi niat ini, saya pernah mendapat pandangan mata orang lain yang
menganggap diriku aneh serta ditertawakan orang lain, namun saya
tetap menggunakan cara ini untuk mengingatkan diri sendiri melafal
Amituofo serta memotivasi insan lain. Kali ini sungguh tak terduga
pasien itu sendiri yang memintaku untuk mengobatinya.

19 
 
Air di sungai dapat memantulkan cahaya rembulan,
semua makhluk yang melatih diri pasti akan mencapai
KeBuddhaan.

Saya menjelaskan secara terperinci laporan hasil pemeriksaan pada


dirinya, karena diselangnya masih ada sisa darah yang mengalir. Saya
memberitahukan padanya : “Jika pikiranmu dapat tenang, maka
lukamu akan cepat sembuh, karena ketika hati seseorang telah damai,
energinya juga takkan menyebar, maka tubuh akan memusatkan
semua kekuatan untuk memulihkan kondisi tubuh”. Dia mengerutkan
kening dan berkata : “Sungguh tersiksa! Sungguh menderita! Pikiranku
sangat kalut!”. Saya menghiburnya dan berkata : “Andaikata kondisi
diri saya sama dengan dirimu yang terluka dan diinfus, siang malam
hanya bisa duduk, juga akan tersiksa dan galau, anda telah sangat
bersabar, sungguh langka! Saya adalah seorang pengikut Buddha,
ketika hatiku tersiksa dan sangat galau, saya akan melafal Amituofo,
dan hasilnya sangat menenangkan batin, banyak pasien yang telah
mencobanya, sangat bermanfaat, apakah anda bersedia mencobanya?”

Dia diam sejenak namun tidak ada tanda-tanda penolakan.


Kebetulan saat itu tidak ada yang mencariku maka saya pun
melanjutkan pembicaraan : “Buddha Amitabha ibarat rembulan yang
memancarkan sinar di malam yang kelam, kita mengibaratkannya

20 
 
sebagai air sungai memantulkan cahaya rembulan, asalkan tempat
yang berair tenang maka dapat memantulkan cahaya rembulan, kita
menyebutnya sebagai air di sungai pasti memantulkan cahaya
rembulan, di mana tiada awan yang menutupi maka di sana ada
pikiran yang cerah! Cahaya Buddha menerangi hati kita, ibarat
demikian, hati Buddha adalah yang paling maitri karuna dan setara,
tak peduli itu adalah lautan besar, sungai kecil atau hanya selokan air,
juga dapat memantulkan cahaya rembulan.

Amituofo adalah nama dari Buddha Amitabha, “Amita” yang bila


diterjemahkan artinya adalah tanpa batas. “Buddha” artinya yang
tercerahkan, bila digabungkan dapat berarti “pencerahan tanpa batas”,
artinya di mana saja ada pencerahan. Tanpa batasnya Buddha
Amitabha juga termasuk cahaya tanpa batas, usia tak terhingga,
termasuk waktu dan ruang yang tiada batas,

21 
 
Kisah Pasien yang diborgol (bagian 3)

Asalkan seseorang mendapat kesempatan mendengar kata


“Amituofo”, ibarat telah menelan sebutir berlian vajra, benih
KeBuddhaan ini akan berbunga dan berbuah, tak peduli setelah
melewati berapa lama kemudian.

22 
 
Kisah Pasien yang diborgol (bagian 3)

Saya berharap dapat menghadiahkannya kado paling


terbesar dan terbaik!

Saya mengambil langkah pertama untuk memperkenalkan Buddha


Amitabha kepada dirinya, karena kehidupan manusia begitu tak kekal,
jalinan jodoh yang mudah berubah, mungkin kesempatan berbicara
dengannya hanya ada pada kali ini saja, mungkin selanjutnya kami
tidak bertemu lagi, maka itu dalam penderitaan yang menderanya,
saya berharap dapat menghadiahkan nya sebuah kado yang paling
besar dan terbaik yakni “Amituofo”, tentu saja mungkin dia tak
bersedia menerima dan mengembalikan kepada saya, ini yang selalu
terjadi. Namun asalkan seseorang mendapat kesempatan mendengar
kata “Amituofo”, ibarat telah menelan sebutir berlian vajra, benih
KeBuddhaan ini akan berbunga dan berbuah, tak peduli setelah
melewati berapa lama kemudian. Maka itu tak peduli orang yang
setelah mendengarkan anjuranku akan membelalakkan matanya atau
menertawakan diriku, namun saya tetap bersukacita melakukannya.

23 
 
Dengan kesetiaan dan keberanian seorang gangster,
melatih Jalan Bodhisattva.

Dia sangat berwelas asih, sikapnya juga baik, dia tidak


menertawakan diriku, malah sebaliknya, tak diduga dia memiliki sikap
yang serius, saya merasa seorang ketua gangster tentunya memiliki
kemampuan, dan kesetiaan, bila sebersit pikiran dapat kembali ke jalan
yang benar, dia juga akan berani mengorbankan dirinya demi
membantu insan lain, mengamalkan Jalan Bodhisattva, dan lagipula
keberanian dan kesetiaan mereka juga melampaui orang biasa.

Maka saya sangat berterimakasih dan berkata padanya : “Menurut


perasaan saya, anda adalah insan yang berjiwa ksatria, hari ini
kebetulan ada jalinan jodoh baik, barulah ada luka tembakan,
walaupun menderita, namun bila dilihat dari sudut lain, ini adalah
jalinan jodoh yang baik, karena berkat pengalaman ini, anda jadi
menyadari ketidakberdayaan manusia, penderitaan dan ketidakkekalan.
Dapat memahami diri sendiri berarti juga dapat memahami insan lain,
dengan jiwa ksatria dan keberanianmu, bila dapat menyadari
penderitaan dan Buddha Dharma, saya yakin anda juga akan meraih
keberhasilan yang serupa dengan kewibawaan maitri karuna Buddha.

Saya yakin anda akan menjadi ksatria sejati!


24 
 
(Buddha adalah ksatria sejati – menaklukkan diri
sendiri, bersabar pada apa yang tidak bisa ditoleransi
insan lain)

Saya berkata lagi padanya : “Apakah anda pernah melihat di vihara


ada papan tertulis kalimat “Aula Mustika Ksatria Sejati”? Buddha
adalah ksatria sejati, disebut ksatria karena telah menaklukkan diri
sendiri, dapat bersabar pada apa yang tidak dapat ditoleransi insan lain,
saya yakin anda kelak juga bisa menjadi seorang ksatria sejati!”

Rupang Buddha adalah untuk mengingatkan kita,


agar kembali pada jiwa sejati.

Melafal Amituofo untuk mengubah nasib,


membangkitkan pencerahan tiada batas.

Sambil berbincang-bincang saya mengeluarkan poster “Tiga


Suciwan Alam Sukhavati”dan memperkenalkan padanya : “Ketika
pikiranku sedang kalut, saya suka melihat mata Buddha yang begitu
maitri karuna, rupang Buddha ini untukmu, dikala hatimu sedang tak
nyaman, cobalah memandang mata Buddha Amitabha, dalam hatimu
lafallah Amituofo, mata Buddha amat berwelas asih, setiap saat dapat

25 
 
menenangkan diri kita, menanti diri kita. Di sebelah kiri Buddha
Amitabha adalah Bodhisattva Avalokitesvara, yang senantiasa
mendengar keluhan penderitaan para makhluk, menuruti suara dan
menyelamatkannya, di mana ada penderitaan, Bodhisattva segera
melakukan penyelamatan. Dalam diri setiap makhluk terdapat sebuah
mustika, karena berdebu maka dia tidak bisa memancarkan cahaya
terang. Dengan memandang rupang Buddha, adalah mengingatkan
kita untuk mengembalikan cahaya mustika tersebut.

Apakah anda pernah mencoba melafal Amituofo? Manfaatnya


bukan saja menenangkan batin namun kondisi tubuh juga akan segera
pulih, setiap lafalan adalah untuk mengembalikan cahaya jiwa
KeBuddhaan kita, setiap lafalan akan mengubah nasib kita, makin
melafal makin berkurang kerisauan, makin bersinar terang. Kehidupan
kita cepat lambat akan usai, ketika akan berakhir, asalkan kita bertekad
lahir ke Alam Sukhavati, Buddha pasti akan datang menjemput.

Dia memiliki akar kebajikan yang tebal, hanya saja


jalinan jodoh yang salah…………

Kemudian saya melepaskan tasbih yang ada di tangan dan


memberikan padanya, saat itu saya sangat berterimakasih karena dia
tak menolaknya, dan bahkan begitu menerimanya, dia langsung mulai
melafal Amituofo sambil menghitung tasbih. Saya beranjali memberi
26 
 
hormat padanya, airmataku juga ikut menetes, akar kebajikannya lebih
tebal daripada diriku! Hanya saja karena jalinan jodoh yang salah.

Perubahan 180 derajat

Pada malam itu, karena masih ada pasien lain yang juga
memerlukan perawatan, maka saya mengakhiri perbincangan
dengannya, dia melanjutkan melafal Amituofo sendirian. Keesokkan
paginya, ketika suster yang menjaganya berganti giliran, terkejut dan
berteriak : “Aiya! 180 derajat berubah! Hari ini dia jadi begitu ramah!
Dia tak membentak lagi, namun berkata padaku “Amituofo!
Terimakasih”, sungguh membuatku jadi tersanjung!”

27 
 
Kisah Pasien yang diborgol (bagian 4 -tamat)

Jasa kebajikan dari nama Buddha Amitabha benar-benar dapat


menggerakkan benih kebajikan yang ada pada setiap insan, dapat
membuka harta yang terpendam dalam diri kita.

28 
 
Kisah Pasien yang diborgol (bagian 4-tamat)

Mengangkat senjata bukanlah pemberani; menang


melawan diri sendiri, barulah pemberani!

Suster ini membalikkan kepala dan berkata : “Hei! Melafal


Amituofo ternyata berguna juga, kekuatan Buddha Amitabha sungguh
tiada batas!”, mendengar ucapannya saya merasa terharu dan juga
malu, karena saya yang sudah begitu lama mendengar ceramah
Dharma namun juga tidak bisa seperti dia yang begitu cepat langsung
berubah kepribadiannya, tabiatnya, sungguh luar biasa. Orang yang
bisa mengangkat senjata pergi berperang, bukanlah seorang
pemberani; namun orang yang bisa menang melawan diri sendiri,
barulah ksatria pemberani! Saya sangat mengkagumi keberaniannya!

Jasa kebajikan dari nama Buddha Amitabha

Kembali ke jalan yang benar,menjadi Bodhisattva!

Kejadian ini membuatku teringat pada ucapan Master Ou-yi


bahwa jasa kebajikan dari nama Buddha Amitabha benar-benar dapat
menggerakkan benih kebajikan yang ada pada setiap insan, dapat
membuka harta yang terpendam dalam diri kita.
29 
 
. Keesokkan harinya, ketika kami mengadakan pemeriksaan kamar,
saya melihat rupang Buddha ditempel di ruang pasien yang ada di
sebelahnya, dan sengaja ditempel sedemikian rupa untuk
memudahkan pasien itu agar dapat senantiasa memandang Nya. Saya
menjadi heran dan ketika agak luang saya bertanya padanya dan dia
menjawab : “Saya melihat pasien baru yang bersebelahan denganku,
kondisinya lebih parah dan lebih menderita, maka itu saya
mengalihkan rupang Buddha dan tasbih kepadanya, juga
menasehatinya agar melafal Amituofo serta membantunya melafal
Amituofo”. Kemudian dia bertanya lagi : ”Bolehkah saya meminta
tasbih lagi?” Kali ini saya terharu sampai tasbih panjang yang tiap hari
saya gunakan untuk melakukan kebaktian, saya hadiahkan kepadanya.

Dengan welas asih Buddha, dia menaklukkan


kerisauannya, saya sungguh tak rela dia dipenjarakan!

Pikir-pikir saya jadi malu, sejak usia 12 tahun saya telah


mendengar Dharma Buddha, namun 10-20 tahun berlalu sia-sia, tidak
sebanding dengan anak muda itu, yang begitu mendengar langsung
mengamalkan, dalam satu malam langsung berubah, dan juga bisa
langsung membantu insan lain! Saya sungguh tak rela dia
dipenjarakan! Dia telah berhasil menaklukan amarah dan
kerisauannya, sungguh tak perlu dipenjara! Penyakitnya sembuh
dengan cepat, setelah dia dipindahkan dari ruang ICU ke kamar biasa,
sejak itu kami tak pernah bertemu lagi.
30 
 
Memberikan hormat kepada bayangan yang
menapaki kuntum teratai.

Kemudian pada suatu hari ketika saya menaiki tangga ke lantai 10,
saat melewati kamar pasien di lantai 5, kebetulan melihat ada 2
bayangan manusia, begitu menghampiri mereka – ternyata adalah
polisi dan seorang tahanan yang kakinya diborgol, tangannya
menggenggam tasbih panjang, saya terus menatap kedua bayangan
yang terus melangkah menjauh, melihat tangannya yang menggengam
tasbih, menghitung sebutir demi sebutir, langkahnya yang begitu
tenang.

Melihat bayangan dirinya yang semakin menjauh, saya


memberikan penghormatan ke arahnya, dan air mata mulai
membasahi wajahku, bagiku kakinya sedang menapaki kuntum-
kuntum teratai, rantai borgol yang membelenggunya harusnya tak
diperlukan lagi, sutera lembut dari melafal Amituofo lebih baik
daripada rantai yang mengikatnya agar jangan melakukan
pelanggaran lagi! Saya tidak tahu kemudian pengadilan menjatuhi
hukuman apa padanya, juga tidak tahu di mana keberadaan nya,
namun saya percaya, walau dimanapun dia berada, selama dia teringat
melafal Amituofo, para Buddha dan Bodhisattva akan senantiasa
melindunginya.

31 
 
Melafal Amituofo – penjara jadi vihara

Kerisauan – rumah indah jadi penjara

Bagi seorang insan yang telah kembali ke jalan yang benar, penjara
juga dapat dianggap sebagai tempat melatih diri, walau raga berada
dalam penjara namun dengan melafal Amituofo dan melampaui segala
ketidakpuasan dan kerisauan sehingga memperoleh kebebasan sejati.
Sebaliknya orang yang walaupun tinggal di tempat yang
berpemandangan indah, namun jika pikirannya penuh dengan
kerisauan, diikat oleh gosip orang lain, maka penderitaan nya sama
dengan masuk ke dalam penjara, tidak memperoleh kebebasan!

32 
 
Kisah Bodhisattva Sukacita (Bagian 1)

Dirinya bahkan sampai tidak tidur, 7 hari 7 malam berada


disamping ranjang pasien melafal Amituofo, kita saja yang
mengikuti “kegiatan pelafalan Amituofo selama 7 hari”, tidak
seserius seperti dirinya.

33 
 
Kisah Bodhisattva Sukacita (Bagian 1)

Penderitaan ekstrim menjadi kebahagiaan sejati


Melampaui penderitaan, datanglah sukacita.

Sebelumnya kami pernah memperkenalkan tentang “Kisah Nyata


dari Bodhisattva Sukacita”, banyak orang yang beranggapan mungkin
karena beliau memiliki anak yang berbakti, keluarga yang harmonis,
ekonomi yang memadai, makanya setiap hari dia bersukacita.
Andaikata dia bertemu kejadian yang tak menyenangkan, mana
mungkin bisa bersukacita lagi!” Namun kenyataannya sungguh ironis,
dia pernah menjalani babak kehidupan dalam penderitaan yang
ekstrim, namun dia dapat membangkitkan ketulusan melafal Amituofo.
Pengalaman hidupnya ini sungguh merupakan contoh teladan sebagai
bagian dari teratai mustika yang cacat.

Melampaui ketidakberdayaan dan rasa malu.


Namun dengan “Amituofo”, melompat keluar dari
negeri sengsara.

Belasan tahun yang lalu saya telah mengenal dirinya, saat itu dia
sedang mendampingi putrinya di kamar pasien, kala itu wajahnya
dipenuhi awan kerisauan, memikirkan putrinya yang baru berusia 15
tahun telah menderita kanker. Dia berangkat dari dusun bagian
34 
 
selatan, menempuh perjalanan hingga sampai ke rumah sakit di
Taichung, dia harus menahan mabuk selama perjalanan yang jauh,
wajahnya yang pucat dan kelelahan. Dia memberitahu padaku : “Saya
mengayuh sepeda untuk membonceng putriku yang sedang menderita
penyakit parah, sepanjang perjalanan melewati ladang-ladang dusun,
saya tidak tahu harus ke mana memohon pengobatan, seluruh ragaku
terasa tak berdaya.... sepasang matanya tampak menahan
ketidakberdayaan kehidupan dan airmata seorang bunda.

