Kisah Nyata
Penyelamatan
Buddha Amitabha
Disadur dari :
念佛感應錄
Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :
Hal
26 Pembawa Sial...................................................................................111
33 Bintang Keberuntungan.................................................................140
4
35 Menasehati Janin Melafal Amituofo...............................................151
37 Terlanjur Cinta.................................................................................158
Daftar Pustaka.....................................................................................238
5
01. Penyelamatan Buddha Amitabha Tanpa Hambatan
Pada saat ini, kebetulan ada telepon dari salah seorang sahabat
Dharma yang mengabarkan bahwa kakaknya sedang sekarat.
Kakaknya merupakan penderita penyakit kanker yang menjalani
perawatan di Rumah Sakit, oleh karena kondisinya tidak
memungkinkan disembuhkan lagi, sehingga dibawa pulang ke
rumah. Maka itu adiknya menelepon saya bertanya, “Apa yang harus
kami lakukan?”.
7
Inilah yang dicemaskan oleh pihak keluarga, yang juga
merupakan hal yang masuk akal. Oleh karena umumnya orang akan
berpikir : Manusia setelah meninggal dunia, kondisi jasadnya akan
mengalami pembusukan. Lagi pula almarhum meninggal dunia
karena penyakit kanker dan dalam kondisi mulut menganga lebar
dan mengeluarkan darah.
8
Yang lebih menakjubkan adalah keesokan paginya, ketika
jenazah akan dimasukkan ke dalam peti mati, petugas rumah duka
menemukan bahwa jasad almarhum tidak kaku, persendian tangan
dan kakinya masih lentur, tidak mirip dengan orang mati yang
umumnya persendian kakunya hingga menyerupai kayu.
Hal yang tak terbayangkan adalah pada pagi hari dimana jenazah
akan diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhirnya, putra
mendiang menceritakan mimpinya bersua dengan ibunda-nya
tersebut.
9
Bahkan ibunda-nya berkata padanya, beliau sangat gembira
datang ke Tanah Suci Sukhavati, menasehati putranya supaya ikut
melafal Amituofo, kelak terlahir ke Tanah Suci Sukhavati. Beliau juga
sempat berkata : “Bahkan Oma sekarang juga berada di sini.” Oma
yang dimaksud adalah ibunda mendiang ini.
12
02. Belajar dari Kasus Li Yuansong
Tahun 1979 :
Tahun 1988 :
Tahun 1996 :
Tahun 2002 :
Tahun 2003 :
14
Bahkan memberi arahan kepada semua pengikutnya supaya
kembali ke jalan yang benar.
15
Jalinan Jodoh Tanah Suci Li Yuan-song
Alhasil begitu online, website “Modern Zen” tidak bisa diakses, lalu
saya menelepon balik melaporkan hal ini kepada guru, guru
menjawab : “Kalau begitu sudah betul lho.” Kemudian guru
menceritakan sebuah kejadian yang membuatku tercengang.
18
Oleh karena Li Yuan-song telah bersarana pada Pintu Dharma Tanah
Suci, maka segala aktivitas Modern Zen telah dibubarkan secara
total. Tindakan-nya ini yang mengakui kesalahan diri sendiri, butuh
berapa besar keberanian dan kekuatan!
19
Dalam pergaulan, dia terkenal berjiwa ksatria, lebih baik dirugikan
daripada merugikan orang lain, makanya orang-orang yang
berdekatan dengannya, meskipun tidak semuanya setuju dengan
pandangannya, namun juga salut pada kepribadiannya.
20
Coba bayangkan, sebuah organisasi yang sedemikian besarnya,
dalam waktu sekejab melebur ke dalam Pintu Dharma Tanah Suci
dan kawasan Xiangshan akan berubah menjadi “Perkampungan
Amitabha” yang pertama di dunia, ini merupakan jalinan jodoh yang
bagaimana!
Tidak sampai dua hari kemudian, pukul 3 lewat, sore hari, guru
meneleponku, beliau akan segera terbang ke Taipei; Upasaka
Jingsong telah meninggal dunia! Hari itu bertepatan dengan lunar
bulan 11 hari ke-17, peringatan HUT Buddha Amitabha.
22
Kami segera menyelenggarakan upacara kebaktian melafal
Amituofo dan melimpahkan jasa kebajikan ini kepada Upasaka
Jingsong.
23
03. Nyawa Manusia Terletak Pada Sehela Napas
Tahun 1993, waktu itu Perwakilan dari Kota Puxin, yakni Tuan
Zhang Jing-wen, meminta bantuanku mendorong mobil, padahal
waktu itu saya sedang sakit flu, kondisi tubuhku lagi tidak fit, ketika
mendorong mobil dengan sekuat tenaga, jantungku terasa sakit lalu
jatuh pingsan.
24
Waktu itu meskipun dari luar tampaknya saya seperti sudah
mati, tetapi kesadaran saya masih ada, masih dapat merasakan
kesakitan, Angina (nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah ke jantung) ditambah berpisahnya empat unsur (tanah,
air, api, angin), rasanya serupa dengan yang dikatakan Sang Buddha
sebagai “Kura-kura hidup yang dilepaskan dari cangkangnya),
sekujur tubuh merasakan kesakitan luar biasa, maka itu di sini
menasehati praktisi sekalian setiap saat harus melafal Amituofo,
barulah saat menjelang ajal takkan kehilangan pikiran benar
(pikiran yang melafal Amituofo).