Suatu hari ketika dia pergi ke toilet, kebetulan di kasur sebelah ada
seorang Oma yang kesulitan membalikkan badannya, putrinya melihat
hal ini, namun dia sendiri juga sedang diinfus sehingga tak leluasa
bergerak, maka dia berteriak memanggil : “Mama!”. Bodhisattva
Sukacita yang sedang berada di dalam toilet terkejut mendengar
panggilan anaknya, dia mengira telah terjadi sesuatu pada putri
kesayangannya, sehingga segera menerobos keluar, dan sangat panik
sampai kedua kakinya menjadi lemas. Begitu keluar dari pintu toilet,
kakinya terasa lemas, sehingga jatuh berlutut di atas lantai, akibatnya
kedua lututnya mengalami cedera.

Putrinya mengidap kanker nasofaring (hidung dan tekak), dan


ketika pertama kali diperiksa, sel kanker telah menyebar sampai ke
saraf tulang belakang dan bagian otak, serta kelenjar limpa yang ada
di bagian leher. Pada saat itu ekonomi keluarganya sedang
menghadapi masalah, tanaman semangka gagal panen, seluruh
ladangnya tidak tampak satupun buah yang muncul keluar dan yang

35 
 
mengherankan hewan ternaknya juga mati satu persatu sampai tak
tersisa.

Untuk menutupi biaya pengobatan putrinya, dia harus menjual


ladangnya, bila tidak maka kondisi ekonomi keluarga akan menjadi
lebih parah lagi. Menghadapi cobaan ini, bila orang lain pasti sudah
mengeluh, namun dia tetap tegar menjalaninya. Saya selalu
mendapatinya sedang diam-diam menangis seorang diri, namun ketika
bertatap muka dengan putrinya, dia segera tersenyum dan menghibur
putri kesayangannya.

Waktu itu dokter yang menangani putrinya mengusulkan sebuah


terapi di mana memerlukan infus selama 7 hari 7 malam, bayangkan
saja orang dewasa yang menjalani terapi ini muntah sampai tersiksa,
apalagi seorang anak belia!

Melafal Amituofo selama 7 hari 7 malam

Pada saat inilah saya menceritakan sebuah kisah kepada mereka,


menasehati mereka agar dengan tenang melafal Amituofo. Mungkin
karena akar kebajikan mereka tebal sehingga langsung timbul
keyakinan, anak dan ibu langsung mengamalkan melafal Amituofo.
Bodhisattva Sukacita menfokuskan segenap hati dan pikirannya ke
dalam nama “Amituofo”, sambil menjaga dan mendampingi anaknya
melafal Amituofo. Kasih sayangnya pada sang putri menyebabkan dia
36 
 
melupakan kelelahan dan dirinya sendiri, sampai tidak tidur, 7 hari 7
malam berada disamping ranjang pasien melafal Amituofo, kita saja
yang mengikuti “kegiatan pelafalan Amituofo selama 7 hari”, tidak
seserius seperti dirinya. Kemudian dia berkata padaku : “Detik itu,
apapun sudah tak terpikir lagi, yang ada hanya sepatah “Amituofo”.

Suaminya adalah seorang buruh bangunan, setiap hari ketika


pulang kerja, dia akan berangkat dengan kereta api dari dusunnya di
selatan, kemudian harus menaiki mobil penumpang lagi, baru sampai
di Taichung untuk membantu merawat putrinya. Setiap malam tidur
di sebuah bangku panjang dan keesokkan harinya ketika hari masih
gelap dia sudah harus meninggalkan rumah sakit menuju tempat
kerjanya, demikianlah setiap harinya. Pernah suatu hari karena
kelelahan dia tertidur di dalam kereta api, sehingga tidak tahu kalau
kereta tumpangannya telah melewati terminal yang hendak ditujunya,
sehingga dia harus menumpang kereta lain untuk balik kembali.

Saat itu saya selalu mendapat giliran bertugas di malam hari, setiap
melewati kamar pasien putri kecil itu, selalu tersentuh oleh sepasang
mata bunda yang welas asih. Bayangan sang ayah yang hadir setiap
malam dan pergi sebelum mentari terbit, sungguh patut diberi
penghormatan.

37 
 
Kisah Bodhisattva Sukacita (Bagian 2)

Airmatanya takkan mengikuti rintikan air hujan yang mengalir,


keyakinannya juga tak goyah diterpa angin! Dia mulai melafal
Amituofo, sepanjang malam dalam rintikan hujan, dia menemani
suara tetesan air dengan lafalan Amituofo, ketika angin bertiup
kencang, dia akan lebih bersemangat daripada hembusan angin,
memperkokoh ketenangan hatinya, ibarat angkasa bebas yang tak
gentar oleh terpaan angin.

38 
 
Kisah Bodhisattva Sukacita (Bagian 2)

Terpaan angin, rumah rusak, tetesan air hujan, anak


sakit, ternak mati, panen gagal, berbagai kepanikan.
Penderitaan ekstrim, mengerahkan segenap hati
melafal Amituofo.

Bodhisattva Sukacita menceritakan bahwa pada tahun di mana dia


membawa putrinya keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah,
bertepatan terjadinya badai, setibanya di rumah, kondisi rumah sudah
porak poranda, hampir saja diterbangkan oleh badai, untunglah berkat
bantuan penduduk dusun, atap rumahnya tak jadi dibawa badai,
namun yang tak terhindari adalah kebocoran dan air hujan masuk ke
dalam rumah, anak-anaknya yang lain yang dikejutkan peristiwa
badai menjadi ketakutan dan terduduk di lantai, sungguh kasihan,
baru saja sampai di rumah, belum sempat mengurus putrinya, harus
merisaukan malam ini ke mana harus berteduh, benar-benar kondisi
dimana “rumah bocor menatap hujan malam yang berkepanjangan”,
namun dia tetap tegar, airmatanya takkan mengikuti rintikan air hujan
yang mengalir, keyakinannya juga tak goyah diterpa angin! Dia mulai
melafal Amituofo, sepanjang malam dalam rintikan hujan, dia
menemani suara tetesan air dengan lafalan Amituofo, ketika angin
bertiup kencang, dia akan lebih bersemangat daripada hembusan
39 
 
angin, memperkokoh ketenangan hatinya, ibarat angkasa bebas yang
tak gentar oleh terpaan angin.

Dia bukan seorang praktisi yang melafal Amituofo dalam kondisi


yang menyenangkan, namun dalam keadaan penuh kesusahan, “rumah
rusak, terpaan angin, tetesan air hujan, anak sakit, ternak mati, gagal
panen, berbagai kepanikan, tiada tempat berteduh”, penderitaan yang
sungguh ekstrim, dia mengerahkan segenap hatinya melafal Amituofo,
menyerahkan semuanya kepada Buddha Amitabha, dimana kekuatan
manusia sudah tak berdaya lagi, dia hanya yakin akan satu hal yakni
mengandalkan Buddha Amitabha.

Dengan sendirinya hati jadi terbuka, Habis gelap


terbitlah terang.

Dalam sutra tertera, jasa kebajikan melafal Amituofo sungguh tak


terbayangkan, tiba-tiba dia telah mampu mengikhlaskan semua
penderitaannya, hatinya jadi terbuka, habis gelap terbitlah terang! Di
dalam Bab “Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal Nama Buddha
Sempurna Tanpa Rintangan”, tertera : “Jika pikiran para makhluk,
mengingat dan melafal nama Buddha, kelak pasti akan bertemu
dengan Buddha, takkan jauh terpisah dari Buddha, tak perlu
menambah menggunakan metode lainnya, dengan sendirinya hati
akan terbuka (menemukan jiwa KeBuddhaan). Bagaikan insan yang
40 
 
menyalakan dupa harum, maka jasmaninya juga turut menebar harum
semerbak, inilah yang disebut “kewibawaan semerbak cahaya” (dengan
semerbak keharuman Dharma-kaya Buddha dan cahaya
kebijaksanaan Nya, menwibawakan jiwa KeBuddhaan diri)

Saya menemukan contoh “dengan sendirinya hati jadi terbuka”


pada diri Bodhisattva Sukacita, dalam penderitaan yang ekstrim, dia
menfokuskan diri melafal Amituofo, dengan pikirannya mengubah
kondisi, hati terbuka nasib pun berubah, bersukacita melewati hari-
harinya. Dia berkata : “Buddha Amitabha membantu membuka
kebijaksanaanku, membuka pintu hatiku, mengubah semua
kerisauanku menjadi kekuatan dan sukacita!”. Seorang ibu petani yang
tidak mengenal huruf, namun dapat mengucapkan kalimat sedemikian,
sungguh membuatku kagum dan menyesali diriku tak sebanding
dirinya.

Menyesali Karma Pembunuhan.

Belasan tahun yang lalu, ketika Master Chan-yun mengadakan


ceramah tentang sila dan vegetarian, saya menganjurkan Bodhisattva
Sukacita dan putrinya untuk turut mendengarkan ceramah. Dan
kemudian ibu dan anak memutuskan untuk ber-Trisarana. Setelah

41 
 
Master Chan-yun memberikan ceramah pada mereka, Bodhisattva
Sukacita sangat menyesali perbuatannya di masa lalu akibat
ketidaktahuan nya, telah banyak membunuh ayam dan bebek. Sambil
menangis dia berkata : “Ketika melihat putriku menderita sakit parah
dan harus menjalani radioterapi sampai kulit lehernya jadi hangus,
sampai terkelupas dan sulit menelan makanan, dia baru menyadari di
masa lalu bagaimana penderitaan ketika pisaunya menancap di leher
ayam.

42 
 
Kisah Bodhisattva Sukacita (Bagian 3 - tamat)

Bodhisattva Sukacita semakin memperteguh tekadnya melafal


Amituofo, bukan hanya melafal keluar cahaya maitri karuna,
namun juga cahaya sukacita, cahaya kebijaksanaan dan cahaya
kebebasan. Dia bukan saja telah mengubah penderitaannya,
namun juga mengubah daun kehidupan yang cacat menjadi
sekuntum teratai mustika.

43 
 
Kisah Bodhisattva Sukacita (Bagian 3 - tamat)

Melafal Amituofo hingga muncul sukacita.

Selanjutnya, dia lebih bersungguh-sungguh menggenggam sepatah


Amituofo ini. Baik saat berladang, mencabut rumput ilalang,
memperbaiki rumah, memasak, mengeringkan padi, ketika kelelahan,
suka dan duka, siang dan malam juga melafal Amituofo. Lambat laun
cahaya Buddha menyinari dirinya, wajah sukacita mulai memenuhi
wajahnya. Baik dalam kondisi senang maupun susah dia juga
bersukacita melafal Amituofo.

Membuat persiapan terakhir buat putri kesayangan,


mengetahui waktu ajal dan terlahir ke Alam Sukhavati
dengan damai.

Putri Bodhisattva Sukacita diusianya yang ke 17 mengetahui saat


ajalnya telah tiba, dengan damai terlahir ke Alam Sukhavati. Setelah
keluar dari rumah sakit, dia sempat bekerja di luar untuk mendapatkan
uang. Sebelum meninggal dia mempersiapkan kado untuk ayahbunda
dan saudara-saudarinya. Pada malam harinya, tibatiba dia berkata ingin
cuci rambut dan ganti pakaian. Bodhisattva Sukacita merasa aneh dan
segera memanggil suaminya untuk melafal

44
Amituofo, kemudian putrinya seperti tertidur dan tersenyum, dengan
damai terlahir ke Alam Sukhavati.

Setelah 8 jam berlalu jasadnya masih lembut, wajahnya serupa


masih hidup. Kemudian banyak anggota Sangha dan sahabat Dharma
yang membantu melafal Amituofo buatnya. Bodhisattva Sukacita amat
tegar menerima kepergian putri kesayangannya, bahkan membantu
menyeka airmata anak-anaknya yang tidak mengikhlaskan kepergian
saudarinya itu. Dia menghibur anak-anaknya : “Tenangkan hati kalian,
bantulah saudari kalian melafal Amituofo terlahir ke Alam Sukhavati”.

Mengubah daun kehidupan yang cacat menjadi


teratai mustika;
Mengubah dunia yang kotor dan kacau menjadi
pesamuan kolam teratai.

Setelah kepergian putrinya, Bodhisattva Sukacita semakin


memperteguh tekadnya melafal Amituofo, bukan hanya melafal keluar
cahaya maitri karuna, namun juga cahaya sukacita, cahaya
kebijaksanaan dan cahaya kebebasan. Dia bukan saja telah mengubah
penderitaannya, namun juga mengubah daun kehidupan yang cacat

45 
 
menjadi sekuntum teratai mustika, mengubah dunia yang kotor dan
kacau menjadi pesamuan kolam teratai.

........

Amituofo
Amituofo
Amituofo......

46 
 
Ketidakkekalan Dunia

Buddha dan Bodhisattva mengalirkan airmata, tanpa


mempedulikan diri Nya sendiri, mengejar sampai ke neraka untuk
menyelamatkan anak Nya yang bodoh.

47 
 
Malapetaka berubah menjadi keselamatan ---
Melafal Amituofo terhindar dari kasus pemboman

Ketidakkekalan Dunia

Jika ada insan lain yang menasehati anda :”Dunia ini sungguh tak
kekal, nyawa manusia tiada jaminannya, anda sebaiknya sambil jalan
sambil melafal Amituofo agar senantiasa terhindar dari malapetaka.
Selesai mendengar ucapan ini, anda pasti akan membelalakkan mata
anda sejenak , menganggap orang itu kuno sekali.

Di sini saya ingin berbagi pengalaman saya yang sempat selamat dari
kasus pemboman, untuk mengingatkan lagi hadirin sekalian agar waktu
berjalan maupun sedang berkendara janganlah lupa untuk melafal
Amituofo.

Sambil berjalan sambil melafal Amituofo, terhindar


dari malapetaka.

Ketika mengunjungi Master Guang-qin, beliau menasehati saya agar


senantiasa melafal Amituofo. Namun sungguh disesali, bentuk-bentuk
pikiran saya bertumpuk-tumpuk, selalu saja tidak sanggup mengamalkan
pesan Master. Tugas seorang dokter sangatlah sibuk, sehingga hanya
bisa melatih cara sambil jalan sambil melafal Amituofo, satu langkah

48 
 
satu lafalan “Amituofo”. Cara ini telah menyelamatkan nyawaku,
sehingga terlepas dari malapetaka pemboman!

Kasus pemboman karena emosi sesaat

Malam itu adalah malam minggu, ketika saya masih bertugas di


Rumah Sakit “Ruan Zhong He” di Kaohsiung, sebagai dokter spesialis
penyakit dalam. Malam minggu bagi kami bukanlah berarti dapat
bersantai, karena harus sibuk menambah ilmu, pihak rumah sakit akan
mengundang para profesor terkemuka untuk memberi seminar. Kami
akan sibuk sampai lewat pukul 7 malam, dan bersiap-siap pulang rumah,
hati sungguh senang karena ingin menikmati masakan mama.

Maka itu sambil berjalan pulang, saya melafal Amituofo, sambil


menuruni anak tangga dan ketika sampai di pintu gerbang rumah sakit,
tiba-tiba saya menghentikan langkah kaki, teringat pada profesor Liu
yang sangat welas asih dan senang berbagi ilmu, malam ini kebetulan
beliau sedang ada praktek, karena itu saya jadi ingin membantunya
sambil menambah pengetahuan, kemudian saya berniat untuk kembali ke
dalam rumah sakit.

Sambil melafal Amituofo, saya berjalan menuju ruang pemeriksaan,


baru saja 5 atau 6 langkah masuk kembali ke dalam rumah sakit, tiba-
tiba terasa ada seberkas sinar yang kuat, diikuti dengan suara ledakan,
ledakan keras ini sempat membuat rongga dada terasa sakit, saya
mengira ada yang tak beres dengan listrik di jalanan, makanya tak
merasa penasaran dan meneruskan langkahku ke ruang pemeriksaan.
Tiba-tiba terdengar jeritan : “Bom rakitan meledak! Ada korban yang
49 
 
mati, ada yang terluka!” Ada insan yang tadinya menunggu mobil
jemputan di halaman rumah sakit, perutnya jadi terkoyak, sebagian
dokter dan suster juga berlarian dari lantai atas ke bawah karena
mengira ada gempa, bahkan plafon gedung juga sempat berjatuhan.
Siapa pun tidak mengira kejadian malam minggu yang menggemparkan ini.

Kehidupan manusia ada pada pernafasan

Buddha berkata : “Dunia ini tidak kekal, kehidupan manusia ada pada
pernafasan”. Bila saja saya berjalan tidak sambil melafal Amituofo,
tentu saja akan mengikuti karma sendiri dan meneruskan melangkah
keluar dari gedung rumah sakit, dan tubuhku juga akan hancur lebur oleh
ledakan bom rakitan itu! Karena ledakan berasal dari salah sepeda motor
yang dipakir di depan rumah sakit, ini adalah teror yang dilakukan karena
emosi sesaat. Saya tidak memiliki kebiasaan membaca suratkabar jadi
tidak mengetahui lebih terperinci, hanya mendengar rekan-rekanku
bilang bahwa, di pabrik pupuk Taiwan ada seorang karyawannya yang
dulunya pernah menjadi tentara, makanya dia bisa merakit bom, dia tak
harmonis dengan rekan kerjanya, dalam hatinya timbul kebencian, maka
itu dia merakit beberapa bom, mengaitkan kabel bom ke lampu sepeda
motor, ketika lampu sepeda motor di nyalakan maka bom langsung
meledak, kekuatannya bisa menghancurleburkan tubuh manusia.

Mengapa diledakkan di depan rumah sakit? Karena sebelumnya ada


seorang karyawan pabrik pupuk Taiwan yang juga terkena ledakan bom di
tempat lain dan di opname di rumah sakit ini. Kemudian karyawan
musuhnya ini datang ke rumah sakit membesuk temannya yang terluka,
namun tak pernah terduga bahwa sepeda motornya telah diisi bom
50 
 
rakitan, waktu berkunjung hari masih terang jadi tidak menyalakan lampu,
ketika hendak pulang langit sudah gelap, dan begitu menghidupkan mesin
dia segera menyalakan lampu, begitu menyala, tangan dan kakinya pun
hancur berterbangan.

Kehidupan yang bagaikan mimpi khayalan serta


gelembung sabun, buat apa menjalin permusuhan?

Tubuh kita seperti gelembung-gelembung sabun, setiap saat bisa


lenyap, kehidupan sementara yang begitu maya ini, mengapa harus
digunakan untuk menjalin permusuhan? Meledakkan raga orang lain dan
kemudian harus diadili, hukum karma sedikitpun takkan meleset, apa
yang diperbuat itulah yang harus diterima. Sungguh disesali, nyawa yang
begitu berharga harus berakhir karena emosi sesaat.

Buddha dan Bodhisattva mengalirkan airmata, tanpa


mempedulikan diri Nya sendiri, mengejar sampai ke
neraka untuk menyelamatkan anak Nya yang bodoh.

Buddha berkata : “ Kita memiliki rasa cinta, amarah, kebodohan,


adalah sama dengan “tiga racun”. Namun kita selalu suka memakan
racun ini sampai nyawa pun harus berakhir. Buddha memperlakukan
semua makhluk, yang baik maupun yang jahat, adalah sama dengan anak
tunggalnya. Melihat anaknya yang selalu bertindak bodoh, tidak mau
mendengar nasehat dan terus mengoleskan racun ke dalam diri sendiri,

51 
 
Buddha dan Bodhisattva hanya bisa mengalirkan airmata. Tanpa peduli
pada diriNya sendiri langsung mengejar anak-anaknya, walau harus
sampai ke neraka sekalipun, Dia juga tetap akan menyelamatkan anak-
anak Nya, takkan satu pun yang terabaikan, terus menerus menasehati
mereka, sampai mereka sudi mencapai pencerahan, meninggalkan
penderitaan mencapai kebahagiaan.

52 
 
Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu
(bagian 1)

Di dalam sutra tertera bahwa Buddha Amitabha adalah cahaya


tanpa batas, dapat menerangi seluruh pelosok yang gelap, juga
dapat menyelamatkan para hantu yang tak terhitung jumlahnya.

53 
 
Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu (bagian
1)

Hantu berubah menjadi Cahaya Buddha – Melafal


Amituofo tak perlu takut pada hantu.

Sepatah “ucapan hantu”, telah membuat kepanikan


manusia, bunga dan rumput jadi berganti warna.

Suatu hari, ada sebuah tempat perkumpulan praktisi Nian-fo


kedatangan seorang yang mengaku bisa melihat feng-shui, yin dan yang,
bisa melihat hantu, orang ini melihat ada tanaman bonsai yang sedang
dipersembahkan kepada Buddha, dengan nada berwibawa dia berkata :
“Manusia yang tinggal di sini sedikit, benda ini termasuk unsur yin, orang
lain yang memandangnya akan timbul kerisauan, lagipula akan
mengundang kedatangan hantu, lebih baik disingkirkan saja”. Di antara
umat perkumpulan ternyata ada beberapa yang pengecut dan keyakinan
nya yang kurang teguh, begitu mendengar tanaman bonsai termasuk
unsur yin, mengundang hantu, segera panik dan ketakutan, padahal
awalnya melihat daun-daun nan hijau ini sungguh menyejukkan hati,
namun gara-gara tercampurnya perkataan “yin” dan “ada hantu”,
langsung menjadi kesan menyeramkan. Pikiran para praktisi pun menjadi
kalut, sejenak mereka telah melupakan melafal Amituofo, yang terpikir
hanya harus secepatnya menyingkirkan benda yin ini.

54 
 
Sebersit pikiran melafal Amituofo, hati pun jadi
bercahaya, hantu pun jadi terselamatkan.

Menghormati Buddha, juga termasuk benda


persembahan pada Buddha, tidak berhak, juga tak
berwenang menyingkirkannya.

Salah satu anggota Sangha mengingatkan mereka : “Tanaman bonsai


itu adalah persembahan dari umat, karena telah dipersembahkan pada
Buddha maka merupakan hak milik Buddha, cahaya Buddha adalah yang
paling terang, benda persembahan kepada Nya juga akan memiliki cahaya
yang paling terang, bagaimana mungkin ada unsur yin? Kita melafal nama
Buddha dengan setulus hati, Buddha juga akan berada bersama kita, bila
ada hantu, maka hantunya sejak awal sudah terselamatkan oleh Buddha.
Lagipula seorang praktisi Nian-fo seharusnya memiliki hati yang maitri
karuna pada hantu, mengapa malah takut pada mereka? Sebagai
pengikut Buddha kita harus memiliki pandangan benar, jangan karena
mendengar ucapan unsur yin dan yang, segera ingin menyingkirkan benda
yang telah dipersembahkan untuk Buddha, bertindak sendiri adalah
keangkuhan, tidak memandang kepentingan umat lain.

Walaupun anggota Sangha itu telah menasehati mereka, namun para


praktisi yang masih diliputi ketakutan pada hantu, ketika anggota
Sangha itu telah pergi, segera memindahkan tanaman bonsai tersebut.
Mulanya mereka ingin meminta bantuan tukang kebun, namun begitu
mendengar unsur yin, siapapun tak berani menyentuhnya, kemudian
meminta bantuan orang lain untuk membuang bonsai ini ke hutan belukar.
Dengan demikian hati mereka jadi lega karena telah menyingkirkan hantu.
55 
 
Meninjau kembali keyakinan melafal Amituofo

Bagaimana kesan anda setelah mendengar kisah ini? Mengapa kita


harus membahas masalah ini? Yakni kita harus mengkaji kembali
keyakinan diri kita dalam melafal Amituofo. Banyak praktisi yang
walaupun mulutnya melafal Amituofo, namun tidak mengenal Buddha
Amitabha sehingga tidak memiliki keyakinan.

Buddha Amitabha---Cahaya Tanpa Batas,


menyelamatkan hantu yang tak terhitung!

Di dalam sutra tertera bahwa Buddha Amitabha adalah cahaya


tanpa batas, dapat menerangi seluruh pelosok yang gelap, juga dapat
menyelamatkan para hantu yang tak terhitung jumlahnya. Cahaya tanpa
batas Nya Buddha Amitabha juga memiliki kemampuan tiada batas,
kebijaksanaan Nya dapat menyelesaikan semua kesulitan. Kita harus
memiliki keyakinan ini, barulah dapat sejalan dengan Buddha. Namun jika
sebaliknya begitu mendengar bonsai berhantu langsung ketakutan,
berarti cahaya Buddha tak sebanding dengan hawa yin bonsai.
Pandangan salah ini berarti telah mengabaikan kemampuan Buddha yang
tiada batas, bila demikian buat apa masih melafal Amituofo?

Melafal Amituofo namun tidak yakin, berarti channel tidak


sesuai.

56 
 
Bila menggunakan pemikiran yang salah ini dan sikap yang salah
untuk melafal Amituofo, tentu saja tak sesuai dengan channel Buddha,
ini bukan karena Buddha Amitabha tidak memiliki kekuatan, namun ini
karena anda tidak memiliki keyakinan pada kekuatan Buddha, malah sudi
menerima ucapan yang tidak jelas asal usulnya. Maka ini berarti anda
mengarahkan channel anda ke arah kegelapan, dan tak terhubung dengan
cahaya.

Semua tercipta dari pikiran;berpikir positif menciptakan


dunia yang indah

Buddha membabarkan bahwa segalanya tercipta dari pikiran,


tanaman bonsai itu begitu indah dipandang ketika perasaan manusia
sedang senang, setiap daunnya seakan-akan penuh senyuman; bagi
praktisi yang di dalam hatinya ada Buddha, maka setiap daun seakan-
akan sedang melafal Amituofo dan membabarkan Dharma; hanya orang
yang pikirannya gelap, barulah merasa benda itu mengandung unsur yin;
orang yang diliputi kebodohan percaya akan ucapan yang tak jelas asal
usulnya, melihat bonsai saja bisa ketakutan, ini akibat dari ciptaan
pikiran sendiri, yakni “rasa seram”.

“Yin dan Yang” adalah pemikiran manusia yang


berlawanan, “kategori yin” tidaklah mengerikan.

Sesungguhnya yin dan yang, hanya merupakan pemikiran kita yang


saling berlawanan. Bila dikatakan api adalah unsur yang dan air adalah

57 
 
unsur yin, maka jika unsur yin menimbulkan rasa seram maka janganlah
minum air lagi.

Sebagian orang beranggapan pria termasuk kategori unsur yang dan


wanita adalah unsur yin, bila benda yang berunsur yin harus disingkirkan,
bukankah semua wanita juga harus dipindahkan?

Contohnya aliran listrik ada unsur yang dan yin (positif dan negatif),
bila unsur yin harus disingkirkan, maka listrik tak bisa mengalir dan alat
elektronik juga harus dibuang.

Sejak jaman kuno orang telah beranggapan mentari termasuk unsur


yang dan bumi adalah unsur yin, kalau begitu bukankah kita tiap hari
berpijak di atas unsur yin, mengapa tidak merasa seram?

Pemikiran awam adalah kehidupan adalah unsur yang dan mati adalah
yin. Karena takut mati maka takut pada unsur yin, tapi anehnya tiap hari
begitu banyak mayat ayam, bebek, babi yang berunsur yin, kenapa tidak
ditakuti? Kenapa tidak takut pada roh mereka?

58 
 
Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu
(bagian 2)

Praktisi yang melafal Amituofo dikelilingi oleh semua Buddha


dan Bodhisattva, senantiasa dilindungi dan dituntun cahaya
Buddha.

59 
 
Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu (bagian
2)

Yang harus disingkirkan adalah unsur yin yang ada


di pikiran dan cara pemikiran yang salah.

Pemikiran salah ini, serta rasa seram yang ada di pikiran, barulah
yang disebut “unsur yin dan kegelapan”, ini yang harus kita buang, jadi
bukan tanaman, namun pemikiran yang salah dan kegelapan batin.

Dengan melafal Amituofo – unsur yin dan yang juga


tersinari oleh cahaya Buddha.

Kita melafal Amituofo, hati kita harus terjalin dengan cahaya terang,
harus memahami : tak peduli unsur yin atau yang, dengan melafal
Amituofo semuanya jadi tersinari cahaya Buddha, semuanya dapat
terlahir di alam yang senantiasa bercahaya, maka itu apa lagi yang perlu
ditakuti?

60 
 
Melafal Amituofo mendapat perlindungan dari para
Buddha di sepuluh penjuru.

Memancarkan cahaya terang nan berwibawa,


kekuatan yang tiada batas.

Buddha membabarkan bahwa seorang praktisi Nian-fo yang memiliki


keyakinan dan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, diselilingnya senantiasa
berada 25 Bodhisattvaya Mahasattvaya yang setara dengan
Bodhisattva Avalokitesvara, siang malam terus memberi perlindungan,
bukan saja jadi selamat, namun juga jadi sejahtera. Satu Bodhisattva
saja bisa menyelamatkan roh hantu yang tak terhitung jumlahnya
apalagi 25 Bodhisattvaya Mahasattvaya.

Dalam Amitabha Sutra juga tertera bahwa jika ada putra berbudi,
putri berbudi, yang mendengar pembabaran Amitabha Sutra, menerima
dan mengamalkannya, dan juga pernah mendengar nama Buddha
Amitabha, maka semua Buddha di seluruh penjuru alam akan melindungi
praktisi ini. Sehingga dapat dikatakan praktisi yang melafal Amituofo
dikelilingi oleh semua Buddha dan Bodhisattva, senantiasa dilindungi
dan dituntun cahaya Buddha.

Semua Buddha di sepuluh penjuru akan melindungi praktisi yang


melafal Amituofo, sehingga begitu banyak cahaya dan kekuatan yang
memberi perlindungan, mengapa harus takut pada hantu? Bila
menempatkan Buddha dibelakang hantu, apakah tidak aneh?

61 
 
Hantu dan manusia serta hewan adalah sama-sama
makhluk di alam tumimbal lahir.

Mereka juga adalah anak-anak Buddha yang hendak


diselamatkan Nya

Alam Hantu juga termasuk dalam enam alam tumimbal lahir, makhluk
di enam alam ini memiliki rupa yang berbeda, misalnya televisi bisa
menampilkan tayangan yang berbeda ketika anda mengalihkan
channelnya. Masing-masing channel memancarkan gelombang pikiran
yang berbeda. Semakin bajik gelombang pikiran yang dipancarkan maka
alam yang dituju akan makin bahagia, sebaliknya semakin buruk
gelombang pikiran yang dipancarkan, maka alam yang dituju juga akan
semakin menderita.

Enam alam tumimbal lahir adalah Alam Surga, Alam Manusia, Alam
Asura, Alam Binatang, Alam Setan, Alam Neraka.

Setan lebih menderita daripada manusia, lebih tak


berdaya untuk bertahan hidup.

Hantu lebih menderita daripada manusia, lebih tak berdaya untuk


bertahan hidup, dunia mereka senantiasa gelap dan harus menahan lapar,
maka itu disebut “alam setan kelaparan”. Tentunya di alam setan juga
ada setan yang memiliki berkah (masa lampau banyak memupuk berkah),

62 
 
misalnya Dewa Bumi, dan dewa lainnya yang banyak disembah, sebagian
orang menyebutnya sebagai malaikat. Maka itu banyak orang yang
memohon berkah dari alam setan, sungguh sesat. Ini umumnya keluar
dari mental orang yang suka menyogok, kebiasaan yang suka mengambil
keuntungan dari orang lain. Hanya dengan biskuit, potong ayam potong
bebek sebagai hadiah persembahan dan mengharapkan kekayaan dari
setan.

Ada sebuah kalimat yang tertulis di sebuah kelenteng kuno di Tainan :

Jika setan malaikat yang jujur, mana boleh menerima suap!

Bila kita telah menciptakan karma buruk, harusnya memperbaikinya


dari lubuk hati, bertobat dan memperbaiki diri baru dapat mengeliminasi
karma, buat apa menghamburkan uang untuk membeli kertas bakar,
meneruskan berbuat kesalahan, apakah dengan demikian bisa
mengeliminasi karma? Jika setan bisa membuatmu kaya raya dan
memberimu berkah, maka dia tak mungkin bisa jatuh ke Alam Setan.
Manusia meminta berkah dari setan, adalah ibarat bangsawan meminta
uang dan baju kepada pengemis, ini sungguh tak masuk akal. Ibaratnya
juga si pengemis juga tak ingin dianggap menakutkan, mereka hanya ingin
kita mengerti perasaan mereka, memperlakukan mereka dengan setara,
membantu mereka, menuntun mereka dengan Buddha Dharma, agar bisa
melepaskan penderitaan buat selama-lamanya.