25
Setelah mendengar mereka melafal Amituofo, saya jadi teringat
dan mengikuti mereka melafal Amituofo, barulah saya menyadari
ternyata diri sendiri melafal Amiituofo, cahayanya adalah yang
paling terang dan paling bertahan lama. Seperti yang tercantum di
dalam “Ksitigarbha Sutra”, orang lain membantu kita menimbun jasa
kebajikan, dari 7 bagian, kita hanya bisa memperoleh 1 bagian saja,
hal ini nyata adanya.
26
Saya bisa mendengar suara percakapan mereka, dalam hatiku
merasa panik, sehingga kelupaan melafal Amituofo, yang
mengantarku ke Rumah Sakit cuma Tuan Zhang seorang diri, tidak
ada orang yang membantuku melafal Amituofo, kehilangan
kekuatan pemberkatan Buddha.
28
04. Mobil Hilang Kendali
“Saya mana tahu? Tadi terdengar suara wanita minta tolong, usai
itu mobil sudah hilang kendali!”
30
Saat ini setir kemudi sudah berfungsi kembali, rem mobil juga
telah normal! Mereka langsung menepuk dada dan lega! Sepanjang
perjalanan mereka melafal Amituofo tanpa henti sampai tiba di
tempat tujuan, tidak berani terputus sama sekali.
31
05. Setiap Hari Melafal Amituofo 108x
Tetapi ini bukanlah masalah yang sulit diatasi, asalkan anda mau
melafal “Namo Amituofo”, maka dapat mengurainya, memenuhi
harapan mereka.
36
06. Dendam Berpuluh-puluh Tahun
Dia juga berkata, ini adalah akibat kebandelan-nya saat usia kecil
dulu, menenggelamkan kucing di dalam air. Padahal dia telah pindah
dari Hubei ke Gunung Jiuhua dan menjadi Bhiksuni, lagi pula
kejadian itu telah melewati beberapa puluh tahun lamanya, tetapi
arwah kucing tersebut tetap berhasil mencari dirinya.
Lagi pula, ikatan permusuhan yang kita jalin dari kelahiran demi
kelahiran, kehidupan demi kehidupan, bukan hanya dengan seekor
kucing saja, boleh dikatakan musuh kita sudah tak terhingga dan
tanpa batas, sampai kapan barulah lunas?
Setelah tiga hari berlalu, Bhiksuni senior datang kembali, kali ini
dia tampak gembira sekali, berkata padaku, tempo hari setelah
pulang ke Vihara-nya, arwah kucing tidak datang lagi, beberapa hari
ini dia dapat tidur dengan nyenyak.
Lagi pula, baru saja mendengar ikrar tekad Maha Karuna Buddha
Amitabha, seketika itu juga mengurai ikatan permusuhan, dapat
dilihat bahwa ikrar tekad Buddha Amitabha, nama-Nya yang
cemerlang lebih menakjubkan tak terbayangkan.
41
07. Menasehati Hantu Melafal Amituofo
Pada hari naas itu, dia sedang mengendarai sepeda motor, lalu
ditabrak mobil dan sekarat, sementara itu si pelaku segera tancap
gas melarikan diri, tidak menghiraukan korban sama sekali,
sehingga dia terlambat dilarikan ke Rumah Sakit dan menemui ajal.
Di Taipei
43
08. Terlepas Dari Sekte Sesat
44
Dia malah bertanya : “Benarkah kekuatan Buddha Amitabha
dapat melampaui setan sekte sesat tersebut?”
“Bagaimana kondisimu?”
Dipetik dari :
《念佛感應錄》第二集
46
09. Saat Melafal Amituofo, Anda adalah Buddha
Amitabha
47
Biasanya dia memandang Shan-seng sebagai musuh, tidak sudi
menginjakkan kaki di Vihara Buddha, hari ini karena penasaran dia
melangkahkan kakinya ke dalam Vihara Buddha, bahkan naik ke
lantai 2 untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata Shan-
seng sedang melakukan namaskara, maka itu Upasaka Ma segera
memalingkan mukanya dan cepat-cepat beranjak pergi!
49
Kemudian anda (Shan-seng) mengajarinya melafal Amituofo,
alhasil setiap kali dia melafal Amituofo, dia berubah jadi Buddha
Amitabha, setiap dia melafal sepatah Amituofo, sekujur tubuhnya
memancarkan kilatan cahaya putih, cahaya ini menendangku keluar
sejauh beberapa zhang (1 zhang = 10 kaki), sehingga saya tidak
berani mendekatinya.
Saya pikir ini pasti adalah kekuatan anda, maka itu saya datang
memohon padamu, agar saya segera terbebas dari lautan derita!”
Dipetik dari :
《念佛感應錄》第二集
51
10. Dihormati Setan dan Malaikat
52
Saat permulaan wajah orang itu tampak kabur, seperti tertutup
kabut asap. Namun mendadak dia menampakkan wajahnya,
menyeramkan sekali, sepasang bola matanya keluar dari lubang
matanya, tergantung di tulang pipi yang terangkat, sementara itu
dari lubang matanya meneteskan darah, wajahnya tampak meringis.