Hantu juga demikian, hanya ingin mendapat uluran tangan yang tulus,
mereka juga takut terluka dan dibenci. Mereka juga tidak ingin kita sogok,
mereka hanya butuh kita melafal Amituofo buat mereka, melimpahkan
jasa melatih diri untuk mereka, agar mereka dapat secepatnya terlepas
dari alam setan dan terlahir ke Alam Sukhavati. Maka itu bila kita

63 
 
melewati kelenteng, kita boleh beranjali melafal Amituofo, memohon
agar mereka juga ikut melafal Amituofo, memohon Buddha Amitabha
menyelamatkan semuanya, bersama-sama lahir ke Alam Sukhavati,
menikmati kebahagiaan buat selama-lamanya.

Bertatap muka dengan hantu, tak perlu merasa aneh


dan terkejut, bersikap biasa dan saling menghormati.

Asalkan hati kita memiliki maitri karuna, melafal


Amituofo dan melimpahkan jasa, tak perlu menyogok.

Perlu diketahui penderitaan makhluk di enam alam tumimbal lahir,


penderitaan lahir, tua, sakit dan mati. Buddha tak rela melihat kita
menderita, maka itu setan juga merupakan makhluk yang hendak
diselamatkan oleh Buddha, sama dengan kita yang merupakan anak-anak
Buddha. Enam alam tumimbal lahir berada dalam ruang yang sama, jadi
kalau ketemu bukanlah hal yang aneh, jika kita bertemu orang asing di
jalanan, bukankah ini merupakan hal yang biasa? Setiap harinya kita
bertemu dengan makhluk dari Alam Binatang misalnya semut, ayam dan
sebagainya, bukankah ini merupakan hal yang biasa? Maka itu bertemu
dengan hantu juga sama halnya, tak perlu merasa aneh dan terkejut,
asalkan hati kita ber maitri karuna, melafal Amituofo, saling hormat
menghormati, menjalin jodoh Buddha. Jangan ada niat untuk melukai
atau membenci sehingga menjalin jodoh buruk. Setan juga adalah calon
Buddha, jadi kita harus memiliki rasa hormat dan bersikap baik padanya,

64 
 
namun tak perlu menyogok dan meminta berkah padanya, juga tak perlu
berhubungan atau berteman dengannya. Dapat melimpahkan jasa
kebajikan agar dirinya terlepas dari penderitaan, inilah yang paling baik.

65 
 
Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu
(bagian 3 - tamat)

Orang yang di dalam hatinya tidak ada cahaya maitri karuna,


adalah gelap gulita, ini berarti telah menjadikan hati sebagai
hantu yang gelap. Sebersit niat pikiran buruk barulah disebut
unsur yin.

66 
 
Melafal Amituofo tak perlu takut pada hantu (bagian
3 - tamat)

Mengapa bisa menjadi setan? Hati-hati, jangan


sampai menjadi setan!

Mengapa bisa jatuh ke alam setan? Harus dipahami di mana kita


terlahir adalah ditentukan oleh “gelombang pikiran” yang kita pancarkan,
bila dalam keseharian gelombang pikiran kita beragam, maka tergantung
gelombang mana yang paling banyak, maka itulah yang menghasilkan
kekuatan daya tarik yang besar, menarik kita ke alam tersebut.

“Keserakahan” juga adalah gelombang pikiran, maka channel yang


keluar adalah alam setan. Bila dalam keseharian sangat serakah,
menjelang ajal merindukan orang yang disayangi, maka akan jatuh ke
alam setan. Setan lebih menderita daripada manusia dan hewan. Maka
bagi yang tak ingin jadi setan, jangan memancarkan gelombang pikiran
“serakah”. Serakah pada makanan, suka tidur, suka ketenaran, serakah
akan keuntungan, suka mengambil keuntungan dari orang lain, suka dipuji,
suka rupa rupawan, semua ini memperkaya “pancaran gelombang pikiran
serakah”, yang berarti mempersiapkan diri untuk menjadi setan.
Asalkan muncul satu niat pikiran “serakah”, tak peduli tamak akan apa
saja, juga sedang memancarkan gelombang ke channel alam setan, dan
bila gelombang pikiran ini semakin banyak maka pancarannya semakin
kuat, sampai menjelang ajal pun masih terus memancarkan gelombang ini,
maka tentu saja channel yang bertepatan dengannya adalah Alam Setan.
Maka itu ketika timbul niat serakah, cepatlah ganti dengan melafal
Amituofo, mengubah pancaran gelombang pikiran ke arah lain.

67 
 
Merasakan apa yang dirasakan makhluk lain, jangan
ada sikap penolakan/benci

Mari kita mengambil contoh lagi, bila bunga dan rerumputan ada
hantunya, apakah dengan menyingkirkan bunga tersebut, maka hantu
jadi bisa lenyap? Bila kita tidak membangkitkan maitri karuna pada
hantu, hanya ingin menyingkirkannya jauh-jauh, hantu pun akan berbalik
membenci kita, kita harus merasakan perasaan makhluk lain, bila orang
lain ingin menyingkirkan kita, kita juga merasa tak senang.

Insan yang tak memiliki maitri karuna barulah


disebut yin dan kegelapan.

Lagipula, jika gara-gara takut hantu dan hendak memberikan


tanaman bonsai itu kepada insan lain, bukankah ini berarti anda ingin
“memberikan hantu kepada orang lain” agar orang lain juga menjadi
ketakutan? Bukankah ini namanya tak memiliki maitri karuna? Orang
yang di dalam hatinya tidak ada cahaya maitri karuna, adalah gelap
gulita, ini berarti telah menjadikan hati sebagai hantu yang gelap.
Sebersit niat pikiran buruk barulah disebut unsur yin.

Setan juga memiliki benih KeBuddhaan, juga bisa


mencapai KeBuddhaan.

68 
 
Dengan pikiran maitri karuna melafal Amituofo,
setan jadi sukacita dan akan melindungi.

Jika kita dapat melafal Amituofo dengan hati maitri karuna, hantu
yang ada di sekeliling kita, juga akan memperoleh pancaran cahaya
Buddha, sehingga terlepas dari penderitaan dan mendapatkan
kebahagiaan. Hantu juga memilki benih KeBuddhaan, jadi juga bisa
mencapai KeBuddhaan, kita seharusnya berdoa dengan tulus agar
mereka juga memiliki kesempatan untuk mendengarkan Dharma, ber-
Trisarana dan membangkitkan Bodhicitta, dan menerima penyelamatan
dari Buddha Amitabha, berkat kekuatan Buddha terlahir ke Alam
Sukhavati, melepaskan penderitaan memperoleh kebahagiaan buat
selama-lamanya, melatih diri dan mencapai KeBuddhaan. Lagipula, setan
juga akan menghormati dan melindungi praktisi Nian-fo, kita melafal
Amituofo dan melimpahkan jasa kebajikan ini kepada semua makhluk,
setan juga akan memperoleh manfaat, membangkitkan pikiran bajik
untuk melindungi kita.

Keyakinan yang paling berharga, adalah keyakinan


pada Buddha.

Jangan percaya pada unsur yin dan kegelapan,


menyia-nyiakan kehidupan.

Jadi tak peduli adanya hantu atau tidak, atau bertemu dengan unsur
yin atau yang, seharusnya tetap membangkitkan keyakinan melafal

69 
 
Amituofo, jangan menggunakan kehidupan yang sungguh berharga ini
untuk mempercayai pemikiran yang tak masuk akal. sehingga menjadi
panik dan ketakutan, sampai-sampai terbawa ke alam mimpi menjadi
mimpi buruk, bukankah ini disebut sudah jatuh tertimpa tangga pula?

70 
 
Tiga kalimat baik Song Jing-gong, usianya
diperpanjang 21 tahun.

Untuk mengubah nasib, tak perlu memohon kepada orang lain,


pikiran benar dan hati tulus, dengan sendirinya nasib pun berubah.
Melafal Amituofo, setiap lafalan akan mengubah nasib, dengan
ketulusan hati melafal berkesinambungan, dengan sendirinya
akan makin bercahaya dan sejahtera.

71 
 
Tiga kalimat baik Song Jing-gong, usianya
diperpanjang 21 tahun.

Dalam kitab “Shi-ji” tertera tentang tiga kalimat baik dari Kaisar
Song Jing-gong (tiga pikiran bajik yang besar) sehingga memperpanjang
usianya 21 tahun. Pada waktu itu ahli perbintangan Negeri Song melihat
ramalan bintang bahwa akan terjadi malapetaka pada Kaisar Song Jing-
gong, yakni ajalnya akan tiba. Song Jing-gong sendiri juga amat gelisah.
Ahli bintang mengusulkan cara agar malapetaka ini beralih menimpa
perdana menteri. Namun begitu mendengar hal ini Song Jing-gong yang
tidak egois, malah berkata : “Perdana menteri ibarat tangan dan kakiku,
mana boleh melukainya?” Dia rela menanggung nasibnya ini. Ahli bintang
mengusulkan lagi, mengalihkan bencana ini kepada rakyat, namun Song
Jing-gong yang hampir mendekati ajal tetap masih memiliki welas asih,
dia segera berkata :”Keberadaan seorang kaisar adalah berkat dukungan
dari rakyatnya, bertanggungjawab pada rakyatnya, mana boleh
mencelakai mereka?” Dia rela menanggungnya sendiri.

Ahli bintang mengusulkan lagi, bagaimana kalau mengalihkan


malapetaka ini kepada waktu panen, lagi-lagi Song Jing-gong berwelas
asih berkata : “Rakyat mengandalkan panen untuk melanjutkan hidupnya,
jika hasil panen tidak bagus, rakyat akan kesusahan”, dia tidak rela
melihat bila rakyatnya harus menderita, lebih baik dia sendiri yang
menanggung malapetaka ini. Song Jing-gong menghadapi detik ajalnya
dengan maitri karuna, gelombang pikiran ini memiliki kekuatan yang amat
besar, ahli bintang juga ikut terharu, dan berkata:”Dengarkanlah oh
langit nan tinggi di sana, kaisarmu yang dapat mengucapkan tiga kalimat
baik ini, rasi bintang juga akan tergerak. (pancaran gelombang pikiran
dapat merubah rupa), tidak lama kemudian rasi bintang bergerak tiga
kali, menurut aturan perbintangan, usianya bertambah 21 tahun.
72 
 
Gelombang pikiran --- mengubah kondisi dan nasib

Dapat dilihat bahwa “nasib”ada dalam niat pikiran, pancaran


gelombang pikiran yang kuat dapat mengubah kondisi. Andaikata Song
Jing-gong amat egois, ingin mengalihkan malapetaka kepada insan lain,
tak peduli apakah ahli bintang berhasil melakukannya atau tidak, namun
niat jahatnya itu pasti akan menimpa dirinya sendiri, menambah
kecepatan malapetaka untuk segera menimpa dirinya. Karena itu anda
sekalian jangan meremehkan tiga pikiran baik tersebut, kekuatan dari
tiga kalimat, niat pikiran barulah kekuatan yang sebenarnya. “Raja
Pikiran” barulah pemimpin yang dapat memerintahkan pergerakan rasi
bintang, untuk mengubah nasib, tak perlu memohon kepada orang lain,
pikiran benar dan hati tulus, dengan sendirinya nasib pun berubah.
Melafal Amituofo, setiap lafalan akan mengubah nasib, dengan ketulusan
hati melafal berkesinambungan, dengan sendirinya akan makin bercahaya
dan sejahtera.

73 
 
Membahas beberapa tradisi kepercayaan
(bagian 1)

Sesungguhnya sepanjang hidup, tidak ada yang kita peroleh dan


kehilangan, sepanjang hidup selalu mengkhawatirkan ini dan itu,
juga takkan memperoleh apa-apa.

74 
 
Membahas beberapa tradisi kepercayaan (bagian 1)

Mengapa harus membawa daun dan rumput untuk


menangkal hawa jahat?

Banyak praktisi Nian-fo tidak membangkitkan keyakinan sepenuhnya


pada Buddha Amitabha dan Buddha Dharma dengan benar, dan malah
percaya pada tradisi, bahkan begitu kuat sampai tak tergoyahkan.

Misalnya : banyak orang percaya bahwa “rumput” dapat menangkal


hawa jahat, maka itu ketika mengunjungi orang sakit, membantu melafal
Amituofo, atau melayat, harus membawa beberapa helai daun di kantong,
untuk mencegah………sebenarnya apa yang harus dicegah, dia saja
tidak tahu, kesimpulannya, mereka hanya takut pada benda yang
berunsur yin, mari kita membahas jalan pemikiran orang yang suka
membawa helaian daun dan rerumputan :

(1) menandakan dalam hatinya ada ketakutan, takut kalau dengan


mengunjungi orang sakit atau melayat, akan merugikan diri sendiri;
takut orang sakit dan orang meninggal memiliki hawa jahat yang akan
mencelakai dirinya. ini sangat jelas, ya, “demi melindungi diri sendiri”,
belumlah dapat membangkitkan niat untuk memberi manfaat pada orang
lain, keyakinan terhadap kekuatan cahaya maitri karuna sangatlah lemah.

(2) menandakan bahwa tidak memiliki keyakinan pada kekuatan


melafal Amituofo, walaupun melafal Amituofo, dia sangat takut kalau
kekuatan Buddha tak bisa menahan hawa jahat. Di dalam hatinya,
Buddha tak sebanding dengan sehelai daun atau rumput, karena itu tak
75 
 
bisa mengandalkan kekuatan Nya, maka itu memilih daun dan rumput
sebagai pelindungnya.

(3) menandakan dia begitu percaya pada kekuatan daun dan rumput,
sehingga mengandalkan kekuatan daun dan rumput.

(4) menandakan dia takut hantu, dia tidak membangkitkan maitri


karuna dan tekad untuk menyelamatkan. Dia mengandai-andaikan hantu
itu galak, berhawa jahat, dan dapat mencelakai dirinya, sesungguhnya
dia sungguh tak memiliki toleransi pada hantu.

Hawa jahat hasil ciptaan pikiran, ketakutan berasal


dari pikiran, hantu juga diciptakan oleh pikiran.

Anda sekalian jangan meremehkan cara pemikiran orang yang


“membawa jimat daun dan rumput” ini. Niat dan tindakan yang kecil ini,
telah menandakan dia “tidak yakin pada Buddha”, ini masalah serius,
yang juga menandakan bahwa dia belum membangkitkan Bodhicitta,
terlebih-lebih tidak yakin pada kekuatan dirinya dalam melafal Amituofo,
sehingga harus meminta bantuan pada orang lain, pelindung yang lain.
Tidak mengetahui bahwa “Hawa jahat berasal dari pikiran, hantu
diciptakan dari pikiran”, karena egois, tidak memiliki maitri karuna maka
pikiran semakin berhawa jahat. Niat serakah, akan mengundang channel
setan. Memiliki keyakinan yang sembarangan juga adalah hawa jahat.
Jika sebaliknya dapat membangkitkan keyakinan melafal Amituofo, maka
takkan timbul hawa jahat, menciptakan bayangan hantu. Anda perlu tahu
mencari hantu di dalam cahaya adalah hal mustahil, hanya dalam
kegelapan batin dan khayalan barulah ada banyak bayangan hantu.
Asalkan batin bercahaya maka takkan ada kegelapan. Dengan pikiran

76 
 
benar melafal Amituofo, maka takkan berkhayal dan sembarangan
berpikir, maka hantu juga takkan muncul.

Melafal Amituofo perlu yakin pada diri sendiri, yakin


pada kekuatan Buddha, hati tiada kekhawatiran.

Kita harus memahami bahwa Buddha memenuhi semua ruang dan


waktu, kemampuannya juga memenuhi seluruh ruang dan waktu, tanpa
batas. Demikian pula dengan pikiran kita, luasnya juga tanpa batas,
kekuatannya juga tak terhingga. Seorang praktisi harus yakin akan
kekuatan pikiran sendiri yang tiada batas ini, dan meyakini Buddha
adalah mengembangkan yang tak terhingga ini, meyakini Buddha dan diri
sendiri, dengan kekuatan keyakinan membangkitkan kekuatan pikiran,
sebersit niat pikiran memiliki kekuatan tak terhingga.

Namun sayangnya kita lebih suka menfokuskan pikiran ke tubuh maya


ini, sehingga kekuatan pikiran juga jadi menyusut, selalu merasa takut
dan khawatir, sepertinya seluruh dunia hendak mencelakai diriku; takut
pada orang, takut pada anjing, takut gelap, takut hantu, takut mati……;
sebelum memperoleh ingin mendapatkan, setelah mendapatkan takut
kehilangan. Sesungguhnya sepanjang hidup, tidak ada yang kita peroleh
dan kehilangan, sepanjang hidup selalu mengkhawatirkan ini dan itu, juga
takkan memperoleh apa-apa.

77 
 
Membahas beberapa tradisi kepercayaan
(bagian 2)

Apakah ketika anda hendak minum air dan masuk toilet juga
harus memilih waktu baik terlebih dahulu? Kalau memang hebat,
harusnya saat mati juga harus pilih hari baik dan waktu
keberuntungan.

78 
 
Membahas beberapa tradisi kepercayaan (bagian 2)

Apakah harus memilih hari baik dan waktu


keberuntungan?

Banyak orang yang memilih hari baik dan waktu keberuntungan ; saat
peresmian, pernikahan, apakah ketika anda hendak minum air dan masuk
toilet juga harus memilih waktu baik terlebih dahulu? Kalau memang
hebat, harusnya saat mati juga harus pilih hari baik dan waktu
keberuntungan.

Orang baik tidak memiliki waktu sial, orang jahat


tidak memiliki hari baik

Berbuat kebajikan---setiap hari adalah hari baik;


melafal Amituofo---setiap detik adalah waktu sejahtera.

Ada pepatah yang mengatakan : “Orang baik tidak memilki waktu sial,
orang jahat tidak memiliki hari baik”. Insan baik menggunakan hati yang
bajik, malapetaka akan berubah menjadi sejahtera, karena itu orang baik
tidak memiliki hari sial. Orang yang sering berpikiran jahat, memancarkan
pikiran negatif, maka itu orang jahat tidak memilki hari baik. Asalkan
memperlakukan orang lain dengan pikiran benar dan hati yang tulus, tak
perlu memilih hari, setiap hari adalah hari baik, setiap detik adalah waktu
keberuntungan. Jika berhati jahat, maka walaupun memilih hari dan
79 
 
menghamburkan banyak uang mengundang orang pandai melihat hari,
maka tak mungkin terpilih hari baik. Karena waktu tidak memiliki
ketetapan, tergantung dari cara manusia menggunakannya, bila
menggunakan waktu dengan baik, bisa melatih diri, maka hari pun jadi
baik, namun sebaliknya tidak menggunakan waktu dengan baik, berbuat
jahat, tentunya diri sendiri telah menciptakan “waktu sial”.

Menyembah Buddha perlu memilih hari baik?

Banyak orang yang suka mengikuti kepercayaan tradisi sampai


menyembah Buddha juga harus piih hari baik, tidak mengetahui bahwa
sebersit niat pikiran ingin menyembah Buddha adalah paling baik dan
paling sejahtera. Sebersit niat pikiran ingin menyembah Buddha, dapat
mengubah kondisi, dari yang buruk ke kondisi yang sejahtera. Maka itu
tidak perlu membedakan hari baik atau hari buruk, menyembah Buddha
adalah hari baik.

80 
 
Membahas beberapa tradisi kepercayaan
(bagian 3)

Vihara adalah tempat yang paling terang dan paling sejahtera,


para Buddha dan Bodhisattva adalah paling maitri karuna dan
paling bijaksana, semakin kita meneladani Nya, harusnya semakin
menuju ke arah baik dan sejahtera.

81 
 
Membahas beberapa tradisi kepercayaan (bagian 3)

Pertanyaan dan jawaban aneh seputar masalah feng-


shui

Belakangan ini, ada seorang pengurus vihara, mengunjungi praktek


seorang yang mengaku dirinya sebagai ahli feng-shui. Pengurus vihara ini
bertanya : “Beberapa hari ini ada orang yang dimakamkan dekat lokasi
vihara, tidak tahu apakah akan berpengaruh pada feng-shui vihara?”
Pengurus vihara ini tampak amat gelisah dan risau. Ahli feng-shui itu
menjawab:”Dikhawatirkan vihara tidak berdaya untuk menahannya”. Si
pengurus vihara bertanya lagi:”Mengapa demikian?” Ahli feng-shui
menjawab dengan sangat berwibawa : “Karena dewa pelindung vihara
sudah kebanyakkan”

Jawaban ini dianggap serius oleh orang banyak, bagaimana dengan


anda?

Mengkaji mengapa harus mengajukan pertanyaan?

Pertama, mari kita kaji terlebih dahulu, mengapa bisa timbul


pertanyaan demikian? Mengapa harus merasa khawatir karena ada
orang mati yang dimakamkan dekat vihara sehingga feng-shui vihara
akan terpengaruh? Sesungguhnya apakah yang dikhawatirkan pengurus
vihara itu adalah kekuatan Buddha dan kekuatan orang hidup tidak
sebanding dengan kekuatan orang mati? Andaikata kematian seorang

82 
 
makhluk, dapat membawa pengaruh buruk pada sebuah vihara, mengapa
harus percaya lagi pada Buddha yang tidak memiliki kekuatan
penyelamatan? (Bukan Buddha tidak memiliki kekuatan, namun
keyakinan anda yang tidak memiliki kekuatan!). Terhadap Buddha
sedikitpun tidak memiliki pemahaman, juga tidak memilki keyakinan,
harusnya mengkaji diri kembali seperti kisah tanaman bonsai itu,
mengkaji kembali mengapa anda harus percaya pada Buddha yang tidak
berdaya? (Sesungguhnya bukan Buddha yang tidak memiliki kemampuan,
namun keyakinan anda yang bermasalah!)

Mengkaji jawaban yang diberikan

Dewa pelindung vihara begitu banyak, cahaya sejahtera juga akan


menyinari para penduduk serta roh hantu yang ada di sekitarnya,
mengapa malah akan menyebabkan orang tidak dapat bertahan?

Sebagian pendapat umum, vihara adalah tempat yang paling terang


dan paling sejahtera, para Buddha dan Bodhisattva adalah paling maitri
karuna dan paling bijaksana, semakin kita meneladani Nya, harusnya
semakin menuju ke arah baik dan sejahtera, mengapa mendekati vihara
malah jadi tidak dapat bertahan? Bila bukan siswa yang melanggar sila,
mengapa harus takut mendekati guru yang sejahtera dan sekolah yang
trampil? Bila masyarakat yang jujur, mengapa harus takut pada polisi?
Maka itu jangan mudah terpancing oleh perkataan yang tidak sesuai
dengan akal sehat.

83 
 
Membahas beberapa tradisi kepercayaan
(bagian 4)

Namun bila dilihat dari keyakinan pada Buddha, maka ini


merupakan masalah besar yang dapat merintangi kita untuk
terlahir ke Alam Sukhavati, maka itu harus baik-baik mengkaji
kembali “keyakinan” dan “tekad” diri.

84 
 
Membahas beberapa tradisi kepercayaan (bagian 4)

Apakah melafal Amituofo masih perlu percaya pada


ramalan nasib dan feng-shui?

Nasib diciptakan oleh pikiran, rupa berubah


menuruti perubahan hati.
Mengubah niat pikiran, ucapan, sikap, nasib pun ikut
berubah!

Banyak praktisi Nian-fo yang suka percaya pada ramalan nasib dan
feng-shui. Mendengar kabar burung di jalanan, segera membantu
menyebarkannya. Kepercayaan yang membabi buta ini, sesungguhnya
adalah karena “tidak memiliki keyakinan yang benar”. Kami tidak
menyangkal bahwa nasib bisa diramal, lalu mengapa ada nasib orang yang
bisa diramal? Ini dikarenakan adanya hukum sebab akibat, dari sebab
masa lampau, bisa meramal akibat yang akan datang, ibarat petani yang
sudah berpengalaman, bisa meramalkan dari benih yang ditebar dan
faktor cuaca, meramalkan kapan masa panen.

Namun dengan adanya hukum sebab akibat, maka nasib pun bisa
diubah, dengan mengubah sebab dan faktor pendukung, maka dapat
mengubah buah akibatnya. Kita melafal Amituofo adalah sedang
memperbaiki “benih sebab”, dalam nasib yang terpenting adalah benih,
yakni “niat pikiran”, dengan mengubah niat pikiran, maka mengubah

85 
 
ucapan dan sikap. Anda jangan meremehkan bahwa dengan mengubah
sebuah ucapan dan sebuah sikap, maka nasib pun ikut berubah, bila tak
percaya, anda boleh melakukan eksperimen berikut ini.

Ketika bos anda menyalahkan diri anda, cobalah memakai sikap yang
tulus mengucapkan : “Maafkan saya, ini adalah kesalahan saya, terimakasih
atas petunjuk anda, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk
memperbaikinya”. Bagaimana pula sebaliknya bila anda menggelengkan
kepala dan dengan muka yang tidak ramah mengucapkan : “Saya telah
berusaha keras, bila tidak, anda coba lihat saja, anda sendiri juga tidak
bisa mengerjakannya dengan baik”. Dua macam niat pikiran yang berbeda
ini, ucapan dan sikapnya, langsung akan berakibat pada nasib yang berbeda.
Maka itu disebut nasib diciptakan dari pikiran, rupa berubah menuruti
perubahan hati. Juga karena dapat diciptakan, dapat dialihkan, maka
melafal Amituofo jadi lebih bermakna, jika tidak maka semuanya akan jadi
sebuah ketetapan, tidak memiliki cara untuk mengubahnya, maka melatih
diri jadi tiada gunanya lagi.

Feng-shui diciptakan dari pikiran

Tempat berberkah ditempati insan berberkah, insan


berberkah menempati tempat berberkah

Sebuah tempat yang berpemandangan indah, jika dihuni oleh orang


yang tidak memiliki jasa kebajikan, sembarangan membuang sampah,
membuat polusi, sembarangan menyemprot pestisida ................maka tak
perlu waktu lama, pemandangan indah pun jadi rusak.

86
Sebaliknya bila ada tempat yang biasa-biasa saja, andaikata dihuni
oleh insan yang memiliki jasa kebajikan, menjaga kelestarian alam,
memupuk jasa kebajikan, sehingga tetangganya juga ikut meneladani
kebajikannya, maka lama-kelamaan tempat itu pasti akan berubah
kondisinya, sehingga feng-shui juga akan berubah.

Maka itu dikatakan : “Tempat berberkah ditempati insan berberkah,


insan berberkah menempati tempat berberkah”.

Sebuah rumah kosong yang hendak dijadikan bar atau vihara, niat
pikirannya berbeda, karena niat pikiran berbeda maka gelombang pikiran
yang dipancarkan juga berbeda, sehingga kondisinya juga akan berbeda,
maka ini juga yang disebut feng-shui yang berbeda. Dan lagipula benih
sebab dari feng-shui adalah niat pikiran (gelombang pikiran), maka itu
untuk meramal feng-shui tidak perlu memohon bantuan orang lain, namun
dengan pikiran benar, maka kondisi dan feng-shui akan berubah.
Sebaliknya bila pikiran tidak benar, maka feng-shui yang sebagus apapun
juga akan menjadi rusak.

Manusia suka mengunjungi tempat yang ber feng-


shui jelek.

Jujur saja, banyak vihara yang dibangun diatas tempat yang memiliki
feng-shui terbaik, namun banyak insan yang tidak bisa bertahan lama
tinggal di sana, mereka malah sudi lari ke tempat yang memiliki feng-shui
yang jelek, yakni tempat judi, dan tempat maksiat yang gelap gulita,
serta mall yang berpolusi tinggi, mereka suka feng-shui yang demikian.

87 
 
Melatih pikiran menciptakan feng-shui yang baik
(Gratis!)

Sebagian besar manusia lebih suka mempercayai ucapan ahli feng-


shui, terutama dalam soal pemakaman, harus melihat feng-shui, anak
cucu sangat berharap agar leluhurnya dimakamkan di tempat yang
dapat memberi keuntungan bagi mereka pribadi, namun tidak peduli
apakah roh leluhurnya telah mencapai alam bahagia atau tidak.
Semuanya yakin bahwa feng-shui leluhur dapat mempengaruhi rezeki
sendiri, namun tidak mengkaji kembali bagaimana niat pikiran sendiri,
apakah dapat mempengaruhi leluhur? Apakah akan memalukan leluhur?
Apakah akan merusak feng-shui? Mengapa anda rela menghamburkan
sejumlah uang untuk mengundang ahli feng-shui, namun malah tak sudi
“melatih pikiran”, mengubah feng-shui (gratis!).

Perenungan disela lelucon

Terkadang kita akan membuat lelucon : “Jika memang feng-shui


memiliki pengaruh, maka ahli feng-shui akan mencari feng-shui yang
terbaik sehingga apa yang diinginkannya bisa terwujud, misalnya jadi raja,
presiden, setiap keturunannya jadi sarjana, bangsawan dan sebagainya.
Namun kenyataannya sungguh ironis, patut kita renungkan.

Kadang kala, saya iseng-iseng bertanya pada mereka yang amat


melekat pada feng-shui : “Kita mengubur jasad, sebagian orang sangat
menitikberatkan pada feng-shui, waktu penguburan, arah dan
88 
 
sebagainya, yang ingin saya tanyakan apakah waktu anda makan daging
apakah juga melihat feng-shui terlebih dulu? Karena daging juga adalah
mayat, bila pemakaman jasad begitu memiliki kekuatan pengaruh yang
besar, maka waktu mayat hendak dikuburkan ke dalam perut anda,
apakah anda juga melihat feng-shui terlebih dahulu? Jika tidak, nanti
waktunya tidak sesuai kemudian shio nya tak cocok, bukankah akan
terjadi “chong” (berbenturan dengan hawa jahat)?

Gudang penyimpanan beku di pasar, berisikan banyak “mayat-mayat”


hewan, begitu banyak orang yang lalu lalang di sana, mengapa mereka
tidak takut “chong” (berbenturan dengan hawa jahat)? Mengapa pula
tidak ada yang mempermasalahkan feng-shui di sana? Apa pengaruhnya
bagi kita. Ketika makanan sudah diutamakan, maka feng-shui pun jadi
dilupakan.

Bagaimana cara untuk menjadi orang terkaya di kota


anda?

Ada sepasang suami isteri bermarga Lin memberitahukan kami, ada


seorang ahli ramal pernah mengajarkan mereka bila pada hari, bulan dan
tahun tertentu mereka pergi membeli 12 batang sapu, kemudian pulang
dan menyapu rumah dengan cara menghadap arah tertentu, kemudian
dibuang ke laut, maka rezeki akan mengalir seperti air laut, sehingga
akan menjadi orang terkaya di kotanya. Setelah mendengar ucapan ini,
mereka tertawa dan menjawab : “Kami telah merupakan orang terkaya di
kota kami, karena kami telah memahami ajaran Buddha”. Untunglah
mereka tidak menuruti kata peramal itu, bila tidak maka sia-sia saja
mereka mendengarkan ceramah Dharma!

89 
 
Coba pikirkan, bila cara itu bisa membuahkan hasil, bukankah peramal
itu telah menjadi orang terkaya di dunia? Cara tersebut hanya memiliki
satu hasil saja yakni lantai jadi bersih!

Anda percaya pada cincin atau pada Buddha?

Peramal itu juga mengajarkannya agar pada waktu tertentu,


menghadap ke arah tertentu, tangan kiri jari ke 4 harus memakai cincin
emas yang harus dipesan terlebih dulu, dipasang berlian warna hitam,
dengan demikian baru bisa terhindar dari kecelakaan mobil. Untunglah
Upasaka Lin ini memiliki keyakinan benar : “Saya melafal Amituofo,
kekuatannya pasti lebih besar daripada cincin ini”. Karena kecelakaan
mobil sangat berkaitan dengan “kesadaran”, jika kita melafal Amituofo,
pikiran kita tidak berkhayal tentu saja sangat sadar, dan bercahaya,
dengan sendirinya akan terhindar dari malapetaka. Jika memakai cincin
sakti namun sambil menyetir sambil mengantuk, maka tidak mungkin
bisa aman! Apalagi melanggar peraturan lalu lintas maka akan lebih
berbahaya lagi!

Kemudian kami bertanya lagi pada umat lainnya, banyak yang tidak
memiliki keyakinan yang sedemikian, bila mendengar ucapan peramal,
mereka akan langsung ketakutan akan mengalami kecelakaan, maka itu
lebih baik menuruti anjuran peramal, memakai cincin tersebut, mereka ini
tidak memilki keyakinan yang benar, juga tidak memahami bahwa
segalanya tercipta dari pikiran. Juga telah mengabaikan kekuatan
Buddha tak sebanding dengan sebuah cincin, juga tak sebanding dengan
kekuatan si tukang ramal. (Benar-benar telah meremehkan Buddha!)