54
11. Memohon Karir yang Cocok
Bertempat di : Shanghai
56
12. Memperbaiki Mentalitas Anak
Kita yang telah lanjut usia ini, waktu kita sudah tidak banyak,
jangan lagi belajar metode campur aduk, harus ambil jalan yang
lurus dan langsung.
62
Suamiku menyuruh putra kami untuk membuka bungkusan
tersebut, begitu dibuka ternyata isinya adalah selembar poster
Buddha Amitabha berwarna keemasan, sisanya adalah buku-buku
Ajaran Tanah Suci. Putra kami membawa pulang poster Buddha
tersebut lalu dibingkai kaca dan digantung di dinding.
Waktu itu saya tidak tahu apa maknanya, langsung pulang dan
menyalakan dupa serta bersujud di hadapan rupang Buddha.
Dia menjawab : “Entah kenapa, kali ini tidak merasa sakit sama
sekali.”
Sejak itu, setiap bertemu dengan siapa saja, suamiku pasti akan
menceritakan mukjizat yang dialaminya saat menjalani operasi di
Rumah Sakit.
Oleh : Gu Bing-qin
64
15. Terhindar dari Hukuman Mati
67
16. Menyeberangi Lautan Racun
70
Menikmati suasana lingkungan Vihara yang tenang, dia merasa
hatinya jadi sejuk, emosinya mulai mereda, dia berpikir, “Kenapa sih
harus balas dendam pada orang lain?” berangsur-angsur suasana
hatinya jadi stabil.
72
Namun akhirnya dia berhasil mengendalikan diri, dalam hatinya
ada semacam kekuatan yang mendukungnya, berjuang dengan
penuh kegigihan, tiada henti-hentinya melafal Amituofo, takkan
membiarkan lagi dirinya menjadi budak candu.
75
17. Ditindih Makhluk Halus
Namo Amituofo!
77
18. Balita Selamat dari Bahaya
79
19. Pengalaman Mati Suri Lai Chao-he
Saat itu dia tidak merasakan kesakitan lagi, juga tidak ada
80
perasaan gembira dan sedih, semuanya seperti biasa-biasa saja,
bahkan “mumi” yang terbujur kaku di hadapannya seakan-akan
tidak ada kaitannya dengan dirinya sekarang.
81
Setiap kali para dokter sedang berdiskusi bagaimana cara untuk
mengobatinya, dia langsung hadir di lokasi, juga sangat jelas akan
hasil diskusi.
83
Upasaka Lai Chao-he memiliki seorang Paman, saat usia muda
sudah menjadi Bhiksu, Ibunda Lai oleh karena mencemaskan
putranya, lalu pergi menemui Bhiksu untuk menemukan
jawabannya.
85
20. Menyaksikan Diri Sendiri Mendapat Pertolongan
Darurat
Usai itu saya jatuh ke dalam kondisi koma, kemudian saya baru
mengetahui ternyata sekujur tubuhku sudah berubah jadi warna
coklat tua, tidak bernafas sama sekali, detak jantung melemah.
86
Saya juga mendengar suara suamiku yang berada di luar
ruangan UGD sedang sibuk melafal Amituofo, sementara itu putra
sulungku terus menerus menangis hingga sepasang matanya telah
memerah dan terus memanggil Mama.
Saat itu saya melihat tubuh kasar-ku terbujur kaku dan dianggap
sudah koma, selain itu saya juga melihat abang kedua-ku, kakak
keempat tiba di Rumah Sakit. Begitu menerima telepon dari
suamiku, mereka langsung kemari.
Saat itu saya merasa tidak ada batasan dimensi waktu, juga tidak
ada batasan dimensi ruang, bergerak leluasa ke mana saja hanya
dalam sekejab pikiran, dapat melihat menembusi dinding, serupa
dengan yang diceritakan oleh sahabat Dharma tentang pengalaman
mati suri yang dialami Upasaka Lai Chao-he yang berasal dari
Nantou.
87
Keesokan harinya pukul 3 dini hari, perlahan-lahan saya siuman,
dokter dan perawat yang melakukan pertolongan darurat pada
diriku, berkata serentak padaku : “Anda dapat bangun kembali
merupakan sebuah keajaiban, pasti karena pemberkatan dari
Buddha yang dipuja keluarga anda.”
Hal ini membuat keluarga kami jadi lega, yang pertama adalah
masalah yang sudah begitu lama membelenggu kini jadi selesai;
yang kedua adalah paling penting, mukjizat nyata ini telah membuat
kami sekeluarga jadi terharu, sehingga memperkuat keyakinan hati.
91
22. Anak Jadi Lebih Cerdas
Namo Amituofo!
93
23. Menghindari Akal Bulus Mandor Licik
94
Dengan demikian semen di lantai dasar tidak punya kurun
waktu yang cukup untuk memadat dengan sempurna, kelak kualitas
bangunan pasti akan sangat buruk.
Kejadian ini membuat Mandor heran dan tidak habis pikir, lalu
bertanya padaku dan suamiku : “Apa yang telah kalian lakukan?
Ilmu mistis apa yang telah kalian gunakan? Mengapa setiap kali usai
mengecor satu lantai, bisa turun hujan....................”
Namo Amituofo!
96
24. Penyelamatan Buddha di Amerika
Akhir tahun 1986, Upasaka Yan dari “Fo Guang Shan Chung Mei
Temple-Houston” memberiku sebuah kaset pelafalan Amituofo.
97
Waktu itu kebetulan saya sedang libur dan ada sebuah masalah yang
membuatku risau.
Para peserta kelas adalah orang bule, usia mereka berkisar 30-
40 tahun, merupakan para kaum intelek. Saat pertama kali mereka
mendengar suara kaset lafalan Amituofo, mereka begitu bersukacita,
meminta saya merekam kaset ini buat mereka, kisah mukjizat
berawal dari sini.
Saya dan Peter pernah bekerja sama selama tiga tahun, akhir
tahun silam dia baru datang ke “University of Texas MD Anderson
Cancer Center” atau pusat penelitian kanker Universitas Texas dan
terlibat dalam sebuah proyek.
99
Peter memiliki akar kebijaksanaan yang mendalam, alasan
mengapa kami dapat bekerjasama dengan kompak adalah kami
memiliki pandangan yang sama tentang kehidupan manusia.
Sejak itu dia tidak mendapat gangguan lagi. Kadang kala dia
merasakan ada makhluk halus yang memohon dirinya melafal Namo
Amituofo. Sekarang setiap kali pergi dan pulang kerja, saat
mengemudi mobil, dia akan memutar kaset lafalan Amituofo.
Dia melafal keluar “Amital”, tidak ada respon apapun. Lalu dia
melafal lagi “Amitabha, go in peace” yang artinya “Amituofo,
pergilah dengan damai”.
Di dalam kehidupan ini ada banyak hal yang tidak dapat dicerna
secara logika, terutama peristiwa setelah kematian. Tiga
perumpamaan yang saya cantumkan di sini adalah membuktikan
keberadaan arwah atau roh, dan mukjizat dari melafal Amituofo
juga efektif bagi insan non Buddhis, menjelaskan bahwa lafalan
Amituofo bersifat universal.
Ditulis oleh :
Lei Jiu-nan
Catatan :
Keterangan :
Waktu itu saya amat cemas, tidak tahu harus bagaimana, jika
berada kelamaan di dalam kandungan bunda, bayi kemungkinan
akan menemui ajal.
Saya bukan dokter, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam
kondisi terdesak, saya menaruh telapak tanganku di atas perut ibu
hamil itu, mulai melafal “Namo Amituofo, Namo Amituofo”, tidak
lama kemudian, bayi lahir dengan selamat.
109
Li Die setelah mendengarnya, juga tidak berdaya, hanya dapat
sambil menangis sambil berteriak “Namo Amituofo”.
110
26. Pembawa Sial
111
Kenapa Upasika Bi harus mengatakan kalau dia adalah praktisi
pelafal Amituofo? Ternyata menurut kepercayaan masyarakat
setempat, orang-orang yang berprofesi sebagai pencuri dan
perampok juga mengetahui bahwa jika bertemu dengan korban
yang melafal Amituofo, mereka akan mengalami nasib apes.
Waktu itu dia sedang menjalani syuting film di Yilan, usai syuting,
dia mengemudi mobil di jalan raya Beiyi hendak pulang ke Taipei,
waktu menunjukkan pukul 2-3 tengah malam.
116
28. Terhindar dari Ular Berbisa
118
Catatan penerjemah :
119
Saya katakan padanya, kita mengerahkan segenap hati guna
melafal Amituofo, baik berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring,
Buddha Amitabha senantiasa melindungi kita, ini merupakan hal
yang wajar.
120
29. Si Cilik Terlahir ke Alam Sukhavati
122
Mulanya kerabat dan sahabatnya juga tidak percaya, tidak
bersedia hadir, bahkan berkata bagaimana boleh orang dewasa
memercayai perkataan anak kecil, orang yang masih sehat dan baik-
baik, juga tidak menderita sakit apapun, normal-normal saja,
bagaimana mungkin bilang mau mati langsung bisa mati.
123
Setelah menyaksikan langsung fenomena menakjubkan nan
unggul tersebut, orang-orang yang tidak meyakini Buddha datang ke
Vihara mengambil Visudhi Trisarana, meyakini Buddha melafal
Amituofo, bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.
Lampiran :
Namo Amituofo!
Bulan April 1992, Ayah menderita flu dan batuk, tapi tidak
pernah diobati, setelah parah baru diperiksa ke Rumah Sakit,
ternyata adalah kanker paru stadium akhir.
Tahun 1997, Ayah telah wafat lima tahun lamanya, saya berusia
27 tahun, mulai belajar Buddha Dharma, barulah mengetahui
tentang kebenaran Hukum Sebab Akibat dan enam alam tumimbal
lahir.
Sekitar 9 tahun yang silam, pagi hari saya bekerja, malam hari
saya tinggal di Vihara, supaya memudahkan saya belajar Buddha
Dharma dan bervegetarian.
126
Saat liburan tiba, saya pulang ke rumah menemani Mama. Pada
hari pertama, malamnya saya tidur bersama Mama, baru saja
terlelap, tidak lama kemudian sekujur tubuhku merasa gatal sekali,
akhirnya saya pindah tidur di ruang tamu.
Hari keempat, hanya bisa segera angkat koper dan angkat kaki,
cepat-cepat kembali ke Vihara.