90 
 
Masalah besar diantara masalah kecil

Tampaknya ini hanya masalah sepele, cuma memakai cincin saja,


menyingkirkan tanaman bonsai, melihat feng-shui, memilih hari saja,
namun bila dilihat dari keyakinan pada Buddha, maka ini merupakan
masalah besar yang dapat merintangi kita untuk terlahir ke Alam
Sukhavati, maka itu harus baik-baik mengkaji kembali “keyakinan” dan
“tekad”.

91 
 
Kesukaan anda cocok dengan siapa?

Sesungguhnya dalam keseharian ada berapa niat pikiran kita yang


terjalin dengan Buddha, tertarik oleh Buddha dan mengarah ke
Buddha Amitabha?

92 
 
Kesukaan anda cocok dengan siapa?

Tujuan yang sama.

Ada seekor burung yang tidak berminat pada buah semanis apapun di
dunia, juga tak berminat pada air yang seharum apapun di dunia ini. Dia
hanya suka makan bangkai tikus, bau bangkai barulah kesukaannya. Ada
sejenis serangga yang disebut “ngengat”, hamparan angkasa nan luas,
rimba nan indah, dia juga tak berminat, dia lebih suka menerobos ke
dalam api sehingga hangus terbakar. Apakah anda juga mengamatinya,
tak peduli sekotor apapun tumpukan tinja, sayuran yang telah
membusuk, ikan yang telah membusuk, di dalam tempat sampah banyak
serangga menghinggapi, melekat di sana, menikmati, tak sudi
meninggalkan tempat tersebut, inilah bau yang sedang mereka nikmati.

Asalkan “terjalin” maka pasti tergerak, tempat tujuan


dan masa depan.

Jika anda menaburkan gula di sudut dinding, pasti akan mengundang


banyak semut, namun jika yang anda tabur adalah garam, maka mereka
takkan berminat, karena semut dan gula ada jalinan, maka itu gula dapat
menarik perhatian semut sehingga semut melekat pada gula dan tak
sudi meninggalkannya. Burung yang kita katakan tadi, dia akan tertarik
pada bangkai tikus, karena terjalin dengan bangkai tikus, jalinan ini
menyebabkan dia tergerak, tempat yang akan ditujunya dan masa
depannya. Dan ngengat itu tertarik pada nyala api, juga karena terjalin
dengan api, barulah tergerak menerobos kobaran api.

93 
 
Mengkaji diri sendiri, apa yang dapat menarik minat
kita?

Apakah kita pernah mengkaji diri kita sendiri, dalam hidup keseharian
apa yang dapat menarik minat kita? Setiap hari kita terjalin dengan apa?
Dalam ajaran Buddha ada tertera kalimat : “Setiap lafalan Amituofo
saling terjalin tak terputus”. Sesungguhnya dalam keseharian ada
berapa niat pikiran kita yang terjalin dengan Buddha, tertarik oleh
Buddha dan mengarah ke Buddha Amitabha?

94 
 
Apakah sudi menjadi burung pemakan bangkai?

Jika emosi ini tidak bisa reda, maka ini menandakan bahwa minat
anda adalah untuk memenangkan persaingan di alam saha! Atau
dihanyutkan oleh khayalan! Anda tidak memiliki minat untuk
pulang ke kampung halaman Alam Sukhavati!

95 
 
Mengkaji diri sendiri, apakah sudi menjadi burung
pemakan bangkai?
Mengapa sudi menghamburkan “uang nyawa”,
menonton tayangan tak berkelas?

Suatu hari, ada seorang teman yang memberitahukan diriku, tentang


sebuah kejadian yang sungguh fitnahan, sangat berbeda dengan
kenyataan, saya jadi penasaran, respon pertama yang ada dalam hatiku
adalah ingin mengetahui sejelas-jelasnya apa yang telah terjadi, namun
pikir-pikir, ucapan teman saya ini menandakan dia sedang dilanda
kerisauan, bila saya masih begitu antusias, bukankah hanya akan
menambah kerisauannya? Maka itu saya memilih diam seribu bahasa.

Akhirnya setelah temanku pulang, saya meneruskan bernamaskara


pada Buddha, melafal Amituofo, menyelesaikan kebaktianku, namun
entah kenapa airmataku terus mengalir, karena dalam batinku terasa
ada tekanan! Bahkan rasanya ingin menangis, walaupun mulutku melafal
Amituofo namun ada suara isak tangis, hatiku jadi tak terfokus melafal
Amituofo, rasanya ingin mencari orang lain untuk berdiskusi, ingin
menjelaskan sebuah persoalan, tiba-tiba timbul keinginan untuk mengkaji
diri sendiri : “Mengapa babak adegan perasaan yang menjenuhkan ini
(rupa palsu) dapat menarik minat kita? Mengapa dapat menarik diriku
dari pangkuan Buddha ke masa lalu? Apakah saya sudi menjadi burung
pemakan bangkai tikus? Hubungan permusuhan dan perkerabatan ini bila
dibuat ke dalam adegan film, tentunya akan menjadi adegan yang tidak
berkelas dan sedikitpun tidak menarik, apakah saya sudi
menghamburkan uang untuk menonton tayangan ini? Saya takkan sudi
menghamburkan uang untuk menonton adegan maya dan bayangan palsu
ini!
96 
 
Mengapa kita melafal Amituofo namun tak terjalin dengan Buddha?
Mengapa tidak menjalin jalinan dengan Alam Sukhavati? Tidak menuju
Alam Sukhavati dan menikmati pemandangan nan indah, namun malah
diam-diam menjalin permusuhan dengan orang awam? Sesungguhnya
anda lebih berminat menjalin jalinan dengan Buddha, atau menjalin
permusuhan dengan manusia, anda merasa bila tidak berdebat dengan
musuh anda, maka emosi ini tidak bisa reda, maka ini menandakan bahwa
minat anda adalah untuk memenangkan persaingan di alam saha! Atau
dihanyutkan oleh khayalan! Anda tidak memiliki minat untuk pulang ke
kampung halaman Alam Sukhavati! Jika demikian maka anda silahkan
tinggal saja di alam saha demi memenangkan persaingan, ini adalah
alasan mengapa sampai sekarang anda belum mencapai Alam Sukhavati,
ini dikarenakan anda lebih berminat makan bangkai tikus daripada makan
buah yang manis!

Berniat ke Alam Sukhavati, buat apa membawa


bangkai tikus?

Minat anda menentukan dimana anda akan dilahirkan, bila anda suka
buah manis, maka dengan sendirinya anda akan terfokus untuk makan
buah manis terus, maka apakah bangkai tikus dapat menarik minat anda?
Mungkin bangkai tikus akan membuat anda bersedih? Ketika saya
bertanya pada diri sendiri, terasa amat melucukan, maka hatiku yang
pedih menjadi tiada bernilai.

97 
 
Semua kejadian yang sesungguhnya, Buddha
mengetahuinya.

Ranting pohon menunduk dan merendah, hanya untuk


menggantung singgasana emas Alam Sukhavati yang paling
tertinggi. Di dunia saha ini buat apa ranting menjulur begitu
tinggi?

98 
 
Semua kejadian yang sesungguhnya, Buddha
mengetahuinya.

Benda yang sama, bila anda tidak menghendakinya lagi, maka bukan
masalah jika diberikan kepada orang lain, tentunya takkan bersedih hati;
sebaliknya bila di hati masih ada sedikit tak rela, maka berarti masih ada
“cinta” dan “kemelekatan”. Maka itu “nama baik tanpa fitnahan”, bila
anda tidak menginginkannya lagi, maka diberikan kepada orang lain juga
bukan masalah, benarkan? Bila anda tidak merelakannya, maka akan
mengkhawatirkan orang lain akan menfitnah dirimu, dan merasa
tertekan, takut bahwa orang lain tidak mengetahui kejadian yang
sebenarnya. Kejadian yang sesungguhnya, walaupun manusia tidak
mengetahuinya, apakah para Buddha dan Bodhisattva juga takkan
mengetahuinya? Jika anda yakin bahwa Buddha adalah maha tahu, maka
di dunia ini adakah yang disebut fitnah?

Ranting pohon merendah hanya untuk menggantung


singgasana emas.

Sesepuh mengatakan : “Ranting pohon merendah hanya untuk


menggantung singgasana emas”, di dunia saha ini, ranting pohon
menunduk dan merendah, hanya untuk menggantung singgasana emas
Alam Sukhavati yang paling tertinggi. Di dunia saha ini buat apa ranting
menjulur begitu tinggi? Andaikata orang yang hendak pindah sekolah ke
Amerika, tentunya harus melepaskan semua keluarga dan kerabat yang
ada di Taiwan, buat apa membawa serta bangkai tikus ke pesawat
terbang? Ke Amerika saja tak perlu bawa bangkai tikus, apalagi hendak

99 
 
pergi ke Alam Sukhavati, lebih tak perlu lagi membawa serta! (berbagai
masalah dan gosip dapat diibaratkan sebagai bangkai tikus, bau dan tak
berguna). Di dunia ini bila semuanya harus dijelaskan, harus diperebutkan,
apakah dapat terjalin dengan Buddha? Kita harus berpikir dengan baik,
sebenarnya minat kita terjalin dengan siapa, jika suka terjalin dengan
manusia awam, suka membawa bangkai tikus, maka Alam Sukhavati
tidak sesuai dengan anda, karena sampai di sana juga tidak ada yang
memiliki minat yang sama dengan anda, di sana juga tidak ada bangkai
tikus!

100 
 
Bara api berubah menjadi teratai merah
(bagian 1)

Kekuatan dari melafal Amituofo ibarat panas matahari, karma


buruk ibarat es beku, panas mentari dapat mencairkan es beku
sehingga menjadi “air jasa kebajikan”.

101 
 
Bara api berubah menjadi teratai merah (bagian 1)

Kisah Perjuangan Wang Xue-qin

Hati dan pemikiran kita dapat mengubah kehidupan dan nasib, bisa
menyebabkan kita menjadi insan awam yang menderita dan suka
mengeluh, atau Bodhisattva yang bersukacita.

“Saya sangat beruntung karena kehilangan satu kaki,


barulah dapat mendengar Buddha Dharma............”

Ada seorang seniorku yang bernama Wang Xue-qin, di usianya 30


lebih karena menderita kanker tulang sehingga salah satu kakinya harus
diamputasi, dan karena para dokter menganggap bahwa kanker
tulangnya tergolong ganas, maka dokter memprediksi hidupnya sulit
bertahan untuk satu tahun ke depan, namun di luar dugaan selama 10
tahun ini dia masih baik-baik melafal Amituofo, dan memberi motivasi
kepada orang lain. Dia telah menjalani operasi sebanyak 22 kali, tidak
hanya harus kehilangan satu kakinya, dan satu bagian paru-parunya juga
harus dipotong, namun yang mengharukan adalah ketika kehilangan satu
kakinya, dia berkata padaku : “Saya sungguh beruntung, karena harus
kehilangan satu kaki, baru memiliki kesempatan mendengar Dharma, bila
sebaliknya tidak memiliki kesempatan mendengar Buddha Dharma,
entah berapa banyak karma buruk yang akan saya perbuat lagi, kelak
tidak tahu berapa banyak siksaan yang harus saya derita lagi!

102 
 
Demi memohon Dharma memotong lengan sendiri

Pada jaman dahulu ada seorang sesepuh Zen yang bernama Hui-ke,
dia ingin memohon Dharma pada Master Zen Bodhidharma, sehingga rela
memotong satu lengannya. Hari ini pula saya mendengar bahwa ada yang
berkata padaku rela memotong satu kaki demi mendengar Buddha
Dharma, sungguh mengharukan, malah menganggap diri sendiri sungguh
beruntung, sehingga saya merasa amat malu, saya belajar Buddha
Dharma, kesempatan mendengar Buddha Dharma datangnya begitu
mudah, maka itu saya tidak memiliki hati yang serupa dirinya.

Kekayaan berlimpah tidak dapat meringankan


penderitaan, juga tidak dapat melapangkan pikiran.

Dia memberitahukan saya bahwa sesungguhnya dia memiliki


kepribadian yang sangat tegas, boleh dikatakan “sangat galak”, bila
sedang emosi, dia bisa melemparkan batu ke orang lain, ketika belum
diserang penyakit, setiap harinya hanya sibuk mencari uang, pernah ada
yang menasehatinya melafal Amituofo, dia akan balas menjawab : “Orang
tolol baru melafal Amituofo, tidak mencari uang buat apa melafal
Amituofo”. Ketika penyakit menyerangnya, barulah menyadari berapa
pun banyak uang yang diperoleh juga tidak cukup digunakan, bukan hanya
itu, berapa pun kekayaan yang dimiliki juga tidak dapat meringankan
penderitaannya. Berapa pun harta yang diperoleh juga tidak bisa
membantu melapangkan pikiran, tidur nyenyak, berapa pun banyak uang
yang dimilikinya juga tak mampu menghalangi niatnya untuk bunuh diri.

103 
 
Hati yang gelisah, ingin bunuh diri, sel kanker
menyebar dengan cepat.

Ketika pertama kali dia divonis menderita kanker tulang, dokter


bertanya padanya : “Apakah anda tahu bahwa penyakit yang anda derita
adalah kanker?” Dia menjawab:”Saya mengetahuinya, namun sejak awal
saya tak pernah mengira akan menderita kanker jenis tulang ini!” Siapa
yang dapat meramal bahwa babak kehidupan yang paling menderita bisa
menimpa diri sendiri? Pikirannya jadi sempit, ketika kamar pasien sedang
tidak ada yang jaga, maka dia segera mengambil pisau buah dan ingin
mengakhiri hidupnya, namun kebetulan suster datang, melihat
tindakannya itu segera bertanya : “Apa yang ingin anda lakukan?”. Dia
menjawab dengan tak berdaya : “ Tidak apa-apa, saya hanya ingin
mengupas buah”. Namun suster juga tahu apa kehendak hatinya, karena
pasien memang amat menderita, ingin mengakhiri nyawa serta
penderitaannya, hal ini merupakan kejadian yang sulit dihindari.

Saat itu dia belum pernah mendengar Buddha Dharma, karena itu
pemikirannya selalu buntu pada pikiran sempit tersebut. Dia berpikir :
“Karena sakit maka harus terbaring di rumah sakit, satu sen pun tak
bisa kuhasilkan, tubuhnya sendiri juga tak bisa leluasa bergerak, hidup
pun terasa tak bermakna!. Kemudian dia berusaha keluar dari rumah
sakit, namun akhirnya masuk kembali ke rumah sakit lainnya, hanya
dalam waktu beberapa bulan saja, karena pikirannya sangat risau, maka
sel kanker menyebar dengan cepat, sehingga harus segera dilakukan
operasi.

Pendarahan besar, satu kakinya terpaksa


diamputasi.....
104 
 
Suatu hari pembuluh darah besar di kakinya pecah sehingga terjadi
pendarahan besar, cairan darah memenuhi permukaan lantai, maka itu
dengan terpaksa satu kakinya harus diamputasi! Bayangkan seorang
gadis muda yang sangat suka berdandan, bagaimana bisa menerima
kenyataan harus kehilangan sebuah kaki dan menjadi cacat, kenyataan
yang begitu tragis ini? Penderitaan nya ini dapat kita bayangkan betapa
kesengsaraan yang dia alami.

Ceramah dari Master Guang-qin

Syukurlah tetangganya adalah seorang suster yang juga belajar


ajaran Buddha, ketika mengetahui kondisi penyakitnya segera
menasehatinya untuk belajar Buddha Dharma. Kemudian ketika dia
menjalani terapi pemulihan di rumah sakit, kebetulan berpapasan dengan
Master Guang-qin yang juga sedang diopname di rumah sakit yang sama,
dia juga melihat Master tidak bisa leluasa bergerak, harus memegang
tongkat, walaupun demikian, penampilan Master penuh dengan citra
wibawa seorang praktisi sejati, bukan karena tak leluasa bergerak maka
harus tampak begitu risau. Tiba-tiba dia berpikir : “Ternyata bukan saya
saja yang pincang, Master yang begitu berwibawa juga harus memegang
tongkat, maka itu dia segera menghampiri dan meminta wejangan dari
Master.