Saya berkata dalam hati, saya mohon pada Ayah supaya duduk
dan mengikuti hadirin melafal Amituofo. Hingga pukul 5 sore nanti,
kebaktian selesai dan melimpahkan jasa kepada semua makhluk,
juga sekaligus pada dirinya, sambil berpesan pada Ayah supaya
mengikuti Buddha Amitabha terlahir ke Alam Sukhavati.
Saya sudah bicara panjang lebar, tapi Ayah tetap saja bungkam,
wajahnya tidak memperlihatkan respon apapun, cuma menatap ke
arahku. Saya mulai merasa panik dan terdesak, lalu berkata : “Ayo
cepatlah pergi ke Alam Sukhavati! Untuk apa Anda berada terus di
dunia ini? Anda harusnya membangkitkan tekad terlahir ke Alam
Sukhavati!” Saya ulangi kalimat ini sebanyak beberapa kali, lalu
melanjutkan kembali melafal Amituofo.
Dalam sekejab, Ayah sudah berdiri di atas Bunga Lotus, saat itu
penampilannya sudah berubah, mengenakan setelan jas dan dasi,
rambutnya disemir rapi, wajahnya berubah jadi muda, wajahnya
mulus tanpa keriput sama sekali.
Lagi pula melafal Amituofo tidak perlu pakai biaya, setiap orang
dapat melafalnya, kapan saja dan di mana saja juga dapat melafalnya,
alangkah mudah dan praktisnya, lalu hasilnya sungguh
menakjubkan tak terbayangkan, langsung dapat melimpahkan jasa
kebajikan pada sanak keluarga terlahir ke Alam Sukhavati, takkan
bertumimbal lahir lagi.
133
31. Kucing Terlahir ke Alam Sukhavati
Tahun ini (2012), lunar bulan 8 hari ke-27, adalah hari ulang
tahun Mama, kami sekeluarga, kerabat dan sahabat janjian
berkumpul dan bermain di Kangzhuang, yang terletak di pinggiran
Distrik Yanqing, Beijing.
136
32. Mutiara Penghalau Air
137
Dengan tergesa-gesa saya bergegas menerobos pepohonan dan
rerumputan, di sana ada sebuah permukaan tanah yang datar, di
atasnya ditutupi tumpukan kulit jagung dan gulma, saya baru saja
menginjaknya, sungguh di luar dugaan, bahaya segera terjadi,
ternyata di bawah tumpukan kulit jagung dan gulma, adalah
kubangan atau lubang air kotor yang sedalam 4-5 meter, “Plung”,
sekujur tubuhku jatuh ke dalam kubangan.
Sejak kecil saya takut pada air, saya tidak bisa berenang, di sisi
lubang air juga tidak ada ranting atau akar pohon yang bisa ditarik,
di sekeliling juga tidak ada orang yang dapat menolongku, dalam
sekejab saya jadi panik dan ketakutan, sambil berjuang sambil
berpikir, kali ini saya pasti menemui ajal.
139
33. Bintang Keberuntungan
142
Pulangnya saya menceritakan pengalamanku kepada Xue Hong,
dia terperanjat sampai mulutpun menganga lebar.
143
34. Janin Meninggalkan Kandungan Bunda
Lalu dia berkata padaku : “Masalah ini memang sangat sulit! Saya
dapat memahami kondisi anda, di satu sisi, tidak boleh melakukan
aborsi, aborsi adalah membunuh anak kandung sendiri, di sisi
lainnya, kehadiran anak ini tidak dihendaki, benar-benar dilema!
145
Baoxin menjawab : “Anda harus sering berkomunikasi dengan
janin, seperti apa yang dikatakan sebagai ketulusan penuh
mendatangkan mukjizat, apalagi ibu dan anak saling terjalin hatinya,
dia dapat memahaminya.
148
Tanggal 7 Februari, usai kebaktian pagi, saya kembali
berkomunikasi dengan janin, sebelum tanggal 13 (Hari Senin), dia
sudah harus meninggalkan kandungan, paling lambat adalah tanggal
12, oleh karena Hari Senin saya sudah harus ke Rumah Sakit, tidak
boleh ditunda lagi.
149
Tanggal 13 pukul 8.30 pagi, suamiku mendampingiku ke Rumah
Sakit. Dokter bersalin melakukan pemeriksaan terhadap diriku,
hasilnya adalah janin telah mati. Dokter wanita ini juga meyakini
Buddha, saya ceritakan padanya pengalaman yang saya alami, dia
berkata : “Janin mati harus dikeluarkan dari kandungan, rahim
butuh dibersihkan.”
150
35. Menasehati Janin Melafal Amituofo
151
Selanjutnya selama kurun waktu beberapa hari, saya menemani
Xiao-nan memeriksakan diri ke Rumah Sakit, duduk di lobi Rumah
Sakit melafal Amituofo.
Namo Amituofo!
156
Setelah saya mendengar kejadian ini, hati pun ikut merasa lega,
semakin memahami Maitri Karuna Penyelamatan Buddha Amitabha,
asalkan melafal Amituofo, maka Buddha Amitabha senantiasa
bersama kita, senantiasa melindungi kita, tak pernah terpisahkan
dari diri kita, segala ancaman dan ketakutan, berubah jadi kondisi
selamat.
Namo Amituofo!
157
37. Terlanjur Cinta
158
Suatu hari kekasihnya mengajak Nona B bertemu di taman untuk
berbincang, Nona B juga ingin mempertegas kembali bahwa
hubungan mereka sudah tidak mungkin lagi, untuk selanjutnya
jangan menghubunginya lagi.
160
38. Kedahsyatan Angin Topan
Baru saja melewati siang hari, saya menerima telepon dari Ting-
161
jia, katanya dia akan segera kembali ke rumah. Saya sangat terkejut,
menanyakan padanya apa yang telah terjadi, oleh karena saat
berangkat tadi pagi, dia bilang pukul 6 sore baru bisa pulang ke
rumah.
Baru saja turun dari mobil, dia mendengar suara jeritan, ternyata
ada seorang wanita bule yang juga hendak turun dari mobil, tetapi
begitu pintunya dibuka langsung terpental kembali diterpa angin,
padahal salah satu kakinya sudah sempat dikeluarkan dari mobil,
alhasil kini kakinya terjepit oleh pintu mobil, dalam sekejab darah
mengalir keluar, wanita ini mengalami luka parah.
Pada hari naas itu banyak sekali terjadi kecelakaan lalu lintas,
jika kemalangan terjadi di Highway, entah harus menanti berapa
lama barulah mobil derek tiba di lokasi, apalagi waktu itu angin
begitu kencang dan dahsyat, meskipun mobil berhenti dan
menunggu di sisi jalan, namun setiap saat bahaya tetap mengintai.
164
Setelah mendengar penuturan dari Tingjia, saya sangat
tercengang, segera melafal Amituofo, berterima kasih pada
pemberkatan Buddha.
166
39. Tidak Pernah Ikut Kegiatan Buddhis
Bulan Mei 2014, Zhao Jia-rong mulai tidak makan nasi, tiap hari
hanya minum sedikit air, tidak menghiraukan kesakitan yang
dialami tubuhnya, namun memusatkan perhatian melafal Amituofo
hingga waktu sebatang dupa.
169
Tanggal 3 Juni, yakni 3 hari menjelang wafatnya Zhao Jia-rong,
dia berkata pada istrinya : “Tolong masak sedikit bubur, saya makan
sebentar.”
170
Istrinya merasa ragu : “Udara begitu panas, masak banyak sekali,
tidak takut basi?”
(佛 = Fo = Buddha)
171
Zhao Jia-rong kembali tersenyum dan mengangguk-anggukan
kepalanya.
172
Kisah Zhao Jia-rong terlahir ke Alam Sukhavati, telah
menguatkan keyakinan hati kami, tak peduli siapa saja, asalkan
setiap saat menumpukan hatinya di atas lafalan Amituofo,
mengandalkan sepenuhnya kekuatan tekad agung Buddha Amitabha,
menyingkirkan segala keinginan untuk mengejar hal-hal mistis dan
kemampuan gaib, menyingkirkan keinginan mengejar kondisi batin;
asalkan bersedia membangkitkan ketulusan melafal Amituofo,
melepaskan kemelekatan, maka kita juga dapat serupa dengan Zhao
Jia-rong, terlahir ke Alam Sukhavati dengan bebas tanpa rintangan.
173
40. Mama, Kita Bersua di Alam Sukhavati
174
Tahun 2013, putraku ketika sedang bersekolah, tiba-tiba lengan
kanannya terbentur. Mulanya hanya luka memar, setelah lukanya
sembuh mulai tumbuh benjolan, benjolan ini membesar dengan
cepat. Sanak saudara mengusulkan supaya anak ini diberikan
makanan bergizi untuk memperkuat imunitas-nya.
Saat itu saya merasakan firasat buruk, saya dan suamiku saling
bergantian melafal Amituofo siang malam 24 jam.
Sebuah akhir yang luar biasa dan tak terduga, membuat hati
kami sangat terhibur! Kami sekeluarga dan warga dusun meyakini
sepenuhnya, Xiao-ke yang berusia 9 tahun telah dijemput Buddha
Amitabha, terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.
Catatan :
Namo Amituofo!
180
41. Tunawicara Terlahir ke Alam Sukhavati
Tahun 1996, Papa kami yang berada di Taiwan wafat pada usia
98 tahun di Vihara Nongchan. Menjelang ajalnya, beliau
menyatakan sangat menyesal dan malu pada istri dan anak-anaknya
yang berada di Daratan Tiongkok, berpesan pada anggota Sangha di
Vihara, apabila ada kesempatan memberi ceramah ke Tiongkok,
jangan lupa memperkenalkan Ajaran Buddha kepada kami berdua.
183
Lunar bulan 12 hari ke-16, sekitar pukul 7-9 pagi, adik
tunawicara mengenakan seragam panti jompo, kemudian berbaring
menghadap ke lukisan “Tiga Suciwan Alam Sukhavati”, meninggal
dunia dengan wajah tersenyum.
184
42. “42” Adalah Sepucuk Surat dari Buddha Amitabha
Bulan Mei tahun ini, putri bungsunya meminta satu unit mesin
pemutar lafalan Amituofo kepada Upasaka Zong, sambil menunjuk
ke arah mesin pemutar lafalan Amituofo sambil memaksakan diri
melafal keluar sepatah A-MI-TUO-FO.