Master Guang-qin menceritakan tentang masa lalunya, ketika beliau


belum menjadi anggota Sangha, beliau pernah bekerja di ketentaraan, dia
suka makan daging, setiap tiba di sebuah dusun maka akan
menghabiskan semua ternak di sana, kemudian dia melihat roh ternak
yang pernah dimakannya datang meminta keadilan, Master menyadari
105 
 
kesalahannya, tidak mempertimbangkan penderitaan para makhluk,
hanya mementingkan kepuasan lidah. Master berkata penderitaan yang
dialaminya sekarang akibat perbuatannya di masa lalu, karena telah
memahami akan hukum karma, maka dia bersukacita melunasi hutangnya,
bertobat dan memperbaiki diri, penderitaan yang harus dijalani, setelah
berlalu berarti telah melunasi sejumlah hutang, ini yang disebut “ikhlas
menerima dan menyelesaikan penderitaan”. Bila kita ikhlas menerima
satu bagian penderitaan berarti telah menguraikan satu bagian
penderitaan.

Master juga mengajari nya untuk membaca sutra dan melafal


Amituofo untuk memutar kekuatan karma, dengan jasa kebajikan dari
membaca sutra dan melafal Amituofo, menguraikan semua karma buruk.
Kekuatan dari melafal Amituofo ibarat panas matahari, karma buruk
ibarat es beku, panas mentari dapat mencairkan es beku sehingga
menjadi “air jasa kebajikan”, semakin tulus melafal Amituofo maka suhu
panas mentari semakin meninggi, es beku juga akan semakin cepat
mencair. Penderitaan yang mulanya begitu berat dan tersiksa, namun
setelah melalui kekuatan hati yang melafal Amituofo, dengan segera dan
mudah jadi terurai, tereliminasi!

Semakin ikhlas dan bersukacita menerima hukuman ini, musuh kita


yang melihat ini juga akan segera mengurai permusuhan, sebaliknya bila
kita tidak ikhlas membayar hutang, penagih hutang pun semakin emosi,
amarah pun semakin menjadi-jadi! Kita harus bisa memahami perasaan
orang lain. Andaikata saja orang lain yang berhutang pada anda, ketika
jatuh tempo anda pergi menagihnya, kemudian orang itu mengeluh bahwa
membayar hutang itu sungguh menderita dan tak ikhlas melunasi nya,
bagaimana perasaan anda? Tentu saja anda merasa orang ini tidak
memiliki aturan, anda tentu ingin melimpahkan lagi bunga hutang supaya
merasa puas. Sebaliknya bila si penghutang begitu rajin dan tekun, serta

106 
 
bersukacita segera melunasi hutangnya pada anda, bukankah kita juga
tak ingin mendesaknya bukan? Dalam kebersamaan dengan makhluk lain,
adalah “dengan pikiran saling mempengaruhi satu sama lainnya”, yakni
pikiran kita dapat mempengaruhinya, pikirannya juga dapat
menggerakkan pikiranku, maka itu kita harus menggunakan pikiran yang
baik, hati yang bersukacita dan maitri karuna, untuk menuntun pikiran
maitri karuna dan sukacita insan lain.

107 
 
Bara api berubah menjadi teratai merah
(bagian 2)

Dia memanfaatkan setiap kondisi yang sulit ditoleransi insan lain,


untuk bertobat, dan juga menasehati orang lain untuk berbuat
baik dan melafal Amituofo.

108 
 
Bara api berubah menjadi teratai merah (bagian 2)

Meredakan ketidakseimbangan dan amarah

Seniorku Wang Xue-qin ketika melakukan terapi pemulihan


berpapasan dengan Master Guang-qin dan kemudian mendengar
wejangannya, juga melihat sendiri Master yang dalam kondisi sakit,
namun tetap “ tidak ikhlas melihat makhluk lain menderita, tidak rela
melihat Buddha Dharma memudar”, senantiasa bersumbangsih, tekun
melafal Amituofo dan membabarkan Dharma. Maitri karuna Master,
keyakinan dan tekad yang diwujudkan dalam tindakan nyata, lebih
memiliki kekuatan yang membuatnya tergugah daripada sejumlah
bahasa teori, barulah dia berusaha untuk meredakan amarahnya
sehingga dapat menyeimbangkan dan menenangkan batinnya.

Berusaha untuk bangkit kembali, mengalihkan


pikiran untuk menanam bunga teratai.

Dia berusaha bangkit dari tempat tidurnya, duduk di atas kursi roda,
kemudian berusaha bangkit dari kursi roda lagi, dengan menopang pada
tongkat dia berusaha berdiri dan berjalan keluar, kemudian melakukan
apa yang merupakan kewajiban seorang ibu rumah tangga, bahkan dia
dapat merawat mertuanya yang sedang sakit-sakitan dan ibundanya
sendiri. Ketika pertama kali dia ke pasar membeli sayur, dimana dia
harus menggunakan usaha yang begitu keras, namun malah mendapat
tawa ejek dari orang lain, pertama kali dia ditertawakan orang, dia tidak

109 
 
dapat menahannya dan kemudian menangis sambil berjalan pulang ke
rumah!

Namun sungguh terpuji, dia takkan berhenti untuk memikirkan


kesedihan dan airmatanya, dia memberanikan dirinya untuk bangkit,
untuk menghadapi lagi cahaya dan berjuang kembali, pergi keluar lagi!
Ketika pandangan dan ucapan orang lain melukai hatinya, maka dia
segera mengalihkan pikirannya untuk menanam sekuntum bunga teratai,
dia takkan bersedih hati lagi pada tusukan duri. Kebijaksanaan nya
muncul di tengah cobaan yang menerpanya, dia memanfaatkan setiap
kondisi yang sulit ditoleransi insan lain, untuk bertobat, dan juga
menasehati orang lain untuk berbuat baik dan melafal Amituofo.

Menuruti kesempatan untuk memberi nasehat,


menuruti jodoh untuk bertobat

Pernah suatu kali ketika dia berbelanja ke pasar, dia bertemu lagi
dengan adik kecil, yang bertanya kepadanya :”Tante, mengapa kakinya
hilang sebelah?” Dia menggunakan kesempatan ini untuk menasehati adik
kecil itu : “Ini dikarenakan saya terlalu banyak berbuat jahat, makanya
ketika karma berbuah saya harus kehilangan satu kaki, makanya adik
kecil, ingatlah selalu jangan berbuat kejahatan, berbaktilah pada
ayahbundamu dan rajinlah sekolah”. Dia juga menasehati adik kecil untuk
melafal “Amituofo”.

Petunjuk dari kelabang---bukankah ini serupa dengan


diriku?

110 
 
Ternyata sebelumnya ada yang pernah mendengar bahwa makan lipan
(kelabang) bisa menyembuhkan kanker, maka menganjurkan dia untuk
mencobanya, agar bisa meringankan penyakitnya. Kita tahu bahwa bila
meramu lipan ke dalam obat-obatan tentunya dengan menggunting kaki-
kakinya terlebih dulu. Suatu hari dia menatap lipan yang sudah tak
berkaki, dia sangat terharu dan perasaannya bergejolak: “Bukankah ini
serupa dengan diriku? Satu kaki dioperasi belasan kali, akhirnya juga
harus diamputasi”. Penderitaan lipan serupa dengan yang dialaminya,
penderitaannya juga adalah penderitaan lipan. Kita jangan meremehkan
nyawa hewan kecil lainnya menganggapnya kecil dan tak bernilai, mereka
sama dengan kita yang memiliki tulang daging dan kulit, maka itu
pepatah kuno mengatakan :

Jangan mengira nyawa makhluk lain kecil


serupa tulang daging serupa kulit
menasehati anda jangan memukul burung di ranting
anak di sarang sedang menunggu kepulangan sang ibu.

Syair ini menasehati kita untuk tidak menembak burung kecil yang di
atas ranting pohon, karena burung kecil juga mempunyai anak yang
sedang menanti kepulangannya.........Setelah Wang Xue-qin merenungkan
secara mendalam, dia juga tidak sanggup meminum ramuan obat
tersebut, dia memilih bersukacita dan ikhlas membayar hutang-
hutangnya, menerima penderitaan, namun tetap tak sudi menyakiti lipan
tersebut, karena buah akibat pasti akan kembali menimpa diri sendiri.
Dan kenyataannya, andaikata dia bersedia minum ramuan lipan tersebut,
atau makan daging lainnya, juga takkan menjamin dia bebas dari segala
penyakit, atau berusia panjang, buat apa dalam perjalanan tumimbal
lahir ini harus saling mencelakai!
111 
 
Menopang pada tongkat, menahan kesakitan
memberi motivasi kepada pasien lain.

Setelah melalui berbagai cobaan dan rintangan, rasa iba yang muncul
secara tak terduga ini, sehingga dia dengan menopang pada sebatang
tongkat, menahan kesakitan pada rongga dada karena menjalani operasi
paru-paru, dan detak jantung yang cepat, namun dengan semangatnya
yang menggebu-gebu, berjalan mengunjungi pasien yang senasib
dengannya, dengan pengalamannya dia memberi motivasi pada mereka.
Bahkan dia juga memasak makanan ringan untuk disajikan kepada para
pasien, menasehati mereka untuk membangkitkan keyakinan dan
kegigihan untuk melafal Amituofo, menembusi semua kesulitan.

Terkadang suster di rumah sakit merasa kesulitan ketika


menghadapi pasien yang terlalu tersiksa dan ketakutan, serta tidak
bisa bekerjasama, maka suster akan mengundang Wang Xue-qin untuk
membantu. Pernah suatu kali ketika dia sedang memotivasi seorang
pasien yang takut sakit setelah menjalani pembedahan, dan pasien ini
tak sudi turun dari ranjang untuk berolahraga, dia pun segera mengambil
tongkatnya dan menuju rumah sakit, begitu melihatnya pasien itu
berkata : “Sungguh kasihan, sudah pincang masih bisa berjalan!”
Mendengar ucapan ini dia diam sejenak, kemudian dengan bijak dia
menjawab : “Sungguh kasihan, punya kaki namun tak mau berjalan!”
Kemudian dengan sabar dia memotivasi pasien itu agar mau berolahraga,
pasien tersebut melihat bahwa ada orang lain yang lebih menderita
daripada dirinya, namun masih berwelas asih dan memotivasi dirinya,
karena itu timbul rasa malu sehingga mulai bergerak dan berolahraga.

112 
 
Memang benar banyak orang yang seperti perkataannya “walaupun
mempunyai kaki namun tak ingin berjalan”, juga banyak insan yang “walau
memiliki kaki, namun tidak menjalani kehidupan dengan baik”, mereka ini
sungguh kasihan!

Menopang pada tongkat pergi mendengar ceramah,


walau hanya tinggal satu kaki juga harus melangkah di
Jalan KeBuddhaan

Memotivasi insan kurang sempurna untuk


bernamaskara pada Buddha

Dia tidak hanya menopang tongkat untuk membantu orang lain, juga
pergi mendengar ceramah, dengan satu kakinya dia masih bisa bekerja di
rumah untuk menghasilkan sedikit uang, kemudian dengan uang
tersebut dia memperbanyak kaset ceramah Dharma untuk dibagikan
kepada orang lain. Dan yang perlu dipuji adalah dia bisa berpikir : “Apakah
hanya dengan satu kaki maka saya tidak bisa melakukan namaskara
pada Buddha? Saya tidak percaya! Saya harus melatihnya!” Langkah
pertama yang dilakukannya adalah menggunakan kesempatan di malam
hari ketika semua orang telah tidur, kemudian bangun diam-diam dan
menopang pada tongkatnya dia melakukan namaskara pada Buddha,
hanya tiga kali dia sudah sangat kelelahan, kepalanya pusing sampai tak
kuat berdiri lagi, namun dia tetap melanjutkan usahanya itu setiap hari.

113 
 
Akhirnya suaminya yang welas asih, setiap hari menemaninya
berlatih, setiap hari memperpanjang waktu untuk bernamaskara pada
Buddha. Ketika saya melihatnya melepaskan tongkatnya dan dengan
mantap berdiri diatas satu kakinya, beranjali dan kemudian berlutut,
kemudian perlahan melakukan namaskara, saya tidak sanggup menahan
rasa sukacita yang mengalir dari dalam sanubariku, mengkaguminya,
memujinya, dan airmata yang bercampur dengan beragam perasaan.........

114 
 
Bara api berubah menjadi teratai merah
(bagian 3)

Saat terapung di lautan yang sangat luas, barulah menyadari


tiada tempat untuk berlabuh atau yang bisa diandalkan, hanya
Amituofo sebagai tempat berlindung.

115 
 
Bara api berubah menjadi teratai merah (bagian 3)

Walau hanya dengan satu kaki, juga harus


melakukan namaskara sampai ke atas gunung untuk
berterimakasih pada budi Buddha, melimpahkan jasa
kebajikan pada pasien lainnya.

Untuk berterimakasih pada maitri karuna dan budi Buddha


Amitabha, saya mengadakan janji dengannya untuk melakukan
namaskara sampai ke atas gunung, maka dia pun semakin tekun berlatih.
Tidak memakai tongkat bagaimana bisa bernamaskara sampai ke atas
gunung? Yakni dengan bernamaskara terlebih dulu, kemudian bangun dan
berdiri, setelah itu dengan satu kaki dia melompat ke depan, lalu
melakukan namaskara lagi. Kami tertawa bersama sambil berkata : “Kita
berdua walaupun jadi tidak kuat berdiri sehingga bergoyang-goyang,
namun juga bisa menikmati goyangan kebahagiaan dalam pangkuan
Buddha Amitabha, walaupun sampai kejatuhan, juga akan jatuh ke dalam
pangkuan Buddha Amitabha, dapat jatuh ke dalam Alam Sukhavati, ini
merupakan hal yang bahagia, melakukan namaskara di gunung bila
terjatuh, juga akan jatuh ke tanah suci Buddha Amitabha, ibarat anak
kecil yang memanjakan dirinya di pelukan bunda, asalkan memiliki
keyakinan dan rasa syukur, sesulit apapun perjalanan yang akan dilalui,
juga akan menjadi indah dan manis”.

Selesai berkata demikian, kami melanjutkan namaskara hingga ke


atas gunung, dia tidak menopang pada tongkatnya, dia hanya
menggunakan satu kakinya melakukan namaskara, juga dengan satu kaki

116 
 
dia berdiri kembali, kemudian dengan satu kaki dia melompat selangkah
ke depan, kemudian melakukan namaskara lagi, dia bernamaskara dengan
sangat bersukacita, namun karena rute gunung semakin meninggi, ada
sebagian jalan yang agak curam, dan tidak rata, dengan menggunakan
satu kaki melompat ke depan sungguh merupakan hal yang sulit,
sehingga kemudian dia terjatuh! Para Bodhisattva lainnya yang melihat
dia begitu berusaha keras, begitu tulus, sejak tadi airmata telah
membanjiri wajah masing-masing! Master Dao-xiang melihatnya
terjatuh, segera menghampirinya, mengangkatnya berdiri, dia semakin
tegar dan gigih, bersukacita melanjutkan namaskara hingga ke puncak
gunung. Kemudian dia melimpahkan jasa kebajikan dari bernamaskara ini
kepada semua makhluk agar terbebas dari penderitaan dan
mendapatkan kebahagiaan, juga melimpahkan jasa kebajikan ini kepada
para pasien kanker, agar juga memperoleh kekuatan kegigihan,
ketabahan dan kebahagiaan!

Bersabar melewati jalanan berliku-liku


Menggunakan satu kaki melangkah di jalan peduli
pada insan lain.

Wang Xue-qin memiliki 2 orang anak, yang satu putra dan satunya
lagi putri, baru duduk di bangku sekolah dasar. Suatu hari, dia pergi ke
sekolah anaknya untuk mengikuti sebuah acara, teman anaknya
menertawai dirinya juga mengejek anaknya : “Hahaha, mamamu pincang!”
Anaknya jadi begitu sedih, pulang ke rumah kesedihan berubah menjadi
emosi, agar mamanya lain kali jangan ke sekolahnya lagi sehingga
menyebabkan dia kehilangan muka. Siksaan ini juga bisa dia lampaui
dengan melafal Amituofo. Setelah mengetahui hal ini saya memotivasi
anaknya dengan berkata : “Mamamu adalah seorang Bodhisattva,

117 
 
walaupun dia kehilangan satu kakinya, namun dia menjalani jalan yang
baik dengan menggunakan sebelah kakinya serta kegigihan memotivasi
pasien lain, mamamu lebih mulia bila dibandingkan dengan orang sehat
yang memiliki dua kaki namun tidak memanfaatkannya dengan baik, kamu
harus menghargai mama yang begitu mulia, dia menopang pada tongkat
untuk membesarkan dirimu, sampai ke sekolah untuk memberi perhatian
pada dirimu, dia lebih layak dihormati daripada banyak bunda yang tidak
bertanggungjawab pada anaknya. Lain kali bila mama ke sekolah, kamu
boleh amat berbangga hati memperkenalkan beliau pada teman-teman
sekolahmu : ini adalah mama saya yang penuh kegigihan, kemuliaan, dan
welas asih. Kamu tak perlu merasa minder karena mama kehilangan satu
kakinya!”