187
“42” adalah surat yang ditulis Buddha Amitabha kepada si
bungsu, sekaligus juga ditujukan kepada kita semuanya, yang
menyatakan bahwa kekuatan Buddha Amitabha adalah sungguh tak
terbayangkan, penyelamatan Buddha Amitabha adalah tanpa syarat.
188
43. Nyonya Mahjong Terlahir ke Alam Sukhavati
190
Ternyata benar, tidak lama kemudian Mama harus dirawat di
Rumah Sakit, bahkan sudah berpindah-pindah ke beberapa Rumah
Sakit, walaupun gejala penyakit sudah agak lumayan, tetapi rasa
sakit tidak berkurang sama sekali, terbaring tak berdaya di atas
tempat tidur, siksaan kesakitan itu tak terungkapkan dengan kata-
kata.
191
Ibunda-ku memiliki enam orang putra-putri, tiga diantaranya
meyakini Buddha dan melafal Amituofo, dalam waktu keseharian
juga menjelaskan pada Mama tentang manfaat dari meyakini
Buddha dan melafal Amituofo, makanya beliau memahami sedikit
tentang Buddha Dharma, namun juga tidak sudi melafal Amituofo.
192
Tahun 2007, melalui persetujuan Ibunda, saya mewakili beliau
mengambil Visudhi Trisarana di Vihara Hongyuan, tetapi Bunda
masih saja tidak serius meyakini Buddha dan melafal Amituofo.
Saat itu beliau duduk di atas kursi roda, lagi-lagi dia mulai main
mahjong, sambil main mahjong sambil mengeluh kesakitan. Kami
menasehatinya supaya jangan main mahjong lagi, dia menjawab
kalau tidak main mahjong, bagaimana bisa melewati hari demi hari,
bahkan beberapa bulan menjelang ajal, masih sibuk di atas meja
mahjong.
Saya pikir tidak terlalu parah, beberapa hari yang lalu saya
sempat membesuknya, cuma menderita sakit perut, tetapi saya
putuskan langsung menghubungi adik perempuanku, bergegas ke
Apartemen.
Saat itu kondisi Mama sudah tidak mampu berbicara lagi, saya
berteriak memanggilnya juga tidak ada respon, sesak napas, saya
mulai melafal Amituofo dan memberinya wejangan, supaya beliau
mengikuti-ku melafal Amituofo, saya melafal Amituofo selama
beberapa menit, Mama telah menghembuskan napas terakhir,
meninggal dunia dengan damai, pukul 14:07.
194
Saya tidak menangis, meneruskan melafal Amituofo, lalu
menyuruh adik perempuanku menghubungi abang dan adik laki-
laki-ku. Dalam hatiku berpikir tunggu abangku tiba, barulah
mengatakan padanya rencanaku mengantar jenazah Bunda ke
Vihara Kaiyuan untuk disemayamkan.
Catatan penerjemah :
195
Begitu turun dari mobil, kami melihat anggota Sangha dan
puluhan orang sahabat Dharma menggunakan senter, sambil
melafal Amituofo menyambut kedatangan kami, saat itu di benak
kami selain timbul perasaan terima kasih juga sekaligus
menenangkan hati kami.
Namo Amituofo!
Di : Hunan
196
44. Terbaring Selama Sepuluh Tahun
Ketika baru jatuh sakit, dia bermimpi ada orang yang bilang
padanya, sisa hidupnya cuma tinggal setahun saja. Saat terbangun
dia menangis tersedu-sedu. Setelah mendengarnya hatiku terasa
disayat-sayat pisau tajam, sejak itu saya memutuskan, apa saja akan
kukorbankan demi kesembuhan buah hatiku!
198
Saya mulai merenungkan dengan seksama : dia hidup dengan
kondisi begini, apa bedanya dengan mati? Mengapa saya tidak
membiarkannya terbebas? Kemudian saya berlutut di hadapan altar
Buddha dan memanjatkan doa : “Buddha Amitabha, kini saya
bersedia melepaskan kemelekatan, menyerahkan putraku
kepadaMu, biarlah Buddha mengatur apa yang terbaik buat kami!”
Imlek hari ke-11 tahun 2013, dini hari, saya bermimpi bersua
dengan Shuai-shuai, saya segera bertanya padanya : “Shuai-shuai,
sekarang kamu berada di mana nak?”
201
45. Cuma Sekadar Melafal Amituofo
Tetapi apakah dia ada mendengarnya atau tidak, saya juga tidak
tahu, oleh karena saya sendiri juga tidak percaya sepenuhnya,
namun diri sendiri juga tidak punya jalan keluar lainnya, makanya
cuma sekadar melafal Amituofo.
Keluar dari Rumah Sakit, kami pulang ke rumah, hati pun terasa
kalut, urusan juga bertumpuk, saya tidak melafal Amituofo lagi.
Seminggu kemudian, saya menasehati suamiku supaya melafal
202
Namo Amituofo di dalam hati, waktu itu dia tidak berkata apa-apa,
namun dalam benaknya dia mengerti.
Oleh : Ji Ying-ling
14 Desember 2014
203
46. Akhir Pengelanaan Meat Lover
204
Ayahku sakit-sakitan hingga sampai kondisi parah begini, Ibunda
masih setia membersihkan lukanya, membubuhkan obat, sudah
banyak resep yang digunakan, tetapi lukanya yang membusuk tak
kunjung sembuh juga.
206
Tanggal 24 Desember, pukul 8 lewat 50 menit malam hari, Mama
menelepon mengabarkan Ayah telah meninggal dunia. Sambil
mengemudi bergegas pulang ke rumah, sambil sibuk menghubungi
sahabat Dharma.
208
47. Anak Datang Menasehati Ibunda
Oleh karena sungai itu sangat dalam, tidak ada orang yang berani
menariknya ke atas, saya hanya bisa menangis di tepi sungai,
bersama dengan seorang sahabat Dharma yakni Upasika Yi,
bersama-sama melafal Amituofo.
210
Anda jangan mendengar omongan orang lain (waktu itu memang
ada orang yang mengajakku masuk sekte Tantra), Mama harusnya
memfokuskan diri melafal Amituofo, jangan sampai pikiran jadi
bercabang. Janganlah meremehkan sepatah Amituofo,
sesungguhnya bagusnya bukan main, kekuatan kewibawaan-nya
juga bukan main.” Selesai berkata, putraku tidak tampak lagi. Saat
itu telingaku dipenuhi oleh lafalan Amituofo.
212
48. Pembalasan Induk Ayam
Siapa yang menduga pukul 7 pagi dia kembali muntah darah lagi,
barulah saya menyadari hal ini tidak boleh dibiarkan, dengan panik
saya segera mengantarnya ke Rumah Sakit terdekat, dokter bilang
kondisinya sangat berbahaya makanya langsung diopname.
214
Setelah dirawat inap di Rumah Sakit dan menjalani sejumlah
pemeriksaan, hasilnya semuanya normal. Tidak ditemukan adanya
masalah apapun, ditambah pekerjaan suamiku yang sangat sibuk,
kami langsung pulang ke rumah.
Sejak itu kami tidak mendengar suara kokok ayam lagi, suamiku
juga tidak muntah darah lagi, wajahnya yang semula pucat pasi
karena muntah darah, sekarang berangsur-angsur merona kembali.
216
49. Dirasuki Setan Air
218
Saya kembali menegaskan : “Bukankah anda sudah di-visudhi
tempo hari?”
219
Dia menjawab : “Li Ju-xian menyaksikan video ceramah di rumah,
di dalamnya ada petikan yang mengatakan hantu juga boleh
mengambil Visudhi Trisarana, melafal Amituofo dan terlahir ke
Alam Sukhavati, makanya saya juga ingin mengambil Visudhi
Trisarana, saya juga ingin terlahir ke Alam Sukhavati.”
220
Saya bertanya : “Apakah anda ada melafal Amituofo?”
Apa gunanya ritual ‘Fang Yan Kou’? Paling tidak cuma memberi
kami makan satu kali saja, tetapi tidak dapat membebaskan kami
dari penderitaan buat selama-lamanya. Hanya ketika Upasika Li
melafal Amituofo, cahaya Buddha yang terpancar membuat kami
merasa damai, maka itu kami memohon agar dia selalu melafal
Amituofo, tidak membiarkannya istirahat.
223
Saya berusaha meyakinkan-nya : “Melafal Amituofo pasti terlahir
ke Alam Sukhavati, karena mengandalkan kekuatan tekad Buddha
Amitabha. Asalkan anda meyakini Buddha dan melafal Amituofo,
sampai mati pun takkan berubah, maka saat menjelang ajal Buddha
Amitabha pasti datang menjemputmu.”
225
Saya menghiburnya : “Bukankah anda sudah menyadari
kesalahan diri sendiri? Apalagi Buddha Amitabha memiliki tekad
Karuna tanpa batas, Buddha Amitabha mengikrarkan tekad
menyelamatkan semua makhluk di sepuluh penjuru, termasuk
kalian yang berada di tiga alam penderitaan, asalkan anda bersedia
melepaskan dendam pada dirinya, mengikuti kami melafal Amituofo
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, Buddha Amitabha pasti datang
menjemputmu, bagaimana?”
226
50. Lansia Sebatang Kara
228
Ketika sahabat Dharma membesuknya, bertanya padanya :
“Apakah Oma bersedia terlahir ke Alam Sukhavati?” Lansia
menjawab dengan penuh kepastian : “Tentu saja bersedia,
sepanjang hayatku begitu merana, saya harus terlahir ke Alam
Sukhavati.”
229
Lansia Yuan Bei, sepanjang hayatnya telah kenyang akan
kesengsaraan, benar-benar merasakan pahit getirnya kehidupan
manusia yang penuh dengan kehampaan, kesepian, ketika dia
berjalan sampai di akhir pengelanaan-nya, barulah menyadari
ternyata Buddha Amitabha telah menantinya begitu lama.
230
51. Melafal Sepatah Amituofo Menghapus Semua Dosa
Tanya :
232
tujuh hari bukanlah waktu Alam Sukhavati, tetapi adalah waktu di
alam manusia.
236
pengetatan terdapat kelonggaran, di dalam kelonggaran terdapat
pengetatan.
Artikel terkait :
https://daunbodhi.blogspot.com/2018/12/sembilan-tingkat-bunga-
teratai.html
http://daunbodhi.blogspot.com/2017/09/pancanantariya-karma-dan-
sepuluh.html
237
Daftar Pustaka
念佛感應錄
https://www.hongyuan.si/5135
Arsip :
http://amertasukhavati.blogspot.com/
238
239