Keyakinan yang bijaksana

Pernah ada yang menertawainya dan berkata : “Buddha kalian mana


ada memberkati mu, jika tidak, mana mungkin kamu akan pincang?” Dia
menjawab :”Buddha paling maitri karuna, walaupun kondisi diriku adalah
akibat karma buruk yang pernah saya perbuat sehingga pincang, namun
Buddha masih sudi menerima diriku, menyambutku dan memberkati ku”.

Sanak keluarga yang patut dihormati---22 kali


pembedahan, masih tetap tulus dan bersabar.

Dia juga memberitahukan padaku, dia sangat berterimakasih pada


mertua dan suaminya, tidak menolak seorang menantu yang pincang,
malah lebih menjaga dirinya. Saya pernah melihat beberapa keluarga,
karena kelamaan merawat pasien yang sakit, maka timbul kejenuhan,
118 
 
maka itu saya sangat menghormati keluarganya, dapat memiliki
kesabaran dalam memperlakukan seseorang yang telah menjalani
pembedahan sebanyak 22 kali, dengan tulus dan kasih sayang. Jika anda
pernah menunggui orang yang anda sayangi di depan kamar bedah, maka
dapat memahami perasaan gelisah tersebut, menanti keputusan dari
dokter, serta menghadapi ketakutan berpisah dengan orang yang
disayangi, sungguh perih sekali!

Menenangkan diri, menerima dengan ikhlas,


memiliki kebijaksanaan.

Terutama suaminya yang patut dihormati, setelah istrinya harus


menjalani pembedahan 20 kali, namun dia tidak mengeluh atau
menyalahkan orang lain, hanya berkata pada istrinya : “Mungkin pada
kehidupan lampau kita melakukan kejahatan bersama-sama, kamu adalah
otak pelakunya dan saya adalah pembantunya, maka kelahiran ini kamu
yang menjalani siksaan pembedahan, saya merasakan siksaan
ketakutan dan kekhawatiran”. Walaupun hanya ucapan singkat ini, namun
ucapan yang begitu yakin pada hukum karma, juga mengandung
pertobatan yang mengakui sejak masa lampau hingga hari ini tentunya
banyak kesalahan yang pernah diperbuat.

Tidak seperti sebagian banyak orang yang ketika bertemu kesulitan


pasti merasa “diriku sudah begitu bajik, mengapa bisa begitu sial? Tuhan
tidak memberkatiku, Buddha tidak melindungiku”, mengeluh dan
menyalahkan orang lain, seharian tak berhenti memikirkan kerisauannya.
Jika ingin mengetahui sebab masa lampau, lihatlah apa yang dialami pada
kelahiran sekarang; jika ingin mengetahui kondisi kita pada kelahiran
mendatang, maka lihatlah apa yang kita perbuat pada masa kini.

119 
 
Suaminya dapat berpikir demikian, maka dapat menerimanya dengan
sukacita, dapat menenangkan dirinya, dengan ikhlas menerimanya, inilah
yang disebut “memiliki kebijaksanaan”.

Lautan tumimbal lahir, ketika tiada yang dapat


diandalkan,
hanya Buddha Amitabha tempat kita berlindung.

Terutama setelah mereka meyakini ajaran Buddha, setiap


menghadapi detik-detik pembedahan, maka lebih mentuluskan hati
melafal Amituofo, atau saat terapung di lautan yang sangat luas,
barulah menyadari tiada tempat untuk berlabuh atau yang bisa
diandalkan, hanya Amituofo sebagai tempat berlindung, dengan demikian
cahaya di hati baru akan menyala cemerlang. Suaminya juga dengan tulus
mengatakan bahwa : “Ini semua adalah berkat perlindungan dari para
Buddha dan Bodhisattva”, dia pernah dua kali melafal Amituofo di depan
kamar bedah dan mendapatkan mujizat.

120 
 
Bara api berubah menjadi teratai merah
(bagian 4)

Selama ini hanya kita yang mengabaikan sambutan lengan


Buddha Amitabha yang panjang, namun Buddha tak pernah
mengabaikan diri kita!

121 
 
Bara api berubah menjadi teratai merah (bagian 4)

Dengan pengalaman melewati penderitaan,


menghibur dan membantu insan lain.

Walau bertemu dengan kesulitan apapun, harus lebih


gigih melafal Amituofo.

Setelah melewati pembedahan yang berkali-kali, dia masih tetap


bersemangat, dengan menggunakan waktu kerja sampingannya, untuk
memberikan motivasi pada pasien lain, menasehati mereka agar melafal
Amituofo, jangan melakukan pembunuhan. Sebagian sanak keluarga dan
kerabatnya tidak rela melihatnya begitu kelelahan, maka tidak
mengijinkan dia pergi. Dia memberitahukan saya : “Saya amat menyesali
telah membuat para senior menjadi merisaukan diriku”, kemudian dengan
nada agak berat dia melanjutkan :”Jujur saja, orang sehat yang merawat
orang sakit, tidak akan dapat memahami perasaan pasien. Saya sendiri
setelah menderita sakit berkepanjangan, setelah melalui cobaan dan
siksaan, mungkin pengalaman saya ini dapat membantu dan menghibur
para pasien! Saya sangat beruntung dapat mengenal ajaran Buddha,
semoga ceramah Dharma yang pernah saya dengar, juga dapat didengar
oleh pasien lain. Walaupun dalam penderitaan, hatiku juga dapat risau
dan kalut, melafal Amituofo kadang juga terhenti, namun kemudian
betapa pun menderitanya dan banyaknya kerisauan, saya tetap
mendisiplinkan diri melakukan kebaktian. Saya akan berkata pada diriku
sendiri :”Kamu belum melakukan kebaktian untuk pelimpahan jasa kepada
para guru yang menuntun dirimu belajar Dharma”, dengan demikian
meredakan kegelisahan, menyemangati diri untuk melakukan kebaktian,
122 
 
melafal Amituofo, membaca sutra, namun ketika meneruskan diri melafal
Amituofo, dengan sendirinya hatiku jadi tenang tanpa kerisauan lagi,
juga tidak menderita lagi!”

Dengan tujuan awal untuk melimpahkan jasa kebajikan pada para guru
yang menuntun dirinya, namun dengan sebuah niat pikiran baik yang
timbul, ditambah melafal Amituofo, maka dirinya sendiri yang duluan
mendapat manfaat yakni ketenangan dan kebahagiaan.

Dia juga meneruskan dengan berkata : “Sekarang saya tidak


memohon pada Buddha dan Bodhisattva agar penyakitku cepat sembuh,
hanya berdoa semoga cahaya Buddha memberkati, memberiku kegigihan
dan kebijaksanaan untuk dapat menembusi segala kesulitan, juga dapat
membantu insan lainnya menembusi semua kesulitan!”

Walaupun nama Amituofo cuma 4 huruf, harusnya tidak susah dilafal,


setiap orang bisa melafalnya, walaupun menghadapi cobaan yang
bagaimanapun, menyadari maha karuna Buddha Amitabha maka
melanjutkan usaha untuk melafal nama Nya. Selama ini hanya kita yang
mengabaikan sambutan lengan Buddha Amitabha yang panjang, namun
Buddha tak pernah mengabaikan diri kita!

Saya ikhlas menyumbangkan kaki tersebut!

Kondisi keuangan keluarga mereka tidaklah kaya, saat kakinya


diamputasi, suaminya meminjam sejumlah uang dari pihak lain untuk
membeli sebuah kaki palsu, namun dia malah berkata : “Jika kamu dapat
mencari pinjaman sampai seratus ribu dollar, maka ijinkanlah saya
123 
 
menggunakan uang ini untuk diriku sendiri”. Dia memberitahukan padaku :
“ Andaikata ada seratus ribu dollar maka saya rela menyumbangkannya,
karena satu kaki palsu itu amat berguna, saya rela menyumbangkan kaki
palsu tersebut”. Dia menunjuk dua tongkat penopang dan berkata :
“Sesungguhnya saya tidak kehilangan satu kaki, malah sebaliknya, saya
kelebihan satu kaki lagi!”, ketika dia mengucapkan perkataan ini adalah
saat kankernya menyebar sampai ke bagian paru-paru, kemudian setelah
menjalani pembedahan dan terapi, wajah tawanya yang merekah sungguh
membuat orang sehat menjadi kagum.

Seorang keturunan Tiongkok yang bermungkim di Amerika (yang juga


seorang pasien kanker), begitu mendengar ucapan Wang Xue-qin, sangat
terharu, langsung larut dalam tangisan dan berkata : “Saya ikhlas
memberikan satu kakiku padanya!”, namun Wang Xue-qin telah merasa
sangat puas dengan hanya satu kaki saja, dia tetap berniat uang untuk
membeli kaki palsu itu untuk disumbangkan keluar!

Dapat menyumbangkan uang ternyata tidak mudah, apalagi dapat


menyumbangkan satu kaki lebih sulit lagi. Manusia lebih suka karena
dirinya sendiri ingin makan makanan bergizi, maka memotong kaki hewan
untuk dikonsumsi, ingin makhluk lain menyumbangkan kakinya untuk
dirinya sendiri, mana mungkin sudi menyumbangkan kakinya sendiri untuk
insan lain?

Keluarga kami lebih harmonis dari sebelum kakiku


diamputasi

124 
 
Dia berkata : “Walaupun kami tidak banyak uang, namun keluarga
kami kini lebih harmonis daripada ketika kakiku belum diamputasi”.
Praktisi Nian-fo dalam kelahiran ini juga dapat hidup di Alam Sukhavati”,
dalam kondisi kebahagiaan Alam Sukhavati.

Untuk memotivasi dirinya agar mau membaca Amitabha Sutra, saya


mengadakan perjanjian dengannya : “Ketika anda sudah bisa menghapal
Amitabha Sutra, barulah kita bersama-sama melakukan namaskara ke
atas gunung, untuk melimpahkan jasa kepada semua pasien penderita
kanker”.

Kemudian seluruh anggota keluarganya menemaninya menghapal


Amitabha Sutra, putrinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar
juga memotivasi dirinya: ”Jika mama dapat menghapal Amitabha Sutra
tanpa ada kesalahan, saya akan menghadiahkan 500 yuan buat mama”.
Sambil bekerja sambil menghapal sutra, atau melafal Amituofo, sampai
malam hari ketika semua anggota keluarga pulang rumah, maka dia mulai
menghapal sutra untuk didengar mereka, sampai pada suatu hari ketika
dia mampu menghapal tanpa ada kesalahan, dia berkata : “Kami
sekeluarga semuanya amat bersukacita!”. Sambil menghapal sutra
sambil membuat kerajinan tangan, sampai penghasilannya menjadi
4000 dollar, dan dipersembahkan kepada Tri Ratna.

Mereka sekeluarga dalam kondisi ketika dirinya menderita penyakit


kanker yang parah, semuanya masih begitu optimis menuju ke arah yang
cemerlang, bersukacita melalui kehidupan ini, sungguh tidak mudah. Dia
berkata : “Jika setiap hari saya hanya berbaring di tempat tidur,
mengeluh, orang yang menjaga diriku juga akan tertekan dan menderita,
walaupun mereka pergi ke tempat kerja atau ke sekolah juga tidak bisa
merasa tenang, lama kelamaan juga akan timbul kerisauan, maka itu

125 
 
saya tegar dan bersukacita merawat diriku sendiri, memberikan kepada
insan lain ketenangan dan keyakinan!”

Sungguh, diri sendiri dapat tegar dan bersukacita berarti


memperlakukan orang lain dengan maitri karuna.

126 
 
Bara api berubah menjadi teratai merah
(bagian 5 - Tamat)

“Ketika anda menangis, ketahuilah Saya juga sedang meneteskan airmata,


ketika anda sedang bergembira, ketahuilah Saya juga sedang bersukacita,
tak peduli kapan dan di mana, dalam keyakinan melafal Amituofo,
kita akan berada dalam kebersamaan dengan para Buddha dan
Bodhisattva”.

127 
 
Bara api berubah menjadi teratai merah (bagian 5 -
Tamat)

“Kami adalah praktisi Nian-fo, mana boleh demi


keuntungan dan mencelakai anak orang lain”.

Walaupun tidak kaya, namun tindakan harus tetap


suci, mulia dan harum! .

Bagi pasien penderita kanker, tentunya tak terhindari dari tekanan


karena kesulitan keuangan, ada yang mengetahui kondisinya demikian
maka mengajaknya buka toko mainan elektronik (game), kabarnya akan
menghasilkan pemasukan yang besar. Dia memberitahukan saya : “Dia
ingin menguji bagaimana pemikiran suaminya, maka sengaja menanyakan
pendapat suaminya, akhirnya sungguh membuat orang jadi terhibur,
suaminya menjawab dengan nada serius : “Kita adalah praktisi Nian-fo,
kita sendiri saja takut kalau anak-anak kita dipengaruhi mainan game,
mana boleh mencelakai anak orang lain?”.

Saya (Master Dao-zheng) begitu mendengarnya langsung beranjali


pada mereka, karena dalam kondisi yang begitu terpuruk, hati mereka
masih begitu suci, mulia dan harum! Betapa banyaknya keluarga
penderita kanker yang karena dalam kondisi terpuruk akhirnya
terperangkap ke dalam kegelapan, namun keluarga mereka karena
penyakit kanker ini justru mengarahkan diri kepada Buddha, belajar

128 
 
ajaran Buddha, mengubah bara api menjadi bunga teratai merah yang
harum dan suci, sebuah teladan bagi semua insan yang menderita.

Dokter memujinya sebagai pusaka negara.

Ada seorang dokter yang mengetahui kondisi penyakitnya selama


10 tahun, dengan rasa terimakasih dia berkata : “Ini adalah pusaka
negara!” Ada lagi dokter yang mengatakan padanya : ” Anda seharusnya
sejak awal telah wafat, mengapa masih bisa hidup sampai saat ini?”
Lagipula berat badannya dari 34 kg bisa kembali menjadi 50 kg, dan
hidup dengan baik. Dokter bertanya padanya : “Obat apa yang telah anda
makan?” Dia menjawab : ”Saya tidak makan obat, hanya melafal
Amituofo saja”.

Saya kelebihan satu kaki

Ketika berbelanja di pasar, orang lain yang melihatnya menggunakan


dua tongkat penyangga, maka bertanya padanya : “Kamu sudah
kehilangan satu kaki, masih bisa datang berbelanja?” Dia menjawab :
“Saya kelebihan satu kaki, bukan kekurangan satu kaki”. Masih ada yang
bertanya padanya : ”Bagaimana cara anda sehingga dapat keluar dari
pintu penderitaan ini?” Dia menjawab : “Mungkin ini adalah kekuatan yang
diberikan Buddha Amitabha dan guru”.

Dalam keyakinan melafal Amituofo, kita selalu berada


dalam kebersamaan.

129 
 
Melihat sepasang suami istri yang dapat menaklukkan setiap cobaan
yang menimpa diri mereka, juga merasa iba ingin membantu pasien lain,
bayangan mereka, sehingga kita dapat merenungkan :

Semangat Bodhisattva : “Semoga semua makhluk terlepas dari


penderitaan, tidak memohon kebahagiaan bagi diri sendiri”.

Kami sangat ingin berbagi dengan anda sekalian syair berikut ini ~~

“Ketika anda menangis, ketahuilah Saya juga sedang meneteskan


airmata,
ketika anda sedang bergembira, ketahuilah Saya juga sedang
bersukacita,
tak peduli kapan dan di mana, dalam keyakinan melafal Amituofo,
kita akan berada dalam kebersamaan dengan para Buddha dan
Bodhisattva”.

“Ketika anda menyendiri, tidak seharusnya berpikir bahwa anda


hanya seorang diri,
harusnya berpikir ada dua insan;
ketika anda tinggal berdua, harusnya berpikir ada tiga insan;
masih ada yang satu yakni Buddha Amitabha,
ke manapun anda pergi, Buddha akan mengikutimu sampai
mana..............”

Tamat
130 
 
Gatha Pelimpahan Jasa

131 
 
Daftar Pustaka
《黑社會變蓮池海會》~ 道證法師 講述

http://book.bfnn.org/books2/1340.htm 
 

132 
 

Anda mungkin juga menyukai